Malam itu sepasang anak manusia sedang berboncengan di atas motor butut, namun kedua orang itu sangat bersyukur masih mempunyai kendaraan untuk antar jemput saat bekerja di pabrik roti.
Mereka adalah Ayah serta putrinya, perempuan bernama Ayubi.
“Yubi, kita cari makan dulu ya. Ayah lapar, Nak.“
“Iya, Ayah.“
Keduanya saling melempar senyuman masing-masing, meskipun hidup dalam taraf kesederhanaan asal keduanya saling menyayangi tak ada yang lebih indah dalam hidup mereka.
Namun, semua itu harus terenggut paksa oleh suatu tragedi akibat kecerobohan seseorang karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.
Brakkkkkk!
Motor dan kedua orang itu terpental jauh, sekitar enam meter jauhnya.
Keduanya dibawa ke rumah sakit oleh penduduk setempat dan orang-orang yang berada di jalan. Mereka menjadi saksi atas kejadian itu, sayangnya setelah kejadian itu satu persatu mereka menutup mulut mereka karena ternyata orang yang menabrak Ayubi dan Ayahnya adalah anak dari orang yang berpengaruh di kota itu.
Namun ada seorang petugas kepolisian yang tidak mempan dipengaruhi, kasus itu sudah mulai diusut dan pihak pelaku pun mulai panik. Mereka memutuskan untuk menjalankan rencana yang bisa menguntungkan mereka yaitu pertangungjawaban.
Pertanggung jawaban bukan dengan masuk penjara, namun dengan menikahi Ayubi dengan syarat kasus penabrak4n akan ditutup.
Ayah Ayubi yang sudah diberitahukan oleh Dokter jika nyawanya tak akan lama lagi dan dia sangat mengkhawatirkan putrinya akhirnya menyetujui perjanjian.
“Saya akan menerima perjanjian ini, tapi agar putriku mau menikah dengan anak Anda... tolong rahasiakan jika putra Anda lah yang telah menabrak kami.“ Pinta Ayah Ayubi pada keluarga pelaku.
Tentu saja pihak dari si pelaku setuju, mereka tidak perlu kesulitan lagi.
Ayubi, yang kini menjadi gadis buta dirias dengan kebaya pengantin. Gadis ayu nan cantik itu akan menikah di rumah sakit dengan orang asing atas permintaan sang Ayah setelah kecelakaan yang terjadi pada keduanya yang mengakibatkan mata Ayubi buta dan juga karena ia sudah mendengar dari Dokter jika nyawa Ayahnya tak akan lama lagi.
“Saya terima nikah dan kawinnya, Ayubi binti Bapak Rahman Hakim dengan mas kawin uang 2 juta rupiah dibayar tunai!“
“SAH!“
Ayubi menangis di dalam pelukan sang Ayah yang terbaring di atas brankar, ia meraba-raba wajah Ayahnya untuk terakhir kalinya.
“Ayah... maafkan Yubi ya karena belum bisa berbakti sama Ayah. Selama ini, Yubi hanya merepotkan Ayah. Ayah harus sehat lagi ya, Yubi janji... meskipun Yubi buta, Yubi akan merawat Ayah.“
“Janji sama Ayah ya, Yubi. Kamu akan menghormati suami mu dan akan berbakti padanya karena mulai saat ini dia akan menjadi pengganti Ayah menjagamu. Ayah harus pergi.“
“Huhuuuuuu... jangan pergi kemana-mana Ayah, jangan tinggalin Yubi.“
“Nak, berjanjilah.“ Pinta sang Ayah sekali lagi.
“Yubi janji, Ayah.“
Itu pesan terakhir dari sang Ayah sebelum akhirnya meninggal karena ajal sudah menjemput.
“ Innalilahi wa innailaihi rojiun...“ ujar Dokter dan perawat yang ikut berada di ruangan menjadi saksi pernikahan.
Pemakaman sudah dilakukan, Ayubi menggenggam tanah merah dari tanah makam sang Ayah.
“Ayah, Yubi janji akan memenuhi janji Yubi sama Ayah dan menjadi istri yang baik dan berbakti pada suami Yubi.“
Dengan deraian airmata perpisahan dengan peristirahatan terakhir sang Ayah, Yubi pun dibawa oleh keluarga suaminya.
.
.
Dua bulan kemudian...
Prang!
“Arggttttt! Bisa kerja becus nggak sih! Masa hari ini piring aja udah pecah 6!“
Wajah Yubi ketakutan, kedua tangannya gemetar saat ia berjongkok dan mengumpulkan pecahan beling dengan mata buta nya.
Jleb!
Ujung pecahan menancap pada jarinya, wanita malang itu menarik beling dengan sekali sentakan. Ia meringis kesakitan namun menahannya, karena sang mertua tidak suka jika ia menangis dan akan lebih menyiksanya.
Hiks! Tahan Yubi, tahan... sebentar lagi saja. Semoga Mas Bram berubah mencintaiku dan Mama mertua menyayangiku, selalu sabar dan ingat janjimu sama Ayah!
Ayubi selalu mensugesti pikirannya agar lebih bersabar lagi dalam menerima keadaan seperti itu setiap harinya.
Ayubi berdiri, wanita itu menampilkan senyuman sabarnya. “Maaf ya Mah, hari ini Yubi sering pusing.“
“Padahal kan kamu udah terbiasa melakukan semuanya di rumah ini dengan mata butamu! Seharusnya kamu bersyukur kami mau menerima perempuan buta seperti mu sebagai menantu kami! Jangan bikin saya senewen mulu, bisa stres saya kalau kamu kembali seperti saat pertama kali datang ke rumah ini dan banyak menghancurkan barang-barang karena kebutaan mu itu!!“ bentak Ibu mertuanya bernama Farah.
Ayubi menganggukkan kepalanya, “Iya, Mah. Kalau begitu Yubi ijin ke kamar untuk istirahat sebentar karena takut memecahkan barang lagi. Sebentar aja Mah, nanti Yubi lanjut cuci piringnya.“
“Ck! Menyusahkan saja! Pergilah setelah membersihkan pecahan di lantai!“
“Baik, Mah.“
Ayubi gegas membersihkan pecahan-pecahan dengan sapu, setelah selesai dia kembali ke kamarnya dan berbaring dia atas ranjang.
20 menit kemudian, Ayubi terbangun karena suara seseorang berbisik.
“Ayo lah, sayang. Tunggu semua aman, petugas polisi itu masih mencaritahu keadaan wanita buta to lol ini! Aku masih harus bersamanya, setelah aman aku janji akan menceraikan wanita buta itu! Aku cintanya sama kamu, andaikan malam itu kamu nggak minta putus... aku nggak mungkin mabuk-mabukan terus bawa mobil sambil mabuk dan menabrak wanita buta itu dan Ayahnya! Aku juga nggak sudi menikah dengan wanita miskin dan buta itu, karena kamu lebih segalanya dari dia!“
Degh
Apa ini? Apa maksud Mas Bram?
Sejak hari itu, Ayubi mulai mendengarkan atau menguping setiap suaminya bertelepon. Dia akan mencatatnya hal penting meskipun dengan mata buta, tapi dia mampu menulis dengan meraba-raba.
Ayubi memanglah hanya lulusan SMA, tapi otaknya tidak bodoh-bodoh amat.
Seperti malam ini, suaminya sedang bertelepon di balkon setelah melihat Ayubi tertidur padahal perempuan itu hanya sedang berpura-pura.
“Apa sih sayang, jangan merajuk terus dong. Mana mau Abang sentuh tubuh dia, ji jikkk banget harus memompa tubuh perempuan buta! Nggak enak tau, dia nggak ekspresif. Hidup dengan orang buta itu membosankan dan melelahkan. Abang harus mendengar kemarahan Mama setiap hari karena ketidakbecusan Ayubi menjadi menantu. Ya gimana mau becus, dia aja buta! Dia hidup dalam kegelapan, mana bisa dia memuaskan kami. Aku lebih puas dengan pelayanan mu kemarin malam, mau lagi dong!“
Hah? Jadi Mas Bram sudah melakukan hubungan haram itu dengan wanita yang sering ditelepon nya dan dipanggil sayang itu!
Ayubi tampak mengelus perutnya, disana sudah ada janin yang berkembang. Saat pertama kali menjadi istri Bram, lelaki itu sudah meminta hak-nya sebagai suami dan Ayubi melaksanakan kewajiban sebagai istri dengan menyerahkan mahkotanya.
Ayubi meminta tolong pada pelayan di rumah agar membelikan test pack, karena dia sudah dua bulan tidak haid dan tentu saja karena belakangan ini ia sering mual dan pusing, ada kecurigaan jika ia sedang mengandung. Benar saja, kata Bibik pelayan ada dua strip di test pack menandakan ia hamil.
Saat mendengar perkataan suaminya saat ini, Ayubi sangat marah pada Bram karena suaminya itu bahkan berbohong pada kekasih selingkuhannya. Jelas-jelas hampir setiap malam Bram meminta jatah ranjang pada Ayubi.
Bibir Ayubi bergetar menahan tangisan, tak ingin terdengar oleh Bram.
Mas, kenapa kamu tega padaku? Sejak awal aku hanya menjadi pemuas n4ffssu mu dan tak pernah kamu hargai keberadaan ku. Sekarang, bahkan kau menghina ku dengan mengatakan aku menjijikk4nn... padahal setiap malam kau menyentuh tubuhku dengan begitu bern4ffsuu!
.
.
Beberapa hari kemudian Ayubi sudah berpakaian rapi, dia akan keluar rumah yang selama ini menjadi penjara baginya. Sejak dua bulan diboyong oleh keluarga suaminya, dia tak pernah diijinkan keluar rumah tanpa Ayubi ketahui alasan nya.
Kini Ayubi semakin yakin, jika suaminya lah yang telah menabrak ia dan ayahnya. Ayubi tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya yang buta, apalagi selalu dilarang keluar rumah.
Namun kali ini, Ayubi bertekad ingin bertemu dengan petugas polisi yang sempat disebut Bram di dalam obrolan di telepon bersama kekasih gelap suaminya itu.
Tak
Tak
Terdengar suara tongkat beradu dengan lantai.
“Mau kemana kamu dengan tongkat mu!“ tanya Mama mertua nya.
“Mau ke makam Ayah sebentar aja, Mah. Kasihan, semenjak Yubi menikah... makam ayah belum pernah Yubi ziarahi. Semalaman Yubi mimpi, jika rumah ini tiba-tiba kebakaran dan semua orang di dalamnya meninggal termasuk aku. Ayah datang dalam mimpiku dan aku bisa melihat, Mah. Terlihat Ayah memangil kita semua untuk ikut dengannya, apa Mama nggak takut? Yubi harus pergi untuk mendoakan Ayah, agar arwah Ayah tenang. Sepertinya Ayah marah pada seseorang dan dalam mimpi Yubi, Ayah menunjuk-nunjuk wajah Mas Bram.“
Wajah sang Ibu mertua jahat berubah pias, wanita itu ketakutan.
“Pergi sana! Tenangkan arwah Ayah mu, sebelum arwahnya tenang jangan pulang!“
Ayubi mengangguk, “Makasih udah izinin Yubi, Mah. Ayubi udah di pesenin mobil online sama Bibik, jadi Yubi pergi dulu. Assalamualaikum...“
Mama mertuanya bahkan tak menjawab salam darinya, namun Ayubi tak perduli gegas dia keluar rumah dengan mengarahkan tongkat untuk membantunya berjalan.
Untung saja mobil pesanan Bik Mae pembantu di rumah sudah datang. Di dalam mobil, Ayubi bicara pada supirnya untuk membawa ke kantor polisi di dekat daerah saat Ayubi ditabr4k 2 bulan lalu.
“Baik, Non.“ Jawab supir.
Tak lama mobil sampai di kantor polisi, Ayubi turun setelah membayar.
Tap
Tap
Langkah kakinya terlihat berhati-hati, dia takut akan kesandung. Ujung tongkatnya ia arahkan menuju pintu masuk kantor polisi, perempuan itu menggunakan instingnya.
“Akh!“ tiba-tiba Ayubi berteriak karena tersandung sesuatu di depannya.
Tubuh perempuan itu tampak akan terjatuh ke depan, tongkat bantu untuk berjalannya bahkan sudah terlepas dari tangan.
Grep!
Seseorang menahan tubuh Ayubi dari depan sebelum perempuan itu benar-benar terjatuh, ia memeluk tubuh perempuan yang tak bisa melihat itu.
“Maaf maaf, saya buta. S-saya..."
“Sudah, tidak apa-apa. Anda ada kepentingan datang kesini, Nona?“ Ujar orang itu seraya melepaskan tubuh Ayubi dari pelukan nya.
Harum parfum laki-laki, tangan nya kekar dan tubuhnya berotot! Batin Ayubi menganalisa orang yang membantunya.
“Saya ingin mencari seseorang di kantor polisi ini dan juga ingin memeriksa kejadian atas kecelakaan yang terjadi pada saya 2 bulan lalu.“
“Silahkan ikut saya, sepertinya Anda sudah menemukan orang itu.“ Jawab lelaki yang menolong Ayubi.
“Benarkah, Pak?“
“Benar, saya orang yang Anda cari.“
Mata cantik Ayubi tampak berbinar, jalannya mencari kebenaran sepertinya dipermudah.
Bibir petugas polisi itu tersenyum, dia merasa bersalah 2 bulan lalu telah membiarkan kasus wanita buta di depannya itu ditutupi oleh atasan nya karena permintaan dari korban dan juga pelaku. Setelah ia memeriksa, ternyata ada perjanjian tertulis antara korban dan pelaku agar si pelaku terlepas dari j3ratan hukum.
Petugas polisi dengan pangkat Brigadir itu membawa Ayubi ke dalam sebuah ruangan tempat dimana masyarakat bisa melapor.
“Baik, kita mulai. Perkenalkan nama saya Brigadir Abimanyu, inisial nama depan kita sama ya, A & A.“ Abimanyu bercanda untuk mengurai ketegangan, “Nama Anda Ayubi dan Ayah Anda Tuan Rahman Hakim. Benar?“
Ayubi mengangguk.
“Saya dengar setelah kecelakaan, Anda menikah. Apa Anda tahu siapa pria yang Anda nikahi, Nona Ayubi?“
Ayubi mulai tampak gelisah, sebagai seseorang yang sering menangani beberapa kasus Abimanyu tau jika Ayubi ingin mengatakan sesuatu.
“InsyaAllah saya bisa dipercaya, Nona. Sebenarnya saya sudah sering menanyakan tentang Anda pada Tuan Bram, dia sering mengatakan Anda dalam keadaan baik-baik saja. Apa Anda tahu alasan saya sering memeriksa keadaan Anda, Nona?“
Ayubi menggeleng.
“Karena suami Anda lah pelaku penabrakan pada Anda dan mendiang Ayah Anda.“
Bibir Ayubi bergetar tampak menahan tangis, ia sudah yakin Bram pelakunya namun saat mendengar fakta itu seketika hatinya meringis perih.
“Hikssss, Ayah...“ akhirnya jebol juga pertahanan nya, “Kenapa Ayah nggak jujur sama Yubi, kenapa Ayah menikahkan Yubi sama penjahat itu! Apa Ayah tau, hidup Yubi sengsara selama ini di keluarga itu! Ayah, bagaimana ini... ada benih dari pria jahat itu di dalam rahim Yubi... hiksss...“
Ayubi menangis tanpa menahannya, bahkan wanita tanpa penglihatan itu tanpa sengaja mengeluarkan isi hatinya yang sudah lama ia pendam.
Tiba-tiba seseorang mengusap air mata Ayubi dengan tissue, mengusap dengan begitu lembut.
“Saya akan membantu kamu untuk membuka kembali kasus kejahatan ini dan jika kamu ingin menjebloskan dia ke penjara, saya akan bantu.“
Ayubi masih terisak, “Terima kasih banyak, Pak Abimanyu.“
“Sekarang katakan jika kamu mempunyai sesuatu yang bisa memberatkan suami kamu.“
Ayubi merogoh tas selempang nya, ia mengeluarkan sebuah note book pemberian Bibik pelayan. Selama ini bahkan Ayubi tak memegang ponsel dengan alasan dari Bram jika istrinya itu tidak bisa melihat jadi buat apa mempunyai ponsel.
“Saya mencatat hal-hal penting disini, maaf sejak ponsel saya rusak saat kecelakaan... saya tidak punya ponsel lagi dan tidak bisa merekam apapun. Catatan-catatan saya sepertinya tidak penting, Pak.“ Ayubi mengigit bibirnya.
Abimanyu mengambil note book itu dari tangan Ayubi.
Kening Abimanyu mengerenyit membaca beberapa catatan yang memang tidak bisa dijadikan bahan bukti apapun, hanya catatan tidak terlalu memang dan bukan suara rekaman yang bisa valid dijadikan bukti. Namun yang membuat Abimanyu tampak emosi, ada beberapa tulisan Ayubi yang menceritakan tentang perlakuan kasar suaminya serta keluarga suaminya itu pada Ayubi sejak dibawa menjadi seorang menantu ke rumah.
Brak!
Abimanyu sampai menggebrak meja. “Si4lan!“
“Saya, Pak? Maaf...“ Ayubi salah tingkah, dia sudah meraba-raba mencari tongkatnya berniat ingin pergi kabur.
“Umpat4n barusan bukan untukmu, saya hanya kaget membaca catatan mu. Apa benar yang tertulis disini, suami mu pernah menyakiti mu dengan mencambuk tubuh menggunakan sabuk celananya? Dia sudah melakukan kekerasan padamu?“
“Em, masalah itu dia nggak sengaja. Disitu tertulis kalau Mas Bram sedang dalam keadaan mabuk, dia tidak sengaja.“
Ya Allah, kenapa wanita ini masih menyembunyikan kek4saran suaminya padahal jelas-jelas meskipun tak sengaja tetap saja itu bentuk kek3rasan! Abimanyu menghela nafas berat.
“Jadi kamu tidak mau melaporkan suami mu untuk kasus kek3rasan padamu?“
Ayubi mengangguk, “Lagipula percuma, tidak ada bukti."
Hufff!
“Oke, untuk sekarang kita akan fokus pada masalah kecelakaan padamu saja yang sudah mengakibatkan kamu buta dan Ayahmu meninggal. Saya akan memeriksa berkas-berkas nya kembali, lalu saya akan mengabari kamu. Em, kamu tidak punya ponsel lalu bagaimana kita bisa berkomunikasi?“
“Saya simpan nomer Bibik pelayan di rumah keluarga mertua saya, dia orang baik dan selalu membantu saya. Apa akan baik-baik saja jika berkomunikasi melalui dia?“
“Dia bisa dipercaya?" tanya Abimanyu.
“InsyaAllah.“ Jawab Ayubi yakin.
“Baik, mana nomernya.“
Ayubi memberikan kertas berisi nomer Bik Mae. “Saya manggil dia, Bik Mae.“
“Oke, saya save nomernya.“
“Kalau begitu, saya permisi pergi Pak.“ Ayubi meraba tongkat bantunya yang tadi ditaruh di atas meja, dia mulai berdiri dari kursi dan mulai menggerakkan ujung tongkat ke sembarang arah.
Ayubi kebingungan untuk keluar ruangan, Abimanyu bangun dari duduknya dan menyentuh bahu Ayubi. “Maaf saya lancang memegang bahu kamu, saya bantu keluar dan carikan mobil.“
“Terima kasih sekali lagi, Pak.“
Keduanya berjalan keluar dari kantor polisi.
“Pak, janji ya Anda mengusut kasus ini.“ Pinta Ayubi sebelum wanita itu naik mobil.
“Saya janji.“
Ayubi tersenyum mendengar janji dari petugas polisi baik seperti Abimanyu.
Setelah membantu Ayubi naik ke mobil, Abimanyu langsung memeriksa berkas-berkas kecelakaan pada Ayubi 2 bulan lalu. Seharian itu dia berkutat meninjau nya, bahkan besoknya Abimanyu langsung melapor pada atasan jika salah satu dari 2 korban ingin membuka kembali kasusnya.
Namun apa yang terjadi?
Pengajuan Abimanyu pada atasan ditolak, kenapa?
Abimanyu pun bingung kenapa ajuannya ditolak, padahal dia sudah berjanji pada Ayubi akan menuntaskan kasus kecelakaan dan dia juga sudah berjanji pada dirinya sendiri.
Bagaimana caranya Abimanyu dapat menepati janji pada Ayubi untuk mengusut tuntas kasus kecelakaan?
.
.
Lama tak ada kabar dari Abimanyu, membuat Ayubi gelisah. Sekitar seminggu kemudian setelah Abimanyu menemukan cara untuk membantu Ayubi, Brigadir itu akhirnya menelepon nomer Bik Mae. Perempuan paruh baya yang bekerja di keluarga mertua Ayubi itu mengangkat panggilannya dan memberikan telepon pada Ayubi.
“Ini telepon nya, Mbak.“
“Makasih Bik Mae, maaf ya Yubi bikin repot Bibik.“
“Enggak papa, Mbak. Sok bicara aja, saya jaga-jaga diluar kamar.“
Ayubi masuk ke kamar Bik Mae, kamar pelayan memang tak ada Cctv jadi Ayubi rasa akan aman bertelepon di dalam kamar.
Lagipula, para majikan kecuali Ayubi tak pernah datang ke darah kamar pelayan.
“ Assalamualaikum, Pak Abi.“
“ Waalaikumsalam ya, Umi.“
Heh? Ayubi terbengong.
Puk! Perempuan itu menepuk keningnya, ternyata ia salah memanggil nama.
“Pak Abimanyu.“
“Iya, ini saya... calon istri.“
Heh? Apa-apaan ini?
Kali ini Ayubi dibuat bingung dengan ucapan aneh dari Abimanyu.
Apa yang terjadi pada Abimanyu?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!