Karya pertama semoga pembaca suka supaya penulis bisa terus update. Berikan Kritik dan sarannya yaa
Penulis akan bercerita tentang gadis kecil yang berusia 8 tahun yang dipaksa untuk tangguh, hidup disebuah desa yang tertinggal tetapi gadis tersebut harus tertindas hanya karna faktor ekonomi. Penasaran? Yuk baca cerita ini, kisah nyata dari seorang gadis kecil yang sekarang sudah sukses. Semangat berjuang teman teman melawan kerasnya hidup ini.
Cerita ini untuk Season 1, ketika novel ini berhasil insya Allah penulis akan lanjutkan hingga Season 2 dan seterusnya.
Prolog...
Gadis kecil disuatu Desa Peno bernama Anggraeni Munawarah merupakan anak yang pendiam dan penyayang, meski kecerdasannya rata-rata hanya kelas menengah namun dia mampu berbaur di lingkungan yang dia tempati. Gadis tersebut dikenal dengan nama Reni, masih memiliki kedua orang tua. Ibunya bernama Wati Ramadani dan ayahnya bernama Muhammad Ahsan. Ia dilahirkan sebagai anak pertama dan memiliki dua adik perempuan bernama Nayla Bayduri dan Naysa Mawadah, meski kedua adiknya tidak kembar tetapi wajahnya sangat mirip bahkan namanya pun hampir sama.
Reni gadis yang dapat diandalkan untuk membantu kehidupan orang tuanya, sejak kecil sudah terbiasa membantu ibunya menjaga adik bungsunya ketika orang tuanya bertani. Selain itu, dia dapat diandalkan untuk membantu menjual sayur keliling kampung, membantu memetik buah hasil kebun untuk dijual, dan menjual gorengan di sekolah.
Pada saat usianya 8 tahun lahir adik bungsunya bernama Naysa. Ibu Wati berkata "adikmu sudah lahir nak, perempuan. Tanggung jawabmu menjaga adik bertambah". Reni menjawab dengan pelan "baik bu, semoga aku bisa menjadi kakak yang baik".
"Harus bisa nak karna km anak pertama" jawab ibu lagi. Ibu terdiam memikirkan anak-anaknya semoga kelak sukses dan selalu bahagia. "Aamiin" ucapnya dalam hati.
"insya Allah pekan depan akan diadakan akikah untuk adikmu, kamu bantu-bantu di dapur ya dengan tetangga yang datang" kata ibu. "baik bu" jawab Reni.
"Siapa nama adik bu?"
"Namanya Naysa Mawadah, lantas kemana ayahmu Ren?" tanya ibu. "ayah di belakang rumah bu, sedang kasih pakan kambing" jawabnya. "ayahmu urusi kambing terus padahal belum waktunya dikasih makan, huh" gerutu ibu. "emang kenapa bu?" tanya Reni heran. "tidak apapa".
"ya udah bu, aku ke belakang dulu mau mencuci pakaian, ibu mau titip?". "Boleh nak, tolong cucikan pakaian ibu yang ada di keranjang". "Baik bu" jawab Reni.
Disaat akan mencuci Reni bertemu dengan Nayla yang sedang menjemur pakaian. Nayla rajin belajar, sibuk dengan dunianya sendiri, kalau disuruh bantu memasak ataupun membersihkan rumah selalu beralasan belajar padahal hanya sibuk menata bukunya. "Ntahlah" gumam Reni.
Reni mencuci pakaiannya, pakaian ibu, pakaian ayah dan juga Naysa yang masih bayi. Selesai mencuci dia menjemur dengan bersenandung manyanyikan lagu shalawat. Hingga dia mendengar Nayla berceletuk, "menjemur ya menjemur saja tidak usah menyanyi segala suaranya bikin berisik" sambil ketawa. Reni menjawab "biarlah supaya dapat pahala, supaya dapat syafaat".
"eh Nay, kamu suka punya adik?"
"iya suka apalagi cewek, wah bisa main bareng, bisa disuruh suruh juga, hahaha" tawanya.
"hahaha" Renipun ikut tertawa, "bener juga tuh". "tapi kamu tuh harus bisa bantu² juga di dapur, masak, nyapu, cuci piring, atau angkat air gitu, kita bagi tugas, apalagi ibu baru selesai melahirkan pasti butuh istirahat banyak".
"aku malas bantu², enakan di kamar belajar" kata Nayla.
"Gayamu belajar padahal cuma nyusun buku doang, huuuu"... Setelah percakapan itu Nayla pergi entah kemana. Reni hanya mendengus setelah kepergian adiknya. Reni penyayang, sabar meski keras juga sih sikapnya hehehe.
Reni ke dapur waktunya masak, kebetulan hari ini libur sekolah karna tanggal merah. Tepatnya hari Sabtu, libur karna Nyepi atau hari raya umat Hindu. Disana Reni menyiapkan beras untuk dicuci lalu dimasak di dapur kayu, masih menggunakan kayu bakar, menyiapkan sayur untuk disayur bening, anak seusianya belum pandai masak ya anggap saja masih belajar dikit dikit.
*
*
*
...Happy Reading, maaf masih belepotan tulisannya, karya pertamaku ♡♡♡...
Tujuh hari kemudian tibalah acara akikah Naysa, ada beberapa tetangga yg membantu memasak. Ada juga bibi atau adiknya ayah Ahsan bernama Siti Mahmudah. Acaranya sederhana hanya di rumah saja, berhubung anaknya perempuan maka kambing yang dipotong hanya 1 ekor, selain itu potong ayam untuk tambahan lauk, ikan laut juga ada.
"Sudah selesai ini lauknya, bawa ke depan Ren", ujar bibi Siti. "iya bi, nasinya juga?" tanya Reni. "iya sudah semua makanya tinggal dibawa ke depan sebelum para tamu datang, sebentar lagi itu acaranya akan dimulai". "ok" sambungnya.
Acara dimulai, tidak banyak tamu diundang hanya warga kampung desa Peno yang dikenal. Selesai acara maka selanjutnya bersih² mulai dari membereskan piring kotor, mencuci, membersihkan rumah, dan lainnya yang dibantu tetangga yang baik. "Alhamdulillah selesai acara" ucap ibu.
Beberapa hari setelahnya mulai masuk sekolah, biasanya Reni akan membawa kue untuk dijual tetapi karena ibunya selesai melahirkan maka libur jualan kue. Eh jangan salah ya, meski tidak membuat kue kalau ada buah maka buahlah yang akan dijual seperti rambutan, kedondong, dan lainnya. Saat ini musim buah kedondong yang kulitnya mulus dan bijinya berakar, kalian pasti tau donk?
Pada saat itu masih tahun 2004 lah yaa makanya buah kedondong 1 biji itu masih harga 100 rupiah, lumayanlah kalau sekarang 1000 rupiah mungkin karena sudah tahun 2024. Atau bahkan lebih mahal dari itu!
"kamu bawa apa Ren? Rajin amat jualan?" tanya Sahar teman kelas Reni di sekolah. "aku bawa kedondong ini, kamu mau beli? Murah kok hanya 100 rupiah 1 buah".
"aku tidak suka kedondong, kecut" katanya.
"owh ya sudah tidak masalah". Akhirnya Reni menjual di kelas lain yang mau membeli. Berhubung di sekolah belum memiliki kantin maka jaulannya dibawa ke dalam kelas tapi tidak menggangu saat belajar.
Saat istirahat Reni selalu membawa jualannya kemanapun dia pergi, saat mainpun sambil menjaganya supaya aman dan sempat ada temannya yang mau membeli.
"Reni apa itu?" tanya Galih kakak kelasnya. "ini buah kedondong kak, kakak mau beli?"
"wah boleh, aku suka itu! Aku tidak punya pohonnya makanya aku beli," candanya sambil ketawa. "semua berapa?"
"eh, bener nih kak mau dibeli semua?"
"benarlah, ayo teman² siapa mau makan kedondong sini aku traktir" ucap Galih.
"wah ada gratisan nih, ada apa gerangan Galih ntraktir makan kedondong, lagi banyak duit ya?". Tanya Sugeng teman kelas Galih.
"Alhamdulillah dapat rezeki karena kakek dan nenek aku datang, mereka tidak bawa oleh² dari Jawa makanya aku dikasih uang banyak. Susah kalau bawa oleh² dari Jawa terlalu berat". Katanya.
"syukurlah rezeki anak shaleh ini" ucap Tati teman Galih juga.
"rezeki anak shalehah juga kak, kan kak Galih beli jualanku". Kata Reni.
Tati menjawab "yaps bener rezeki anak shaleh shalehah yaa..."
"ayo kita cari tempat makan buah, kalau disini tidak enak dilihat guru apalagi ibu Nuri huh itu guru killer, beli buah ke teman kita saja tidak boleh, mau kaya sendiri dia" gerutu Galih.
"hahaha" teman² Galih pada ketawa mendengar gerutuan temannya. "lets go" serempak.
Meraka akhirnya menikmati buah kedondong di tempat yang lebih aman karena guru yang bernama ibu Nuri tidak suka ketika anak² membeli makanan di tempat lain kalau jualannya belum habis. Ibu Nuri biasa menjual es lilin, es kue, bahkan kue seperti donat, roti goreng atau jalan kotek. Guru yang lain juga ada yang menjual makanan seperti kue lapis namun terkadang anak² disuruh membeli makanan di ibu Nuri. Ntahlah itu guru mau kaya sendiri padahal rezeki sudah ada yang mengatur tinggal bagaimana manusia berusaha bekerja keras.
Waktunya istirahat sudah habis, kembali belajar di dalam kelas, sekolahnya masih lantai tanah dan temboknya papan. Maklum ini sekolah di desa, Alhamdulillah sudah ada sekolah disini meski belum memiliki fasilitas yang lengkap tapi sudah lebih baik daripada tidak ada.
Ketika pulang sekolah Reni langsung pulang ke rumah, disambut hangat oleh ibu dan adiknya Naysa yang masih bayi. "habis jualanmu nak?" kata ibu Wati.
"Alhamdulillah habis bu, ibu sedang apa?"
"menyusui adikmu Naysa, tapi dia tidak suka ASI sepertimu, hanya sedikit saja, makanya mau ibu buatkan susu formula. Gantilah pakaianmu Ren, lalu tolong buatkan susunya, ibu akan menggantikan celana atau popok kain untuk adikmu karena dia sedang buang air kecil" kata ibu.
"baik bu, tunggu sebentar" jawab Reni.
Reni masuk kamar sambil menggerutu, "untung ibuku yang suruh, baru pulang sudah disuruh buat susu lagi, awas ya kalau Naysa sudah besar tidak nurut, capek dari sekolah mau istirahat malah harus buat susu".
Disaat berganti pakaian Reni melihat ada foto di atas mejanya, ternyata foto lama lebih tepatnya foto pengantin ibu dan ayahnya. "wah ibu cantik saat pengantin, body nya masih ramping, ayah juga tampan, nanti aku besar mau juga seperti ini".
Setelah meletakkan kembali foto tersebut Reni melanjutkan langkah ke dapur membuat susu formula untuk Naysa sesuai permintaan ibunya. Akan tetapi Reni tidak tahu cara membuatnya makanya dia minta diajarin oleh ibunya terlebih dahulu.
...Selamat membaca, maaf masih berantakan karena karya pertamaku ♡♡♡...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!