BRAAAAKKK!!
Suara pintu kamar sebuah hotel terpaksa dibuka sambil dibanting setelah menggunakan card akses dari recepsionist. Pintu membentur dinding dengan keras hingga membuat suara ena ena yang tadi sempat menggema diruangan berhenti dan kedua manusia yang sedang menyatu terpaksa terdiam membeku saat melihat seorang wanita cantik bergaun dress hitam berdiri dihadapan mereka.
Sontak, yang tadinya terdiam dengan posisi pria diatas wanita tanpa sehelai benang pun yang menutupi mereka, segera memisahkan diri dan menarik selimut menutupi tubuh polos.
Wanita bergaun hitam itu masih belum mengeluarkan suara dan hanya memandang kedua orang yg habis ena ena di atas ranjang dengan tatapan tajam serta kedua tangan ia lipat diatas perut.
"Juw..juwita" lirih pria diatas ranjang dengan gagap dan takut. Padahal wanita disampingnya terlihat santai malah bangga sudah kepergok istri dari pria yg habis bergoyang bersamanya. Malah terkesan tersenyum tipis tanpa malu malu.
"Kenapa jadi gagap gitu habis ena ena sama wanita jal*ng ini? Oh aku baru ingat, wanita ini kalau gak salah ingat juga wanita yang udah ditiduri oleh Bagas, mantanku itu kan? Hahahaha ternyataa kalian sudah bersekongkol ya" ucap wanita bergaun hitam yang bernama Juwita.
Rencana akan dinner bersama suaminya sebagai dinner pertama suami istri eh ternyata malah mergoki suaminya sedang olahraga diatas ranjang bareng wanita lain.
"Aku bisa jelasin, Juw! Please kasih aku kesempatan!" mohon pria yang masih baru saja sah jadi suami Juwita, masih tadi pagi mereka melangsungkan janji suci di hall hotel serta merayakan resepsi.
"Hahahaha, ogah banget dengerin penjelasan dari pria brengsek kayak kamu, Fan! CERAIKAN AKU, FANDI HUTAMA! Aku menggugat cerai dirimu saat ini juga!" seru Juwita dengan tawa yang menggema di ruangan. Tawa yang terdengar miris.
Mendengar kata cerai padahal baru beberapa jam sah menikah, membuat Fandi panik dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya agar dia bisa mendekat kearah Juwita.
Mungkin Fandi lupa jika selimut yang dia tarik itu juga menutupi tubuh wanita selingkuhannya.
"Aaakh! Fan! Jangan tarik selimutnya! Aku kan lagi gak pake baju!" teriak wanita bugil disebelah sambil menahan selimut agar tidak lepas dari atas tubuhnya.
"Diam kau, Nggi! Dasar wanita murahan!" balas teriak Fandi yang menghina wanita bernama Anggi. Padahal baru saja mereka saling memuaskan.
"Dasar munafik!" umpat Anggi pada Fandi.
Juwita menyaksikan pertengkaran kedua orang kepergok selingkuh didepannya membuatnya semakin ingin tertawa sekaligus marah besar.
"Hahahaa, kalian kok malah rebutan selimut? Dasar sama sama manusia munafik. Tapi cocok sih wanita jal*ng sama laki laki mokondo! Cocok bersama buat dosa!" tawa dan seru Juwita.
"Maafin aku, Juwita. Aku bakal ninggalin nih wanita gak jelas!" ucap Fandi sambil menatap jijik Anggi disebelahnya, seperti tak bersalah membuat si wanita itu lelah juga lama lama disalahkan sendiri.
"Hahaha, Juwita Juwita! Kasian banget sih kamu jadi wanita kaya tapi bego! Kamu itu udah dikelabuhi sama Fandi hahahaa, udah bener bener dapat Bagas si Ganteng metropolitan, pewaris, kaya, eh mau aja sama nih cowok dah bangkrut buat judi gak punya duit!" seru Anggi tak mau kalah menyalahkan Fandi.
"Kamu!" teriak Fandi tak terima sambil mencengram wajah Anggi membuat wanita itu meringis kesakitan.
"STOP! CUKUP SANDIWARA KALIAN!" teriak Juwita tak sanggup lagi berdiri dengan amarah dan kekecewaan didepan dua orang yang masih berada di ranjang.
"FANDI, CERAIKAN AKU SECARA BAIK BAIK ATAU AKU AKAN MEMAKSAMU!" lanjutnya penuh penekanan lalu berjalan mendekat kearah suaminya yang akan segera jadi mantan suami.
"Sayaaang, maafkan a..." ucap Fandi terhenti saat pipinya ditampar oleh Juwita.
PLAK!
"Untuk pengkhianatanmu!" ujar Juwita dengan tatapan tajam lalu berjalan kearah pintu keluar.
Namun sebelum keluar Juwita memberikan sarkasme kepada kedua orang itu.
"Lanjutin apa yang kalian lakukan. Sepertinya burung Fandi masih berdiri tuh" ucapnya lalu keluar kamar dan menutup pintu dengan kencang.
BRAAAK!
Akhirnya Juwita bisa bernafas lega dengan mata yang mulai berkaca kaca.
"Kak, kamu gapapa?" tanya seorang pria dengan pakaian casualnya.
"Hmm, kakak gapapa kok, Lim. Cuma kelilipan aja" jawab Juwita bohong kepada adiknya yang dari awal menemani sang kakak satu satunya melabrak kakak ipar bersama wanita lain.
Salim namanya. Salim Anggara nama pria muda itu.
Karena terlalu sayang kepada kakak perempuannya, ia tau jika saat ini Juwita sedang tidak baik baik saja meskipun tersenyum padanya dengan mata berkaca kaca.
Grep.
Pelukan Salim akhirnya meruntuhkan pertahanan Juwita hingga wanita itu terisak dipelukan adiknya.
"Hiks, aku sudah menyakiti Bagas, Lim! Aku menyesal telah meninggalkannya hanya karen jebakan wanita jal*ng itu dan Fandi si Mokondo.. hiks hiks" keluh kesah Juwita kepada Salin karena adiknya tau kisah cinta sang kakak.
Mereka adalah saudara yang sangat dekat karena orang tua mereka mewanti wanti agar saling menjaga untuk mempertahankan kerukunan saudara.
Tangan Salim mengelus punggung Juwita dengan lembut.
"Tenang, Kak. Kakak akan mendapatkan pria terbaik dari yang terbaik" lirih Salim menenangkan.
Setelah beberapa menit menangis di pelukan Salim, Juwita pun akhirnya melepaskan pelukan itu dan menyeka air mata.
"Kita dinner aja berdua, aku udah laper" ajak Juwita dan Salim pun menggangguk.
Juwita berjalan lebih dulu menuju lift dan diikuti oleh sang adik.
Tak lama kemudian, merek sudah sampai di rooftop yang begitu indah, hanya ada 1 meja dan 2 kursi yang sengaja Juwita siapkan untuk dirinya dan sang suami dengan iringan musik.
Juwita menghela nafas panjang melihat suasana romantis yang seharusnya membuatnya bahagia kini sirna bayangan itu.
Para pelayan heran melihat sang suami yang hanya memakai baju casual dan sandal hotel sedangkan Juwita sangat cantik dengan dress hitam.
Namun, mereka tetap melayani keduanya.
Setelah makan malam, Juwita berdiri ditepi rooftop dan berteriak.
"FANDI BAJINGAAAAN!!!!"
"FANDI MOKONDO!!!"
"WANITA JAL*ANG! BERANINYA NJEBAK BAGAS 3 TAHUN LALU!"
"DASAR MANUSIA MUNAFIK! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KALIAN KARENA MERUSAK KISAH CINTAKU!"
"AAAAAAAAAAKH!"
Umpatan Juwita didengarkan oleh Salin yang dengan santainya meminum wine merah sambil melihat sang kakak meluapkan emosinya.
Untuk tidak ada siapa siapa di rooftop itu selain mereka berdua karena setelah makan tadi, Juwita menyuruh semua kru hotel untuk memberikannya space berdua.
"Aku janda di malam pertama pernikahanku" batin Juwita setelah puas berteriak umpatan tapi enggan berteriak menyebut dirinya janda secara gamblang di udara, ia masih malu untuk itu.
"Ayah pasti murka, jika tau Fandi menyakiti putrinya" gumam Salim.
Juwita yang puas melampiaskan amarahnya, kini sudah duduk dihadapan Salim.
"Kakak mau pulang kerumah malam ini?" tanya Salim
"Hmmm, sepertinya lebih baik. Ayah dan Bunda harus segera tau apa yang diperbuat Fandi. Besok aku akan mengurus surat ceraiku" jawab Juwita sambil meminum wine merahnya.
"Apa perlu rekaman ini kita perlihatan ke mereka? Percakapan di video ini juga bisa membuat nama Bang Bagas kembali baik di depan Ayah dan Bunda. Mereka pasti menyesal karena telah menyalahkannya 3 tahun lalu. Dulu Bang Bagas benar benar mencintaimu, Kak. Tapi aku gak tau sekarang cinta itu masih ada atau nggak karena aku yakin, 3 tahun lalu kamu dan orang tua kita sudah menghina dirinya dan keluarganya. Sampai sekarang aja jika ayah dan bunda bertemu Om Deni dan Tante Weni, mereka tidak menyapa" jelas Salim mengingatkan insiden 3 tahun lalu.
...Flashback 3 tahun yang lalu!...
Juwita Pesona Anggara, wanita cantik nan cerdas dan begitu memiliki pesona putri kaya raya namun tetap elegant serta rendah hati. Cocok sekali dengan namanya. Berusia 22 tahun dan 3 bulan kedepan akan 23 tahun, sedang menyelesaikan program S2 di kampus ternama ibukota karena mengikuti program fast-track yang mampu menempuh pendidikan S2 saat masih S1.
Dia adalah putri dari Bima Anggara (55) dan Sona Kuscaya (53), sepasang pembisnis perhotelan bintang 5 di Ibukota dan provinsi besar di Indonesia. Namun baik Bima dan Sona, mereka berdua berkomitmen tetap mengutamakan keluarganya. Bersama mendidik anak anak mereka untuk menjadi pewaris yang baik dan bertanggung jawab.
Salim Anggara, adik dari Juwita yang berusia 17 tahun. Sangat menyayangi kakaknya. Dia seperti pelindung bagi Juwita.
Saat ini Juwita sedang berkencan dengan Bagas Lungara, pria sangat tampan dan cool berusia 23 tahun bulan ini, lebih tua beberapa bulan dari Juwita.
Menempuh di kampus yang sama dengan sang kekasih, namun berbeda fakultas tapi tidak membuat mereka sibuk tanpa kabar. Mereka sangat terkenal loh!
Siapa yang tidak kenal pasangan Juwita dan Bagas di Kampus X ternama Jakarta. Mereka benar benar menjadi pasangan primadona karena prestasi mereka.
Meskipun berbeda fakultas, mereka ditemukan di berbagai kegiatan mahasiswa dan sangat profesional. Gaya pacaran mereka adalah saling memberikan semangat untuk berprestasi. Yang membuat mereka lebih tersorot oleh dosen dan kampus yaitu IPK mereka tidak pernah dibawah 3,9. Mereka juga menjuarai couple debat bahasa inggris hingga internasional.
Keren banget kan pasangan idaman ini 😍
Pacaran untuk beprestasi bukan untuk sari sensasi, uhuuk uhuuk hihi *pov author
Wajarlah, Bagas juga berasal dari kalangan keluarga papan atas yang sangat mengutamakan pendidikan. Ayah Bagas adalah pengusaha Jakarta di bidang otomotif yaitu Deni Lungara (55). Ibunya bernama Weni Permatasari (54) yang juga memiliki usaha sendiri yaitu butik. Bagas juga memiliki adik kembar bernama Putra Lungara dan Putri Lungara.
Dari backgorund perusahaan keluarganya, Bagas mengambil jurusan Teknik Mesin di kampus X dan mengambil jurusan lainnya di program double degree yaitu Management.
Mereka pacaran sejak 3 tahun lalu, saat jadi maba. Mereka bertemu di ospek kampus atau ospek universitas. Ceritanya mereka sama sama show of di kelompok dan merasa latar belakang keluarga mereka setara.
Tak terasa hari ini adalah hari wisuda sebagai sarjana. Juwita mendapatkan gelar S.M dan Bagas mendapatkan gelar S.T dan BBM (Bachelor in Management).
Keluarga Bagas dan Keluarga Juwita sudah mengetahui hubungan anak anak mereka dan mendukung. Malah mereka berfoto bersama layaknya keluarga.
Namun malam harinya menjadi bencana untuk kisah cinta Juwita dan Bagas. Ada acara prom night bagi wisudawan dan wisudawati. Acara khusus para alumni. Sangat ramai dan padat, sehingga sepasang kekasih itu sempat terpisah. Dikira masing masing sedang berkumpul dengan temannya.
Namun ternyata, Juwita menerima pesan dari nomor yang tidak ia ketahui dengan sebuah foto di ruangan gelap dan video suara wanita mendesah.
Juwita langsung mencari ruangan itu bersama Clara dan Jingga, sahabatnya.
BRAAAAK!!!
Cetek. Lampu langsung dinyalakan.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!" teriak Juwita di sebuah ruangan kosong hanya ada alas tipis dan dua orang berlainan jenis kelamin diatasnya sedang berpelukan. Si pria sudah bertelanjang dada dan si wanita berada diatas tubuhnya dengan gaun dress yang sudah disingkap keatas.
"Juw..Juwita.. jangan percaya apa yang kamu lihat!" sahut Bagas sambil mendorong tubuh wanita diatasnya.
"Aaakh! Itu..itu milikmu lepas dari sangkarnya, Gas! Astaga, mataku ternodai!" teriak Clara heboh dan langsung mulutnya ditutup oleh Jingga. Juwita sangat terbakar kemarahan hingga tak peduli apa yang tadi ia lihat meskipun itu pertama kalinya dia melihat milik seorang pria dewasa secara langsung dalam posisi lotoy tak bertenaga.
Bagas langsung memutar badannya dan memasukkan miliknya dengan membenarkan celana yang dipakai.
Setelah meraih kemeja putih dan memakainya tanpa sempat dikancing, Bagas langsung buru buru mendekat kearah Juwita untuk menjelaskan.
"Sayaang! Please, percaya aku! Gak tau kok bisa aku sampek sini. Aku gak sadar, Juwita. Aku dijebak" ucap Bagas dengan mata yang memerah.
Juwita menatap Bagas dengan linangan air mata kecewa.
"Aku tidak bisa memaafkanmu, Gas. Kamu sudah mengkhianatiku, merusak kepercayaanku. Mana bisa kamu dijebak dengan tubuhmu gak gede gini. Gimana wanita itu bisa bawa kamu kesini kalau gak sadar!" sahut Juwita.
"Aku gak bohong. Sumpah, aku gak ngapa ngapain dia. Butktinya saja kamu tadi lihat milikku gak berdi.." ucap Bagus terpotong karena sudah ditampar oleh sang kekasih.
Plak!
Bagas memegang pipinya yg terasa panas. Tidak ada yang pernah menampar sebelumnya. Ini pertama kali pria pewaris perusahaan Lungara Otomotif ditampar seseorang.
Bagas langsung menatap tajam Juwita.
"Kamu menamparku?" lirihnya tak percaya.
"Itu pantas untuk mu, tukang selingkuh dan main wanita! Bisa bisanya masih membela diri padahal aku lihat secara nyata kalian melakukan s*c didepanku! Kurang ajar!" seru Juwita tak tertahan lagi amarahnya.
Bagas langsung menoleh ke arah wanita yang dengan santainya merapikan gaun dan rambutnya yang tadi sempat berantakan.
"Hei, wanita jal*ang! Jelaskan pada kekasihku, jika kamu menjebakku! Aku akan memberimu kompensasi jika berkata jujur! Katakan!" teriak Bagas dengan lototan mata tajam kearah wanita yang tidak ia kenal.
Namun wanita itu malah tersenyum smirk dan berjalan mendekat kearah Juwita dan Bagas.
"Menjebakmu?! Hahaha, Bagas Lungara, kamu memang cowok playboy adal narik aku kesini terus maunya ena ena habis itu gak diakui" malah ucapan wanita itu membuat Juwita makin marah pada Bagas.
Juwita memilih meninggalkan Bagas dan wanita itu dari ruangan. Ia berjalan cepat diikuti oleh Jingga dan Clara.
"Tunggu aku, Juw!" teriak Bagas namun tidak direspon oleh Juwita. Pria ini berlari hingg berhasil meraih tangan kekasihnya itu.
Kini Jingga dan Clara yang menarik tangan Juwita dari tangan Bagas.
"Gak usah pegang pegang Juwita! Kamu udah gak perjaka, Gas! Pria brengsek!" umpat Clara.
"Benet. Juwita gak pantes sama pria pemain kayak kamu. Dia wanita pintar cerdas dan luar biasa, tidak butuh cowok yg suka masuk keluar lubang" sahut Jingga.
"Kalian gak usah ikut campur! Ini urusanku sama Juwita! Minggir kalian" ucap Bagas namun Juwita malah melindungi teman temannya.
"KITA PUTUS! AKU TIDAK SUDI BERSAMA MU GAS!" teriak Juwita lalu menggenggam tangan Jingga dan Clara di kanan kirinya.
Bagas terdiam. Lalu baru sadar jika kunci penjelasan untuk semua ini adalah wanita itu. Ia pun lari ke ruangan tadi untuk menemui wanita yg menjebaknya.
Sesampainya diruangan, wanita itu sudah tidak ada. Hanya ada jas Bagas di lantai.
"SIALAN! DIA KABUR!" umpat Bagas dengan kepalan tangan di udara.
Juwita memilih pulang bersama Clara dan Jingga. Kedua sahabatnya itu ingin memastikan jika Juwita tidak melakukan hal nekat karena patah hati.
Pukul 11 malam, Juwita sampai rumahnya. Clara dan Jingga memilih menginap dan menemani sahabatnya yang sedang bersedih. Itung itung, menginap sebelum mereka bertiga sibuk mengejar jalan hidup masing masing selepas jadi sarjana.
Juwita hanya terisak di pelukan kedua sahabatnya saat berada di kamar.
Untung saja Bima dan Sona, serta Salim sudah tidur sehingga tidak memergoki Juwita sedang patah hati malam ini.
"Bagas brengsek! Hiks hiks" lirih Juwita mengumpat pada mantan kekasihnya.
"Iya tuh cowok bajingan! Bisa bisanya habis ena ena terus gak ngakuin padahal didepan mata kita. Agak gak waras tuk cowok" sahut Clara yang memang suka ngomong ceplas ceplos.
"Sabar ya, Juw. Kamu pasti dapat ganti yang lebih baik" ucap Jingga menenangkan sangat berbeda dengan ucapan Clara yang lebih ke umpatan.
Setelah puas menangis dipelukan kedua sahabatnya, Juwita memilih mandi dan menyegarkan tubuhnya.
Sekitar 15 menit kemudian, dia selesai mandi dan giliran Clara lalu Jingga yang mandi.
Kedua sahabat itu nanti terpaksa meminjam baju Juwita untuk tidur karena malam ini agenda mendadak nginep dirumah sahabat yang sedang patah hati.
Pagi hari menjelang bertepatan di hari Minggu, pintu kamar Juwita diketuk oleh sang ibu, Sona.
Tok..tok..tok...
"Juwita udah bangun? Ayo sarapan" panggil Sona.
Ceklek.
Pintu kamar Juwita terbuka dan Sona kaget ternyata yang membuka pintu itu sahabat anaknya.
"Loh ada Jingga sama Clara" ucap Sona dengan senyum.
"Selamat pagi tante, maaf tadi malam kami menginap disini tanpa izin dulu ke tante dan om" sahut Jingga.
"It's okay sayang. Kalian udah tante anggap anak sendiri nemenin Juwita" ujar Sona sambil memeluk bergantian.
"Makasih ya tante" ucap Clara.
"Sama sama sayang. Oh ya, kayaknya Juwita di kamar mandi ya, nanti kalau dia udah keluar, ajak ke bawah ya sarapan. Biasa hari minggu itu kita pasti adakan sarapan dengan menu spesial liburan keluarga" sahut Sona.
"Siap tante, kami segera turun" ujar Jingga.
Lalu Sona pun meninggalkan kamar sang putri di lantai 2 dan kembali ke dapur.
"Tante Sona memang juara ya!" celetuk Clara.
"Iyaaa. Kayak kakak sendiri buat Juwita" sahut Jingga.
Lalu keduanya pun menunggu Juwita keluar kamar mandi. Mereka berdua tadi sudah mandi bergantian di pagi hari.
Tepat pukul set8 pagi, para ciwi ciwi sarjana itu sudah turun ke ruang makan. Di meja makan sudah tersedia berbagai macam menu makanan. Bima dan Sona selalu memanfaatkan hari minggu untuk makan bersama semua orang yang ada dirumah mereka, termasuk pelayan ataupun penjaga rumah, supir juga tidak ketinggalan.
"Wow banyak banget, Juw" celetuk Clara.
"Hmm, minggu adalah sarapan besar dirumah ini" sahut Juwita dengan nada serak tak bersemangat.
"Eh putri ayah udah datang. Ada Clara dan Jingga jugaa, ayo duduk dulu, kita makan bersama" sapa Bima ramah.
"Iyaa om" sahut Jingga dan Clara serentak.
Wajah juwita yang terlihat sembab dan pasti habis nangis diperhatikan oleh sang ayah. Namun Bima tidak ingin mengulik perasaan anak saat sedang banyak orang. Itu cara Bima menghargai perasaan putrinya.
Sona baru saja keluar dari dapur menuju meja makan sambil membawa pizza homemade.
"Ini dia pizza Sunday keluarga Anggara!" seru Sona.
"Wowww!!! Gede banget pizzanya!" celetuk Clara.
Lalu Sona pun duduk di kursinya. Ia juga dapat mengamati wajah sang putri yg sembab.
"Pasti Juwita habis nangis" batin Sona, namun sama seperti sang suami, ia tidak ingin menanyakan perasaan anak anaknya ketika di meja makan atau sedang banyak orang.
"Ini pizzanya lebih spesial untuk merayakan ketiga sarjana di meja ini! Selamat untuk putri tercintaku, Juwita Pesona Anggara, ada Clara jugaa dan Jingga! Semoga kalian sukses semuanya dengan mimpi masing masing" ucap Sona mencairkan suasana.
"Oh iya, Salim belum turun. Juwita bisa minta tolong panggilkan adikmu. Dia tadi udah bunda bangunin loh" lanjutnya ketika sadar kursi sang putra belum terisi.
"Hmmm" deheman Juwita entah artinya apa tapi dia tetap berdiri dan berjalan ke kamar adiknya di lantai 1 dekat kolam renang.
Tok..tok..tok..
"Lim, Salim, ayo sarapaaan" panggilnya.
"Iyaa kak, bentar pake baju" sahut Salim dari dalam ruangan dan tak lama kemudian dia membuka pintu,
Ceklek.
Ia bisa melihat wajah sembab Juwita.
"Pagi kak, wajahmu kok sembab gini? Kamu habis mabuk di pesta tadi malam atau nangis?" tanya Salim dengab senyuman smirk menggoda sang kakak,
"Udah jangan tanya aneh aneh, udah ditunggu di meja makan tuh" jawabnya mengalihkan omongan.
Juwita pun kembali ke meja makan dan diikuti oleh Salim.
Barulah meja makan lengkap, mereka pun akhirnya menikmati makan bersama keluarga Anggara.
.
Setelah sarapan, Clara dan Jingga izin pamit pulang kepada keluarga Anggara.
Akhirnya Juwita bisa diinterogasi oleh ayah bundanya.
"Putri ayah dan bunda yang paling cantik dan baik hati, kenapa wajahmu sembab begitu sayang pagi ini? Seharusnya tadi malam kamu bahagia udah lulus jadi sarjana dan 1 semester lagi dapat gelar S2. Apakah ada yang mengganggumu?" tanya Bima lembut.
Mereka saat ini diruang keluarga.
Salim sibuk main hape tapi telinganya tetap kepo sedangkan Bima dan Sona mengapit Juwita ditengah.
"Hmmm, Juwita putus sama Bagas, yah bun" ungkap Juwita lirih membuat Sona dan Bima saling tatap dengan tatapan susah diartikan sebagai orang tua.
"Oalah, putri ayah putus cinta to. Gapapa sayang, kalau jodoh gak kemana" sahut Bima.
"Bener kata ayah. Jodoh gak kemana. Lagipula ngapain bersedih, putri bunda ini udah cantik, pinter, lembut, terus rajin ibadah, baik hati, putri keluarga anggara lagi. Pasti banyak yang naksir kamu sayang" timpal Sona.
Juwita menghela nafas panjang.
"Bagas selingkuh di depan mata Juwita sendiri. Dia..." ucap Juwita terpotong karena tak sanggup menceritakan apa yang dilihatnya.
"Bagas ngapain kamu?" suara berat Bima mulai terdengar.
Namun tiba tiba suara bel rumah Anggara berbunyi.
"Salim, tolong bukain pintu, sayang. Ada tamu" minta Sona pada sang putra.
"Hmmm" deheman Salim lalu ia berdiri dan berjalan ke pintu rumah.
Setelah tau siapa yang datang, Salim kembali ke ruang keluarga.
"Ada Mas Bima" ucapnya kepada ayah bunda dan sang kakak.
Juwita malah terisak dan memeluk Sona.
Bima yang masih menduga duga apa yang sudah dilakukan oleh Bagas pada putrinya langsung berdiri dan menghampiri kekasih Juwita itu.
"Selamat pagi Om" sapa Bagas ramah namun Bima tidak menerima sapaan anak muda itu dengan baik.
"Apa yang udah kamu perbuat sama putriku, hah?" tanya Bima dengan tatapan tajam.
"Saya bisa menjelaskannya, om" jawab Bagas lalu mendapatkan satu bogeman di wajahnya dari Bima.
Bugh!
Bagas langsung tersungkur di lantai.
"KAMU BERANINYA MENYAKITI PUTRI SAYA!" teriak Bima tak terkendali.
Mendengar teriakan didepan rumah, Salim langsunh berlari karena baginya pasti ada tontonan seru nih.
Beda dengan Sona dan Juwita, kedua wanita ini panik mendengar Bima berteriak karena jarang sekali pria itu menggunakan nada tinggi.
Keduanya pun menghampiri sumber suara.
"Ayah!" teriak Sona saat melihat suaminya itu mencengram kerah baju Bagas. Ia pun melepaskan keduanya.
"Ayah apa apaan kamu tuh? Dia anak Deni dan Weni! Ayah kok main kekerasan!" protes Sona sambil menahan tubuh Bima agar tidak menyakiti Bagas lagi.
Juwita yang melihat ayahnya sangat marah dan wajah mantan kekasihnya yang sudah membiru serta keluar darah disudut bibir hanya diam saja.
Rasa sakit hatinya tidak mampu membuatnya iba melihat Bagas dihajar oleh sang ayah.
"Pergilah, Gas. Aku tidak mah bertemu kamu. Kita sudah putus" ucap Juwita kepada Bagas.
"No! Aku sangat mencintaimu, Juwita! Kasih aku kesempatan" bujuk Bagas dengan mata memerah.
"Kepercayaanku sudah hancur. Kamu mengkhianatiku dan di lain waktu kamu bisa mengulanginya" sahut Juwita yang kekeh dengan pemikirannya bahwa selingkuh itu susah dihilangkan.
"Sungguh aku gak selingkuh!" seru Bagas namun malah mendapatkan tamparan dari Bima lagi.
Plak!
"Sekali kamu selingkuh, aku ayah juwita tidak akan merestuimu jadi kekasih putriku lagi! Pergilah sebelum aku membuatmu tak bisa berjalan" ancam Bima.
Mendengar ancaman Bima, Bagas pun merasa bahwa tidak ada yang mempercayai omongannya. Padahal ia sangat percaya pada Juwita jika wanita itu mempercayai apa yang ia katakan untuk menjelaskan keadaan. Namun salah. Kepercayaan mereka berdua tidak sekuat itu untuk mempertahankan hubungan.
Bagas pun terdiam menatap Juwita yang terlihat sangat terpukul akibat memergokinya tadi malam.
"Baiklah, aku akan pergi. Maafkan aku Om, Tante, jika aku mengecewakan kalian. Tapi aku hanya bilang, sikap kalian seperti ini membuatku sadar bahwa kalian menghakimiku atas kesalahan yang tidak aku perbuat. Mungkin bukan hanya kalian saja yang kecewa, tapi aku juga. Aku akan pergi" pamit Bagas seperti sudah lelah mencoba memberi penjelasan.
"Dan kau, Juwita. Aku harap kamu tidak menyesal telah menyia nyiakan ku seperti ini" lanjutnya dengan wajah datar dan menahan sakit nyeri di wajahnya.
Bima lagi lagi tidak terima omongan Bagas seperti sumpah buruk kepada sang putri, ia pun kembali meradang.
"Pergilah! Putriku tidak akan menyesal telah meninggalkanmu!" teriak Bima saat Bagas mulai meninggalkan rumah Anggara.
Sona pun langsung menenangkan sang suami dan mengajak Juwita masuk kedalan rumah.
Diam diam, Salim merekam semua kejadian itu. Selain emang hobinya fotografer dan videografer, dia suka mengabadikan moment penting yang tiba tiba muncul didepannya.
"Menarik" gumamnya.
Lalu ia ikut masuk kedalam rumah.
...Flashback off...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!