"VANO!!" teriakan menggelegar terdengar di kediaman Ferangga. Fera, mama Vano berjalan cepat menuju kamar anak satu satunya. Tentu saja Vano.
Setelah sampai di depan kamar Vano, Fera menggedor pintu itu dengan keras.
bukh! bukh! bukh!
"Vano bangun! Ini udah siang. Mau bangun sekarang atau uang jajan dipotong lima puluh persen?" tanya Fera mengancam, yang membuat Vano langsung membuka matanya dan terduduk.
"Iya mama, ini Vano bangun" jawab Vano dari dalam kamar. Fera tersenyum kemenangan, lalu melangkah dan berjalan pergi.
oo-0-oo
Empat motor sport itu memasuki halaman SMA Ttisakti. Seketika hampir semua pasang mata melihatnya.
"Vano tiap hari makin ganteng ya?"
"Ih, gantengan Naqa kali"
"Ya allah, pujaan hatiku Rafa makin ganteng aja"
"Senyum Alvan manis banget. Ada yang manis tapi bukan gula. Eh salah, melebihi manis gula malah"
Begitulah ucapan yang masih bisa di dengar oleh Vano dkk.
Meraka berempat tidak menanggapinya karena sudah terbiasa. Karena setiap harinyapun pasti ada yang berucap seperti itu.
"Yuk!" perintah Vano, yang langsung di laksanakan oleh ketiga sahabatnya itu.
Mereka berjalan beriringan di koridor.
Tiba tiba...
"Minggir!"
Duk!
"Awwws." Ringis kayla sambil mengusap-usap dahinya yang baru saja menyeruduk punggung Vano.
Sedetik kemudian Vanno berbalik. Diikuti oleh ketiga sahabatnya.
"Kalo ada yang ngalangin jalan itu ngomongnya permisi, bukan minggir," ralat Vano.
Kayla menatap Vano dengan tatapan tak suka. "Serah gue lah! Lagian badan lo semua itu gede gede, malah jalan jejeran lagi! Dasar gak sadar diri!"
"lh kok lo malah nyalahin kita?" Tanya Naqa, mencoba menahan emosi.
Karena Naqa itu orangnya emosian. Disenggol sedikit aja langsung marah. Pernah di saat ia pergi ke minimarket yang sedang ramai. Banyak yang menyenggolnya. Alhasil ia bilang dengan keras 'senggol bacok' dan semua langsung menyingkir.
"Sabar, sabar" kata Rafa menenangkan.
"Bukannya kebalik ya?, lo yang gak sadar diri. Udah tau ada orang. Main seruduk aja. Sakit tau punggung gue! Mata lo minus? Atau katarak?" Kata Vano dengan nada mengejek.
bug
Satu pukulan keras mendarat di lengan kiri Vano. Membuat cowok itu meringis.
"Rasain!" kata kayla. Kemudian ia segera melangkah, berjalan dengan cepat meninggakan 4 orang yang masih mematung di tempat.
Ketiganya melongo, kecuali Vano.
Alvan menepuk bahu kanan Vano. "Kayanya kegantengan lo nggak berpengaruh lagi, No."
"Yoi!" Sahut Rafa.
"Dahlah cepet ke kelas. Males di sini lama-lama." Naqa berbalik, lalu kembali berjalan dan di susul oleh sahabat-sahabatnya.
Walaupun ketiganya ganteng. Tapi tetap yang parasnya paling ganteng itu Vano.
•••
Saat ini Vano sedang berbaring di atas kasur kamarnya. Sejak kejadian di mana Kayla menabraknya, entah kenapa Vano selalu memikirkan gadis itu.
Vano dkk memang sudah tahu kalau gadis itu bernama Kayla. Karena Alvan adalah anak pemilik sekolah ia jadi tau siapa murid baru di SMA Trisakti. Kebetulan kayla adalah murid pindahan dari bandung 1 bulan yang lalu, dan satu kelas dengannya.
"Cantik sih. Tapi.. judes," kata Vano sambil tersenyum tanpa sadar.
"Kayla itu berbeda dari cewek-cewek lain. Dia mirip sama.."
"Eh. Nggak, nggak," Vano menggeleng dua kali.
"Kenapa gue jadi mikirin cewek? Apalagi ceweknya kayla. Pokoknya nggak boleh. Gue harus nyari Queen dulu. My firs love."
First Love Vano adalah Queen. Vano bertemu Queen dulu saat masih 9 tahunan. Entah namanya cinta atau hanya sebatas kenyamanan belaka. Dulu, setiap Vano berdekatan dengan Queen ia merasa nyaman dan terikat. Vano sangat tertarik dengan Queen, makanya ia menyimpulkan kalau Queen adalah cinta pertamanya.
Vano bertemu Queen di sebuah taman di dekat kompleknya. Saat pertama bertemu, Vanolah yang mengajak berkenalan. Mereka berteman dan sepakat akan bermain bersama di taman itu setiap hari. Tapi.. baru satu bulanan berteman. Queen tidak pernah kembali ketaman itu dan membuat Vano sedih karena kehilangan teman kesukaannya.
•••
Ini karya pertamaku di sini. Semoga kalian suka. Jangan lupa tambahkan cerita DIVANO ini ke rak buku favorit kalian ya...
Baca juga karya lainku...
Tolong bantu Vote, like, komen, dan follow author ya readers... Ty semua...
Pagi ini Vano bangun terlambat. Mamanya Fera, sedang menginap di rumah neneknya karena neneknya sedang sakit, dan sedari kemarin papanya ~ Angga, sedang bekerja ke luar kota.
Pukul 07.05 Vano masih mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata rata menuju sekolah.
Ia menyalip-nyalip kendaraan di depannya dengan lihai.
Sampai sekolah. Tepat seperti dugaan, gerbang sudah di tutup tanpa ada celah dirinya untuk masuk.
'Sial.' Umpat Vano dalam hati.
Vano turun dari motor setelah menepikannya. Ia melihat 2 siswa kelas 11 berdiri menyamping dan 1 siswi membelakanginya.
1 siswi itu memohon pada satpam agar membukakan pintu.
"Heh, percuma lo mohon-mohon. Sampe lebaran monyet juga nggak akan di bukain." Ucap Vano.
Siswi itu berbalik dan menatap Vano sinis. 'Kayla?' -Batin Vano.
Yah itu kayla. Cewek yang selalu judes kepada Vano.
"Tumben telat," kata Vano.
"Gue telat bangun," balas kayla.
"Siapa?" tanya Vano.
"Gue." Jawab kayla.
"Yang nanya. Wlee" Vano memeletkan lidahnya, mengejek Kayla dan Kayla membalas dengan memeletkan lidahnya juga. "Wlee."
"Kalian ini, sudah telat. Malah berantem di depan gerbang." Kata Pak Rifki yang baru saja datang.
Pak Rifki adalah guru BK. Di SMA Trisakti, siswa-siswi yang telat tidak akan di bukakan gerbang sebelum Pak Rifki datang. Setelah itu, pasti akan ada hukuman yang menanti.
Vano nyengir. "Eh Bapak," sapa Vano.
"Kamu lagi, kamu lagi Vano." Pak Rifki geleng-geleng kepala. Vano adalah langganan BK. Hampir setiap minggunya pasti Vano masuk keruang BK. Entah itu karena bolos, telat, atau karena ketahuan merokok.
Pantas saja terkenal badboy.
"Kenapa pak? Bapak bosen sama saya? Saya juga bosen lihat Bapak terus. Eh tapi gak mungkin, secara saya kan ganteng, jadi mustahil ngebosenin," kata Vano sambil tersenyum tengil.
"Dih, narsis amat!" Sengit Kayla yang di balas dengan tatapan tak suka oleh Vano.
"Sudah! Kalian ini berantem saja dari tadi. Sekarang kalian berdua membersihkan toilet guru sana!" Perintah Pak Rifki.
"Pak, kok toilet guru sih! Toilet murid aja. Nanti imej saya jelek lagi!" Tolak Kayla.
"Tidak ada penolakan! Sekarang laksanakan tugas kalian atau saya hukum lari keliling lapangan 30 kali?!" Ancam Pak Rifki.
"Jangan!" jawab Vano dan Kayla bersamaan. Kemudian mereka berdua saling menatap satu sama lain. "Ngapain lo ngikut-ngikut!?" kata mereka bersamaan lagi.
"Lo jangan ngikutin gue!!" kata Vano dan Kayla masih kompak.
"3 detik saya hitung kalian belum menuju toilet guru. Maka kalian harus lari. 1, 2--"
Baru hitungan kedua, Vano dan Kayla langsung melangkah masuk ke dalam sekolah dengan gerbang yang sudah di buka sedari Pak Rifki keluar tadi.
Tba-tiba Vano berbalik, dan berjalan keluar gerbang. "Motor saya ketinggalan, Pak."
•••
Saat ini Vano sedang menyiram lantai, dan Kayla memegang alat untuk mengepel lantai.
"Males banget gue di hukum bareng lo," kata Kayla.
"Dih, gue juga males kali." Balas Vano.
Mereka diam beberapa saat.
"Tuh, dipel sana!" Perintah Vano.
"Ogah. Lo aja, nih!" Kayla menyodorkan alat pelan di depan Vano.
"Itu tugas lo. Gue udah siram ini semua. Enak aja lo gak ngapa-ngapain!" Bantah Vano.
"Gue nggak mau!" Tolak Kayla.
Vano tersenyum miring. "Nggak mau, apa nggak bisa?" Ejek Vano.
"Enak aja lo bilang gue gak bisa. Gue bisa kali!" Sahut kayla.
"Yaudah buktiin."
"Oke" kata kayla pada akhirnya.
Kayla mulai mengepel lantai dari pojok ruangan. Sedangkan Vano sedang memperhatikan kayla dari belakang.
"Eh yang di situ tuh, belum bersih" Vano menunjuk tempat yang menurutnya kurang bersih dan langsung di pel oleh kayla.
Vano tersenyum simpul. 'Gue kerjain aja kayla.' -Batin Vano.
"kayla!" Panggil Vano.
"Apa?" Tanya Kayla.
"Itu di belakang rambut lo ada yang gerak-gerak," kata Vano yang membuat Kayla menegang dan berteriak.
"AAaaa. Apaan, Apaan?" Kayla bergidik takut, lalu mendekati Vano.
Vano hanya menahan tawa. 'Lucu banget ekspresinya. Kok gue malah gemes sendiri ya?'
"Vano! Ada apaan?!" Tanya Kayla geram.
"Bentar. Sini-sini deketan lagi!" kayla semakin mendekat pada Vano sampai jarak mereka hanya berkisar satu meter.
"Lo lucu. Bikin gemes," kata Vano sambil tersenyu manis.
blush
Pipi kayla berubah menjadi kemerahan. Kayla blushing!
"A-apaan sih lo," kata Kayla terbata.
"Ciee blushing," ejek Vano.
"Ih apaansih! Udah lah gue mau lanjutin. Sana pergi!"
"Malu ni yee,"
"Vano!"
"Iya sayang. Yaudah gue pergi." Kata Vano sambil tersenyum jail.
"Sayang pala lo botak!"
Vano melangkah menjauh dan tiba-tiba berbalik. "Katanya toilet ini serem, Kay. Ada hantu muka rata lho! Ati-ati ketemu.." kata Vano yang kemudian langsung berlari pergi.
"DIVANO!!!"
Kayla menjadi sedikit takut setelah ucapan Vano yang katanya di toilet guru ada hantu muka rata. Ia mengepel dengan cepat. Tak perduli jika tidak bersih.
Setelah selesai, kayla melangkah berjalan menuju kelas.
Kelas kayla dan Vano itu sama. Mereka satu kelas, yaitu 11 Mipa 3.
Kayla memberi salam sebelum masuk.
"Kenapa kamu baru masuk, kayla?" tanya Bu Susi, guru matematika.
Kayla tersenyum kikuk. "Tadi terlambat Bu, terus di hukum hehe." Jawab kayla.
"Oh, ya sudah silahkan duduk!" Kata Bu Susi mempersilahkan.
"Iya Bu." Balas Kayla. Kemudian Kayla berjalan menuju tempat duduknya. Ia menatap sinis Vano sebelum duduk.
Kayla duduk di larik ke dua, baris ke tiga. Sedangkan Vano di depannya.
Bu Susi kembali mengajar.
Tiiiiiiing
Bel berbunyi. Saatnya berganti pelajaran, dan Bu Susi berdiri hendak keluar.
"Oke hari ini cukup. Saya akhiri Wassalamualaikum." Pamit Bu Susi.
"Waalaikumsalam." Jawab semua murid kelas.
Setelah Bu Susi keluar, Vano berbalik ke belakang menghadap Kayla.
"Gimana tadi? Ketemu sama hantunya?" Tanya Vano kepada Kayla yang sedang menatapnya.
"Iya gue ketemu hantunya," jawab kayla dengan wajah serius.
Vano tertarik, ia memasang ekspresi terkejut. "Hah, beneran ada?" Tanya Vano memastikan.
Kayla mengangguk. "Iya, ada."
"Dimana? Di sebelah mana lo ketemunya? Terus mukannya rata? Laki apa co-- eh, laki apa perempuan maksudnya?" Tanya Vano bertubi-tubi dengan ralatan di akhir.
"Hantunya cowok. Jelek banget lagi,"
"Terus-terus?" Tanya Vano antusias. Untung gurunya belum datang.
"Gue tahu namanya,"
Vano mengerjap. 'Gue gak salah denger kayla ngomong kan? Tahu namanya, emang bisa ya kenalan sama hantu?'
"Lo kenalan sama hantunya?" Tanya Vano.
"Gue udah kenal malahan. Namanya..." Kayla menggantung perkataannya. Membuat rasa penasaran Vano bertambah.
"Siapa?"
"Divano Alka Ferangga" jawab kayla.
"Ye.. dasar. Gue kira beneran," kata Vano sambil memasang ekspresi wajah kecewa dengan bibir yang melengkung kebawah.
"Gak usah di gituin bibirnya. Gak imut! Malah tambah jelek," kata Kayla yang melihat.
Vano hanya menghela nafas. Ia tidak lagi melengkungkan bibirnya kebawah, lalu berbalik menghadap depan.
Tak lama Pak Yono, guru bahasa inggris masuk ke dalam kelas, dan mengajar.
•••
Pukul 16.30
Kayla baru mau pulang, karena hari ini jadwal ekskul.
Setelah keluar sekolah, ia berjalan menuju halte yang berada tidak jauh dari sekolah.
Setelah sampai, Kayla duduk di kursi panjang di sana. Kayla mengangkat tangan kirinya guna melihat pukul berapa sekarang.
Tatapannya teralihkan ke arah jalan yang sudah sepi.
Tadi kayla di beri tugas untuk memebereskan bola. Kayla mengikuti ekskul voli. Dan yah, ia membereskan bola voli terlebih dahulu dan menaruhnya ke gudang.
Hanya ada beberapa siswa-siswi.
"Udah nggak ada bus deh jam segini. Gue pulang pake apa ya?" Tanya Kayla pada diri sendiri.
Kayla berfikir,
"Taksi sama ojek gak ada yang lewat,"
"Mau pesen ojol HP lowbet. Nasib banget hari ini. Kalau nebeng juga sama siapa?"
"Gue juga sih! Pake nolak di jemput sama Pak jajang!"
Beberapa menit kayla masih berada di posisi sama. Ia sempat menengok dan menatap mengamati siapa murid sekolah yang sekiranya mau mengantarnya untuk pulang.
Dan...
Tidak ada yang memungkinkan.
Lili sahabatnya sudah pulang. Dan memang Kayla itu tipe anak yang tidak terlalu pandai bergaul, tapi bukannya pendiam lho.
Kayla menatap kosong jalan di depannya. Sudah setengah jam lebih ia disini.
Tin.. Tin..
Tiba-tiba suara klakson motor berbunyi yang membuat Kayla terlonjak kaget. Itu Vano. Vano menaiki motor sport berwarna merah dengan sedikit warna hitam yang merupakan motor kesayangannya.
Vano memakai helm fullface. Kayla masih bisa mengenali Vano karena ia pernah melihat Vano duduk di atas motornya sebelumnya.
"Ngagetin aja si!" Kesal Kayla.
"Sorry-sorry. Lo belum pulang?" Tanya Vano.
"Keliatannya?" jawab Kayla balik bertanya.
Vano tersenyum bodoh. "Iya juga ya." kata Vano.
"Mumpung gue baik. Pulang bareng yuk!" Ajak Vano pada Kayla.
"Nggak deh makasih." Jawab Kayla.
"Nggak usah sok jual mahal! Gue tahu lo dari tadi nengok-nengok ke sekolah buat cari tebengan. Dan kayanya cuma tersisa gue aja. Atau lo mau jalan kaki dan pulang udah gak perawan lagi?" jelas Vano.
Kayla bergidik ngeri mendengar perkataan terakhir Vano. Pulang dengan keadaan tidak prawan? Yang benar saja! Bahkan bisa langsung di bunuh atau sebelum itu di ambil organ tubuhnya.
"Heh, kok malah bengong." kata Vano yang membuat Kayla tersadar.
"Eh, i-iya deh gue ikut sama lo." Kata kayla.
Vano mengangguk. Kayla mendekat ke motor Vano.
Karena tinggi badan kayla yang tidak seberapa. Ia hanya menatap boncengan motor Vano itu.
Vano menoleh menatap kayla yang masih belum duduk di boncengan motornya.
2 detik masih pada posisi sama.
"Kayla, kalau lo mau minta tolong bilang. Jangan diem aja!" Ujar Vano pada akhirnya.
"Iya sorry. Gimana naiknya?" Tanya kayla.
Vano mengulurkan tangan kirinya. "Pegangan aja,"
Kayla mengangguk paham.
Saat ia hendak memegang tangan Vano, Vano malah menurunkan tangannya. "Kenapa?" tanya kayla, bingung.
"Rok lo kependekan gue gak suka. Bentar," Vano menjeda perkataannya dan malah membuka jaket dan langsung menyodorkan jaketnya di depan Kayla. "Nih, pake dipinggang lo!" lanjutnya.
"Oke." Kayla menuruti perkataan Vano. Ia memakai jaket Vano di pinggangnya.
Vano mengulurkan tangannya yang di terima oleh Kayla. Kayla berhasil duduk di atas boncengan motor Vano dengan bantuan tangan Vano dan bahu Vano.
Setelah di rasa Kayla sudah aman, Vano mulai menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.
Di perjalanan...
"Rumah lo dimana?" Tanya Vano.
"Di jalan *****, nomer 6." Jawab Kayla yang di jawab dengan anggukan oleh Vano.
Setelah menempuh waktu beberapa menit, mereka sampai di depan rumah keluarga Kayla.
Rumah kayla berada di perumahan besar. Rumahnya sangat bagus dan besar.
Vano mengulurkan tangannya kembali untuk membantu kayla turun dari motornya. Kayla berhasil turun.
"Makasih Vano." Kata kayla.
"Sama-sama. Udah kewajiban gue buat nolong orang lain kalau emang gue bisa," jawab Vano, bijak.
Kayla mengangguk. 'Kayaknya Vano nggak seburuk yang gue pikirin.'
"Mau mampir?" Tawar Kayla.
"Nggak usah deh. Gue langsung balik aja," jawab Vano
"Oh yaudah, hati hati di jalan!" Kata kayla yang di jawab dengan anggukan oleh Vano.
Vano menyalakan mesin motornya, lalu menjalankannya dan pergi dari rumah kayla. Sedangkan kayla berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!