Hari ini putri Anastasia duduk di balkon menonton pasukan kerajaan yang sedang latihan. Sesekali putri Anastasia menghela napas panjang, tanda bahwa ia sedang bosan setengah mati.
Putri Anastasia, putri tunggal dari kerajaan Savarant. Orang-orang sering memanggil Putri Anastasia dengan panggilan Putri Ana, usianya baru 17 tahun. Putri Ana cepat bosan jika melakukan hal yang sama terus-menerus.
Sama seperti hari-hari lainnya, putri Ana di beri tugas mengawasi berlangsungnya pelatihan militer, yang bisanya memakan waktu seharian.
Namun Putri Ana cukup senang karena ia bisa melihat orang yang ia sukai secara diam-diam.
Dominict, dia adalah jendral pemimpin pasukan kerajaan. Usianya 12 tahun lebih dewasa dari Putri Ana. Dia adalah pria yang Putri Ana sukai. Sejak pertama ia bertemu dengan Dominict. Meski begitu Putri Ana tak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya pada Dominict.
Putri Ana melihat Dominict sedang melatih pasukan kerajaan, entah kenapa Putri Ana memilih untuk menggambar Dominict di atas secarik kertas. Tiba-tiba angin berhembus kencang dan menerbangkan kertas yang Putri Ana gambar tadi ke tengah lapangan dan mendarat di tangan Dominict.
Melihat kertas yang mengambang di hadapannya, Dominict mengambil kertas itu dan melihat isi di dalamnya. Mengakat alis dan terkekeh.
" Apa ini milik anda,Yang Mulia? " Kata Dominict sambil menunjukan secarik kertas di tangannya dari tengah lapangan.
" Eh!! Dominict melihatnya! " Batin Putri Ana, terkejut. " I..iya itu milikku." gugup.
Tersenyum melihat lukisan yang hanya sedikit mirip dengannya.
" Tidak mengapa. Tuan Putri." Ucapnya lalu tersenyum pada putri Ana.
Putri Ana tampak gugup sekali, Dominict tahu Putri Ana menggambarnya sedari tadi. Kemudian Dominict menghampiri Putri Ana di balkon.
" Kenapa anda diam saja? Bukankah seharusnya anda berteriak histeris? " Katanya di hadapan Putri Ana, Putri Ana menatap Dominict malu-malu.
" S..sudahlah! Kembalikan itu padaku! " Ucap Putri Ana mencoba merebut kembali kertas di tangan Dominict.
Lalu Dominict mengangkat tangannya meletakan kertas itu di atas kepalanya agar putri Ana tak bisa meraihnya.
" Ah... tidak! Bilang dulu kenapa anda menggambar saya? Apa anda menyukai saya? " Kata Dominict dengan senyuman licik di mulutnya.
Putri Ana terkejut. matanya melebar saat Dominict ingin Putri Ana mengatakan perasaanya pada Dominict.
" Memangnya tidak boleh? Aku bebas menggambar apapun dan siapapun yang aku mau!! Siapa yang bilang aku suka padamu, jendral! " Putri Ana masih mencoba merebut kertas yang Dominict pegang.
" Itu bukan masalah bebas atau tidak, Tuan Putri." Ucapnya tertawa dingin.
Putri Ana menatap kesal pada Dominict.
" Aku bilang kembalikan!! " Putri Ana melompat-lompat di hadapan Dominict mencoba merebut kembali kertas yang ia pegang di atas kepalanya.
" Anda memang sangat lucu saat seperti ini." Tertawa terbahak-bahak.
Putri Ana mulai kesal saat Dominict mengejeknya.
" Dominict!! Cepat kembalikan!!" Bentak sang Putri keras, Putri Ana merasa di permainkan oleh Dominict.
Menghentikan tawanya, dan memandang tajam kearah tuan putri.
" Apa anda mengancam saya?" Menatap tajam ke arah Tuan Putri.
" A.aku tidak mengancam mu! Aku hanya ingin kertas itu kembali! " Jelas Putri Ana masih berusaha mengambil kertas yang Dominict pegang.
" Jangan tatap aku seperti itu!! " Kesal.
" Aku tidak akan mengembalikannya, jadi berhentilah untuk merebut nya! " Masih menatap tajam kepada Putri Ana. Putri Ana melihat Dominict dengan kesal.
" Kenapa?! "
Lalu Dominict menyembunyikan kertas itu di belakang tubuhnya. Kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Tuan Putri. Sambil menyeringai licik.
" Karena saya ingin anda menyerah." Bisik Dominict.
Putri Ana semakin kesal dibuatnya.
" Dominict!!! Kenapa kau selalu menjahili ku?! " Ucap Putri Ana merajuk. Dominict hanya tertawa melihat Putri Ana merajuk.
" Siapa yang menjahili sih? Saya hanya ingin anda mengatakan bahwa anda menyukai saya." Ucapnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Tuan Putri.
" A.apa maksudmu?! " Putri Ana terkejut dan wajahnya memerah saat dominict ingin Putri Ana menyatakan perasaannya pada Dominict. Melihat reaksi Putri Ana, Dominict tersenyum kecil. Kemudian Dominict berjalan mendekat dan berbisik pelan di telinga Tuan Putri.
" Kau tahu? Aku sudah tahu kalau kau menyukaiku, jadi jangan menyangkal kalau kau menyukaiku." Ucap Dominict berbisik.
Sontak, Putri Ana terkejut Dominict telah mengetahui kalau Putri Ana menyukainya. Lalu Putri Ana berbalik dan menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Jantungnya berdetak kencang sampai-sampai putri Ana menyentuh dadanya saking terkejutnya.
" Jangan malu-malu, Tuan Putri. " Tersenyum penuh kemenangan.
" A.aku akan kembali ke kamarku." Kata Putri Ana gugup, mencoba melarikan diri. Dominict tersenyum licik pada Putri Ana.
" Baiklah, saya juga sedang sibuk. " Tersenyum penuh kemenangan melihat Putri Ana pergi meninggalkannya di sana. Kemudian Dominict melihat kertas itu lagi lalu tersenyum sendiri.
Tak lama ia melanjutkan tugasnya kembali, melatih pasukan kerajaan di lapangan.
Sementara itu Putri Ana yang sampai di kamarnya membanting pintu dengan kesal.
" Dasar Dominict bodoh! " Ucap Putri Ana kesal. " Dia selalu saja begitu! " Putri Ana membuang tubuhnya di kursi panjang di kamar kemudian berbaring di sana.
Putri Ana memandang langit-langit kamar dan menyentuh dadanya lembut dengan tangan, Putri Ana masih merasakan jantungnya berdegup kencang.
tak lama...
" Yang Mulai, saya bawakan anda teh hangat. " terdengar Sebastian pelayan pribadi Putri Ana mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam kamar, membawakan teh hangat untuk Putri Ana.
" Ada apa, Yang Mulia? Sepertinya ada yang sedang anda pikirkan? " Tanya Sebastian lalu meletakan secangkir teh di atas meja.
" Tidak ada. Aku hanya sedang lelah saja. " Jawab Putri hanya sekedar.
" Apa ini tentang Jendral Dominict? " Tanya Sebastian sambil merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja, yang hampir semuanya berisi gambar Dominict.
" Eh! " Terkejut.
" Yang Mulia, jika anda menyukainya kenapa tidak jujur saja! Toh, juga Jendral sudah mengetahuinya kalau anda menyukainya. " kata Sebastian.
" Eee!!! yang benar saja aku harus mengatakan aku suka padanya!! " ucap putri Ana gengsi.
" Ya.. jika anda tidak mengatakannya. nanti bisa-bisa jendral di rebut orang lain, loh. ya... hitung-hitung mumpung Jendral Dominict masih sediri. Karena biasanya laki-laki tampan itu sering di dekati wanita." jelas Sebastian.
Mendengar perkataan Sebastian, Putri Ana tampak berpikir keras untuk bagaimana ia akan mengatakan perasaanya pada Dominict.
" kalau begitu saya permisi, Yang Mulia. " lalu Sebastian keluar dari kamar Putri Ana. Meninggalkan Tuan Putri Ana yang masih tampak bingung dengan perasaannya.
" Aaarrgg!!! aku tidak tahu!!! " teriak Putri Ana, mengacak-acak rambutnya. " sebaiknya aku mandi saja." Ucap Putri Ana, berlalu berjalan ke kamar mandi, di sana ia berendam namun masih terlihat memikirkan bagaimana ia akan mengatakan perasaanya pada Dominict.
Setelah mandi putri Ana keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang membalut tubuhnya yang mungil dan berjalan menuju kamar.
Tiba-tiba...
Putri Ana menghentikan langkahnya. Ia menatap seseorang yang sedang meletakan sesuatu di atas meja. Untuk beberapa saat Putri Ana dan sosok itu saling memandang satu sama lain.
Bersambung.......
Baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi Putri Ana melihat seseorang di kamarnya. untuk beberapa saat Putri Ana dan orang itu saling memandang.
" Dominict!!!! Apa yang kau lakukan di kamar ku?! Dasar mesum!!!! " teriak Putri Ana kencang. Setelah ia mengenali sosok itu.
Melihat Putri Ana yang berteriak, dengan cepat Dominict berlari kearah Putri Ana yang histeris, menarik tangannya dan meremas bibir Tuan Putri dengan keras.
" DIAM!! " Membentak. " Kau mau membuatku gila atau apa?! " Memeluk tubuh Putri Ana dari belakang dan menahan bibir nya.
" MMMM!!! " Dengan bibirnya yang masih di bekap oleh Dominict, Putri Ana mencoba melepaskan diri dari cengkraman Dominict.
" DIAM!!! jika anda ingin aku lepaskan berhentilah meronta, Yang Mulia! " kata Dominict dengan nada mengancam.
Putri Ana mengangguk tanda ia mengerti. Tiba-tiba handuk yang membalut tubuh Putri Ana terlepas dari tubuhnya. Sontak membuat Putri Ana terkejut, dan berusaha menutupi tubuhnya.
Dominict menatap serius tubuh mulus Putri Ana.
" Yang Mulia, apa anda menguji kesabaran saya atau apa? Apakah anda tahu apa yang tengah anda lakukan?" Menatap serius Putri Ana.
" Dominict!! " Berteriak malu. " a..apa yang kau lakukan!? " Malu karena Dominict melihat tubuhnya.
Tersenyum nakal. " Nanti juga anda akan tahu apa yang akan saya lakukan. " ucap Dominict, tersenyum senang.
Masih memeluk tubuh Putri Ana dari belakang.
" Aku akan..... " Mendekatkan bibirnya ke telinga Tuan Putri " mengajari anda caranya menahan gairah. "
" Ah! Dominict, kau!!...hentikan....!!! " Putri Ana mencoba mendorong tubuh Dominict menjauh, namun tenaga Dominict jauh lebih besar darinya.
" Apa yang anda katakan, Tuan Putri? Berhenti? " Tersenyum nakal.
Dengan berani, Dominict mencium bibir Tuan Putri dan menciumi leher Putri Ana. Dominict menatap tubuh Putri Ana yang telanjang, dengan senyuman licik di mulutnya.
Putri Ana, mulai mendesah dan mengerang pelan.
" Dominict..ah..aku.. aku perintahkan kau untuk berhenti!!! " Ucapku, sesaat Dominict menatap Putri Ana, dan tersenyum penuh kemenangan.
" Apa ini yang kau maksud berhenti? " Tersenyum licik. " permintaanmu sudah ku patuhi." Sambil tersenyum licik, Dominict menghentikan aksinya.
Tiba-tiba.....
Seseorang mengetuk pintu kamar putri Ana. Sontak Putri Ana terkejut, mendengar suara pintu yang di ketuk dari luar. namun berbeda dengan Dominict, dia malah tenang dan tak menggubris ketukan pintu itu.
" Tenanglah! Turuti apa kataku jika anda masih ingin tetap menjaga kehormatan anda ,Yang Mulia." Berbisik di telinga Tuan Putri.
" Siapa? " Tanya Dominict pada seseorang yang ada di balik pintu.
" Saya, Sbastian. Jendral. Saya bawakan Tuan Putri makan malam, " ucap Sbastian dari balik pintu. Sbastian tampak heran kenapa Jendral Dominict ada di kamar Tuan Putri, karena ini tidak seperti kebiasaannya, Dominict.
" Masuklah! " Kata Dominict, menyuruh Sbastian masuk kedalam kamar.
" Diam!! Dan jangan bergerak! " Bisik Dominict, di telinga Putri Ana, masih memeluk tubuh Putri Ana dari belakang. Kemudian Sbastian membuka pintu dan masuk ke kamar putri Ana.
" Jendral? Apa yang anda lakukan di kamar, Tuan Putri? " Tanya Sbastian heran. " ...dan Dimana Tuan Putri? " Tanyanya lagi pada Dominict yang berdiri membelakanginya.
" Aku membawa barang yang di minta Tuan Putri tadi siang. " Memberi alasan dengan berbohong. Dominict tampak tenang saat dia berbohong.
Karena tubuh Putri Ana mungil, hanya dengan tinggi 156 cm, membuat Putri Ana tidak terlihat di balik tubuh Dominict yang tingginya 190 cm, membuat Sbastian tidak sadar kalau Putri ada di balik tubuh Dominict.
" Lalu Putri ada dimana? " tanya Sbastian celingukan. lalu meletakan nampan di atas meja berisi makan malam Tuan Putri.
" Aku juga tidak tahu! Aku baru saja sampai di sini dan Putri sudah tidak ada di sini." Jawab Dominict berbohong. Masih membelakangi Sbastian.
" Kalau begitu, saya akan letakan makan malam Tuan Putri di sini kalau-kalau Tuan Putri sudah kembali. " Ucap Sbastian, berlalu pergi dari kamar Putri Ana.
Tersenyum nakal. Sesaat setelah Sbastian pergi dan menutup pintu kamar Putri Ana.
Putri Ana, tampak sangat terkejut, hampir saja Sbastian melihat hal yang tak seharusnya ia lihat.
" Ada apa? Aku tahu kau ingin melanjutkannya kan? " Menatap Putri Ana dengan tatapan menggoda.
Lalu mengambil selimut dan menutupi tubuh Putri Ana yang telanjang.
" !?" Terkejut.
" jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya. " Tersenyum dan berbisik di telinganya Putri Ana.
Matanya melebar dan wajahnya memerah malu. Dengan cepat Putri Ana melempar bantal pada Dominict di hadapannya.
" Dominict!!!! " Teriak Putri Ana.
Menangkis bantal yang di lempar ke wajahnya, Dominict hanya terkekeh.
" Kau memang selalu menghiburku. " Tertawa genit.
Putri Ana tampak kesal di permainkan oleh Dominict.
" Awas, kau!!! "
" Hati-hati, Yang mulia. Anda masih telanjang! jangan sampai saya kehilangan kendali atas diri saya, Yang Mulia. " bisik Dominict di telinga Putri Ana. Kemudian berlalu pergi dari kamar Putri Ana.
" Eh?! " Terkejut.
Berlalu pergi dari kamar Putri Ana.
Hari ini, Putri Ana diberi tugas untuk mengawasi pelatihan militer, dan di sana juga ada Dominict.
Putri Ana, melihat Dominict yang sedang melatih para prajurit, dia terlihat tegas dan kejam, dia melatih prajuritnya dengan penuh tekanan. Tampak Dominict mempratekkan cara bertarung dengan tangan kosong.
" Jika di medan perang kalian lemah seperti ini.. bagaiman kalian tidak akan bisa bethan dalam perang sesungguhnya!!! Dalam keadaan terdesak tanpa senjata, gunakan benda di sekitar kalinya untuk melindungi diri!! Dalam perang bukan hanya tentang kemenangan,,, tapi kalian harus kembali dalam keadaan hidup!! " Suaranya bergema di lapang..
Putri Ana, melihat Dominict saat melatih pasukannya terlihat berbeda dengan Dominict yang sering menggodanya sebelumnya.
Tiba-tiba, Dominict melihat kearah Putri Ana yang mengawasi dari pinggir lapangan, sambil menyeringai licik. Sontak Putri Ana terkejut.
" Apa-apaan dia itu! " Batin putri Ana.
Dominict, mempraktekkan cara bertarung dengan kosong dengan para prajuritnya. Dominict, melepas seragamnya dan hanya mengenakan terusan celana panjang saja, memperlihatkan tubuh kekar seorang prajurit, dengan otot yang menonjol. Sontak membuat Putri Ana terpana dengan bentuk tubuh Dominict.
Di tengah lapangan, Dominict menjatuhkan lima orang prajuritnya dengan mudah, tanpa perlawanan yang berarti. Di sisi lapangan putri Ana menatap Dominict tanpa berkedip, melihat tubuh Dominict. Sampai-sampai ia harus melena ludah saking terpesonanya.
" Baiklah!! Kita istirahat satu jam setelah itu kita lanjutkan latihan!! " Kata Dominict lantang.
Kemudian dia berjalan ke sisi lapangan menghampiri Putri Ana, dengan masih bertelanjang dada.
Kemudian Dominict, memberi hormat pada putri Ana dengan berlutut di hadapnya.
" Yang mulia, " memberi hormat di hadapan Putri Ana. " Seharusnya anda..... " Belum sempat Dominict menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja sebuah anak panah meleset dari sasaran bidiknya melesat kearah mereka.
Dengan sigap Dominict menarik tangan Putri Ana kearahnya dan melindingi putri Ana di pelukannya.
Dominict melihat kearah para prajurit pemanah. Tak lama seorang prajurit baru menghampiri Dominict dan Putri Ana, ia langsung berlutut.
" Maafkan saya, Yang mulai. S..saya yang menahan,, s..saya bersalah...." Ucapnya takut. Dominict menatap prajurit baru itu tajam.
" Kau yang memanah? " Dominict tampak marah.
" I..iya, Jendral....s..saya tak sengaja..." lanjut sang prajurit baru.
Putri Ana, yang masih di gendong Dominict melihat amarah Dominict dengan jelas.
" Hei.. sudahlah dia tidak sengaja. " Ucap Putri Ana. Dominict menoleh ke arah Putri Ana.
Terdiam sejenak. Lalu menghela napas panjang mencoba mengendalikan emosi.
" Kembali ke pasukanmu!" Ucap Dominict, menyuruh pejurit baru itu kembali ke anggota regunya.
Masih menggendong putri Ana, Dominict menaiki tangga menuju balkon. Putri Ana menatap Dominict yang menggendongnya. Pandangannya jauh kedepan.
Di balkon, Dominict menurunkan Putri Ana dari pelukannya.
" Saya sudah bilang agar anda mengawasi dari balkon saja jangan terlalu dekat!! Latihan militer itu berbahaya, meski hanya latihan saja!! " Omel Dominict.
" Maafkan aku. " Ucap Putri Ana tampak menyesal.
Menghela nafas panjang. " Lain kali cukup lihat dan amati dari sini saja, mengerti! " Kata Dominict menekankan.
" Beruntung tidak sampai kena, kalau kena kau bisa terluka nanti. " Lanjut Dominict tampak ia khawatir.
Bersambung....
Putri Ana, mendengar pertama kalinya Dominict khawatir pada dirinya.
" Kau.. khawatir pada diriku? " Tanya Putri Ana, memastikan.
" Aku? Aku tidak khawatir padamu! Aku hanya khawatir pada diriku sendiri jika sampai kau terluka saat mengawasi pelatihan militer, pasti aku yang akan menanggung hukumannya. " Jelas Dominict.
" Eh! Aku pikir dia benar-benar khawatir. " Batin Putri Ana.
" Kenapa?! " Tanya Dominict, sambil tersenyum nakal. " Apa kau mengharapkan sesuatu yang berbeda? " Lanjut Dominict, mendekati dan memepet Putri Ana di balkon dengan tubuhnya.
" D..Dominict... " Putri Ana mendorong tubuh Dominict menjauh. Dominict Tersenyum licik, sambil mengangkat dagu Putri Ana dengan jari telunjuknya.
" Kau memang selalu lucu saat seperti ini, Tuan Putri. " Kata Dominict, kemudian menggenggam tangan Putri Ana dan mengusapkan telapak tangan Putri di dadanya. Sontak Putri Ana terkejut saat tangannya menyentuh dada Dominict, yang kekar. Dominict menyeret pelan telapak tangan Putri Ana ke bawah hingga di pusarnya.
" Mau lihat? " Ucapku Dominict pelan.
Sontak tubuh Putri Ana melompat kebelakang, saking kagetnya. Wajahnya memerah malu.
Dominict, terkekeh melihat reaksi Putri Ana.
Melepaskan tangan Putri Ana dari genggamannya, Dominict melompat dari balkon kembali kelapangan untuk melanjutkan tugasnya. Menoleh kearah Tuan Putri sekilas sambil tersenyum nakal.
" Dia benar-benar, mempermainkan ku! " Batin Putri Ana, kesal.
Setelah beberapa jam yang mengesalkan. Putri Ana tampak kelelahan, namun masih kesal. Setelah di permainkan oleh Dominict.
Di hari yang sama, Dominict mempersiapkan pasukan pemanahnya untuk melakukan latihan di luar istana. Mereka berlatih di Padang rumput pinggir kota. Disana meraka tidak hanya berlatih memanah, para prajurit itu juga berburu rusa liar sebagai sasaran tembak.
Sementara itu, Putri Ana mengajak Sbastian, pelayan pribadinya ke kota untuk pergi ke festival yang sedang berlangsung di kota.
" Tidak... Yang mulia, saya tidak bisa menemani anda ke kota!! " Kata Sbastian tegas, menolak permintaan tuan Putrinya.
" Hanya sebentar saja, lagi pula dekat. " Jelasnya.
" Yang mulia, saya tidak bisa membawa anda pergi!! Membawa anda pergi keluar dari istana adalah hal yang berbahaya, Yang Mulia! " jelas Sbastian lagi.
" Kan ada kau yang bersamaku! " ucap Putri Ana lagi.
" Pokonya, tidak..tidak..tidak..tidak.. dan tidak! " tegas Sbastian.
" Sbastian, aku ini Tuan Putri, majikanmu jadi kau harus menuruti perintah ku!! " desak putri Ana. Sambil menyilangkan tangannya di dada.
" Justru karena itu, saya sedang menjalankan tugas untuk melindungi anda, Yang Mulia! " Jawab Sbastian tegas.
" Hanya sebentar saja.. toh.. dekat dari istana.. boleh ya..ya..ya.. " bujuk Putri Ana.
Karena terus di bujuk dan di bujuk, akhirnya membuat Sbastian mengalah.
" Baiklah, saya akan menemani anda ke festival. Tapi anda harus menuruti apa yang saya katakan, Yang Mulia! " tegas Sbastian.
" Baiklah.." Putri Ana, tampak senang Karena ini pertama kalinya dia akan pergi ke festival di luar istana.
Sbastian, menghela napas panjang, ia merasa tak berdaya dengan permintaan Tuan Putri.
Kemudian Tuan Putri dan Sbastian pergi ke kota hanya berdua saja tanpa ada pengawal yang mengawal mereka. Sepanjang perjalanan Tuan Putri tampak sangat senang dan antusias. Selama tinggal di istana Putri Ana jarang sekali keluar istana. Di festival Putri Ana tampak bersenang-senang dan melakukan banyak permainan.
Hingga sampai lupa waktu, tanpa mereka sadari hari sudah sore. Sbastian membujuk Putri Ana agar segera kembali ke istana. Namun Putri Ana tak menghiraukan Sbastian yang sudah mulai khawatir karena mereka sudah berjalan-jalan sampai lupa waktu.
" Yang Mulia, kita harus segara kembali ke istana!! " ucap Sbastian cemas. " Saya bisa dalam masalah jika tidak segera membawa anda kembali. " lanjut Sbastian. Berusaha terus membujuk Tuan Putri.
" Baiklah, kita pulang, " ucap Putri Ana. Melihat wajah Sbastian yang khawatir.
Selama perjalanan dari kota menuju ke istana. Tuan Putri melihat Sbastian sedikit khawatir karena mereka kembali agak terlambat ke istana.
Tiba-tiba.....
Beberapa orang pria menghadang mereka di perjalan menuju istana. Tampak dari penampilannya mereka seperti preman.
" Wah.wah.. sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan kami.. " ucap salah seorang dari mereka.
" Tuan Putri, mundur! " Sbastian berusaha melindungi Putri Ana dengan berdiri di depan Putri Ana.
" Dari penampilan kalian, sepertinya kalian adalah bangsawan kaya.. " kata para preman itu, sambil menyeringai licik.
Melihat Sbastian yang berusaha melindungi Tuan Putri di balik punggungnya, membuat para preman tertantang dengan sikap Sbastian.
" Hei!! Tuan apa kau pelayan gadis itu.?! " Tertawa mengejek. Sbastian menatap mereka tajam.
" Aku suka tatapanmu. " Tiba-tiba mereka menyerang Sbastian hingga terkapar dan menjatuhkannya ke tanah dan menahan kepala dan tubuhnya, hingga membuat Sbastian tidak bisa melawan.
Dengan kasar para penjahat itu menarik tangan Putri Ana.
" Lihatlah!! Nonamu! kami akan bersenang-senang dengannya... " Menjambak kepala Sbastian dan memaksanya untuk melihat apa yang akan mereka lakukan pada Putri Ana.
" Kalian!! Hentikan!! " Sbastian mencoba memberontak, namun dengan dua orang pria yang menahan tubuhnya agar tetap di tanah ia tak bisa melakukan apapun.
" LEPASKAN!! " Putri Ana berteriak memberontak, namun tenaga nya tidak lebih besar dari pria-pria ini.
" Ho.. bagus begitu!! Akan seru jika ada perlawanan... " Ucap salah Seorang dari preman yang memegangi kedua tangan Putri Ana. Mereka tertawa licik, kemudian mereka merobek gaun yang di kenakan Tuan Putri putri dan bermaksud melecehkannya.
" Hei!! Kau juga ingin lihat tubuh Nonamu kan?! " Kata mereka mengejek Sbastian.
" Hentikan!! " Teriak Sbastian.
" Wah.. kalian bersenang-senang tanpa aku... Aku juga ingin melihat tubuhnya. "
Tiba-tiba... Terlihat seseorang sedang berdiri di pepohonan dengan menyadarkan bahunya di sebatang pohon dan melipat kedua tangannya di dada. Sontak mereka melihat ke arah pria itu.
" J..Jendral Dominict?!! " Ucap Sbastian terkejut saat mengenali sosok itu.
Dominict muncul di sana wajahnya tampak dingin menatap para preman itu.
" Siapa kau?! "
" Kalian tidak perlu tahu siapa aku.. ayo, lanjutkan!! Aku juga ingin melihat tubuhnya.." ucap Dominict santai, ia masih berdiri sambil bersandar di sebatang pohon.
" Dominict!!! Kau...!!! " Putri Ana terkejut dengan pernyataan Dominict barusan.
" Apa? " Jawab Dominict datar.
para preman yang melihat, wanita yang mereka goda memiliki hubungan dengan pria yang tampak santai melihat mereka dari kejauhan dan merasa tidak akan ada perlawanan darinya, mereka tetap melanjutkan aksinya. Saat para preman itu mulai menyentuh tubuh Tuan Putri saat itu juga Dominict mulai bertindak mendekati mereka, dan menghajar para preman itu.
Dominict hanya memasang senyum sinis, setelah berhasil melumpuhkan para preman itu satu persatu.
Lalu ia menatap Putri Ana, dan melihat tubuhnya yang hampir telanjang.
" Kau.. kau benar-benar gadis bodoh!! " Ucap Dominict, tanpa segan. Lalu menghela napas panjang.
" Sudah berapa kali aku bilang! Aku melarangmu pergi meninggalkan istana tanpa pengawasan!! Kau pikir Sbastian akan bisa melindungimu, HAH?! " bentak Dominict kesal dan marah. Memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan diri dari emosi.
Kemudian Dominict melepaskan jubahnya dan menyelimuti tubuh Putri Ana dengan jubahnya.
" Kau.. benar-benar membuatku gila.. " Gumam Dominict di hadapan Putri Ana, namun Putri mendengar semua yang Dominict katakan.
" M..maafkan aku.. " ucap Putri Ana menyesal.
Kemudian ia menangis karena saking syoknya.
" Sial!! " Batin Dominict, saat ia melihat wajah putri Ana yang tampak syok. " Sudahlah! Kau harus segera kembali ke istana, Yang Mulia. " Kata Dominict, lalu ia membawa para preman itu ke tempat pelatihan militer di luar istana dimana Dominict melatih pasukan pemanahnya.
Menendang dengan kasar para preman itu sambil menyeringai licik.
" HEII!!! KALIAN MEMILIKI SASARAN TEMBAK BARU!!! " teriak Dominict lantang di tengah lapangan. Sontak seluruh prajurit pemanah melihat kearahnya.
Kemudian Dominict melepaskan ikatan para preman itu.
" Nah, sekarang kita baru bisa bermain kan? Aku akan hitung sampai sepuluh sebelum itu lakian larilah, yang cepat ya! Jika masih sayang nyawa! " Bisik Dominict di telinga salah seorang preman itu. Dengan senyuman seperti iblis.
Kemudian Dominict mulai menghitung.
" Satu....dua....tiga..... " sontak para preman itu berlari tunggang langgang, melihat mereka berlari ketakutan Dominict tampak masih menghitung dan tak mengejar mereka.
" Empat.....lima.....enam.....tujuh.....delapan..... sembilan......sepuluh...... " dengan senyuman licik dan seolah menikmati yang ia lakukan saat ini.
" Bunuh mereka!! " Ucap Dominict pelan kemudian seluruh prajurit pemanah mengikuti perintah Dominict. Mereka mengejar para preman itu dengan kuda dan membidik mereka seperti mereka sedang berburu rusa di hutan.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!