NovelToon NovelToon

My Husband Cool

Bab 1.

Disebuah kamar yang bernuansa pink, terdapat seorang gadis yang masih asyik bergelung dengan alam mimpi nya. Tidak memedulikan alarm yang sejak tadi berbunyi. Beberapa saat kemudian mata itu perlahan terbuka, lalu tangan nya meraba-meraba nakas yang berada disamping ranjang nya. Setelah menemukan alarm yang sejak tadi berbunyi, lantas ia segera mematikan nya.

Gadis itu tidak langsung bangkit, melainkan duduk bersandar pada kepala ranjang terlebih dahulu, guna untuk mengumpulkan nyawa, tetapi sampai sepuluh menit pun gadis itu tetap pada posisi duduk nya dengan mata terpejam.

Hingga suara seseorang yang membangun kan nya dengan cara berteriak, membuat si empunya kamar terlonjak kaget.

" REDYNAAAAA, BANGUN LO!"

Dengan kesadaran yang mulai terkumpul,Redyna gadis itu melangkah menuju pintu. Selama berjalan,ia terus mengumpati orang yang berteriak sembari mengetuk pintu kamar nya dengan keras.

" Apa sih, Bang?" Tanya nya dengan sedikit menggaruk bagian kepala yang terasa gatal.

"Astaghfirullah, DYNAAAAA!. Dari tadi Lo belum bangun?!

Udah berapa kali alarm lo itu bunyi,huh?! Kuping aja sampai mau copot dengar nya Na! Astaghfirullah.

Redyna hanya mengangguk mendengar ocehan Abang nya. Raga geram melihat adik nya yang seperti orang linglung,ia memegang kedua bahu Redyna, lalu mengguncang nya kencang.

" REDYNA, mau sampai kapan Lo kayak gini,hah?!" Teriak Raga tepat didepan wajah Redyna.

Teriakan Raga di pagi hari persis seperti teriakan ibu-ibu, berdaster, tangan Redyna sampai terangkat untuk mengusap telinga dan langsung menutupi nya. Gadis itu hanya takut saja, jika kedua telinga nya mengalami kerusakan akibat teriakan dari Raga.

Tapi sebelum benar-benar menjauh, Raga membalas ucapan sang adik dengan sengit." Lo sendiri yang punya telinga banyak congek nya. Wajar aja kalau gue teriak!"

Setelah nya Raga pergi meninggalkan kamar Redyna,tanpa dimasukkan kedalam hati atas perkataan Abang nya, Redyna menutup pintu kamar lalu melesat kekamar mandi yang berada didalam kamarnya itu, Redyna harus segera bergegas, sebelum nanti mama nya yang akan menyusul kekamar nya.

Suasana SMA ALZERO pagi ini terlihat ramai, seperti biasanya,para siswa dan siswi mulai berdatangan memasuki gerbang dengan berbagai cara,ada yang menggunakan mobil, motor, atau pun berjalan kaki.

"Kalau gitu Dyna masuk dulu ya Bang,"ujar Redyna seraya melepaskan seatbelt yang melilit tubuh nya"

"Ho'oh,sana masuk." Raga mengacak pucuk kepala Redyna."

"Jangan kelamaan dimobil gue, nanti nih mobil jadi bau lagi."

"Ya ampun Bang,Lo tu ya, dari gue melek sampe gue merem selalu aja bikin emosi."

Bisa-bisa gue punya darah tinggi nih, balas Redyna, Gadis itu memutar tubuh nya menghadap Raga.

"Lo punya masalah hidup apa sama gue,Bang? Cepat bilang.

Raga melihat Redyna yang sedang menatap nya serius dan sedang menanti sebuah jawaban dari nya. Pria itu pun ikut menatap adiknya dengan serius juga. " Nggak ada apa-apa, Na.

Mungkin kalau orang beriman hidup nya bakalan tenang setelah melakukan hal-hal kebaikan,lain kalau untuk gue,menjahili Lo sampe emosi adalah suatu yang menyenangkan. So,Lo harus ingat itu Na.

Mengelus dada dengan sabar dan menghembuskan nafasnya pelan, Redyna mengangguk. "Oke, kalau itu mau Lo, Bang. Jangan harap Lo dapat warisan dari papa.

Adik nya ini ada saja yang dapat dilakukan agar Raga harus berhati-hati dengan gadis itu. Ancaman yang selalu Redyna katakan, pasti selalu tentang warisan. Beberapa hari Raga akan absen untuk menjahili adiknya itu, setelah itu ia akan kembali menjahili adik satu-satunya ini.

Ingat, hidup Raga tidak akan dapat tenang sebelum menjahili Redyna sampai emosi.

"Serem amat ancaman nya, adik ku Sayang"

"Karena cuma itu yang bikin Lo berhenti ngejahilin gue, apalagi kalau udah gue aduin kepapa."

Raga mulai mencibir dan tidak mempedulikan Redyna yang masih saja berbicara ini itu untuk menyadarkan dirinya. Raga sebenarnya selalu iri atau cemburu pada adiknya ini. Pasal nya Redyna selalu dimanja oleh kedua orang tuanya secara berlebihan. Berbeda sekali dengan nya disaat Redyna belum ada didunia.

Tidak menghiraukan Redyna yang mau terus berbicara, Raga turun dari mobil dan membuka pintu penumpang." Turun, Na.

Abang mau ngampus, nanti keburu telat."

"Ngusir nih ceritanya?" Mau tidak mau, Redyna pun turun dari mobil Raga."

"Bisa jadi "

"Kurang aj---"

Cup

Segera saja Raga mencium kening Redyna dengan dalam dan penuh kasih sayang, sebelum adik nya itu melanjutkan ucapannya." Oke, belajar yang benar,Na."

Abang berangkat.Bayyyyyyyu."

Kemudian Raga kembali memasuki mobil dan mulai menjalankan nya, meninggalkan Redyna yang tengah berdiri didepan gerbang SMA ALZERO.

***

Redyna berjalan memasuki gerbang, bersama siswa - siswi lain nya. Tidak jauh dari gerbang, Redyna melihat kedua sahabat nya yang mungkin tengah menunggu nya dibawah pohon mangga.

Gadis itu segera mempercepat langkah nya, setiba dihadapan dua gadis yang menungguinya, Redyna pun menyapa keduanya.

"Haiii."

"Hai juga, Dyna"

Kedua nya merentangkan tangan secara bersamaan, lalu berucap "Lo nggak kangen sama kita?"

Tanpa membalas, Redyna segera menubruk tubuh kedua nya memeluk dua gadis yang sudah dua minggu ia rindukan ini.

"Gue nggak tahu, mesti ngomong apa gue saat ini, beberapa kata saja nggak cukup untuk mendeskripsikan rasa rindu gue sama kalian ciwi-ciwi ku"

Dua gadis yang merupakan sahabat Redyna itu, membalas pelukannya dengan tidak kalah erat dari pelukan yang Redyna berikan.

Mereka terus berpelukan, hingga beberapa siswi-siswi sempat melirik ketiganya dengan penasaran, kemudian, salah satu dari mereka melepas pelukannya, secara paksa.

"Udah, udah,engap gue, kalau terus-terusan pelukan. Mana kenceng banget,lagi"

"Redyna terkekeh .iya,iya, untung aja nggak sampe wafat ya,Ra."

"Kenapa nggak diwafatin aja sekalian,di kan beban." Gadis yang satu nya lagi ikut menimpali dengan gurauan.

"Giliran nanti gue wafat, kalian malah nangis-nangis tujuh hari tujuh malam."

"Astaghfirullah,omongan lo itu Lo, Zahra,"ucap Redyna, seraya mengusap dadanya dan menggeleng pelan. Seolah-olah gadis Itu tidak habis pikir dengan ucapan Zahra."

"Ya mangkanya,Lo berdua jangan mancing-mancing," balas Zahra.

Kemudian telunjuk nya terangkat untuk menyentuh kening sahabat nya dan mendorong nya pelan.

"Ini ,nih,apa lagi nih anak kalau udah kesel sama gue."

Bawaannya mungkin mau nyantet gue, atau yang lebih parahnya merencanakan kewafatan gue.

"CK,gue ngak sampe kayak gitu,Ra. Jahat banget namanya kalau jadi sahabat kayak gitu,"elak nya setelah menepis tangan Zahra.

"Emang begitu kan ,Na? Si Dinda ini kalau ngedenger gue ngomong, pasti bawaannya emosi. Salah apa gue sama nih anak."

Redyna jadi ingin tertawa, melihat kedua sahabat nya ini, Tangan nya mengelus dengan pelan bahu Zahra,menguatkan gadis itu.

"Mungkin Lo nya aja yang kalau ngomong kayak ngajakin orang berantem,ya ngak Din?"

"Nah,bener tuh,Na." Dinda menjentikkan jari nya,ia Setuju dengan yang diucapkan oleh Redyna. Hanya Redyna saja yang mengerti dirinya, tidak dengan Zahra.

"Dah lah,gue ngambek!" Rajuk Zahra bersedekah dan memalingkan wajahnya "

Redyna tidak menghiraukan rajukan Zahra,gadis itu mengajak Dinda untuk segera masuk ke kelas, karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

Disepanjang perjalanan menuju kelas, kedua nya terus membicarakan Zahra.

Hanya membicarakan keburukan dari gadis itu, tidak dengan kebaikan,sebab kebaikan Zahra tidak asyik untuk dibicarakan.

Seseorang datang dari arah belakang mereka,dan memeluk bahu kedua nya.

"Jahat banget sih kalian, sahabat nya lagi ngambek kok malah ditinggal.

Kadang gue iri sama orang, yang kalau sahabat nya lagi ngambek tuh dibujuk,dirayu,lah gue,malah ditinggal,miris."

Dinda menoleh dan menyahuti ucapan Zahra.

"Emang hidup Lo udah miris dari dulu,"kan? Jadi,hal-hal kecil kayak gini, ngak ada pengaruhnya sama sekali buat Lo."

"Lagian,Ra, nggak guna juga bujuk-bujuk Lo, nanti juga udahan ngambek nya." Redyna ikut menimpali.

Didetik setelah nya, Zahra berjalan lebih dulu dengan menghentakkan kakinya. Meninggalkan Redyna dan Dinda yang tertawa terbahak bahak.

***

"Din, Ryna, kantin yuk ,laper nih," ajak Zahra.

"Ngambek nya udahan,nih?" Tanya Redyna yang masih ingin menggoda gadis itu.

Bel istirahat telah berbunyi,para siswa - siswi, berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut nya yang mungkin salah satu dari mereka belum sempat untuk sarapan pagi.

Guru yang mengajar dikelas XII- IPS2 sudah keluar dari kelas terlebih dahulu, satu menit sebelum bel berbunyi.

Kini hanya tersisa beberapa orang saja yang ada didalam kelas, termasuk Redyna, Dinda,dan Zahra. Redyna menatap jahil Zahra, gadis itu hanya ingin menggoda sahabat nya yang terlalu baperan.

Dinda juga ikut untuk menggoda sahabat nya dengan menaik turun kan Alis nya, kemudian Zahra mendengus kesal " FINE !"

"Sebenarnya gue nggak ngambek, cuma kesel aja sama kalian, entah kenapa, gue ngerasa cuma gue doang yang selalu ngerasa kalau terus-terusan didzolimi, diantara kita bertiga"

Redyna mengibaskan tangan nya."mungkin hari ini mood Lo lagi buruk, mangkanya Lo selalu ngerasa kalau Lo yang terus-terusan didzolimi.

"Padahal, nyatanya lo yang selalu ngedzolimin kita berdua." Dinda ikut menimpali.

"Mana ada !" Sanggah Zahra. Gadis itu menghembuskan napas nya pelan, lalu berkata," mungkin aja mood gue lagi ngak bagus hari ini.

Soalnya tadi si Ibnu bikin masalah pas gue mau berangkat sekolah.

"Nah, bisa jadi itu penyebab nya, Lo kan kalau sama Ibnu ngak pernah akur,bareng sedetik pun,"saut Redyna.

Sedangkan Zahra hanya mengangguk kan kepalanya saja, membenarkan yang apa dikatakan oleh Redyna,memang gadis itu tak pernah akur dengan adiknya itu yang bernama Ibnu.

Begitu pun dengan Redyna yang harus selalu dapat menahan emosi nya ketika sedang berada didekat Raga, mempunyai kakak dan adik yang sifatnya begitu menyebalkan, benar-benar menguras emosi dan tenaga.

Mereka memutuskan untuk segera kekantin,juga untuk mengubah mood Zahra agar membaik.

Keadaan kantin begitu ramai ketika Redyna dan para sahabat nya tiba disana,bahkan tempat duduk yang ada disana hampir penuh, Dinda mengajak kedua nya ketempat duduk yang letaknya paling ujung,karena hanya tempat itu yang tersisa.

Untung saja Dinda segera menemukan tempat duduk yang disana,tanpa berlama-lama mereka menuju ketempat tersebut.

"Gila, sih, kantin kenapa rame banget hari ini?

Ngak kayak biasanya." Ujar Redyna ketika mereka telah mendudukkan diri dikursi panjang."

"Ho'oh,ya"

Kemudian Dinda berdiri dari duduknya dan menatap kedua sahabat nya.

"Hari ini jadwal gue yang pesen makanan, kalian pesen yang kayak biasanya kan?"

Redyna dan Zahra Hanya menjawab dengan acungan jempol kepada Dinda. Setelah nya gadis itu pergi untuk memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Oh iya,Na,Lo kemarin nggak masuk kemana"?

Tanya Zahra pada Redyna yang tengah memainkan ponsel. Mendapat pertanyaan dari sahabat nya, Redyna segera mematikan ponsel nya dan menjawab pertanyaan Zahra.

"Gue kebandung ,kerumah Omague."

"Bang Raga ikut?" Tanya gadis itu lagi dengan penasaran.

Zahra menyukai Raga sejak pertama kali bertamu kerumah Redyna, cinta pada pandangan pertama katanya.

"Ia, kenapa?"

" Nggak apa-apa nanya doang, Na. Bang Raga kok makin ganteng, ya?" Ujar Zahra sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan wajah tampan Raga.

"Ia dong, gue aja yang adiknya makin cantik."

Dengan percaya diri Redyna mengibaskan rambut sebahu nya, Zahra yang mendengar itu langsung memperagakan layaknya orang muntah-muntah.

Hingga beberapa saat kemudian, Dinda datang dengan nampan yang berisi pesanan dirinya, Redyna, dan Zahra, mereka memakan makanan nya dengan lahap.

Bab 2.

Pukul 14:00 WIB. Bel pulang SMA ALZERO berbunyi, siswa-siswi yang mendengar itu langsung bersorak gembira, SMA hal nya dengan kelas Redyna.

Bagaimana tidak, jika guru yang mengajar dikelas mereka adalah Pak Mardi, guru yang menjelaskan mata pelajaran nya seperti sedang membaca kan dongeng untuk anak-anak agar cepat tidur.

"Ok pak," Balas serempak murid XII- IPS2. Kemudian Pak Mardi meninggalkan kelas, disusul dengan murid-murid di kelas itu, satu persatu pun mulai meninggalkan kelas.

"Dyna,Lo pulang sama siapa?" Tanya Dinda.

"Sama Gue aja,Na,yuk." Tiba-tiba suara laki-laki terdengar mengajak Redyna untuk pulang bersama nya.

Menolehkan kepala kebelakang, Redyna mendapati langit ketua kelas yang tengah tersenyum kepada nya.

"Makasih deh Lang, Gue pulangnya dijemput Abang gue. Maaf ya,"tolak Redyna halus.

Karena memang arah rumahnya dan rumah langit berlawanan.

Langit mengangguk pelan dengan santai."ok" kalau begitu gue duluan,ya.

Semisal nya Lo belum dijemput juga, telfon gue aja Na." Katanya.

Sip,dah, balas Redyna dengan mengacungkan kedua jempol nya,dan setelah itu Langit beranjak keluar kelas.

"Jadi?" Tanya Dinda ulang

"Nggak tahu ini, gue baru mau chat Bang Raga." Jawab Redyna.

Redyna merogoh tasnya untuk mencari ponsel dan mengirimkan pesan, Redyna sebenarnya ragu, kalau-kalau Abang nya itu menolak untuk menjemput nya. Tapi apa salahnya untuk mencoba terlebih dahulu,jika nantinya Raga tidak ingin menjemput Redyna,maka tidak apa-apa,jemari lentiknya mulai mengetik pesan untuk Raga.

Redyna:

Jemput aku dong, Abang ku sayang?

Kemudian,pesan itu pun terkirim, setelah beberapa saat pesan gadis itu kirimkan, belum ada tanda-tanda balasan dari Raga. Padahal pria itu sedang online saat ini. Redyna menunggu balasan dari Raga dengan sabar, tidak lama kemudian terdengar suara pemberitahuan dari ponsel nya. Langsung saja ia membuka nya dengan buru-buru.

Raga:

Nggak bisa adik ku Sayang. Abang mau ini masih di kampus untuk menimba ilmu guna untuk sukses dan membuat orang tua kita bangga, terutama untuk istri dan anak Abang kelak a.k.a keponakan kamu. Jadi Redyna adik Abang tercinta, kamu naik ojol aja ya ? Nanti Abang ganti uang nya okeh?

Mata Redyna melotot membaca rentetan pesan dari Raga yang terlihat alay. Redyna menghembuskan nafas dengan pasrah. Ia tahu akan seperti apa akhirnya jika meminta jemput kepada Raga. Hanya lima belas persen kemungkinan Raga akan menjemput nya. Jika sudah begini, dengan terpaksa akhirnya Redyna harus pulang menggunakan ojol.

"Gimana?"tanya Dinda ketika melihat Redyna memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya dengan gerakan lesu.

"Bang Raga masih di kampus."

"Kalau Uda kayak gini, tandanya Lo harus bareng kita." Ucap Zahra dan diangguki oleh Dinda.

Redyna menimbang nimbang ajakan Zahra, kemudian gadis itu menggeleng." Nggak usah deh,gue naik ojol aja.

Zahra memegang lengan Redyna." Ayolah Na, pulang bareng kita aja, kalau Lo pulang naik ojol itu namanya buang-buang uang. Kita juga nggak ngerasa direpotin kok sama Lo, ya nggak Din?.

"Iya Na, sama kita aja yuk." Dinda ikut membujuk Redyna yang kini terlihat bimbang, memutuskan untuk pulang menggunakan ojek atau menerima tawaran dari kedua sahabat nya.

Karena tidak mendapati jawaban dari Redyna. Zahra kembali berujar."kalau nggak Lo telfon langit aja Na." Usul nya yang membuat Redyna melotot tidak percaya.

"Gila ya Lo! Kalau gue pulang sama Langit, nanti pas dijalan bakalan kerasa canggung banget. Njir, Lo tahu sendiri kan si langit itu naksir gue? Kalau gue minta diantar pulang sama dia, nanti malah dia yang ngira kalau gue udah ngasih lampu hijau kedua".

"Ngak,gue nggak mau ngasih harapan palsu sama anak orang. Bahaya,anjrot,"lanjut Redyna.

"Ya nggak gitu juga Redyna." Dinda kesal dengan penuturan Redyna.

"Emang salah, kalau teman minta bantuan?"

"Kalau temennya nggak punya perasaan sama sekali sih, nggak apa-apa. "Redyna mendengus, tetap tidak setuju dengan usulan Zahra yang menyuruh nya untuk pulang bersama langit.

"Oke,oke" Dinda menyerah, lalu kembali menatap Redyna dan bertanya, jadi bagaimana? Lo mau pulang naik apa Na? Abang Lo nggak bisa jemput,kan?"

Ojol pun jadi, balas Redyna.

***

"Assalamualaikum", Dyna pulang." Ujar Redyna ketika sampai di rumah. Kaki nya melangkah lebih dalam memasuki rumah mewah bertingkat dua ini."

" Waalaikumsalam", balas seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dengan gamis beserta hijab yang dipakai nya. Wanita itu berjalan menghampiri sang anak yang baru saja duduk disofa."

Redyna melihat mamanya sudah rapi dengan baju gamis nya mengerutkan kening."loh mama mau kemana?" Tanya nya dengan penasaran.

" Mama mau ikut pengajian dirumah tetangga. Kamu mau ikut?

" Nggak deh,ma" tolak Redyna cepat. Karena terlalu letih, Redyna mulai merebahkan tubuhnya disofa. Tangan nya menggapai remot televisi dan menyalakan nya.

Melihat anak bungsunya yang begitu malas, Mira menyenggol kaki Redyna."nggak mau ganti baju dulu?"

"Nggak mah,malas banget Dyna tuh", mata bulat nya menatap tangga yang terhubung dengan lantai dua, gadis itu menghela nafas lelah.

"Ngelihat tangga aja, Udah kayak ngelihat jembatan shirotolmustaqim."

"Hush! Mulut kamu itu! Kalau ngomong jangan asal, diayak dulu kalau perlu."

"Mama" Redyna mengubah posisi nya menjadi duduk bersila dan menatap Mira mamanya.

"Mulut Dyna itu bukan tepung yang kalau sebelum dipake harus diayak dulu."

"Astaghfirullah, Redyna! Mulai besok, kamu nggak boleh bergaul sama Abang kamu itu! Bisa ikut-ikutan nggak benernya kamu!

" Ternyata bener ,apa yang dikatakan oleh suami nya, bahwa Redyna harus menjaga jarak dengan Raga , agar otak anak gadis nya ini tidak ikut-ikutan miring seperti anak bujang nya.

"Sekarang, kamu masuk kamar, ganti baju. Mama Udah masak buat nanti kamu makan, makanan nya juga udah ada dimeja makan, ingat, jangan mengambil jatah untuk Abang kamu itu. Mama juga udah pisahin jatah buat kamu." Redyna mengangguk paham.

"Ya Uda,mama berangkat." Mira mengangsurkan tangan kanan nya untuk dicium oleh Redyna, dan gadis itu pun menurut.

Baru beberapa langkah Mira menjauh, Redyna berteriak yang membuat mamanya mengelus dadanya.

"MAMA KALAU ADA KUE YANG ENAK-ENAK JANGAN LUPA MASUKKIN KEDALAM TAS. NANTI KUE NYA DYNA MAKAN BARENG-BARENG SAMA ABANG."

Walaupun Redyna sering kesal terhadap Raga, tetapi gadis itu tak pernah melupakan Abang nya dan selalu ingat pada pria itu.

Beberapa menit kemudian, Redyna udah berganti pakaian, wajah nya pun tampak lebih segar, kaki nya perlahan menuruni undakan tangga. Berjalan menuju meja makan yang terletak didekat dapur rumahnya. Apa yang Redyna lihat persis sekali dengan yang Mira ucapkan tadi.

Mama nya telah menyiapkan makanan untuk nya dan ada juga untuk Raga.

Redyna mengingat ucapan mamanya yang tidak boleh mengambil jatah milik Abang nya. Gadis itu mengangguk, kemudian mulai memakan jatah nya dengan lahap, sungguh amanah nya adik satu-satunya Raga ini.

Selesai dengan sesi makan siang nya yang mungkin sudah memasuki waktu sore. Redyna mendengar teriakan Raga yang berasal dari ruang tengah. Gadis itu mencuci tangan nya terlebih dahulu, sebelum menghampiri Raga.

"Mama nggak ada,"ucap Redyna tepat disebelah Abang nya."

Raga menoleh." Gue,kan manggil Mama, kenapa jadi Lo yang nongol ?"

"Lo tuli atau budek? Udah gue bilang, Mama nggak ada."

"Oh....." Raga mengangguk." Mama pergi kemana?"

"Pengajian."

Singkat,padat, dan jelas,karena Redyna tidak ingin berdebat dengan Raga saat ini. Gadis itu ikut duduk disebelah Abang nya, tubuhnya sedikit miring menghadap Raga,serta tangan nya yang menengadah.

"Bang," panggil Redyna." Hmm".

"Hadap gue dulu, coba," ujar Redyna dan Raga menurutinya."

Alis pria itu terangkat ketika melihat kedua tangan adiknya." Apakah, ini? "Raga menepis tangan Redyna yang merusak penglihatan nya.

" Minta uang dong ,Bang?

"Harap-harap Abang nya ini memberikan uang ganti untuk ojol yang tadi ia pesan. Biasa nya, Raga kalau dipintai soal uang, pria itu seperti sedang disuruh menyerahkan nyawa nya saja.

"Buat apa?"

Nah kan , baru juga dibilang barusan.

"Buat ganti uang gue dong, yang tadi dipake buat naik Ojol!" Redyna berdecak.

"Ikhlasin aja deh,Na, lagi males ngeluarin uang nih". Kilah Raga .

Pria itu sedikit menjauhkan posisi duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Redyna.

"CK, bilang aja nggak mau ngeluarin uang, mangkanya, jangan suka janji-janji,onta!

"Minggir,Na. Abang mau mandi dulu,"tukas Raga dan mulai beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamar nya.

"RAGAAAAAAA !GANTI UANG GUE DULU,GEBLEK!"

"BIDO AMAT ! "BALAS RAGA DENGAN BERTERIAK JUGA,Serta menggoyangkan bokong nya untuk meledek Redyna.

"Amit-amit gue punya Abang kayak Lo, RAGAAAAAAA!"Teriak Redyna frustasi dengan tingkah Abang nya itu. Raga tidak menghiraukan teriakan adik nya,dan terus berjalan menuju arah kamarnya.

Bab 3.

Suasana kantin memang selalu ramai jika sudah memasuki jam istirahat. Tapi kini semakin ramai, disaat ketiga laki-laki tampak mulai memasuki area kantin dengan langkah cool nya. Disepanjang langkah nya, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka bertiga, lebih tepatnya adalah para kaum hawa.

Bahkan ada yang sampai menumpahkan mangkuk bakso saking terpana dengan pesona ketiga laki-laki itu. Mereka adalah the most wanted nya ALZERO, khusus untuk angkatan kesepuluh. Karena setiap angkatan selalu mempunyai pentolan siswa-siswi yang cantik dan tampan, dan tentu saja mempunyai otak yang cerdas.

Siswa-siswi yang ada di ALZERO tidak mengakui the most wanted yang hanya memiliki good looking saja,tapi juga mereka harus mempunyai good Attitude,dan pintar. Salah satu contoh nya adalah ketiga laki-laki yang sedang menghampiri meja yang dimana terdapat tiga orang gadis yang sedang makan dengan tenang disana.

"Kebiasaan ya, kalau kekantin tu nggak pernah ngajak-ngajak,"ujar Redyna ketika mereka sampai ditempat ketiga gadis itu.

"Kalian kan jarang kekantin,wajar aja kalau kita nggak ngajak kalian,ya ngak sis?"

Redyna membalas nya dengan acuh tak acuh seraya tetap memakan makanan nya.

"Lo tahu kan kita bertiga sesibuk apa?" Timpal Abi.

"Iya, tahulah gimana sibuk nya anak IPA!"

Redyna kembali memakan makanan nya, gadis itu tidak peduli dengan ketiga laki-laki dihadapan nya.

Selain Dinda dan Zahra, Redyna memiliki sahabat yang lain, yaitu ketiga laki-laki dihadapan mereka ini, bersahabat sejak kecil, jauh sebelum Redyna mengenal Dinda dan Zahra.

Rumah nya beserta rumah ketiga laki-laki the most wanted itu berada di kompleks yang sama, namun berbeda blok.

"Lo bertiga nggak laper?" Tanya Dinda pada ketiga laki-laki dihadapan nya yang sedang berbicara.

"Lapar dong, buat apa gue ke kantin kalau kagak untuk makan. "Reva membalas pertanyaan Dinda.

Kemudian laki-laki itu berdiri dari duduknya dan menatap Redyna serta Abi secara bersamaan.

"Berhubung gue lagi baik hati, hari ini biar gue yang pesan makanan nya,so ,kalian mau makan apa?"

"Gue mau yang kayak Dyna," ucap Redyna, lalu menyenggol lengan Abi,"Lo mau pesen apa?"

"Daging babi berlemak,"balas Abi.

"Lo kalau mau itu, beli aja disekolah sebelah.

Disini nggak ada yang jual, haram Lo makan begituan.

Selepasnya, Reva beranjak untuk memesan makanan dan untuk Abi akan ia pesan makanan yang sama seperti nya.

Kini Rey menatap Zahra yang tengah membenarkan helaian rambut," Makin cantik aja,Ra, Gombal nya, dalam seketika menggantungkan tangannya di udara ketika mendengar ucapan Rey.

Apa tadi ? Diri nya dipuji cantik?

Mata nya menatap tak berkedip ke arah laki-laki itu. Zahra berdehem terlebih dahulu, lalu tersenyum malu-malu,dan tangan nya menyelipkan helaian rambut nya kebelakang telinga,dan menyahut, ah Rey, kamu bisa aja.

Nyurrrrr

"Apa-apa an nih Na?! Kenapa malah muka gue yang kena semprot?! Pekik Dinda, sedang asyik-asyiknya mengunyah batagor nya, tiba-tiba dari arah sebelah nya, Redyna menyemburkan air yang baru saja diminum oleh gadis itu. Bagaimana Dinda tidak kesal, jika sudah seperti ini!

Redyna gelagapan, ia langsung mengambil tisu dan mengelap wajah Dinda yang tadi terkena semburan dari nya.

"Duh, sorry Din yang, gue ngak bermaksud kok"

Gue nggak terima, muka gue jadi basah kayak gini! Mending kalau disiram nya langsung dari botol, lah ini langsung dari mulut Lo.

Eww, menjijikkan!"

"Ini semua gara-gara si Zahra." Redyna menunjuk Zahra yang berada disebelah kanan Dinda. Gadis itu sedang tertawa terbahak-bahak melihat wajah Dinda yang kesal dan dalam keadaan basah.

Apalagi Zahra melihat dengan jelas bagaimana Redyna menyemburkan air yang langsung dari mulut nya kewajah Dinda.

Seharusnya tadi ia vidiokan saja momen itu. Zahra berjanji dalam hati, jika kejadian ini terjadi lagi,maka ia harus merekam nya untuk dijadikan kenang-kenangan suatu hari nanti.

"Kok jadi gue yang disalahin." Zahra menunjuk dirinya sendiri. Ia bingung,kenapa harus dirinya yang disalahkan disini?

"Iyalah ,lagian Lo ngapain sih,pake gaya centil kek gitu?

Udah kayak jamet nya ALZERO, Ih, gelayyy. Cetus Redyna.

"Ini natural woy , kalau ada cowok yang ngegombalin kita. Lo nya aja yang nggak pernah digombalin."

Sialan sekali si Zahra

Redyna memilih diam, ia tidak ingin menyahuti ucapan Zahra, karena apa yang diucapkan oleh gadis itu ada benarnya juga. Tak lama Reva datang membawa nampan berisi makanan, ketika laki-laki itu mulai menyantap makanan masing-masing.

Beberapa saat kemudian, makanan yang mereka makan sudah habis. Sepulang sekolah nanti. Redyna mengajak sahabat-sahabat nya ke cafe favorit nya itu, hanya untuk sekedar berkumpul dan bertukar cerita.karena mereka memang sudah lama tidak berkumpul bersama dan saling bertukar cerita.

Bel masuk berbunyi, akhirnya Redyna dan para sahabat nya meninggalkan kantin, begitu pun dengan yang lain. Mereka berenam berjalan menyusuri koridor menuju kelas masing-masing.

Tepat didepan kelas XII-IPA 1, Reva,Rey dan Abi memisahkan diri karena kelas mereka berada dilantai satu, sedangkan kelas Redyna, Dinda dan Zahra berada dilantai dua.

Redyna pikir, jika kelasnya sudah kedatangan guru yang akan mengajar sehabis ini. Tapi saat memasuki kelas, ternyata kelasnya masih ramai.

Biasa nya setelah bel masuk berbunyi, tidak lama guru-guru pasti akan datang ke kelas-kelas dan mengisi jam pelajaran mereka. Tapi tidak untuk saat ini.kenapa ? Ada apa? Apa mungkin free class ? Batin Redyna.

Terlihat langit memasuki kelas dan berdiri dihadapan murid kelas nya XII-IPS2 itu. Seperti akan memberikan sebuah pengumuman entah apa itu.

"Pengumuman-pengumuman guys, tolong didengar! "Teriak Langit seraya mengebrak meja untuk mengalihkan perhatian mereka dan menatap kearah Langit sepenuhnya.

"Sekarang kita free class, karena Bu Jamilah lagi ada rapat sama guru-guru yang lain. Gue mohon sama kalian untuk nggak berisik dan keluar kelas. Kalau pun itu ada, izin dulu sama gue," terang Langit.

Terlihat Anton mengangkat tangan nya untuk bertanya," gue izin bikin kelas rame kayak pasar, boleh ?" Tanya nya dengan pura-pura polos alias bodoh.

"Yang gue maksud itu keluar kelas karena izin ke toilet,Ton, atau kemana gitu asal jangan izin bolos.

Dan kala kelas kita berisik,kan malu sama kelas tetangga, mau ditaruh dimana muka gue sebagai ketua kelas yang ganteng ini?" Ujar Langit dengan menyugar rambut nya kebelakang yang menjujung tinggi jabatan ketua kelas nya.

"Taruh di dompet gue aja, dompet gue lagi ngak ada isinya nih, "timpal Rendi seraya menunjuk kan dompet nya yang terlihat buluk.

Langit yang mendengar apa yang dikatakan Rendi barusan memberengut kesal. Dikira dirinya uang,apa?! Ditaruh didalam dompet? Kalau diberi uang sih, Langit mau-mau saja, tidak mungkin untuk menolak nya.

"Lo pikir gue uang,apa Ren ?! Gue tuh makhluk Tuhan yang paling sexi, asal Lo tahu. " Tawa seisi kelas pecah saat mendengar nya. Ingin dilihat dari arah manapun, tubuh Langit tidak ada sexi-sexi nya sama sekali, mempunyai ketua Kelas seperti Langit yang memiliki tingkat kepercayaan diri nya begitu tinggi, memang sungguh meresahkan.

***

Ting......Tong......Ting......Tong

Ting......Tong......Ting......Tong

Raga yang sedang bermain game segera menghentikan nya, kesal.siapakah orang yang telah memencet bel rumahnya dengan tidak sabaran?!

Awas aja jika bukan tamu penting yang berkunjung, pasti akan Raga tendang saat itu juga. Ingatkan itu, kalau-kalau Raga lupa.

Dengan menyumpah serapahi orang yang sedang memencet bel dengan tidak sabaran itu, Raga melangkah kan kakinya untuk melihat siapa orang yang berada dibalik pintu rumah nya.

Ceklek

Seketika amarah Raga memuncak melihat tamu yang datang dan penyebab dirinya kalah bermain game tadi. Padahal sedikit lagi dia menang. Ini semua gara-gara tamu sialan itu. Awas saja mereka harus membayar atas semua ini. Raga tersenyum devil memikirkan rencananya yang akan berhasil kepada tiga orang dihadapan ini.

"Oh, jadi kalian yang mencet bel rumah orang. Kayak mau ngajak ribut?! Ketua Raga dan langsung menendang bokong ketiga orang tersebut.

"Aw ! Aw ! Sakit ini, Bang." Ringis ketiganya.

Raga mengabaikan ringisan ketiga orang tersebut. Sudah lama sekali mereka tidak bertamu kerumah nya, biasa nya seminggu sekali mereka akan bertamu.

Raga kan jadi tidak mempunyai lawan yang seimbang dalam bermain game seperti teman adiknya ini. Padahal rumah mereka masih satu komplek walaupun berbeda blok.

"Ngapain kalian kesini? Tanya Raga pura-pura tidak tahu maksud kedatangan mereka kesini.

"Si Bang Raga, kayak kita pertama kesini aja." Gurau Reva. Raga mendengus, seolah tahu maksud dari ketiganya, pria itu pun langsung membuka pintu lebar-lebar dan masuk kedalam rumah tanpa mempersilahkan mereka untuk masuk.

Sudah terbiasa dengan itu. Reva, Rey dan Abi pun melangkah kan kakinya masuk mengikuti Raga dari belakang. Tiba diruang tengah, mereka langsung duduk disofa. Raga melempar stick ke arah Rey dan untung nya laki-laki itu menerima nya dengan sigap.

"Main sama gue Rey." Titah Raga

"Gara-gara kalian, gue jadi kalah tadi," sambung nya.

"

Rey hanya mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban. Sedangkan Reva dan Abi hanya menjadi penonton, seakan ingat tujuan nya datang kemari, salah satu dari mereka langsung bertanya kepada Raga.

"Bang, Dyna adakan ?" Tanya Abi, awas aja kalau sampe Dyna nggak ada, gerutu Abi dalam hati.

"Ada , lagi dikamar nya, " jawab Raga seraya tetap fokus pada game nya.

"Ngapain Bang ? Tanya Reva.

"Nonton Drakor, mungkin "

"Pasti lupa tuh anak." Ujar Rey yang tengah berusaha mengalahkan Raga.

"Bang, gue izin kekamar Dyna boleh?" Tanya Abi wanti-wanti.

Bisa-bisa dia digorok oleh Raga karena langsung masuk kekamar adiknya tanpa izin.

"Ya Udah, tapi jangan lama-lama." setelah mendapat izin dari Raga, Abi dan Reva langsung beranjak menuju kamar Redyna.

***

Saat ini Redyna sedang berada didalam kamar, dengan leptop yang berada dipangkuan nya, jika ada yang menanyakan Redyna sedang apa ?

Pasti nya gadis itu sedang menonton drama Korea sedari pulang sekolah tadi, hingga saat ini, entah berapa episode yang sudah gadis itu tonton.

Sampai-sampai suara Raga yang marah-marah, tidak terdengar olehnya. Hingga suara pintu kamarnya diketuk, membuat Redyna menghentikan drakor yang sedang ia tonton itu.

"Dyna,"panggil seseorang dari balik pintu kamarnya.

Redyna segera bangkit untuk membukak pintu kamar. Disaat pintu kamarnya terbuka, Redyna terkejut melihat kedatangan Abi dan Reva yang berada didepan kamarnya.

"Loh, kalian ngapain kesini?" Tanya nya.

"Nah kan, benarkan lupa nih anak !" Ucap Reva sambil mendorong pelan kening Redyna dengan telunjuk nya.

Redyna sampai mengerutkan kan keningnya,lupa apa?" Memang dirinya ada janji dengan sahabat nya ini? "Redyna mulai berfikir, penyebab apa yang membuat kedua laki-laki ini ada dihadapan nya,dan sesaat kemudian Redyna terpekik, menepuk keningnya pelan ketika mengingat sesuatu.

"Astaghfirullah!"

"Baru ingat,nyaik ?hmmm? Abi bersedekah dada dan memutar bola mata nya jengah.

"Udah cepat sana ganti baju.kita benaran udah ngaret nih."timpal Reva.

"Iya,iya, nama nya juga manusia, tidak luput dari lupa."

"Dari dosa,"koreksi Reva.

"Nah itu maksudnya, hehehehe.

Reva dan Abi memilih menunggu Redyna diruang tengah. Gadis itu langsung mengganti baju nya dengan cepat, untuk pergi bersama para sahabat nya, sesuai yang ia janjikan kepada mereka.

Mencabut ponsel nya yang sedang dicharger, lalu menghidupkan nya. Redyna meringis melihat banyak Nya pemberitahuan pesan dari sahabat nya.

Lalu dimasukkan nya ponsel itu kedalam Sling bag yang ia kenakan, kemudian keluar dari kamarnya yang terletak dilantai dua untuk menemui sahabat nya.

"Ayo,"ajak Redyna ketika sudah berada diruang tengah, Rey dan Abi bersiap beranjak dari duduknya. Tapi ketika akan berdiri, tangan Abi ditahan dulu oleh Raga dan itu membuat Abi terdiam mematung dengan keringat dingin.

Sebab laki-laki itu tahu maksud dari yang Raga lakukan sekarang.

"Semangat Abimanyu!" Mereka serempak memberi semangat kepada Abi, karena sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,dan mereka semua mulai pergi meninggalkan kediaman Redyna, serta meninggalkan Abi seorang bersama Raga.

Disinilah Redyna bersama para sahabat nya, Reva,Rey, Abi dan Dinda dicafe langganan mereka. Zahra tidak bisa ikut, disebabkan sang mami tercinta mengajak Nya kebandara untuk menjemput saudara nya.

Omong-omong tentang Abi yang kenapa bisa datang, karena laki-laki itu telah mengalahkan Raga dengan telak, kemudian tanpa berlama-lama, Abi segera menyusul ke cafe setelah tiga puluh menit berlalu.

Abi tidak tau saja jika Raga sedang uring-uringan dirumah, karena telah berhasil dikalahkan oleh Nya tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!