"Verni! Bangun Verni!! Aku mohon Sayang," ucap Tuan Muda Seibert terakhir sebelum ia tidak sadarkan diri akibat kecelakaan nahas yang menimpa Tuan Muda dengan kekasihnya.
Breaking news tentang Tuan Muda dan Verni yang dilansir adalah kekasihnya membuat gempar seluruh jagad maya dan seluruh negeri ini.
Tuan Muda dan Verni dilarikan ke rumah sakit, tapi nahasnya Verni justru menghembuskan nafas terakhirnya ketika hampir sampai ke rumah sakit. Hal itu baru disadari oleh Tauke Chan saat ia siuman.
*********
"Sayang! Anak kita kecelakaan!! Ayo kita ke rumah sakit," ucap Mommy Hellen membangunkan suaminya, Tuan Besar yang sedang tertidur lelap.
"Apa sih Honey?" tanya Tuan Besar masih mengumpulkan nyawa untuk bangun. Sedangakan Mommy Hellen sudah menangis saat ini.
"Ada apa Honey?" tanya Tuan Besar memperbaiki posisi duduknya dan membuka matanya.
"Anak kita, Sei, dia kecelakaan dengan Verni."
"Apa?! Kecelakaan! Ayo kita kesana." Mereka bergegas untuk bersiap menuju ke rumah sakit yang pastinya dikawal dengan delapan bodyguard nya.
Sesampainya di rumah sakit milik Tuan Besar, ada asisten pribadi Tuan Muda alias Seibert yang sedang berjaga dan siaga. "Eden, gimana kondisi Sei?"
Eden, asisten pribadi Tuan Muda langsung menunduk hormat di hadapan Tuan Besar. "Tuan Muda masih dalam proses pemeriksaan. Tapi... "
"Tapi apa Den?" tanya Mommy Hellen tidak sabaran sampai mencengkram bahu Eden. Tauke Besar mencegah istrinya berbuat hal seperti itu.
"Honey, tenang ya.. "
"Tenang gimana, Sayang? Aku harus tahu semuanya!"
Eden menghela nafas sebelum berbicara. Namun, belum juga berbicara muncullah keluarga Verni. "Ini semua salah Seibert!! Seharusnya ia tidak melibatkan Sandra dalam hal ini! Dasar tidak tahu diri!" seru Tuan Rei dengan kilatan mata yang tajam menghujam pandangan ke kedua orang tua Tuan Muda.
"Ada apa ini?" tanya Tuan Besar dengan nada tenang walaupun dalam hatinya ia sangat cemas.
"Verni meninggal! Dan ini adalah salah dari Sei!! Dan apa yang bisa ia lakukan sekarang?! Hmmm!" seru Tuan Rei yang akan menonjok Tuan Besar tapi dihadang oleh beberapa bodyguard yang berjaga.
Tauke Besar pun kaget bukan main. Tidak bisa mereka bayangkan, rasanya seperti mimpi. Kenapa ini bisa terjadi?
"Saya akan tanggung jawab. Berapa yang Anda inginkan, Tuan Rei?" tanya Tuan Besar.
"Anda pikir dengan uang, masalah bisa beres! Anda salah Tuan Besar! Saya tahu Anda dari keluarga konglomerat tapi tidak seharusnya Anda seperti itu!"
Tuan Besar pun hanya bisa diam tanpa bicara sedikitpun. "Bawa Tuan Rei pergi, tenangkan beliau" ucap Tuan Besar pada bodyguard nya itu.
"Tuan!! Tuan Besar!!" Tuan Rei dibawa pergi. Sedangkan Mommy Hellen menangis. Tangisnya makin pecah mendengar Sandra, kekasih anaknya meninggal.
"Verni... "
*********
Beberapa jam kemudian...
Dokter yang menangani Tuan Muda pun keluar dengan membuka masker. Hal itu langsung disambut pertanyaan yang bertubi-tubi oleh Mommy Hellen dan Tuan Besar.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Tuan Besar. Dokter spesialis itu hanya diam membisu tanpa suara. Melihat dokter tidak gercep dalam memberikan jawabnya, Mommy Hellen benar-benar benci.
"Jawab Dok! Gimana kondisi anak saya!"
"Tuan Muda berhasil kami selamatkan, Nyonya, Tuan Besar. Akan tetapi... "
"Tetapi apa?! Katakan!"
Dokter itu menghela nafas lagi ketika akan mengungkapkan kondisi nahas yang menimpa pewaris Metro Group itu.
"Tauke Muda mengalami kelumpuhan permanen." Mendengar hal itu, Tuan Besar dan Mommy Hellen merasa dunia berhenti secara tiba-tiba. Harapan akan Tuan Muda menjadi seorang pewaris utama Metro Group menjadi sia-sia.
"Apa?! Lumpuh?!"
"Iya Nyonya, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memulihkan walaupun itu sangat kecil kemungkinannya."
*********
Setelah dipindahkan di ruang inap super mewah, Tuan Muda sadar dengan dikelilingi oleh orang tuanya dan asisten pribadinya, Eden.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Nak. Mommy sangat khawatir dengan kamu." Mommy Hellen mencium punggung tangan Tuan Muda.
Tuan Muda memegangi kepalanya. "Verni... Verni dimana, Mom? Aku harus minta maaf padanya juga," ucap Tuan Muda yang berusaha bangkit.
Mommy Hellen makin sedih. "Tenang ya, Nak."
"Verni! Dimana dia, Mommy?" tanya Tuan Muda khawatir dengan kondisi kekasihnya.
"Verni... Verni telah meninggal." Tauke Chan yang mendengar hal itu langsung histeris.
"TIDAK! TIDAK MUNGKIN! AKU HARUS MENEMUI SANDRA! AKU HARUS MINTA MAAF PADANYA!!"
Dan tiba-tiba Tuan Muda merasa kalau kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali.
"Ada apa dengan kaki ku?!"
Tuan Besar turun tangan menenangkan putranya itu. Dibantu juga dengan Eden yang selalu memberikan afirmasi positif juga.
"Ada apa ini?! Kakiku kenapa tidak bisa digerakkan?" tanya Tuan Muda makin tidak habis pikir.
"Kamu lumpuh, Sayang." Bak disambar petir di siang bolong. Hal ini membuat Tuan Muda tidak bisa berpikir jernih lagi.
"MOMMY BERCANDA, KAN? JAWAB MOM!!!!"
"Mommy gak bercanda, Nak. Kamu lumpuh." Hancur sudah semua hidup Tuan Muda mulai detik itu. Hari itu juga, hidupnya sudah kelam, hitam, dan ia tidak berniat lagi untuk hidup lagi.
*********
Beberapa bulan kemudian....
Musibah tidak hanya menimpa Tuan Muda, tapi juga adiknya yang bernama Agash Hanggara yang meninggal akibat sakit yang dideritanya beberapa tahun lalu yaitu gagal ginjal.
Seorang Bella Anjasari berkabung sampai beberapa minggu. Ditambah lagi, belum lama ini perusahaan asuransi terbesar yang dikelola Agash harus mengalami defisit yang sangat tajam mengakibatkan perusahaan harus tutup. Tuan Besar, tidak mau membantu sama sekali karena Agash hanyalah anak angkatnya. Bahkan istri Agash yang kelilit hutang karena insiden penutupan perusahaan itu saja tidak ada yang membantu hingga mau tidak mau Bella mengemis pada mertuanya untuk menghidupi Lauren, anak semata wayangnya.
"Tolong kami, Mommy Daddy," ucap Bella yang berlutut di hadapan Tauke Besar.
Tauke Besar berhati dingin, ia tidak mau tahu soal Lauren, cucunya dan Bella, istri dari Agash.
"Maaf kami tidak bisa bantu kami, Bella. Kami sudah sangat kecewa dengan Agash yang diam-diam sudah mengkorupsi semua uang perusahaan asuransi yang saya wariskan pada dia."
Bella yang sangat butuh bantuan dari mertuanya, ia pun makin memohon. "Saya mohon Dad, ini demi Lauren. Apapun akan saya lakukan. Apapun itu."
Sedangkan Mommy Hellen tidak tega dengan Sakiya. "Sayang, kita harus bantu Bella dan cucu kita, Lauren."
Karena permintaan dari istrinya, Tuan Besar membuat tawaran untuk Bella. "Kamu bilang akan melakukan apapun?"
"Iya Dad."
"Baik, Daddy dan Mommy akan bantu kamu dengan syarat kamu harus mengurus Sei alias kakak ipar kamu, Tauke Muda yang kini berada di daerah pesisir pantai di wilayah barat."
Bella mengerutkan dahinya. "Mengurus?"
Tuan Besar mengangguk, "Iya, mengurus kakak ipar kamu. Dia lumpuh dan tidak ada semangat hidup. Dan tugas kamu mengembalikan harapan kami satu satunya, pewaris Metro Group. Untuk kebutuhan jangan khawatir. Disana sudah tercukupi dan kamu akan mendapatkan gaji 15 juta/perbulan."
Bella tidak ada pilihan lainnya selain menurut. "Baik, saya akan lakukan, Dad."
Setelah menyetujui tawaran dari Tuan Besar, Bella pun bergegas untuk pulang ke kostnya. Ia akan mengemasi barang barangnya yang ada di kos sempit itu.
"Makasih ya Bu sudah mau menjaga Lauren."
"Sama-sama Mbak Bella, kalau begitu saya pamit dulu ya. Lauren, mbah uti pamit dulu ya."
Lauren yang tengah asyik bermain itu pun mengangguk. Anak usia hampir tiga tahun itu memeluk tetangga yang dijulukinya sebagai 'mbah uti' kalau dalam bahasa Jawa artinya nenek.
"Peyuk duyu mbah uti."
"Iya sini peluk yang erat," ucap Mbah Uti yang bernama Bu Asih usia 59 tahun itu. Bella tersenyum melihat Lauren yang sangat akrab dengan Bu Asih itu.
"Udah ya, Lauren. Mbah Uti mau istirahat dulu. Kasihan kamu aja main terus dari tadi," ucap Bella pada putri semata wayangnya itu.
"Iya Bu."
Akhirnya Bu Asih pulang, Bella mengantar sampai halaman depan kost nya. "Makasih ya Bu, dan ini ada sedikit makanan tadi saya beli di warung." Bella memberikan sebungkus makanan yang dibungkus daun pisang.
Bu Asih tersenyum lebar, "Repot-repot aja kamu tuh, Bella. Makasih banyak ya." Bella mengembangkan senyumnya. Wanita 27 tahun itu tergolong orang yang loyal dan ramah.
"Iya Bu, saya juga banyak berterimakasih paa Ibu. Oh iya saya mau pamit sekalian. Saya mau pindah."
Bu Asih yang awalnya tersenyum, kini kian mengerutkan dahinya. Ia penasaran apa yang membuat seorang Bella Anjasari memutuskan untuk pindah.
"Kamu baru beberapa minggu disini, Bella. Mau pindah kemana lagi? Bukannya suami kamu sudah meninggal?" tanya Bu Asih.
"Iya justru itu, Bu. Saya juga mau hidup tenang. Sekalian juga saya mau kerja disana," ucap Bella tidak menjabarkan detail pekerjaan yang ia ambil.
"Oh ya sudah kalau itu yang terbaik, Ibu hanya bisa dukung kamu. Semoga kamu betah ya di kerjaan kamu nanti."
"Iya Bu, makasih banyak atas do'anya."
**********
Setelah masuk di kost itu kembali, Bella langsung prepare untuk menuju pindahan ke daerah pesisir sesuai dengan arah Tuan Besar, mertuanya.
Lauren, putrinya yang asyik bermain pun mendekat ke sang Ibu. "Ibu kita mau kemana cih? Kok Ibu bawa bayang bayang masuk ke tas?" tanya Luaren.
Bella menatap putrinya dengan lekat. "Sayang, kita mau pindahan ya, Nak. Kita akan hidup lebih baik disana. Ibu akan belikan mainan yang lebih banyak buat Lauren."
"Acikkkk!! Ayo kita pindahan cekayang, Bu."
"Iya Sayang, bantu Ibu ya."
*********
Setelah berkemas kurang lebih 35 menit, mereka langsung meninggalkan kost itu yang sudah mereka tempati kurang lebih tiga minggu lamanya. Sakiya tidak bisa disitu terus dengan hanya mengandalkan uang hasil jual tanah.
Untuk menuju ke daerah pesisir, ternyata Tuan Besar sudah menyiapkan transportasi untuk Bella dan Luaren. "Selamat siang, Nona Bella." Beberapa bodyguard itu turun di depan kost Bella saat ia akan pergi.
Lauren yang melihat lelaki tinggi tegap dan berjas, ia sangat trauma. Lauren takut akan disakiti oleh orang model seperti itu karena sebelumnya. Karena satu minggu yang lalu, ada orang penagih hutang seorang rentenir yang membuat Bella dan Lolen trauma.
"Mau apa kalian?" tanya Bella langsung melindungi anaknya itu.
"Ibu, Lolen atut.. "
"Kami akan menjemput Nona atas perintah dari Tuan Besar untuk menuju ke daerah pesisir tempat Tuan Muda berada." Mendengar hal itu, hati Bella agak sedikit lega.
"Oh gitu, iya." Ketika Bella akan masuk ke dalam mobil, Lauren menolak. "Lolen atut Bu...." rengek Lauren.
"Omnya kali ini baik kok. Ini om suruhan Kakek kamu," ucap Bella menenangkan anaknya. Alhasil Lauren pun mengangguk. Mereka langsung menuju ke daerah tersebut sekarang juga.
*********
Butuh waktu sekitar 10 jam untuk sampai ke lokasi membuat Lauren jadi rewel. Namanya juga anak kecil, pasti ada aja masalah.
"Huaaaa... Lolen capek."
"Iya Sayang, sini minum susu dulu ya." Bella masih terlihat sangat rempong dengan Lauren yang rewel terus.
"Huaaaa Lolen gak ahan, Bu."
"Iya, Sayang. Sabar ya sebentar lagi sampai kok." Setelah Bella menidurkan putrinya itu, keadaan kembali kondusif.
*********
Sampai akhirnya mereka sampai di rumah yang super besar mewah walaupun itu di tepi pantai dengan ombak yang begitu tenang. Suasananya indah dan dipenuhi orang yang bekerja sebagai buruh yang membantu membersihkan dan mengolah hasil panen seperti membersihkan cumi, sotong, dan lainnya. Ada juga petani tambak, dan lainnya.
Bella turun disambut oleh beberapa maid yang berjaga di depan rumah itu. Dengan menggendong putrinya itu, Bella disambut oleh kepala maid.
"Non Bella ya yang menjadi pengasuh Tuan Muda?" tanya maid agak tidak percaya. Karena dilansir Bella ini masih kerabat dekat bahkan adik iparnya Tuan Muda.
"Iya Saya, Bik."
"Baik kami antar," ucap kepala maid itu menuju kamar yang harus Bella tempati. Bella menatap rumah yang begitu megah itu walaupun bangunan itu begitu kontras dengan bangunan sekitarnya yang notabene hanya sederhana saja.
"Ini kamar Nona Bella. Dan saya mau mengingatkan kalau bertemu dengan Tuan Muda usahakan jangan buka tirainya ya, Nona."
Mendengar wejangan dari Bik Sarah, Bella pun mengerutkan dahinya. "Kenapa Bik emangnya?" tanya Bella keheranan.
"Uan Muda galak banget dan arogan, Nona. Dia sekarang temperamen banget, apa apa kalau gak benar langsung dibanting. Ini aja sudah ganti lebih dari 10 kali pengasuh. Tidak ada yang betah. Paling lama aja cuma dua hari habis itu tidak ada yang bisa mengatasi termasuk kami, Nona."
Bella pun mengangguk, "Baik, semoga saya bisa mengatasi Kak Sei ya, oh iya saya mau tidurin anak saya dulu."
"Baik Nona, saya permisi." Setelah itu maid itu pergi dan Bella langsung menidurkan Lauren yang masih terlelap.
"Kamar ini sangat layak, semoga aku betah disini." Bella lantas pergi ke dapur menemui Bik Sarah.
"Maaf Bik Sarah, tempatnya Kak Sei dimana ya?" tanya Bella bingung. Rumah dengan bangunan megah nan luas itu membutuhkan banyak waktu untuk menghafal.
"Oh iya saya antar, Nona." Mereka sembari mengobrol santai sampai ke lantai atas. "Disini maid messnya dimana, Bik?"
"Oh tidak Nona, hanya saya yang tidur disini. Maid lain pada pulang, kan banyak yang sudah berkeluarga dan rumahnya dekat. Oh iya ini sudah sampai."
"Baik Bik, terimakasih banyak."
"Kalau begitu saya permisi, Nona. Kalau ada apa apa, silakan langsung bicarakan dengan saya."
"Baik Bik." Bella mulai memasuki ruang kamar yang begitu gelap serta pengap. Bahkan kehadiraj Tuan Muda tidak diketahui tempatnya sehingga Bella harus memanggilnya.
"Kak Sei, dimana?" tanya Bella. Sampai akhirnya ia justru menabrak kursi roda yang ditempati oleh Tuan Besar.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk!!" seru Tuan Muda membuat Bella kaget bukan main.
"Astagfirullah Kak Sei, aku Bella, istri dari Alm.... "
"Keluar!!" seru Tuan Muda.
"Kak... "
"Saya bukan kakak kamu! Dan satu lagi saya tidak ingin kamu berada disini! Panggil saya Tuan Muda!"
"Tapi Tuan Muda... "
"Keluar, kamu, Bella! Dasar manusia pembawa sial" seru Tuan Muda dengan amarah yang memuncak.
Dengan kegigihan hatinya, Bella mengokohkan hatinya melapisi dengan baja yang kuat untuk menangkal semua amarah kakak iparnya itu.
"Tidak Tuan Muda, saya tidak akan pergi apapun itu." Mendengar Bella yang terus membelot, Tuan Muda pun menatap sinis ke arah Bella.
"Apa tujuan kamu kemari? Mau mengejek saya?!" seru Tuan Muda dengan amarah yang berkali-kali lipat lebih besar.
Bella menatap nanar wajah Tuan Muda yang penuh dengan amarah itu. "Tidak Tuan, saya ingin merawat Anda. Mohon kerjasamanya," ucap Bella tulus. Bella digambarkan seperti perempuan penyayang yang tulus dalam bertindak. Tidak ada sedikit pun niatnya untuk mengejek atau menghina Tuan Muda.
Tuan Muda tersenyum smirk, "Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Tuan Muda. Ia paham betul kalau kedatangan Bella tidak lain tidak bukan pasti untuk mencari uang.
"Tuan, saya.... "
"Keluar!! Saya bilang keluar sekarang!" seru Tuan Muda. Akhirnya mau tidak mau Bella keluar terlebih dahulu untuk menenangkan dirinya.
Setelah keluar, Bella menghela nafas panjang mengucap beribu kalimat istighfar dalam dadanya itu. "Astaghfirullah, kenapa dia se temperamen itu?" tanya Bella dalam hatinya sambil mengelus dadanya.
Daripada Bella tidak tahu harus apa, ia akan ke dapur terlebih dahulu untuk sekedar mengobrol dengan kepala maid, Bik Asih.
"Bi.... "
"Non, gimana?" tanya Bik Asih khawatir. Ia menduga kalauBellal pun tidak bisa mengatasi Tuan Muda.
Bella menggeleng pelan, "Sulit banget, Bik. Kayanya Tuan Muda sulit ditaklukkan."
Bik Asih juga paham akan kondisi tersebut. "Iya Non, memang Tuan Muda berubah sejak lumpuh. Lantas tadi Tuan bilang apa ke Non Bella?"
"Bilang kamu butuh uang berapa gitu,Bik."
"Bibik sudah mengira akan seperti itu, Non. Katakan saja yang sejujurnya maksud Nona apa kesini. Tuan tidak mau orang yang terlalu berbasa-basi apalagi untuk keadaan sekarang ini. Saya tidak jamin beliau mau menerima sembarang orang, termasuk keluarganya."
Perkataan Bik Asih ada benarnya. Memang ada kalanya kita harus jujur dengan apa maksud dan tujuan kita.
"Baik Bik, saya akan coba. Semoga saja Tuan Muda mau menerima saya." Bella kembali menuju ke kamar Tuan Muda kembali.
Hatinya berdebar tatkala gagang pintu berhasil ia buka tuasnya. "Bismillah, semoga aku bisa," ucap Bella dalam hatinya.
Lantas derap langkah kaki Bella makin mendekat ke balkon kamar Tuan Muda yang sedang melamun itu.
"Tuan... "
"Mau apa lagi kamu, Bella?" tanyanya dingin.
"Maaf Tuan, tujuan saya kemari untuk meminta bantuan pada Tuan Muda agar bisa menampung saya dan putri semata wayang saya disini. Kami sudah tidak punya apa apa sekarang semenjak kepergian Mas Agash."
Bella mencoba blak-blakan dengan Tuan Muda tentang tujuan datang kemari. Berharap kakak iparnya mau membantu untuk kehidupan yang lebih layak. Semua Bella lakukan hanya untuk Lauren, putrinya.
"Setelah kamu tidak punya apa apa, baru kami ingat pada saya? Kamu tidak paham atas kelakuan suami kamu yang menghina saya beberapa bulan yang lalu karena saya lumpuh. Apakah etis kamu meminta bantuan saya?" tanya Tuan Muda dengan nada dingin dan wajah datarnya.
Bella pun menatap nanar mata Tuan Muda. "Saya mohon, Tuan. Izinkan saya bekerja merawat Anda seperti yang dijanjikan oleh Tuan Besar pada saya."
"Keluar! Saya tidak membutuhkan kamu."
"Tidak Tuan."
"Kamu dan lainnya tidak ada bedanya sama-sama hanya mau harta saya. Saya akan kasih berapapun yang kamu butuhkan. Tapi ingat! Saya minta kamu pergi jauh jauh dari sini."
Seibert tidak suka hidupnya kali ini diusik oleh Bella. Tiba-tiba, ada tangisan kencang menggelegar kamar Tuan Muda membuat Bella kaget.
"Huaaaaa Ibu... " tangis Lauren yang terbangun. Bocah hampir tiga tahun itu menghampiri ibunya yang berlutut di hadapan Tuan Muda.
"Sayang, kamu udah bangun?"
"Lolen atut ibu, atut alau ibu inggalin Lolen cendiri."
"Enggak, Sayang." Tangis dari Lauren terus menggema di kamar Tuan Muda membuat Tuannya merasa terganggu.
"Diam!" seru Tuan Muda membuat Lauren kaget. Ia langsung kicep detik itu juga sambil memeluk ibunya dan berlindung di ketiak Bella.
"Bawa anak kamu pergi!"
"Om ciapa? Kok bentak ibu? Om jahat!!" seru Lauren memeluk ibunya dan anak sekecil itu berusaha untuk membela ibunya.
"Ayo kita keluar ya, Lauren."
*********
Setelah sampai di kamar Lauren, Bella menurunkan gendongan itu. "Sayang, kok kamu bisa sampai ke kamarnya Om Sei?" tanya Bella.
"Adi Lolen diantal cama oyang yang cama kaya mbah uti." Dalam pikiran Bella, itu pasti Bik Asih.
"Oh itu namanya Uti Asih. Lain kali kalau mau temuin ibu jangan nangis gitu ya? Tadi Lauren ganggu om Sei."
"Om Cei namanya, Bu?" tanya Lauren penasaran.
"Iya Sayang, namanya Om Sei."
Lauren memberengut, bibirnya sudah moncong lima centi. "Lolen, idak cuka cama om Chan. Om Chan jahat cama ibu." Lauren melipat tangannya gemas.
Bella tersenyum, ia mengelus surai lembut putrinya yang berusia dua tahun setengah. "Om Sei baik kok, cuma Lauren tapi nangisnya kenceng jadi om Sei kaya kaget gitu. Aslinya baik kok."
Bella tidak mengompori Syifa untuk membenci Tuan Muda karena bagaimana pun mereka harus bertahan di situasi seperti ini.
"Oh jadi om Cei gak jahat sama Lolen sama Ibu?" tanya Syifa memvalidasi. Bella mengangguk, "Iya Sayang."
********
Sore telah tiba, jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Keadaan pantai sangat indah dengan panorama ombak yang tenang, pohon kelapa yang mendayu dayu menambah sepoi angin menyeruak ke wajah Bella.
"Lauren main sama Bik Asih dulu ya? Ibu mau ke kamar Om Sei. Om Sei butuh bantuan. Oke?"
"Iya ibu."
Bella langsung masuk ke kamar Tuan Muda yang tidak pernah dikunci itu. "Tuan.. "
Tuan Muda hanya diam saja tidak menggubris apapun itu. "Tuan, waktunya mandi."
"Keluar, Bella! Saya muak lihat muka kamu."
Namun, Bella dengan tekadnya yang kuat langsung mendorong kursi roda Tuan Muda Sei yang menyebabkan Tuan Muda marah.
"BELLA!!"
"Iya Tuan Muda, Anda waktunya mandi. Badan Anda sudah lengket semua. Saya tidak peduli Anda mau mengatai saya seperti apa, bodoamat." Dan dengan gercep, Bella melepaskan kancing baju Tuan Muda satu persatu tanpa rasa malu. Ia hanya menjalankan tugasnya itu.
"Ckkkk!!! Saya bisa sendiri, Bellal! Keluar kamu!"
Bella menghela nafas. "Marah marah mulu sih Tuan Muda, gak capek ya?" tanya Bella sarkas. Ia tetap ada di kamar mandi itu.
"Saya bisa sendiri! Kamu mau modus, hmm?" tanya Tuan Muda setengah malu.
"Mana ada saya modus, Tuan. Tuan Muda jangan kepedean dulu deh. Saya mau gosok daki yang menempel di leher dan punggung Anda."
"BELLA!!"
"Ckkk tuh kan marah-marah lagi... " ucap Bella kesal.
********
Setelah mandi, tubuh terasa ringan dah segar tanpa beban. "Enak, kan?" tanya Bella menghanduki Tuan Muda.
"Diem kamu, Bellq! Pergi!"
Bella menghela nafas panjang. "Saya akan pergi Tuan Muda. Tapi saya hanya mau berpesan pada Tuan. Tuan Muda bisa marahi saya semau Tuan, tapi tidak dengan anak saya, Lauren. Dia tidak salah apapun, Tuan."
Tuan Muda hanya diam saja. Ia teringat betapa jahatnya Agash dulu padanya. "Bukan urusan saya, Bella."
"Lampiaskan semua kekesalan Tuan Muda dengan saya, jangan dengan Lauren. Saya mohon, dia fatherless selama ini."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!