NovelToon NovelToon

Aku Bukan Selingkuhanmu

Sake

Serena berjalan menuju restoran Sushi yang ada di sebuah Mall, ia sedikit terburu-buru untuk menyusul yang lain karena tadi ia terjebak macet.

Ketika Serena sampai di meja yang telah di pesan oleh teman-temannya, ia segera duduk di kursi yang kosong dan mengucapkan maaf atas keterlambatannya.

"Maaf terlambat, tadi macet," ucap Serena kepada teman-temannya.

"Lah bawahan lu aja udah di sini dari tadi, harusnya lu lebih manfaatin bawahan lah. Jangan apa-apa sendiri!" celetuk salah seorang teman Serena di sana. Namanya Surya, dia memang yang paling banyak tingkah di dalam pertemanan mereka.

"Ya kan gue manager yang baik, ngga akan manfaatin bawahan cuma-cuma!" Serena menanggapi dengan senyuman.

"Untung bukan lu yang jadi atasan Yuan, kalo lu yang jadi atasannya pasti mati muda!" kali ini wanita yang menimpali perkataan Surya. Namanya Tina, dia memiliki seorang kekasih namun bukan dalam lingkup pertemanan mereka, kekasihnya juga bekerja di perusahaan yang berbeda. Ia juga pernah menjalin hubungan tanpa status dan kejelasan bersama Yuan sebelum akhirnya Yuan meninggalkannya demi Sarah.

Yuan 'bawahan' yang menjadi perbincangan hanya diam saja sedari tadi, dia mengunyah Sushi nya tanpa memperdulikan ocehan dari teman-temannya dan sesekali meneguk Sake yang di pesan oleh Surya.

"Kasihan loh yang kalian bicarain kayak lagi cidro tuh!" salah seorang wanita di grup itu menyadari muka masam Yuan. Nama gadis itu Sarah, dia adalah kekasihnya Surya. Dulu Sarah sempat menjalin kasih dengan Yuan sampai akhirnya lelaki itu meninggalkannya demi kekasihnya yang sekarang.

Sarah dan Tina memanglah korban dari Yuan, bukan Sarah yang merebut Yuan dari Tina, melainkan Yuan sendiri yang meninggalkannya. Namun mereka menghadapinya dengan cara yang damai sehingga pada akhirnya mereka malah berteman dan terbentuklah pertemanan enam orang.

Serena, Yuan, Surya, Tina, Sarah, dan satu lagi adalah Lucas.

Lucas adalah orang yang paling dewasa di antara mereka, bahkan Lucas sering menjadi tempat curhat untuk teman-temannya ketika merasa lelah dengan pekerjaan atau percintaan, padahal dia satu-satunya lelaki yang jomblo di sini. Kalo wanita, hanya Serena yang jomblo.

"Kayaknya lagi ada masalah yang berat, abis tengkar sama Maudy ya?" tanya Lucas dibarengi dengan tepukan ringan pada pundak Yuan.

"Begitulah, lama-lama juga gedeg gue. Posesif betul, padahal gue juga udah izin buat keluar sama kalian. Toh dia udah tau gimana kalian, dan juga gue ngga bakalan macem-macem!" ucap Yuan.

Kedekatan Yuan dengan Tina dan Sarah di anggap hanya rumor belaka, meskipun mereka dulu terlihat mesra ketika sedang bersama, Yuan selalu mengelak bahwa mereka memiliki hubungan sehingga Tina dan Sarah pun tidak mengakui kedekatan mereka juga. Maudy (Kekasih Yuan) juga di yakinkan bahwa ia tidak pernah dekat dengan dua wanita itu olehnya.

"Ya kenapa ngga lu ajak aja?" tanya Surya.

"Masalahnya dia lagi ada acara keluarga malam ini, jadi dia ngga bisa ikut gue, tadi aja dia izin pulang awal," ucap Yuan sembari meneguk Sake lagi.

"Udahlah kalo gitu, kita mabuk aja malam ini. Gue juga lagi stress, pekerjaan ngga kelar-kelar," ucap Surya.

"Izin Pak Lucas dulu dong. Gimana, Pak? Boleh ngga?" tanya Tina.

"Sesekali ngga papa lah ya. Tapi jangan terlalu mabuk ya anak-anak!" ucap Lucas yang mendapatkan sorakan gembira dari yang lainnya.

Mereka memang selalu membuat keributan ketika berkumpul, tak jarang pihak restoran maupun tempat umum lainnya yang mereka tempati untuk berkumpul, menegur mereka karena sangking berisiknya.

Serena mulai menyantap Sushi yang ada di meja. Sushi berada dalam satu kotak berukuran satu meter, berisi macam-macam Sushi yang sangat menggugah selera. Di padukan dengan beberapa botol Sake yang ditraktir oleh Surya.

"Kali ini yang bayar Sushinya Serena, bos besar kita ini kan pasti gajinya naik karena habis gaet perusahaan besar buat kerjasama dengan perusahaan kita!" celetuk Tina.

"Setuju!" seru yang lainnya.

"Iya deh iya!" Serena hanya bisa menggeleng pasrah, toh dia juga ngga bisa bantah keinginan teman-temannya yang begitu ia cintai.

Mereka terlihat mulai sedikit mabuk, apalagi Serena yang toleransi alkoholnya sangat buruk.

Serena jarang meminum alkohol, bahkan kadang ketika temannya minum pun dia memilih untuk memesan yang lain saja seperti jus atau teh. Tapi entah kenapa malam ini ia ingin sekali mencicipi Sake yang di beli oleh Surya.

Satu persatu mulai kehilangan kesadarannya. Shandy yang takut pacarnya kenapa-kenapa pun memutuskan untuk pulang duluan bersama Sarah dan memesan ojek mobil online, karena dia tidak ingin mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.

Tersisa Serena, Yuan, Tina, dan Lucas di sana. Mereka masih terlihat sangat tepar, sedangkan restoran sudah hampir tutup.

"Yuan kamu antar Serena pulang aja ya, kalian kan searah. Tina lebih baik kamu suruh Devan jemput, jangan nyetir sendiri," ucap Lucas yang berusaha menyadarkan dirinya.

"Hmm," Yuan mengangguk dan mulai membuka matanya, ia menggoyangkan lengan Serena dan mencoba membangunkannya.

"Lu mau pulang ngga?" Yuan dengan suara lemasnya khas orang mabuk berat.

"Hmm ngga kuat jalan," Serena mengerutkan dahinya, tampak pipinya memerah karena mabuk berat.

"Tolong ya, Yuan! Kalo bisa kalian jangan naik motor Serena, pesan ojek online saja." Lucas berdiri dengan sempoyongan, dia juga hendak memesan ojek online.

"Aku juga pulang dulu guys, Devan udah di depan katanya," Tina pergi terlebih dahulu.

"Ayo pulang!" Yuan kembali menggoyangkan lengan Serena.

Karena tidak ada respon, Yuan terpaksa membopong tubuh Serena. Lucas yang melihatnya pun membantu Yuan dan membawa gadis itu keluar dari restoran.

Saat kendaraan yang mereka pesan telah tiba, Serena pun di masukkan kedalam kursi penumpang belakang bersama dengan Yuan yang duduk di sampingnya. Lucas yang memang berbeda arah pun memasuki mobil yang telah ia pesan juga.

Selama perjalanan hanya ada keheningan, bahkan pengendara mobil yang mereka tumpangi juga tidak menanyai karena mereka tertidur.

Saat sampai di depan kos tempat Yuan tinggal, pengemudi ojek online yang menghantar mereka terpaksa membangunkan kedua orang itu.

Yuan dan Serena pun terbangun dan turun dari mobil, mereka tidak membayar cash karena memang sudah di bayar via transfer.

Keduanya turun dan berjalan menuju ke arah kos Yuan dan masuk ke dalam kosan itu.

Serena tidak menyadari bahwa ia berada di kos Yuan, dia sangat mabuk saat ini. Begitu juga dengan Yuan yang tidak menyadari bahwa Serena masuk kedalam kos an nya.

Yuan membuka kemejanya yang sedikit basah karena gerah, ia ingin sekali mandi namun badannya sudah terasa berat dan akan limbung jika digunakan terlalu banyak bergerak.

Serena berbaring di atas kasur kecil yang ada di ruangan sempit itu, ia sudah tidak perduli dengan sekitarnya dan memilih untuk berbaring saja karena badannya lemas.

Kos Yuan tergolong kecil karena kamar dan dapur tidak memiliki pembatas, hanya kamar mandi di dalamnya saja yang memiliki ruang khusus.

Yuan meneguk air minumnya dan bergegas untuk berbaring di atas kasurnya, badannya sudah terlalu lelah untuk hanya sekedar mandi.

Ketika ia berbaring, Yuan merasa kasurnya sempit dan tidak seperti biasanya. Ia pun mencoba membangunkan kesadarannya, matanya pun terpaku melihat Serena yang terlelap dengan bibir menganga lucu, matanya teduh, pipinya memerah semu, rambutnya acak-acakan, sungguh godaan yang sangat sayang jika di anggurkan. Apalagi kancing kemeja wanita itu terbuka dua, membuat Yuan yang menurunkan pandangannya jadi menelan ludahnya kasar karena melihat belahan dada Serena.

Yuan tidak tahan, tanpa pikir panjang ia melakukaknnya, tanpa seizin Serena dia memaksanya, dengan setengah sadar dia telah merenggut kesucian Serena malam itu.

Bersambung

Tanggung Jawab?

Mentari menyambut pagi, burung berkicau, ayam berkokok merdu, bermaksud membangunkan seluruh alam semesta.

Serena perlahan membuka matanya, badannya terasa sangat sakit dan berat, bahkan kepalanya seperti di timpa batu besar.

Perlahan kesadarannya telah muncul. Serena mengernyitkan dahinya, sesuatu di bawah sana terasa sangat sakit dan tidak nyaman.

Perlahan Serena duduk, selimut yang menutupi tubuhnya melorot. Mata Serena langsung terbelalak ketika melihat badannya yang tidak menggunakan sehelai pun kain, bahkan terdapat banyak bercak di dada dan lehernya.

Wanita itu langsung memperhatikan sekitarnya, ia melihat sosok pria berbaring membelakanginya dengan punggung yang penuh cakaran. Dengan pikiran tak karuan Serena menutupi kembali tubuhnya dengan selimut lalu memukuli pria yang berada di sampingnya.

"Gila-gila! Dasar b*jing*n gila! Apa yang kau lakukan pada tubuhku!" Serena terus memukuli pria itu.

Yuan yang berada di sebelahnya pun terbangun dengan kaget karena mendapatkan serangan dari Serena, ia langsung melindungi kepalanya dan sedikit menjauh dari Serena.

"Aww aww berhenti!" ucap Yuan.

Selimut berhasil di kuasai Serena, sekarang badan polos Yuan tak terbalut apapun. Serena langsung menutupi wajahnya, ia menangis dan menarik-narik rambutnya.

"Apa yang terjadi, kenapa ini terjadi?" Serena sesegukan.

Yuan yang baru bangun dari tidurnya juga bingung, sekilas ingatan semalam berputar di otak. Ingatan tentang malam yang panas bersama Serena, kesadarannya yang ia tepis karena n*fsu yang lebih besar, sekarang ia menyesalinya.

"S-serena gue ngga-" Yuan hendak memegang Serena.

"Jangan mendekat, gila ya lu, Yuan? Selama ini gue selalu menjaga kesucian gue, bahkan gue juga percaya elu sebagai teman! Apa yang lu lakuin ini nyakitin gue, bahkan sekarang ngga ada yang bisa di perbaiki!" Serena menatap Yuan dengan sangat tajam.

"G-gue ngga sadar Serena, gue juga masih perjaka!" Yuan menelan ludahnya, dia juga menarik rambutnya kasar karena frustasi.

"Terus sekarang gimana, ya Tuhan?" Serena menahan tangisanya, ia cukup sadar tidak ingin membuat keributan.

Yuan juga hanya diam, dia sekarang sedang memikirkan kekasihnya. Dia telah mengkhianatinya!

Serena berdiri dengan selimut yang membalut tubuhnya, dapat ia lihat bajunya sudah tidak layak pakai lagi. Ketika ia melihat darah beserta cairan kental putih berceceran di kasur, seketika badannya lemas dan terjatuh kembali di kasur.

"Terus sekarang apa yang bisa gue lakuin?" suara lirih Serena terdengar sangat putus asa.

"M-maaf." hanya itu yang mampu keluar dari mulut Yuan.

"Maaf lu bakalan balikin perawan gue kah? Bakalan balikin semuanya kah? Masa depan yang udah gue jaga, lu renggut dalam semalam!" Serena menggoyangkan badan Yuan dengan kencang sebagai pelampiasan amarahnya.

"Ibuku, Ayahku! Mereka selalu menjaga dan juga mempercayaiku, Yuan!" Serena menekankan suaranya, hatinya begitu panas saat ini, bahkan air matanya tak berhenti keluar.

Yuan hanya melamun, dia tak tau harus berkata apa lagi. Hidupnya berubah dalam semalam, bahkan sekarang ada wanita di depannya yang harus menjadi tanggung jawabnya.

"Beri aku waktu Serena, aku akan bertanggung jawab." Yuan dengan tegas memegang bahu Serena dan menatapnya dengan dalam.

"Waktu untuk apa? Apa semuanya kurang jelas?"

Pembicaraan mereka semakin menegangkan, bahkan kata 'lu-gue' sudah berubah menjadi 'aku-kamu'.

"Maka dari itu beri aku waktu, aku akan memutuskan pilihanku ketika aku sudah siap."

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi Yuan, tentu Serena pelakunya.

"Kamu gila Yuan! Kau hanya memikirkan perasaanmu dan kekasihmu. Disini aku yang paling tersakiti dan dengan mudahnya kamu minta waktu, buat apa? Buat ngulur waktu lepas tanggung jawab doang?" Serena kali ini sedikit berteriak, masa bodo dengan tetangga yang mendengarkannya.

"Setelah kau melecehkanku, kau ingin bertanggung jawab dalam konteks apa, Yuan? Menikahi?"

"Bahkan jika kau menikahi ku akhirnya juga akan menyakitiku, karena cintanu hanya untuk Maudy, dan aku akan kau ceraikan jika kau sudah merasa tidak betah!"

Yuan hanya bisa diam, kata demi kata yang di ucapkan Serena begitu menusuk hatinya, tidak ada yang salah dalam perkataan wanita itu.

"Aku tidak bisa melepaskanmu, aku akan menikahimu Serena dan aku berjanji tidak akan menceraikan mu. Tapi tolong bersabarlah, beri aku waktu satu sampai dua bulan. Aku ingin melepaskan Maudy dengan baik, karena kau tau sendiri bahwa keluarga Maudy sudah mengetahui hubungan kami, jadi aku perlu melepaskannya dengan alasan lain agar tidak menyakiti mereka." Yuan memegang tangan Serena dan menatapnya dengan dalam.

"Tapi kau menyakitiku Yuan." Serena membalas tatapan Yuan.

"Tolong percaya padaku."

Setelah perdebatan itu, Serena dibantu oleh Yuan berganti baju dengan menggunakan pakaiannya. Sebuah sweater yang kebesaran jika di gunakan oleh Serena, dengan celana training panjang yang kebesaran juga.

Mata Serena membengkak besar, bercak dari Yuan pun sangat kentara di lehernya, sehingga ia terpaksa menggunakan syal padahal matahari bersinar sangat terang hari ini.

Yuan menghantarkan Serena sampai di depan kos nya saja, ia sudah memesankan ojek online karena memang Yuan tidak memiliki kendaraan.

"Tolong percaya denganku." Ucap Yuan dengan mengelus tangan Serena sebelum gadis itu memasuki mobil.

Sepanjang perjalanan, Serena hanya menangis. Kejadian semalam juga beberapa kali melintas di otaknya, ia merasa sudah tidak suci lagi dan jijik kepada dirinya.

Karena sudah terlalu siang dan badannya tidak mendukung untuk pergi ke kantor, akhirnya Serena memutuskan untuk izin tidak masuk.

Dia termasuk pekerja yang jarang izin, karena Serena pekerja keras dan merupakan tulang punggung keluarga.

Serena adalah wanita berambut pendek, memiliki hidung yang tidak terlalu mancung, mata yang sangat indah dan juga tubuh yang tergolong idaman. Namun karena kesibukannya dan ketekunannya, ia tidak pernah menghabiskan waktunya untuk hanya sekedar berkencan, palingan sesekali keluar dengan teman-temannya saja.

Serena juga tergolong wanita yang tidak aneh-aneh, bahkan dia tinggal di kosan untuk mengurangi pengeluarannya. Padahal kalau untuk sekedar menyewa sebuah apartemen gajinya lebih dari cukup, namun karena ada orangtua yang harus dia urus dan adiknya yang membutuhkan biaya sekolah Serena akhirnya mengalah.

Sesampainya di kosan tempat Serena tinggal, gadis itu langsung memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya. Ia menatap ke arah langit-langit kamar dengan tatapan kosong, semua hal melintas di kepalanya.

"Aku harus bangkit, tapi aku tidak akan menerima pertanggung jawaban dari Yuan jika dia memang tidak ingin melepaskan Maudy!" batin Serena.

"Semoga aku tidak hamil, bagaimanapun aku tidak akan sanggup memiliki anak yang tidak aku inginkan. Masa depanku juga masih panjang, aku tidak ingin berdosa dengan menggugurkannya!" Serena mengelus perutnya, ia membayangkan jika ada sebuah bayi tak berdosa di dalamnya harus di musnahkan hanya karena dosa orangtuanya.

Bersambung

Tidak Meminta Tanggung Jawab

Serena memasuki ruang devisi keuangan, dia memang selalu berangkat pagi bahkan lebih pagi dari staff nya.

Dia nampak lebih segar daripada kemarin, namun tampak lebih banyak melamun juga.

Serena membuka kotak bekalnya, kotak yang ini berisi sarapan. Dia membawa sarapan yang berisi makanan ringan, sedangkan untuk makan siang biasanya dia makan di kantin kantor atau makan di restoran luar jika sedang ada pertemuan.

Sebuah roti yang di beri isian sosis, sayur, dan telur, beserta saus di dalamnya. Serena memakannya sembari mulai menyalakan komputernya.

Sarapan telah selesai, satu persatu staff mulai berdatangan. Satu persatu staff keuangan juga mulai datang, namun Yuan dan Maudy belum datang.

Rama staff perbendaharaan, dan Sifa staff AP/AR. Mereka adalah pasangan juga, sama seperti Yuan dan Maudy, namun Yuan dan Maudy sama-sama sebagai staff akuntansi.

Serena yang menjadi atasan hanya mampu melihat kemesraan mereka saja, lagi pula dia tidak punya banyak waktu untuk sekedar melakukan hal-hal yang tidak berguna baginya.

Jam masuk kantor sudah terlewat sekitar lima menit, namun Yuan dan Maudy belum datang juga.

Serena memperhatikan jam tangannya, begitu juga dengan Rama dan Sifa. Serentak mereka langsung menatap ke arah pintu ruangan yang terbuka, seperti hafal akan sesuatu yang hampir menjadi rutinitas.

"Satu, dua, tiga, em-"

"Dimana dua orang itu, ada surat izin?" tanya seorang pria berkumis dan bertampang galak yang baru saja masuk ke ruang devisi keuangan.

"Tidak pak, mungkin terlambat." ucap Serena.

"Sudah tiga kali dalam seminggu mereka terlambat, saya sudah menegur mereka. Apa yang kau lakukan bu Serena, jika kau tidak menegur bawahanmu dan membiarkan mereka terus seperti ini, perusahaan kita akan roboh besok pagi." pria itu menegur Serena sebagai manajer yang harus bertanggung jawab atas kinerja bawahannya.

"Maaf pak Haris, saya akan lebih tegas lagi kepada mereka." ucap Serena sembali menunduk hormat.

Pria yang di panggil "Pak Haris" tadi meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apapun lagi.

Serena menatap dua karyawannya yang terlihat ketakutan. Memang pak Haris terkenal dengan sifatnya yang tidak pandang bulu dan kejam, namun dengan sifatnya yang itu pula dia bisa menjadi HRD di perusahaan ini.

Serena kembali duduk, di ikuti oleh Sifa dan Rama yang sudah bernafas lega.

"Kenapa pake acara telat sih mereka berdua itu! Untung Bu Serena bisa nenangin Pak Haris, kalo engga udah di amuk semua orang disini," ucap Sifa.

"Lebih baik tegur deh bu, sebelum pak Haris makin ngamuk," kali ini Rama yang berbicara kepada Serena.

"Iya, nanti akan saya tegur. Sekarang kerjakan pekerjaan kalian dulu, tunggu mereka datang dan saya akan menegurnya."

Serena bisa dibilang sangat serius kalau menyangkut pekerjaan, sikapnya juga kaku dan formal karena tingkat profesionalismenya sangat tinggi.

*******

Pintu ruangan devisi keuangan terbuka, tampak Yuan dan Maudy datang bersamaan. Mereka langsung mengambil tempat duduk mereka yang memang bersebelahan.

Posisinya adalah Serena yang berada di meja paling luas dan terpisah dari lainnya, sedangkan staffnya memiliki meja kerja kolaborasi dengan posisi Yuan bersebelahan dengan Maudy dan Rama bersebelahan dengan Sifa.

"Habis ngapain sampai telat?" tanya Sifa dengan senyum ramah, dia memang selalu tersenyum dan full energi.

"Tadi macet," jawab Maudy dengan cuek.

Berbeda dengan Sifa, Maudy terkesan sangat ketus namun terkadang juga sok imut, semua tergantung mood nya dan juga suka-suka dia.

"Nanti istirahat kalian tetap di ruangan ini, ada hal yang perlu saya sampaikan," ucap Serena dengan tegas, wanita itu tampak serius dengan kacamata yang sudah bertengger apik di hidungnya, tanpa menoleh sedikitpun dari komputer ia berucap seperti tadi.

"Aku dan Rama juga kah, bu?" tanya Sifa.

"Yang merasa telat saja."

Sifa tersenyum puas dengan jawaban Serena, berbeda dengan Maudy yang terlihat sedang sangat badmood.

Yuan memperhatikan Serena yang sedang fokus dengan komputernya, benar-benar seperti tidak terjadi apa-apa diantar mereka berdua.

Lelaki itu menatap wanita yang pernah menjalin sebuah malam yang indah bersamanya. "Cantik" satu kata yang mendeskripsikan Serena saat ini. Perempuan itu menggunakan kacamata dengan wajah yang sangat serius, ia tidak rabun namun hanya menggunakan kacamata anti radiasi saja.

Yuan menggelengkan kepalanya tatkala ia menyadari perbuatannya yang telah menyebut malam indah serta mengagumi kecantikan Serena. Ia tidak seharusnya melakukan itu, cintanya hanya untuk Maudy, pikirnya.

*****

Jam istirahat telah tiba, sesuai perkataan Serena tadi, Yuan dan Maudy tetap tinggal di ruangan sedangkan Rama dan Sifa telah pergi menuju kantin yang ada di kantor.

Yuan dan Maudy mendekat ke arah meja Serena, mereka berdiri dan menunggu Serena yang masih fokus mengetik di depan komputernya.

"Ekhem," Serena berhenti mengetik dan meminum segelas air yang ada di mejanya.

Wanita itu beralih menatap sepasang kekasih yang berada di depannya, dengan tatapan datar dan kacamata yang ia lepaskan.

"Silahkan berikan alasan kenapa kalian terlambat."

Yuan dan Maudy bertatapan, tampak sekali Maudy memonyongkan bibirnya karena sedikit sebal, sedangkan Yuan kebingungan.

Serena yang melihat kedua orang itu hanya saling bertatapan pun memperhatikan jamnya dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Saya sudah tidak punya banyak waktu, istirahat tinggal sepuluh menit. Jika kalian mau mengulur waktu maka kalian tidak akan istirahat makan siang."

Mendengar perkataan Serena, Yuan dan Maudy pun kembali menatap wanita itu.

"Maaf bu, saya tadinya dijemput oleh Maudy seperti biasanya. Tapi karena saya kesiangan bangunya jadi kami agak terlambat, di tambah macet juga," ucap Yuan.

Meskipun Yuan lebih tua setahun dari Serena, ia harus memanggil Serena dengan "Bu" jika berada di kantor, karena posisinya lebih tinggi daripada Yuan.

Serena cepat dipromosikan karena kinerjanya yang bagus, padahal mereka masuk di tahun yang sama, namun usaha yang membicarakan hasilnya.

"Tidak ada pembenaran dalam tindakan kalian, saya peringatkan ini terakhir kalinya kalian terlambat. Jika kalian terlambat, maka saya tidak akan menahan pak Haris untuk menegur kalian dengan surat keramatnya," tegas Serena.

"Silahkan istirahat," tambahnya.

Yuan dan Maudy meninggalkan ruangan Serena. Tampak Maudy ngedumel tidak jelas den menyumpahi Serena.

"Awas aja dia, sok keras banget mentang-mentang jabatan tinggi," gumamnya.

"Kamu duluan aja ke kantin, aku mau ke toilet," ucap Yuan kepada Maudy.

"Aku masih ngambek loh ya, kalo kamu kelamaan aku makin ngambek."

"Ngga usah tunggu aku, kayaknya perutku sakit soalnya belum sarapan kan tadi," ucap Yuan.

"Hmm yaudah deh," akhirnya Maudy meninggalkan kekasihnya.

Setelah memastikan Maudy pergi, Yuan kembali masuk ke ruang devisi keuangan.

Lelaki itu hampir menabrak Serena jika mereka tidak saling menghindar.

"Ehh sorry," ucap Yuan.

Serena hanya ketus saja, ia hendak melewati Yuan namun tangannya di tahan oleh lelaki itu.

"Maaf, tolong beri aku waktu."

"Aku tidak memintanya dan aku tidak butuh, kau yang selalu banyak omong tentang tanggung jawab dan minta diberi waktu padahal aku tidak pernah memberi tanggat waktu atau bahkan meminta tanggung jawab darimu," ucap Serena dengan tatapan tajamnya.

Yuan tidak pernah melihat Serena segalak ini di luar jam kerja.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!