JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN YA READER AGAR AUTHOR LEBIH BERSEMANGAT DALAM MEMBUAT NOVEL INI HINGGA TAMAT
Ratusan ribu tahun yang lalu, Benua Dou Cun yang terdiri dari 4 wilayah yaitu, Timur, Barat, Selatan dan Tengah, memasuki era kehancuran karena munculnya sebuah Klan Misterius.
Kemunculan Klan Misterius yang entah berasal dari dimensi mana itu, membunuh banyak kultivator muda yang penuh bakat dan talenta. Hal itu membuat banyak Sekte dari 4 wilayah besar bersatu, untuk melakukan serangan balik.
Setelah bertarung selama berbulan-bulan dengan Klan Misterius itu. Entah karena apa, Klan Misterius yang tadinya menyerang dengan membabi buta mundur begitu saja.
Meski pun mereka telah mundur tanpa sebab, namun, banyak kultivator tua dan muda dari Benua Dou Cun berguguran sebagai pahlawan. Dan akhirnya, Benua Dou Cun berhasil memulihkan kekuatan mereka hingga era baru pun dimulai.
*****
𝙒𝙞𝙡𝙖𝙮𝙖𝙝 𝙏𝙞𝙢𝙪𝙧, 𝙆𝙤𝙩𝙖 𝙔𝙖𝙣.
Kehidupan bersama anggota keluarga adalah satu hal yang diinginkan banyak orang, terutama dapat merasakan cinta kasih dari orang tua kandung. Namun, ada pula sebagian orang yang tidak memiliki anggota keluarga dan hanya hidup sebatang kara di dunia yang kejam ini, dunia yang menjunjung tinggi basis kultivasi.
Bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pendekar, akan terhina hidupnya. Lantaran di daratan ini, hanya menjadi seorang kultivatorlah yang dimuliakan.
Hal itulah yang dialami oleh Xiao Chen, seorang pemuda yang baru menginjak usia 17 tahun dan tidak tahu siapa orang tuanya. Dia hanya tinggal sendirian disebuah rumah kecil atau lebih tepatnya, bisa dibilang gubuk kayu.
Xiao Chen yang sedang berbaring diatas tempat tidurnya, menatap lekat kearah atap rumahnya itu dengan tatapan kosong, pikirannya melayang entah kemana-mana, hingga akhirnya perutnya mengeluarkan sebuah suara.
Krukkk!!
"Ughh, jika saja kakek masih ada. Mungkin aku tidak akan pernah kelaparan seperti saat ini!" ucap Xiao Chen.
Xiao Chen pun turun dari tempat tidurnya yang hanya beralaskan kain usang, berwarna abu-abu. Rumah yang sederhana dengan peralatan seadanya itu membuat Xiao Chen menghela nafas panjang. Kemudian, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
Xiao Chen terus menatap rumahnya sambil mengingat kenangannya bersama sang kakek 'Sekarang, 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘬!' seru batin Xiao Chen.
Ia yang sedih pun mengeluarkan air matanya mengingat, betapa sayangnya sang kakek kepada dirinya yang padahal dirinya, bukanlah cucu kandung sang kakek.
Usia Xiao Chen kian tahun terus bertambah semenjak kepergian sang kakek 10 tahun yang lalu. Saat itu, Xiao Chen masih muda. Ia yang berumur 7 tahun itu menguburkan jasad sang kakek seorang diri tanpa bantuan orang lain.
Lantaran memang demikianlah masyarakat disana, mereka tidak terlalu peduli dengaan sekitarnya. Terlebih lagi, jika orang itu tidak memiliki identitas resmi.
Lima tahun setelah kepergian sang kakek, kehidupan Xiao Chen serasa bak neraka, ia dihina, dicaci, dimaki bahkan, tubunya di jadikan sarana pelatihan oleh para pemuda Kota Yan.
Setelah menatap lama rumah yang penuh kenangan itu, Xiao Chen pun mulai berjalan menjauh dari sana. Hingga, bayangannya pun tak bersisa.
Xiao Chen yang terus berjalan tanpa sadar melintasi pusat Kota. Disana, Perasaannya menjadi kelut nan sedih, lantaran tidak ada satu pun dari orang-orang yang berlalu-lalang di Kota Yan itu, mau berteman dengannya.
Meski demikian, Xiao Chen pun sadar diri kenapa hal itu bisa terjadi, lantaran ia hanyalah anak yang ditinggalkan. Begitulah, ocehan orang-orang Kota Yan padanya. Namun bagaimana pun, itu bukanlah kesalahan Xiao Chen, ia tidak pernah minta untuk dilahirkan dari keluarga yang meninggalkan dirinya.
Xiao Chen yang terus berjalan sembari larut dalam pikirannya itu, malah bertemu dengan orang yang sangat ingin di hindarinya. Lantaran orang itu pasti akan membuat sebuah keributan yang akan menyakiti dirinya.
"Lihatlah, dia bahkan sudah siap menggunakan tubuhnya untuk latihan kita hari ini. Benar-benar anak yang baik, bukan begitu Xiao Chen?!", ucap dari pemilik suara yang sangat di benci oleh Xiao Chen.
Xiao Chen menggertakkan giginya karena merasa kesal, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan terus berjalan kedepan. Akan tetapi, sikapnya itu justru menjadi boomerang.
"Ck, apa yang kalian tunggu! Tangkap bocah sialan itu untukku! Aku akan baik-baik mengajarinya, siapa orang yang ingin diabaikan ini!" ucap sang pemilik suara yang tak lain adalah Yan Cao, anak Pemimpin Kota.
Ia yang merasa terhina akan sikap sok cuek dari Xiao Chen itu, terlebih lagi disaat banyak mata yang menyaksikan. Mana mungkin melepaskan Xiao Chen yang dianggapnya remeh begitu saja. Tentunya, ia mulai menggerakkan para antek-antek setianya untuk menangkap Xiao Chen.
Dan Ketiga bawahan Yan Cao itu dengan sigap menangkap Xiao Chen. Lantaran, mereka takut pada Yan Cao yang basis kultivasinya lebih tinggi diatas mereka. Jika saja Yan Cao menyerang mereka karena kesal, mungkin saja mereka akan segera bertemu dengan Raja Neraka.
Setelah berhasil menangkap Xiao Chen, mereka pun tersenyum sinis. Tentunya, makna dibalik senyuman itu Xiao Chen sudah tahu. Pasti ketiganya sedang merencanakan sesuatu yang buruk pada dirinya lagi! Xiao Chen pun menatap ketiganya dengan sinis.
"Menyingkirlah dari hadapanku!", pekik Xiao Chen penuh kesal.
Tentunya, perkataan Xiao Chen yang ketus itu membuat ketiganya kesal bukan main. Lantaran manusia remeh itu, ternyata telah berani melawan. Tanpa berpikir panjang, mereka bertiga pun menendang Xiao Chen hingga, Xiao Chen terhempas kebelakang.
Bukkk!!
Setelah Xiao Chen terbaring di tanah karena tendangan yang dilakukan oleh mereka, Yan Cao segera mendekati Xiao Chen dengan senyum penuh kemenangan.
"Mana sifat aroganmu tadi? " Yan Cao berkata dengan puas melihat Xiao Chen yang sudah terbaring.
Orang-orang yang melihat diskriminasi itu hanya diam saja tanpa niat untuk membela, lantaran mereka takut bila ikut campur itu bisa menjadi masalah yang merepotkan. Terlebih lagi, anak Pemimpin Kota ini terkenal pendendam dan buruk perangainya.
Kemudian, Yan Cao meraih pergelangan tangan Xiao Chen, lalu mengangkat tubuhnya dan memukul dadanya, hingga dia memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.
Phuftttt!!!
Tak cukup sampai disana, Yan Cao memanggil para bawahannya lalu berkata, "Kalian pegang dia untukku!".
Ketiga bawahannya mengangguk mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh Yan Cao. Mereka bertiga masing-masing memegang tubuh Xiao Chen, satu orang memegang tangan kiri Xiao Chen, satu lagi memegang tangan kanan Xiao Chen dan orang terakhir, menggunakan kedua tangannya untuk menahan erat kedua bahu Xiao Chen.
Melihat Xiao Chen yang sepertinya sudah pasrah dan siap untuk dipukul, membuat Yan Cao merasa jijik untuk mengotori tangannya. Namun, terlintas pula dipikirannya untuk lebih baik menendang Xiao Chen.
Bukkk!!
Bukkk!!
Bukkk!!
Setelah merasa puas menendang Xiao Chen, senyum cerah seketika terlihat dari wajah Yan Cao.
"Bagaimana, apakah kau sudah tahu apa kesalahanmu!!", ujar Yan Cao mengangkat dagu Xiao Chen untuk memastikan wajahnya sudah pucat pasi dan tampak menyedihkan.
Xiao Chen yang hanya manusia biasa itu, diperlukan bak seekor binatang yang hina. Ia yang tak sanggup menahan pukulan dan tendangan yang diluncurkan oleh Yan Cao, yang merupakan seorang kultivator, perlahan buram pandangannya.
Tentunya, Xiao Chen yang merupakan manusia fana atau seorang manusia biasa, tidak akan sanggup menahan pukulan dan tendangan yang dilakukan oleh seorang kultivator, seperti yang dilakukan Yan Cao dan bawahannya. Ia pun terjatuh pingsan, akibat ulah mereka.
Yan Cao cukup kesal lantaran melihat Xiao Chen malah pingsan sebelum ia puas menghajarnya. Ia pun menatap sinis ketiga bawahannya, sambil berkata.
"Lepaskan dia!", serunya ringkas.
Dengan sigap, ketiga bawahannya melepaskan Xiao Chen hingga tubuhnya terhempas ke tanah.
Bughttt!!
Yan Cao melihat sekelilingnya, semua orang yang tadinya menyaksikan perbuatannya pada Xiao Chen, seketika menjadi bingung dan diam seribu bahasa. Mereka semua mengalihkan pandangannya, lantaran takut bila beradu tatapan dengan Yan Cao, dapat menyingung perasaan sang tuan muda sombong itu.
Pikir mereka, kali ini apa yang akan dilakukan oleh tuan muda arogan itu. Namun, tidak ada hal yang dilakukannya, dia hanya tersenyum sembari mengangkat sudut bibirnya, lalu berkata dengan penuh ancaman.
"Jika ada diantara kalian yang berani membantunya. Hah, akan kupastikan hidup kalian tidak kalah menakjubkan darinya!", tegas Yan Cao dengan nada penuh intimidasi.
Sungguh penampilannya itu begitu arogan dan mengesalkan dimata banyak orang. Namun sayang, wajah cengengesan yang minta dipukuli itu, tidak ada yang berani untuk menghajarnya di Kota Yan.
Namun, tidak sedikit pula yang menaruh dendam akan sikap tidak sopan dan sok berkuasa itu. Sebab, jika bukan karna keluarganya, Yan Cao bukanlah siapa-siapa.
Akan tetapi, inilah faktanya. Semua orang hanya menganggukkan kepala mereka tanpa berani menatap Yan Cao yang sudah menggila. Yah, bagi mereka, Yan Cao tidak lebih dari sekedar orang gila yang ingin bermain-main dengan manusia fana.
Ciri khas dari para kultivator yang paling rendah keberadaannya, menyiksa orang awam dengan status yang dimilikinya.
Yan Cao, seakan-akan sudah tahu bahwa orang-orang yang disana tidak akan berani untuk membantu Xiao Chen, menjadi kegirangan. Ia pun berlalu meninggalkan tempat itu dengan penuh percaya diri dengan dada di busungkan ke depan. Tentu pula, ketiga anteknya mengikuti langkah Yan Cao meninggalkan tempat itu.
Dan benar saja, setelah kepergian Yan Cao tidak ada satu pun orang yang berani membantu Xiao Chen yang sudah terbaring lemas disana. Mereka takut jika ada orang yang akan melaporkan, bila mereka peduli pada Xiao Chen.
Langit yang tadinya berwarna biru cerah seketika menjadi mendung, setetes demi setetes air mulai turun dari atas hingga membasahi tubuh Xiao Chen.
Siang berganti sore, hingga sore berganti malam. Kota Yan yang tadinya diguyur hujan deras, kini mulai mereda. Namun, tidak ada lagi orang yang terlihat di pusat Kota, kecuali seseorang yang sedang terbaring tak berdaya disana yaitu, Xiao Chen!
Xiao Chen yang tadinya tak sadarkan diri, kini mulai mengerakkan jari telunjuknya!. Sebagai pertanda bahwa, dia sepertinya sudah mulai siuman. Hingga akhrinya, mata yang tadinya tertutup rapat kini, secara perlahan terbuka kembali!.
Xiao Chen merasakan sakit di sekujur tubuhnya! Namun, dia mencoba untuk berdiri. Akan tetapi, rasa sakit yang amat berat itu menghentikan tindakannya.
Tapi, itu semua tidak menghentikan usahanya. Dengan sekuat tenaga, Xiao Chen mencoba untuk berdiri kembali. Kini, ia tidak memperdulikan lagi rasa sakit yang amat parah itu. Dia berdiri terhuyung-huyung sembari tetap berusaha untuk melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju ke rumah gubuk kayu miliknya.
Setelah beberapa lama, Xiao Chen pun tiba dirumah, dia pun mulai berbaring di tempat tidur lesunya. Xiao Chen memikirkan, apa yang di alaminya tadi siang bukanlah hal yang wajar untuk diterima akal sehat, itu sudah tindakkan yang tak manusiawi yang membuat perasaannya menjadi campur aduk.
"Sial, takdir sialan! Para Dewa sialan! Mengapa mengariskan takdir buruk ini padaku, hiks.. Aku hanya manusia Fana! Arghhhh..", pekik Xiao Chen tak tertahankan.
Ia benar-benar tidak terima dengan apa yang dialaminya hari ini, didepan banyak orang, namun tidak ada satu orang pun yang mau bersimpatik pada dirinya. Sungguh inilah seberat-beratnya ujian, lantaran semuanya mengabaikan keberadaanmu. Ibarat dirimu sedang berjuang hidup di lorong yang hampa tanpa tau, seberapa banyak waktu yang tersisa.
Xiao Chen benar-benar sudah muak, dia tidak kuat lagi untuk bertahan hidup. Kemudian, dia berdiri dengan perlahan dari tempat tidurnya, tubuhnya yang sedang terluka itu tidak lagi membuatnya goyah.
Xiao Chen berjalan perlahan menuju pintu keluar rumahnya, dia mengambil pedang kayu yang terletak di dinding rumahnya itu. Pedang kayu yang dibuatnya sendiri saat itu, untuk pelatihan. Namun sayangnya, itu malah jadi bahan candan bagi masyarakat Kota Yan, lantaran dirinya tidak memiliki Dantian untuk menampung Qi.
Xiao Chen terus berjalan tanpa mau menoleh kearah rumah yang penuh kenangan itu, hingga beberapa saat berlalu, dia pun tiba di gerbang Kota. Xiao Chen menatap gerbang hingga kenangan yang begitu indah dan pahit melintas sekaligus dipikirannya. Hal itu benar-benar membuat hatinya pilu.
"Kakek, maafkan Chen'er yang begitu tidak berbakti ini!," Ucap Xiao Chen lalu berbalik menatap jalan panjang nan pilu itu.
Digelapnya malam yang begitu dingin, dia terus berjalan tanpa arah tujuan, pikirannya dipenuhi dengan keinginan untuk bunuh diri yang begitu kuat!
Hingga akhirnya, Xiao Chen sadar bahwa dirinya telah berada ditepian hutan monster. Tempat dimana binatang buas tingkat satu berkeliaran dimana-mana. Jika Manusia biasa sepertinya bertemu dengan binatang buas tingkat satu sekali pun, kemungkinan untuk hidup sangatlah sedikit.
Namun, hal itu tidak membuat Xiao Chen ketakutan. Sebaliknya, dia benar-benar sangat ingin bertemu dengan binatang buas itu, agar tubuhnya diterkam dan terkoyak-koyak menjadi bagian kecil yang tak dikenali. Sesakit itulah perasaanya, lantaran mati pun Xiao Chen tak ingin di kenali oleh siapapun di dunia ini.
Tapi anehnya, Xiao Chen tak kunjung melihat ada satupun binatang buas disana. Dengan perasaan kesal, Xiao Chen malah berjalan masuk sedikit lebih dalam lagi ke hutan monster itu, hingga akhirnya dia tidak sanggup lagi untuk melangkahkan kakinya.
Xiao Chen pun memperhatikan sekelilingnya, ternyata ia berhenti diatas rerumputan yang dikelilingi oleh pohon-pohonan besar yang seakan memberi isyarat bahwa, tempat ini aman untuk beristirahat.
Dedaunan dari pohon-pohon besar itu mengipas hamparan rumput hijau kecil yang menjadikan angin sepoi-sepoi menghampiri Xiao Chen dengan perasaan mengelitik. Entah kenapa, perasaannya terasa nyaman hingga tanpa sadar dirinya mulai merebahkan diri ditengah hamparan pohon besar itu.
Setelah sejenak menikmati suasananya, Xiao Chen pun menengadah keatas, ia melihat langit malam yang dipenuhi kerlipan bintan dan cahaya rembulan yang entah kenapa terasa begitu sunyi seakan cahaya dati kerlipan bintang dan cahaya bulan sabit itu menggerogoti kehangatan hati Xiao Chen hingga menjadi sendu dalam rindu mematikan.
Semakin lama Xiao Chen menatap langit, entah kenapa, semakin terluka pula perasaannya. Namun, yang lebih anehnya lagi, seakan ada sesuatu yang berbisik pada jiwanya untuk segera mengakhiri diri. Xiao Chen pun menjadi gelap mata, ia meraih pedang kayu miliknya yang tergeletak tepat disamping kanannya.
Ia pun menutup matanya, mengambil ancang-ancang untuk menusuk dadanya. Disaat ujung pedang kayu itu hanya berjarak 2 senti dari dadanya, tiba-tiba, terbesit dikepalanya perlakuan yang dia terima selama 5 tahun ini.
"Ck, sial, jika aku mati begini. Mereka semua akan hidup baik-baik saja, tanpa dosa. Tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkan itu semua terjadi! " Ucap Xiao Chen sembari menurunkan pedangnya.
Dia mengepalkan tangannya hingga, kuku-kukunya menancap ditelapak tangan yang membuat darahnya mengalir. Rasa sakit dan hinaan yang selama ini dia rasakan, benar-benar membuatnya ingin balas dendam. Kekuatan, itulah satu-satunya yang Xiao Chen butuhkan saat ini.
Di malam hari yang begitu dingin, Xiao Chen terus mengayunkan pedangnya secara membabi-buta. Ia tidak lagi memperdulikan rasa sakitnya lantaran, rasa kesal nan dendam telah menghantuinya.
Hiyakkkkk...
Srakkk...
Srakkk...
Hhaaaa...
Ayunan demi ayunan, ia peragakan sesuai arah pengetahuannya selama ini. Dan tak terasa, malam hari yang begitu dingin telah berganti menjadi pagi hari yang cerah.
Krukkk!!
"Sial, kemarin aku tidak jadi makan karena para bajingan itu. Hahhh, sepertinya aku harus menangkap binatang buas yang tidak memiliki Qi? " Ucap Xiao Chen.
Xiao Chen pun meninggalkan tempat itu untuk mencari binatang yang tidak memiliki Qi. Namun, setelah berjalan satu jam lamanya, Xiao Chen tidak menemukan satu hewan kecil pun. Justru sebaliknya, ia malah mendengar sebuah gerakan dari arah semak-semak yang ada dibelakangnya.
Srekkk..
Suara yang samar terdengar ditelinganya, membuat Xiao Chen menoleh kebelakang untuk memastikan dan nihil hasilnya.
"Hem, apa aku salah dengar? " Gumam Xiao Chen. Dan entah kenapa, perasaan merinding kini menghampirinya. Pikirnya, jika saja suara itu adalah binatang buas yang memiliki Qi, sudah pasti dia tidak punya harapan untuk bertahan hidup.
Kemudian, Xiao Chen pun segara pergi dengan mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Ia sangat takut jika tebakannya itu benar, bahwa ada binatang buas yang kini mengintainya.
Guarrrr!!
Seru binatang itu yang muncul tepat dihadapan Xiao Chen. Meski Xiao Chen sudah berusaha menghindar, namun sayangnya, indra penciuman seekor binatang buas begitu tajam. Bau yang keluar dari tubuh Xiao Chen cukup menyengat, hingga tak luput dari penciuman binatang buas itu.
Xiao Chen yang tadinya mengendap-endap, kini terdiam kaget ketika menyadari bahwa binatang buas yang berada tepat dihadapannya itu adalah Beruang Darah, yang terlihat kelaparan. Meskipun tubuhnya besar, hal itu tidak membuatnya menjadi lambat dalam hal kecepatan.
Raurrrr!!
Raungan Beruang itu yang membuat Xiao Chen tersadar dari diamnya. Kemudian, Xiao Chen pun lari terbirit-birit lantaran takut tubuhnya yang kecil nan lemah itu diterkam oleh Beruang kelaparan ini.
Namun sayangnya, Xiao Chen yang hanya manusia biasa, ditambah lagi tubuhnya masih belum pulih total, tentu saja tidak bisa menyaingi Beruang Darah itu dalam hal kecepatan, bahkan jika Xiao Chen dalam kondisi baik sekali pun.
"Ahgrrrr, kenapa nasibku dipermainkan begini?!!", pekik Xiao Chen penuh kesal sembari terus berlari tanpa henti. Hingga akhirnya, Mata Xiao Chen seketika terbelalak saat melihat Beruang Darah itu telah berada didepannya.
"Sial, apakah ini akhir bagiku? Haruskah aku mati dengan cara ini?", celetuk Xiao Chen sedikit kecewa dan kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak pernah membayangkan, bahwa dirinya yang sempat memiliki pikiran untuk mengakhiri diri, kini malah enggan untuk mati.
Mungkin pula, itu perasaan dari ketidak relaan lantaran dendamnya belum terbalas. Namun bisa apa, jika ia bahkan tidak bisa selamat dari Beruang Darah ini.
Beruang itu mulai mengangkat tangannya, membuat ancang-ancang untuk segera mencengkram tubuh Xiao Chen dengan kuku panjang nan tajam. Xiao Chen yang melihat aksi si Beruang dengan reflek memejam kedua kelopak matanya. Pikirnya, nasibnya benar-benar dipermainkan layaknya bidak catur yang tengah digerakan oleh para dewa.
Tepat saat cakar Beruang Darah itu sudah hampir mengenai kepala Xiao Chen, tiba-tiba, Beruang Darah itu terhempas jauh kebelakang dengan pedang yang sudah tertancap dikepalanya.
Namun Xiao Chen belum juga membuka matanya, hingga batinnya pun ikut bersuara 'Ada yang aneh, kenapa lama sekali serangannya mengenaiku!'. Begitulah pikir Xiao Chen hingga dia dengan perlahan membuka matanya.
Dan betapa terkejutnya Xiao Chen. ketika melihat Beruang Darah yang tadinya berdiri dengan gagah perkasa bahkan siap untuk menerkamnya, kini malah terbaring tak bernyawa dengan pedang yang tertancap tepat di kepalnya.
"A-apa yang terjadi? Pedang siapa yang menancap itu?!" Gumam Xiao Chen sambil melihat sekeliling, hingga matanya menangkap sosok gadis cantik dari kejauhan.
Mata Xiao Chen kembali dikejutkan ketika gadis cantik itu bergerak menuju arahnya dengan cepat, hingga akhirnya gadis cantik itu tepat berada dihadapan Xiao Chen. Kedua mata mereka saling bertatapan, Xiao Chen tanpa sadar menelan salivanya ketika menatap gadis cantik nan anggun itu.
Wajahnya yang begitu indah dengan netra berwarna ungu, membuat siapapun yang menatapnya merasakan ketenangan. Kulitnya putih nan bersih dengan perpaduan gaun yang berwarna ungu serasa dinadakan dengan warna rambut dan matanya, yang membuat aura dan kewibawaan wanita itu terpancar jelas.
Namun, tidak hanya Xiao Chen yang terhipnotis akan penampilan si wanita. Bahkan si wanita juga merasa ada sesuatu yang membuatnya teralihkan untuk menatap lekat pada tatapan mata Xiao Chen. Seakan, detik itu, garis benang merah telah disimpulkan pada takdir mereka berdua.
"Te-Terima kasih!" Ucap Xiao Chen sedikit gugup. Setelah sadar akan tatapannya yang bisa dituduh kurang ajar oleh sang gadis. Namun Xiao Chen salah paham kali ini, lantaran sang gadis juga merasa sedikit tersipu. Ia pun mengangguk pelan sembari memalingkan wajahnya.
Xiao Chen benar-benar terpana, padahal, dia telah melihat begitu banyak gadis cantik di Kota Yan. Tapi, tak pernah sekalipun dia melihat ada yang lebih cantik dari gadis yang saat ini berada dihadapannya.
"Ehemm, apa yang kau lakukan di tengah hutan bengini? Dan lagi, kenapa kau malah menyingung Beruang ini?!" tanya sang gadis cantik yang keheranan bagaimana bisa manusia fana seperti Xiao Chen ini berani menantang seekor Beruang Darah.
Namun, bukannya menjawab Xiao Chen malah terpana mendengar suara indah yang keluar dari mulut sang gadis cantik. Xiao Chen benar-benar tidak bisa mengungkapkan seperti apa perasaannya saat ini. Ini adalah pertama kalinya Xiao Chen melihat seorang gadis cantik dengan suaranya yang begitu merdu.
"Ehemm!"
"Ah, oh. Maaf, kau bilang apa?"
"Phufff, perkenalkan, namaku Qin Yu! Siapa namamu?", tanya sang gadis yang merasa sedikit terhibur dengan sikap Xiao Chen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!