"Aduh gawat gue udah telat! Mana dosennya killer lagi! Mampus gue kalau dapat nilai E lagi di ujian akhir ini." Fianda berlari sekencang-kencangnya dari terminal bus ke kampus.
Gadis tomboy itu memang pelari handal. Jangankan berlari, memanjat tembok, menara air, pohon kelapa dan semua pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh seorang laki-laki Fianda dengan mudah melakukannya.
Dia tiba di salah satu koridor kampus. Namun, tak membuat kecepatan berlarinya berkurang, tak peduli meski dirinya jadi pusat perhatian para mahasiswa.
Gadis itu masih berlari melewati beberapa mahasiswi yang jalan berlenggak-lenggok bersama teman ataupun gengnya.
Tak ada yang ditakutinya di dunia ini, terkecuali seorang dosen yang yang memiliki wajah tampan nan rupawan. Seorang pria muda lulusan terbaik dari universitas terbaik di dunia yakni, universitas Oxford pada program pasca sarjana. Sayangnya, dosen muda itu selalu bersikap arogan, galak dan selalu menuntut kesempurnaan, menurut Fiandra.
Ia begitu benci sekaligus segan terhadap dosen yang selalu memberinya nilai E pada setiap tugas yang ia berikan. Melihat kelasnya sudah sepi, "Waduh sepertinya mister killer sudah masuk kelas nih. Mampus gue, sudah berapa kali gue terlambat di jam kuliahnya."
Fiandra semakin melaju hingga dia ngerem mendadak di depan pintu kelasnya.
Hua Hua! tok tok…
Dengan nafas yang masih terengah-engah ia mengetuk pintu tersebut.
"Permisi Pak!"
Fiandra masuk, seketika dia mendapatkan tatapan tajam seperti mata elang yang hendak menerkam mangsanya.
"Ini sudah yang ketiga kalinya kamu terlambat! Sudah gak disiplin, ngerjain tugas asal-asalan lagi, kata-kata itu terdengar begitu ketus, dengan wajah yang menatapnya dengan sinis.
"Saya gak asal-asalan Pak, memang kemampuan otak saya terbatas," jawab Fiandra lirih sambil menundukkan wajahnya.
Ini yang kesekian kalinya dia diomeli oleh pak Ilham.
"Iya, itu karena kamu memang bodoh! Sudah bodoh malas dan ngak disiplin lagi" hardik Ilham.
Fiandra mengangkat kepalanya sedikit, sebagai bentuk protes karena ucapan Ilham barusan.
"Baru ini saya melihat seorang mahasiswi yang setiap ujiannya harus lima kali remedial karena nilainya E minus . Itu pun saya beri nilai C setelah lima kali perbaikan, karena saya kasihan dengan kamu. Kamu tahu! kamu sudah banyak membuang waktu saya, hanya untuk ujian perbaikan dan diskusi tugas yang saya berikan!"
Bla bla…
Ilham bukan tipe orang yang suka ngomel-ngomel. Mungkin karena dia sudah kehabisan kesabaran dalam menghadapi Fiandra, hingga saat itu juga dia mengeluarkan unek-uneknya.
Gadis itu hanya bisa tertunduk mendengarkan omelan Ilham,sambil ngedumel dalam hatinya.
'Pantes saja gak ada yang mau jadi istri pak Ilham, mulutnya lebih pedas dari carolina reaper."
Puas mengeluarkan unek-uneknya Ilham kembali menata lembar ujiannya.
"Kamu mau tetap diam di situ?" tanya Ilham ketika Fiandra yang masih berdiri di depan kelas.
Fiandra pun duduk dengan perasaan malu yang luar biasa karena semua mata menatap ke arahnya.
"Saya bagikan lembar soal dan jawabannya, waktu kalian cuma sembilan puluh menit."
Ilham membagikan satu persatu lembar soal dan jawabannya.
Suasana masih hening dan terus hening, hingga sembilan puluh menit kemudian.
Keadaan kelas memang seperti itu ketika Ilham yang mengajar, mungkin karena suasana kelas yang tenang itulah, mahasiswanya bisa menangkap materi yang disampaikan dosen muda itu, terkecuali Fiandra yang memang sulit menerima penjelasan dari dosen yang membuat jantung selalu berdebar karena ketakutan.
"Waktu selesai! Selesai tidak selesai silahkan kumpulkan!" tegas dan lugas perintah Ilham.
Mereka semua serentak berdiri kemudian berjalan menghampiri meja Ilham untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka.
Begitupun Fiandra, dengan wajah kesalnya dia mengantar lembar jawaban itu kepada Ilham. Ilham langsung mengoreksi lembar jawaban dari Fiandra saat itu juga.
Dengan sekali melihat lembar jawaban itu, Ilham langsung memberikan penilaian.
"Kamu dapat nilai E lagi," ucapnya dengan datar
Seketika Fiandra membelalakkan bola matanya."Hah! Yang benar saja Pak, nggak diperiksa kok bisa-bisanya Bapak memberi saya nilai E."
Tanpa menjelaskan, Ilham berdiri sambil membereskan barang-barangnya.
"Minggu depan kamu ikut semester pendek untuk perbaikan nilai kamu," tukasnya sambil berlalu meninggalkan Fiandra yang masih syok.
Fiandra terbengong dengan bola mata yang melongok dan mulut yang menganga.
"Yah berarti liburan ini gue nggak bisa pulang kampung dong," dengus Fiandra kemudian.
Fiandra menatap punggung Ilham yang berlalu meninggalkannya. Wajah Fiandra mulai memerah dengan nafas yang mendengus-dengus karena berusaha menahan emosinya.
" Sudah diomelin, di permalukan dan di beri nilai E untuk kesekian kalinya! Ih kesel banget gue!" Fiandra berteriak sambil menjambak rambutnya karena frustasi.
Ratu menghampiri Fiandra, karena kasihan melihat sahabatnya itu yang selalu di kerjain oleh dosen matematika mereka.
"Fi! Lu salah apa sih sama Pak Ilham. Setiap ujian matematika lo selalu dapat nilai E di mata kuliah beliau?" tanya Ratu.
"Tau tuh perjaka tua! sensi banget sama gue, bisa-bisanya dia langsung menilai hasil ujian gue tanpa memeriksa dan langsung memberikan nilai E."
Haha tawa Ratu. "Nasib lo deh Fi, lagian lo suka banget berurusan dengan pak Ilham. Sudah tau dia dosen killer."
"Mana pernah gue cari masalah sama dia, dia saja cari masalah sama gue! Lihat aja, gue bakalan sumpahin tuh si Ilham, biar nggak ada perempuan yang mau nikah sama dia, biar jadi bujang lapuk seumur hidup." Fiandra memicingkan matanya sambil mendengus dengan naoas yang tak beraturan.
"Haha, jangan-jangan pak Ilham melakukan itu, karena ingin menarik perhatian loh kali, Fi. Lo kan cantik, ya meskipun rada kurang waras. Atau pak Ilham sengaja memberikan nilai E biar lo ikut dan bisa bertemu dengannya di semester pendek nanti. Jangan-jangan Pak Ilham suka sama lo kali." Ratu mencolek dagu sahabatnya itu.
"Ih amit-amit jabang bayi, meskipun di dunia ini laki-laki cuma tinggal si Ilham itu, gue nggak akan mau jadi bininya," ucap Fiandra dengan bibir yang gemetar karena kesal.
"Haha, Kalau gue sih mau aja. Secara pak Ilham itu kan ganteng banget, memiliki bentuk tubuh proporsional serta otak yang cerdas. Benar-benar sempurna, lumayan untuk memperbaiki keturunan, haha."
'Oh pak Ilham! jadikan aku milikmu, jangankan yang pertama, jadi yang kedua, ketiga atau yang keempat aku juga mau! I love you! Pak."
Fiandra memutar bola matanya segala arah melihat Ratu yang terlihat norak.
"Yaelah lu suka sama Pak Ilham ? Kenapa nggak nyatain cinta saja sama beliau. Kali aja lu langsung diterima jadi bininya. Karena setahu gue, nggak akan ada yang mau sama pria galak seperti dia."
"Nah itu dia gue takut, takut ditolak mentah-mentah sama pak Ilham. Hm
Jangan kan menyatakan cinta, melihat tatapannya saja gue seperti terbunuh, saking tajamnya tatapan matanya itu Fi. Gregetan gue sama dosen killer yang satu itu, ganteng tapi galak, jadi penasaran kalau di atas ranjang, pak Ilham galak juga gak ya." Ratu tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
Fiandra kembali memutar bola mata malas. Bukan kali ini saja dia mendengar teman-temannya memuji ketampanan Pak Ilham. Mungkin memang Pak Ilham secara fisik terlihat sempurna, tapi tidak dimatanya, dalam hatinya sudah tertanam kebencian pada pria 31 tahun itu. Karena selama mengikuti kelas Pak Ilham, dia selalu diberi nilai buruk dan harus melakukan perbaikan beberapa kali baru di luluskan. Baginya Pak Ilham adalah sosok laki-laki yang kejam dan bengis hingga tak menarik sama sekali.
Pulang dari kampus Fiandra langsung ke kosannya. Barang-barang yang sudah dimasukkan ke dalam koper semuanya kembali ia bongkar. liburan kali ini, ia tak bisa pulang kampung karena harus mengikuti semester pendek.
"Huh padahal gue udah nggak sabar manjat pohon kelapa emak gue. Udah nggak sabar nyemplung di empang main sama bocil bocil di kampung halaman gue. Gara-gara si Ilham gue nggak jadi pulang kampung," Fiandra terus menggerutu sambil mengeluarkan barang-barang dan menyusunnya kembali ke lemari.
Dering telepon memaksanya menghentikan aktivitasnya itu, ia pun meraih handphone yang terletak di atas tempat tidur.
''Dari Nyak nih."
Gadis itu mengusap layar handphonenya untuk menerima sambungan telepon tersebut.
"Halo Assalamualaikum Nya."
"Waalaikumsalam Fi. Kamu jadikan pulang sore ini?"
"Nggak tahulah Nya' aye masih bingung."
"Loh bingung kenapa sih? bukannya lu udah janji sama Nyak, untuk pulang kampung bulan ini, makanya Nyak, sampai mengundang calon besan untuk datang ke rumah kita."
"Aduh Nyak, ngapain lagi ngundang besan ke rumah. Aye belum mau kawin Nyak, masih mau fokus kuliah!"
"Fiandra! Ingat umur lo ye! di kampung ini teman-teman sebaya lu udah pada nikah semuanya, Nyak malu punya anak gadis yang berusia di atas 20 tahun,tapi belum ada yang melamar. Kebetulan Nyak bertemu teman lama Nyak, kami pun sepakat jodohin kamu sama anaknya."
'Yaelah Nyak, di kota ini umur 20 tahun itu masih tergolong remaja Nyak. Biasanya mereka nikah itu di atas umur 25 tahun. Fi baru 21 tahun juga."
"Eh Fi. Udah jangan kebanyakan ngeles lu ye. Udah lu pulang biar sebentar, karena dalam beberapa hari lagi calon laki lo mau datang berkenalan dengan lo!"
"Kalau kamu lihat sendiri Fi, cowok yang bakalan Nyak jodohin sama kamu,kamu pasti langsung suka, Fi."
"Iye, iye serah Nyak saja ye. Fi beres-beres dulu. Bentar lagi Fi pulang.Jangan lupa masak soto Betawi kesukaan aye Nyak. Sama nasi rawon."
"Beres, ya udeh ye assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Ilham melajukan mobilnya. Karena hari ini hari terakhir mengajar, Ilham akhirnya bisa pulang kampung meskipun hanya beberapa hari.Minggu depan dia juga harus mengisi mata kuliah di semester pendek.Setelah dua jam perjalanan. Ia tiba di rumahnya. Kedatangan disambut antusias oleh ibundanya.
Ketika pria itu membuka pintu mobil.
Seorang wanita paruh baya merentangkan tangannya ke arahnya.
"Assalamualaikum Nyak!" Ilham memeluk sang ibunda.
"Akhirnya kamu pulang juga Ham. Nyak punya berita baik untuk kamu."
Ilham memutar bola mata, dia sudah bisa menebak berita apa yang akan disampaikan ibunya itu.
Bu Romlah menuntun putranya duduk di sofa ruang tamu.
"Ham, Nyak sudah punya jodoh yang cocok untuk kamu."
'Sudah kuduga,' batin Ilham.
"Seorang gadis cantik,anaknya Rohaye. Sobat karib Nyak waktu SMA dulu."
"Aye bisa cari jodoh sendiri kok, Nyam. Jadi gak usah di jodohkan lah, ini kan zaman modern Nyak, bukan Jaman Siti Nurbaya lagi."
"Alah e lo Ham, Nyak sudah dengar kata-kata ini tuh sejak lima tahun yang lalu, saat Nyak mau jodohin kamu dan Laila. Noh! sekarang Laila udah punya dua anak, kamu punya apa?"
Ilham memutar bola matanya ke segala arah bosan mendengar cerita itu.
"Pokok nya elo harus mau Nyak jodohin sama anaknya si Rohaye. Nyak gak mau dengar alasan kamu lagi Ham. Tahun ini Nyak sudah harus punya mantu dan calon cucu titik!"
Ilham menghempaskan mafas panjang, sudah tak bisa berkata-kata.
"Lagian umur sudah masuk kepala tiga, belum kawin lagi, percuma muka ganteng, otak encer, duit banyak. Kawin kagak mau!" dengus Romlah.
Ilham sudah tak bisa mengelak. Sudah sering dia menolak perjodohan dari Romlah. Ilham juga selalu sibuk dengan profesi sebagai seorang dosen dan juga mahasiswa pasca sarjana karena itulah dia tak punya waktu untuk mencari jodoh sendiri.
***
Fiandra terbangun ketika mendengar suara Adzan di mushola.
"Hua!"Akhirnya gue bisa merasakan udara segar di kampung halaman.
Fiandra mencuci wajahnya kemudian berwudhu.
Setelah sholat subuh, Fiandra segera mandi, bersiap dan sarapan.
Dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan para bestie-bestirnya.
Fiandra menikmati soto Betawi buatan Nyak nya di dapur, sambil duduk di lantai dengan satu kaki ditekuk satunya lagi di lipat di lantai. .
"Assalamu'alaikum!" terdengar suara salam.
"Waalaikumsalam." Rohaye keluar dari kamarnya.
"Eh, Udin, Komang. Samsuri, ada ape pagi-pagi kemari?" tanya Rohaye sambil menatap satu persatu bocah yang berdiri di hadapannya.
"Eh Nyak, Kak Fi ade Nyak?"
"Kalian tau Fi ada di rumah dari mana?" tanya Rohaye.
"Dari kak Fi dong Nyak. Pan kita punya WA group."
"Terus kalian mau ngapain cari, Fi?"
"Kira mau ngajakin Kak Fi manjat pohon rambutan Nyak. Habis itu kita ke sawah main di empang untuk cari ikan cupang," jelas Samsuri.
Rohaye bersedekap menyilangkan kedua tangannya ke dada.
"Kagak boleh! Eh lo kalau mau main yang begituan jangan ajak anak gue ye. Anak gue bentar lagi jadi manten, jadi istri seorang dosen, jadi kagak level ye, main yang begituan," omel nyak Rohaye.
"Kak Fi mau nikah Nyak? Memang ada laki-laki yang mau?" tanya si Komang.
Rohaye membelalak bola matanya.
"Sembarangan lo ye! Lo pikir anak gue kagak laku? Anak gue cantik gitu, miss unipers aja kalah cantik sama anak gue, dibilang kagak ada yang mau."
"Yaelah Mak. Buktinya di kampung kita ini, cuma kak Fi, anak gadis yang masih perawan. Teman-teman sebaya kak Fi itu kan sudah pada nikah. Makanya kak Fi mainnya sama kite-kite. Eh itu kan berarti kagak ada yang mau sama kak Fi. "
"Eh sembarang loh. Kemarin anak Sultan mau ngelamar anak gue tau!"
"Hah, anak sultan Nyak? Sultan Brunei atau Sultan Arab?" Ketiganya begitu serius.
"Bukan, bapaknya namanya Sultan. Itu loh yang jualan gorengan di depan gang."
Gubrak,,, mereka semua menepuk jidatnya.
"Yaelah Nyak ngeprank kita aja, tak kirain Kak Fi dilamar anak sultan beneran."
Sementara Nyak Rohaye hanya tersenyum nyengir.
Fi keluar menghampiri Rohaye.
"Eh udah pada kumpul rupanya kalian."
"Udah dari tadi kak. Tapi di interogasi dulu sama Nyak."
"Ya udah deh, Nyak. Fi cabut dulu ya. Mau maen sama bestie-bestie."
Fiandra mencium punggung tangan Rohaye.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Eh Fi tunggu!" Tiba-tiba Rohaye teringat sesuatu.
"Ade ape Nyak?"
"Eh lo maen jangan lama-lama ya. Karena bentar lagi calon laki lo mau datang. Katenye hari ini juga mereka mau lamar lo, Fi!"
"Iya Nyak, bentar aja Kok."
"Lo ada bawa hape kan Fi?"
"Ade Nya'. Nanti telpon saja!"
Fiandra dan para bocil pergi kehutanan melewati pemukiman warga dan langsung jadi topik pembicaraan para warga.
Dia juga tak peduli apa yang warga pikirkan tentangnya. Usia sudah 20 tahun dan masih bermain dengan bocah laki-laki.
Banyak rumor beredar tentang Fiandra yang dianggap fedofil oleh orang-orang yang iri terhadapnya.
Karena kabar tak sedap tersebut lah nyak Rohaye memaksa Fiandra untuk segera menikah.
Karena gosip tersebut pula lah, tak ada yang mau menjodohkan Fiandra dengan anak-anak bujang mereka, ya meskipun Fiandra adalah bunga desa di kampung mereka, sehingga banyak pemuda yang diam-diam mencintai Fiandra tanpa berani mengungkapkannya.
Ilham baru saja pulang joging keliling kampung. Tiba di rumah ia melihat rumahnya masih berantakan seperti belum di bersihkan. "Ke mana enyak?"bertanya dalam hati sesekali memanggil ibunya.
Karena terbiasa hidup mandiri, ia berinisiatif mengambil penyapu.
Ketika sedang memberikan teras, tiba-tiba saja dua buah mobil berhenti di depan rumahnya.
Pria itu menyelidik melihat ke dalam mobil Avanza silver itu. Seorang pria keluar dari mobil lalu di ikuti dua orang wanita.
"Assalamualaikum!" seru pria dengan kemeja batik berpeci itu.
Seketika senyum terbit di bibir Ilham yang sensual itu. "Cang! Cing!" seru pria tiga puluh tahun itu menghampiri lalu meraih tangan pria dan dua orang wanita paruh baya.
"Cang, kok tumben datang mari kagak bilang-bilang?"
"Kalau bukan karena Nyak, lu yang kasih tau kabar mendadak. Mana mungkin Cang kemari dengan buru-buru."
"Nyak, ngasih kabar, apa, Chang?" tanya Ilham bingung.
"Eh, Chang dan Cing sudah datang!" tiba-tiba Romlah muncul dari balik mobil putranya yang terparkir di garasi, dengan dandanan sedikit menor. wanita itu beralih pandang menatap putranya. "Loh Ilham, lo belum siap lagi, Tong? ini sudah jam berapa?"
"Siap kemana sih, Nya?" tanya Ilham.
"Lah pan gua dah bilang ke, Elo. Hari ini kita ke rumahnya Rohaye. Melamar anaknya!"sungut Romlah.
"Hah! kok mendadak, Nyak?" protes Ilham sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal .
"Udah jangan banyak ngeluh Loh! Cang loh dah siapin seperangkat laman sam roti buaya. Sekarang juga kita pergi!"
"Apaan sih, Nyak, main lamar-lamar aja, Pan aye belum bilang setuju, lihat calonnya aja kagak pernah."
Romlah melambai tangannya ke depan wajah Ilham."Udahlah, lu terima aja tuh anaknya Rohaye, Nyak jamin lu bakalan suka!"
"Iye, cantik kalo gak sesuai kriteria, aye gimana?"
"Alah, bujang yang hampir kadaluarsa seperti Lo, gak usah mikirin kriteria, syukur-syukur anaknya si Rohaye mau sama elo!" cicit Romlah.
Meskipun segala daya coba menolak Perjodohan itu. Namun tetap saja Romlah bersikukuh. Alhasil Ilham menurut saja, setelah mandi dan mengganti pakainya mereka langsung berangkat. Sepanjang jalan ia berdoa agar gadis pilihan Nyak-nya itu sesuai dengan kriterianya yang pintar, anggun dan kalem.
***
Fi dan teman-temannya baru saja selesai memanen rambutan dan sedang mengumpulkan buah buah itu lalu mengikatnya.
ketika Tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ia merasakan handphonenya bergetar. ia langsung meraih benda pilih itu tas pinggangnya lalu mengusap layarnya.
"Hal...," baru saja hendak mengucapkan kata Halo, ucapannya langsung terpotong.
"Fi! pulang! calon mertua loh mau kesini! Buruan lo pulang!" teriak Nyak Rohaye.
Saking kencangnya teriakan itu membuat menjauhkan handphone tersebut dari daun telinganya. " Iye-Nya aye nggak budek!"
Blub! secara reflek, Fi memutus sambungan telepon itu.
"Ada apa kak Fi? " tanya teman-teman kecilnya secara serempak.
"Nanti kalian jual sendiri, ya. Hasil jualannya kita bagi rata. Kak fi harus pulang. calon suami Kak Fi mau datang," Jawabnya sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Oh Jadi benar apa yang dikatakannya tadi Kak Fi mau dinikahkan," tanya salah satu dari mereka.
"Iya Kak Fi harus nikah, kalau nggak mulut orang kampung ini pada ngatain kakak macam-macam."
Yah akhirnya, setelah berunding dengan nyak semalam suntuk, akhirnya ia memutuskan untuk menerima Perjodohan itu meskipun dengan berat hati.
Mendengar ucapan gadis itu seketika raut wajah mereka berubah menjadi sedih "Lah kalau Kak Fi nikah, kita nggak ada temen lagi dong," Ciletuh salah satu dari mereka yang tak ingin kehilangan sahabat karibnya.
"Ya mungkin udah waktunya kali, ya. kak fi nikah, kalian juga nanti juga gitu, di paksa nikah kalo umur kalian sudah cukup," ucapnya lembut bermaksud untuk menenangkan sahabat kecilnya itu. "Dah ya! Kak Fi duluan." Fi beranjak dari tempat tersebut.
Kelima bocah itu menatapnya dengan tatapan berembun. mereka merasa sedih karena sebentar lagi kehilangan teman yang paling pengertian seperti Fi.
***
Nyak Rohaye mondar-mandir di depan terasnya dengan menggunakan baju kebaya untuk mengintip keberadaan anaknya itu.
ketika melihat Sang Putri berjalan longkai dari kejauhan, nyak Rohaye melambaikan tangannya dengan kuat seperti ingin menarik gadis itu agar segera mendekat.
Fi yang faham dengan lambaian tangan itu, segera berlari dan dalam waktu sekejap dia sudah berhadapan dengan Nyak Rohaye.
"Lu ke mana aja sih Fi, lama banget pulangnya, di telpon- telpon gak diangkat?" sergah Nyak Rohaye sambil berkacak pinggang dengan bola mata menelisik putrinya dari atas sampai bawah.
"Sorry, Nya aye tadi lagi manjat pohon!" jawab Fi santai.
"Buruan sono mandi lalu make up-an pakai baju kebaya yang udah nyak siapin! Nyak mau panggil pak RT."
Fi menurut saja. dia bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang kotor karena getah pohon dan tanah. sekitar 15 menit kemudian, ia kembali ke kamarnya dan melihat seperangkat alat make up sudah tersedia di meja rias lengkap dengan kebaya satin.
Karena tidak bisa berdandan, Fi membuka tutorial make-up. Sekitar setengah jam kemudian gadis itu sudah selesai berhiad diri. Meskipun baru pertama kali menggunakan alat make up. Namun hasil yang di dapatkan cukup memuaskan.
Gadis itu memandangi wajahnya di depan cermin yang terlihat begitu cantik dan anggun dengan rambut yang di gulung ala sanggul modern. 'Wah ternyata Aye berbakat juga jadi tukang rias manten," sanjung pada diri sendiri.
setelah Mengundang Pak RT dan beberapa warga nyak Rohaye kembali ke kamar untuk melihat kondisi anaknya.
ketika memasuki pintu enyak Rohaye dikejutkan dengan penampakan seorang gadis speak bidadari dari pantulan cermin.
"Masya Allah! kamu cantik banget, Fi!" puji Nyak Rohaye dengan bangga sambil melanjutkan langkah kakinya menghampiri anak gadisnya itu.
Fi mesem-mesem di depan cermin."Hehehe iya, Nyak, Fi baru sadar ternyata fi cantik juga ya.
"Ya iyalah, Nyak yakin calon suami elo! pasti akan terpesona melihat elo, Fi!"
Tit tit tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil sontak saja ibu dan anak itu menoleh ke arah pintu.
"Nah itu calon suami Elu sudah datang. Ayo kita sambut."
"Ah ntar saja Nyak! Aye belum selesai, nih. dikit lagi," Ujarnya memberi alasan.
"Ya sudah kalau begitu nyak, keluar dulu ya nyambut tamu kita."
Nyak Rohaye bersama Pak RT mereka menyambut kedatangan calon besan itu dengan ritual adat.
Setelah selesai acara penyambut Romlah memperkenalkan Ilham pada Rohaye.
"Masya Allah ganteng bener ya calon menantu Aye," lirih Rohaye ketika melihat paras rupawan Ilham.
Singkat cerita, sambutan lamaran itu berjalan lancar. meski belum melihat calon istrinya, Ilham yakin pilihan Nyaknya nya tidak salah. Seserahan pun di berikan kepada keluar calon manten wanita.
Ilham sendiri penasaran dengan wajah calon istrinya itu, begitupun dengan Romlah. "Eh ngomong-ngomong maneh calon menantu aye?" tanyanya bernada protes karena sang calon menantu belum juga keluar sampai lamaran selesai.
"Hehehe mungkin belum selesai dandan kali,maklum mau bertemu calon suami dan ibu mertua pastinya harus cantik kan?" Rohaye berkilah. Padahal dalam hatinya kesel karena Fi tak juga muncul.
"Ini si, Fi kemana sih? bisa-bisanya dia nggak keluar-keluar." Rohaye beranjak menuju kamar putrinya dan alangkah kagetnya ia ketika melihat. Fi tertidur dengan tangan bersilang di atas meja rias. dengkuran halus pun terdengar merdu seperti ingin menggambarkan jika Gadis itu tengah terbuai di alam mimpi
"Astaghfirullah!" hampir saja nyak Rohaye memekik melihat kelakuan putrinya. dengan langkah cepat yang menghampiri putrinya , kemudian mengguncang tubuhnya dengan kuat.
"Fi, bangun vi lo gimana sih, saat sedang lamaran malah molor!" omel Nyak Rohaye
setelah diguncang kuat, barulah Fi sadar, dengan wajah tak berdosa ia mengucek ucek matanya.
"Udah datangnya calon mantennya tanya Fi dengan santai.
Jika saja tidak ada tamu di luar mungkin nya Rohaye sudah meledakkan api kemarahannya pada anak gadisnya itu. wanita itu pun menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya dan tak ingin memperpanjang masalah itu.
"Sudah Fi! Yuk kita temui calon suamimu!"
beranjak dari tempat duduknya tanpa merapikan riasannya terlebih dahulu ia mengikuti ke mana Nyak, menuntun tangannya
keluarga sang calon mempelai pria seketika menoleh ketika mendengar suara langkah kaki mendekati ruang tamu.
senyum terbit di bibir Romlah ketika melihat seorang gadis cantik mengenakan kebaya putih yang terlihat begitu Anggun dan menawan. Baru sekali lihat rasanya ia sudah jatuh cinta pada gadis itu.
Namun tidak dengan Ilham ekspresinya sangat berbeda dari keluarganya ketika melihat Siapa gadis yang akan dijodohkan dengannya. dengan setengah emosi pria itu pun berdiri. "Kamu?!"
Fi kalah kaget ketika melihat calon suaminya itu sejenak tubuhnya terpaku dengan mulut yang sedikit menganga.
"Bapak?!" Gunanya sambil menunjuk ke arah Ilham dengan wajah yang syok.
Kedua belah keluarga kaget ternyata mereka sudah saling mengenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!