"Maura bangun!" teriak seseorang dari luar kamar gadis tersebut.
"Eeenggggguhhhh." lengkuh gadis tersebut yang mau tidak mau pun membuka matanya.
Dia langsung membuka pintu kamarnya yang dari tadi terus di ketuk oleh seseorang.
CEKLEK
BYUR
Baru saja Maura membuka pintu tersebut, namun sebuah siraman air langsung mengenai seluruh tubuhnya membuat Maura terkejut bukan main.
"Mama, mama kenapa kok siram Maura pakai air?" tanya Maura dengan terkejut, tubuhnya langsung terasa dingin karena dia sekarang ini hanya menggunakan piyama tidurnya yang pasti tipis.
"Masih tanya kamu kenapa?! Heh ini sudah pagi dan kamu masih tidur dengan nyenyak! Buruan bikin sarapan, sebentar lagi kakak sama papa kamu bakalan berangkat kerja jadi buruan kamu siapkan sarapannya." bentak sang mama.
Mama nya bernama Anggun Prasetyo, papa nya bernama Ilham Prasetyo, sedangkan kakaknya bernama angel putri Prasetyo.
Sedangkan gadis itu sendiri bernama Maura Anastasia Prasetyo, gadis berusia 22 tahun dengan wajah cantik naturalnya, banyak pria yang memuji kecantikannya, namun Maura tak serta merta terbang di atas awan. (Udah segitu aja perkenalannya ya.)
Namun dengan kecantikannya itu dan pujian dari banyak pria membuat Maura mendapatkan banyak kebencian dari orang sekitar nya, apa lagi dari keluarganya sendiri.
Sang kakak yang sangat iri kepadanya, bahkan selalu mem-bully Maura jika di sekolah atau di tempat lainnya jika sedang marah kepadanya.
Kembali ke kamar, dimana Maura akhirnya menuju ke dapur membuat sarapan untuk keluarganya, dia di rumah hanya seperti pembantu saja di suruh masak, bersih-bersih rumah bahkan berbelanja ke pasar.
Kamar gadis itu pun berada di belakang dekat dengan kamar pembantu, sedangkan sang kakak berada di lantai dua dengan kamar luasnya, namun Maura tidak pernah iri karena dia sangat mencintai keluarganya, bodoh memang tapi mau tidak mau Maura adalah anak mereka dan hubungan darah tidak pernah bisa di pisahkan sehingga Maura hanya diam saat dia diperlakukan beda dari pada sang kakak.
"Mbok maaf ya aku telat bangun." ucap Maura saat baru saja masuk ke dalam dapur dan melihat mbok Narti pembantu di rumah nya itu sudah siap di dapur.
"Non Maura, gak apa-apa kok, mbok malah yang tidak enak karena pekerjaan yang seharusnya mbok kerjain selalu saja non ambil." ucap mbok Narti.
Beliau merasa kasihan dengan gadis di depannya itu, sudah cantik, baik hati namun nasibnya tak secantik parasnya.
Gadis yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, seharusnya nona nya itu bisa kuliah karena kepintarannya, namun karena paksaan dari orang tuanya untuk bekerja akhirnya nona Maura tidak kuliah dan memilih bekerja saja.
"Non Maura mau masak apa?" tanya mbok Narti.
"Kayaknya nasi goreng sama telur ceplok aja deh mbok soalnya aku udah telat buat masuk kerjanya." ucap Maura dan di angguki oleh mbok Narti.
Mereka pun masak bersama dengan damainya, sesekali Maura juga bercerita sesuatu yang tidak penting untuk menghilangkan rasa sedihnya.
"Mbok ini sarapannya udah jadi, aku mau siap-siap dulu soalnya harus segera berangkat." pamit Maura dan di angguki oleh mbok Narti.
"Iya non, biar ini mbok yang siapin ke piring, nona Maura siap-siap saja dulu." ucap mbok Narti.
Setelah siap Maura langsung pergi dari rumahnya untuk menuju ke sebuah perusahaan yang sudah selama dua tahun ini Maura bekerja di sana.
"Maura!" teriak seseorang saat Maura baru saja akan masuk ke dalam.
"Eh Mela baru dateng nih, tumben banget." goda Maura.
Mela adalah teman dan rekan kerjanya di sini, mereka bekerja sebagai office girls di perusahaan besar ini.
SKY Grup dimana menaungi berbagai bidang, mulai dari ritel, kesehatan, produksi makanan, properti hingga tambang, lebih tepatnya perusahaan besarnya jadi SKY GRUP yang menaungi berbagai perusahaan di bidang-bidang tersebut dan ada anak-anak perusahaan yang menaungi lagi di berbagai sektor dan di sanalah Maura bekerja bersama dengan Mela rekannya di gedung utama.
"Iya seperti biasa deh datangnya, kamu tuh biasanya udah dateng kok tumben sekarang baru dateng?" tanya Mela yang dia tahu Maura adalah sosok pekerja yang selalu on time tidak pernah telat dan selalu datang paling awal.
"Aku tadi telat bangun jadi nya buru-buru berangkat deh hehehe." ucap Maura.
"Ya udah yuk masuk, nanti malah keburu bu indah lihat dan kita belum siap-siap bisa kena omel kita." ucap Mela dan di angguki oleh Maura.
"Ya udah yuk." balas Maura.
Mereka berdua pun langsung menuju ke ruangan mereka, bersiap-siap untuk bekerja.
Mereka memulai pekerjaan lebih pagi dari pada karyawan lainnya, jika karyawan kantor masuk jam delapan, maka untuk cleaning service masuk jam tujuh pagi, satu jam lebih awal dari karyawan kantor karena memang mereka harus membersihkan sisa-sisa kemarin malam siapa tahu ada sampah yang tertinggal, meski sebenarnya setiap sore sebelum pulang pasti akan di bersihkan dahulu setiap ruangan.
"Eh Ra kamu tahu gak kalau pak Brian itu akan segera pensiun loh." seru Mela di sela-sela mereka bersiap.
"Loh kok kamu tahu Mel? Terus kalau pak Brian pensiun terus siapa yang bakalan gantiin posisi presdir nya Mel?" tanya Maura yang memang tidak terlalu paham dengan struktur di atas walau dia sudah dua tahun bekerja.
"Yang aku denger denger sih bakalan di ganti sama anaknya yang ada di Amerika." ucap Mela.
"Kok kamu tahu aja sih Mel?" tanya Maura.
"Kamu kayak gak tahu aku aja Ra." ucap Mela dengan kekehan di akhir.
"Dasar kamu emang ya tukang gosip." ucap Maura, setelah itu mereka pun keluar dari ruang ganti kemudian mulai melakukan tugas mereka masing masing.
Maura akan membersihkan lantai delapan di mana di situ adalah tempat departemen pemasaran berada, di sana sudah ada beberapa karyawan yang dateng untuk kerja, karena departemen pemasaran adalah salah satu departemen tersibuk dalam perusahaan.
"Halo Maura, mau bersih-bersih ya?" ucap salah satu karyawan.
"Iya pak, pak Adit baru datang?" tanya Maura sebisa mungkin terlihat sopan karena bagaimana pun jabatan pak Adit lebih tinggi dari pada dirinya.
"Iya nih, semangat ya Maura." ucap pak Adit.
Dia adalah salah satu karyawan pemasaran yang dekat dengan Maura, umurnya yang tidak terlalu terpaut jauh membuat mereka cepat akrab dan mungkin karena pembawaan nya yang humble membuat Maura juga enak dan santai jika bicara dengan pak Adit.
Maura pun mulai membersihkan semua ruangan pemasaran, mulai dari tong sampah hingga lantai yang kotor semua dia bersihkan.
"Eh jadi orang tuh jangan kecentilan! mentang-mentang di perhatiin sama Adit sok kecantikan ya lo." ucap salah satu karyawan pemasaran yang memang dari awal tidak pernah suka dengan Maura.
Sama seperti angel sang kakak yang tidak pernah suka dengan nya, padahal Maura tidak pernah mencari masalah namun ada saja yang tidak suka dengannya.
"Maaf bu Nanda saya sama sekali tidak pernah menggoda pak Adit, saya hanya berbincang-bincang sebentar saja kok." ucap Maura.
"Alasan." ucap wanita itu kemudian pergi meninggalkan Maura yang hanya bisa mengelus dadanya.
.
.
Bersambung.....
AKHIRNYA AUTHOR KEMBALI LAGI DENGAN CERITA YANG MENARIK LAGI NIH!!! UDAH PADA NUNGGUIN GAK NIH CERITA TERBARU AUTHOR?? KALAU ADA KOMEN YAAAA😁😁
Sebelum lanjut jangan lupa beri dukungan author degan cari follow akun NovelToon author, favorit kan cerita ini, dan jangan lupa bintang lima nya yaa, vote, like dan komen semenarik mungkin, kritik dan saran di persilahkan selama masih dengan bahasa yang sopan yaaaa
YUKK DUKUNG TERUS BIAR SEMAKIN BERKEMBANG DAN BERLANJUT UNTUK CERITA KALI INI ❤️❤️
Seorang pria tampan, tinggi, gagah nan berkarisma sedang memandangi kota New York dengan santainya.
Berada di gedung tertinggi pria itu bisa melihat semua seluk-beluk kota yang tidak pernah tidur itu.
TOK TOK TOK
Sedang menikmati pemandangan tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk." ucap pria itu.
Dia adalah Bara Gabriel Anderson, pria campuran Indonesia dan Amerika itu sedang menjalankan salah satu bisnis keluarga di Amerika, sekalian dia menyelesaikan S2 nya di salah satu universitas terkemuka di sana.
"Permisi tuan, nyonya besar menelepon saya katanya telepon tuan tidak bisa di hubungi." ucap Max asisten sekaligus tangan kanannya.
"Hm kau boleh pergi, oh ya max jangan lupa buat persiapkan semuanya karena aku akan berangkat nanti malam." ucap bara dan langsung di angguki oleh Max.
^^^Bara: [Halo ma.]^^^
Wina Anderson dan Brian Anderson beliau adalah mama dan papa dari bara, dia juga memiliki adik bernama Bianca yang sekarang berada di kelas dua SMA.
Mama Wina: [Akhirnya kamu angkat juga telepon mama, kamu mau buat mama meninggal cepat heh dengan mengabaikan telepon mama!]
Mama Wina terus memarahi sang anak, karena dari tadi beliau sudah menelepon bahkan sudah hampir 20 kali namun tidak juga ada sahutan dari seberang.
^^^Bara: [tadi bara gak lihat hp.]^^^
Mama Wina: [Kamu mah alasan doang, bilang aja kalau gak mau bicara sama mama.]
^^^Bara: [Ya bukan gitu ma, kenapa mama telepon Bara mana nya jam segini lagi. Biasa nya kan malem?]^^^
Mama Wina: [Mama cuma mau masti-in kalau kamu bakalan pulang kan nanti?]
^^^Bara: [Iya ma, Bara pulang kok.]^^^
Mama Wina: [Oh ya udah syukur deh kalau gitu.]
Setelah mengatakan hal itu mama Wina pun langsung mematikan sambungan telepon tersebut, sedangkan Bara hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd mama nya itu.
.
Malam harinya Bara sudah siap untuk melakukan penerbangan dari New York ke jakarta, dia akan meninggalkan kota yang selama ini dia tempati hampir lima tahun ini.
Ada rasa sedih namun dia juga rindu akan tanah kelahirannya, tanah di mana semua keluarganya berada di sana, dia rindu sang papa dan mama nya, dia juga rindu adik kecil yang selalu manja kepadanya itu.
Hampir dua puluh satu jam lebih perjalanan dan akhirnya bara pun sampai di jakarta, udara yang akhirnya dia hirup juga.
Setelah itu Bara pun menuju ke mobilnya di mana max juga ikut, karena Max juga mengelola beberapa cabang perusahaan namun dengan Bara yang mengontrol.
Setelah beberapa saat akhir mobil tersebut pun sampai di sebuah rumah besar layaknya istana megah, sudah dia tinggal selama lima tahun namun tidak ada perubahan yang signifikan.
"Sayang." teriak mama Wina yang menunggu kedatangan sang anak di ruang tamu.
"Mama," balas Bara di mana mama nya yang memeluk dirinya.
"Mama tuh kangen banget tahu, lama banget kamu gak pernah pulang." seru mama Wina kesal sendiri dengan sang anak.
"Maafin bara ya ma," ucap Bara.
"Mama bakalan maafin kalau kamu mau ikut mama makan malam sekarang." ucap mama Wina dan di angguki oleh bara, karena memang dia dari tadi belum makan, bahkan di dalam pesawat tadi bara juga belum makan.
"Son." sapa papa Brian setelah sang istri puas dengan sang anak itu.
"Pa." balas Bara.
"Bagaimana keadaan mu?" tanya papa Brian.
"Bara baik baik aja kok, gimana papa sama mama?"
"Papa sama mama juga baik baik saja."
"Ya udah sekarang kita ke meja makan, mbok Surti sudah masak makanan kesukaan kamu loh." seru mama Wina menarik lengan sang anak menuju ke meja makan.
"Kakakkkkk!" teriak seorang gadis yang turun dari tangga dengan berlari saat melihat Bara yang duduk di meja makan.
Yap dia adalah Bianca sang adik, adik kecilnya yang sekarang sudah tumbuh besar.
"Loh adik kakak udah gede aja ya." ucap Bara.
"Ya iya lah, ini Bianca udah mau kelas tiga loh terus nanti kuliah." seru gadis itu.
"Udah mending sekarang kita makan, dan Bara nanti kamu ke ruangan papa ya ada yang ingin papa bicarakan ke kamu." seru papa Brian dan di angguki oleh Bara, dia berfikir sang papa sedang ingin membahas perusahaan.
Setelah makan selesai saat ini Bara dan papa Brian berada di ruang kerja papa Brian, mereka saling diam tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Pa ada apa? Katanya mau ngomong sesuatu," ucap Bara.
"Begini Bar ada seseorang yang sedang berhutang dengan papa." ucap papa Brian membuat Bara mengerenyitkan dahi nya.
"Terus pa?"
"Tapi pria itu tidak bisa melunasi di waktu yang tepat, dan pria itu malah menawarkan anak nya untuk di tukar dengan hutang nya." ucap papa Brian.
"Kenapa papa mengatakan hal itu ke Bara?" tanya Bara merasakan sesuatu hal yang aneh.
"Dan papa menyetujui hal itu Bar, kami sudah beberapa kali bertemu dengan keluarga dan wanita nya juga cantik." ucap papa Brian.
"APA MAKSUD PAPA?!" teriak Bara tidak terima dengan apa yang baru saja dia dengar itu.
"Bukankah sudah jelas, papa sama mama akan menikahkan kamu Bara. Itu adalah satu-satunya syarat supaya kamu bisa mendapatkan warisan dari papa, kalau kamu menolak maka tidak ada apapun yang bisa kamu dapatkan." ujar papa Brian membuat bara mendelikkan matanya mendengar syarat dari sang papa.
"Terserah papa." ucap Bara, toh dia tidak akan bisa kalah dari ucapan sang papa.
"Besok adalah hari pernikahan kamu jadi papa harap kamu datang tepat waktu." ucap papa Brian sebelum Bara benar-benar meninggalkan ruangan tersebut dan menuju ke kamarnya.
Entah dia mimpi apa hingga harus menikah seperti ini, dia memang lama menjomblo tapi bukan dengan begini dia menikah.
"Awas saja, aku jamin bahwa siapa pun yang akan menjadi istri ku akan menjadikan pernikahan ini sebagai neraka baginya." tegas Bara dengan sorot mata tajamnya.
"Bagaimana pa?" tanya mama Wina yang datang ke ruang kerja sang suami menanyakan tentang rencana mereka.
"Dia mau ma, tapi ingat ya ma ini adalah pernikahan karena hutang jadi bisa saja hubungan ini tidak berjalan dengan baik." ucap papa Brian memberikan pengertian.
"Papa kok malah ngomong begitu sih bukannya doain yang baik buat anak nya." ucap mama Wina yang awalnya senang karena Bara menerima pernikahan ini.
"Papa hanya mengingatkan ma, ingat Bara itu berwatak keras dan mama juga tahu sendiri kalau wanita yang akan bara nikahi itu seperti apa. Mama lihat sendiri bukan waktu pertemuan terakhir dia terlalu frontal dan juga tidak ada sopan santun." ucap papa Brian seperti tidak terlalu suka dengan calon sang anak.
"Ih papa mah emang gak asyik." balas mama Wina kemudian pergi dari sana.
Mama Wina sebenarnya juga tidak suka dengan gadis yang menjadi pelunas hutang orang tua nya itu yang terlihat sangat menor dan juga tidak sopan, namun mama Wina juga ingin agar sang anak segera menikah sehingga mama Wina mempunyai ide gila tersebut.
.
.
Bersambung.....
Sore harinya Maura pun akhirnya menyelesaikan pekerjaan, dia segera pulang, di sana sudah ada mama, papa dan juga sang kakak.
"Angel gak mau ma, pa. Kalian kan tahu sendiri kalau angel ada Fredi pacar angel." bentak angel tidak terima saat mama dan papa nya memberitahukan bahwa besok dia akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak angel ketahui.
Meski dari golongan orang kaya namun angel takut jika anak dari orang yang papa nya hutangi adalah seorang yang jelek, bisa gawat kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa teman temannya akan mengatainya dan juga Fredi sang kekasih juga sangat tampan dan kaya juga.
"Sayang, tapi kamu bukannya sudah setuju dengan pernikahan ini?" tutur Anggun sang mama.
"Enggak angel tetep gak mau menerima pernikahan ini! Atau kalau enggak angel bakalan pergi dari sini!" pekik gadis itu tetap menolak perjodohan tersebut.
Sedangkan Maura yang baru saja pulang tentu bingung ada masalah apa di rumah ini, kenapa terlihat ada cek-cok.
"Kak ada apa?" tanya Maura membuat semua orang melihat ke arah dirinya.
"Suruh aja tuh gadis kampung buat gantiin Angel," seru gadis itu kemudian pergi ke kamarnya.
"Udah gak usah di bahas, Maura kembali ke kamar kamu." ucap papa Ilham, dan Maura hanya menurut saja karena dia juga sudah sangat lelah sekali hari ini.
"Papa kenapa sih, tapi yang di ucapin angel bener pa. Mama juga agak takut jika anak dari tuan Brian tuh jelek, papa tahu sendiri kan kalau anak dari tuan Brian tidak pernah muncul ke publik dan malah pergi dari negara ini." ucap mama Anggun tidak rela juga sang anak menikah dengan lelaki jelek, bisa malu dia sama teman-teman nya.
"Dari yang mama dengar anaknya tuan Brian tuh cacat pa." ucap mama Anggun lagi, padahal awalnya dia setuju saja anaknya menikah karena bisa menghasilkan uang dari mertuanya, namun di pikir-pikir kasihan sang anak nanti.
"Kita tidak bisa membatalkannya begitu saja ma, mama lupa berapa hutang kita ke tuan Brian." seru papa Ilham merasa pusing, jalan satu-satunya agar hutangnya lunas adalah menikahkan sang anak.
"Kenapa gak Maura saja pa, dia kan juga terpaut beberapa tahun saja sama angel." ucap mama Anggun semakin ngawur.
"Udah papa mau ke kamar." ucap papa Ilham.
"Ih papa mah emang gitu."
.
Pagi harinya, suasana rumah sudah mulai sepi karena semua orang sudah menuju ke hotel tempat pernikahan angel di laksanakan.
Angel terpaksa karena sang papa mengancam akan membuat sang kekasih bangkrut jika angel tetap menolak pernikahan ini, akhirnya mau tak mau angel pun menyetujuinya.
"Mama sama papa kenapa ninggalin aku sih." lirih Maura saat melihat tidak ada orang yang menunggunya.
Akhirnya dia pun memesan ojek online dan menuju ke tempat acara, sampai di sana Maura bisa melihat sebuah kemegahan dalam acara.
"Wah bagus banget, kapan ya aku bisa nikah kayak gini." seru Maura yang masih melihat takjub dengan dekorasi yang di pasang.
"Maura, kamu lama banget sih." ucap seseorang dengan menarik tangan Maura dengan kasar, siapa lagi kalau bukan mama Anggun yang dari tadi menunggu kedatangan anaknya itu.
"Maaf ma tadi Maura harus nunggu ojek dulu." ucap Maura.
"Udah gak usah banyak alasan, sekarang panggilan kakak kamu karena semua tamu akan segera datang dan acara akan di mulai." seru mama anggun dan di angguki oleh Maura.
Dia pun menuju ke tempat yang sudah di beritahukan sebelumnya, yaitu kamar Presidental Suit yang belum pernah Maura masuk ke dalam nya.
TOK TOK TOK
"Kak disuruh mama untuk siap-siap karena acara akan segera di mulai." seru Maura dari luar.
Karena tidak menemukan jawaban akhir nya Maura pun masuk ke dalam karena kebetulan pintu tidak di kunci.
"Kak di suruh mama siap-siap." ucap Maura namun saat kalimat terakhir terucap dia tidak melihat keberadaan sang kakak.
Dia hanya melihat gaun pengantin yang masih berada di manekin tanpa di sentuh, melihat itu Maura langsung turun ke bawah di mana ballroom berada, dia menjadi sang mama untuk memberitahukan kakaknya yang menghilang.
"Mama," panggil Maura.
"Kamu kenapa sih? Mana kakak kamu? Acara ini mau mulai Maura!" seru mama Anggun.
"Ma kakak ma..." jeda Maura.
"Kenapa sama angel?" tanya mama Anggun.
"Kak Angel gak ada di kamarnya ma." ucap gadis itu membuat tubuh mama anggun langsung lemas.
Dia yang awalnya ingin menyapa para tamu pun langsung di urungkan dan menuju ke arah sang suami dan menarik tangan suaminya itu.
"Ada apa sih ma?" tanya papa Ilham padahal dia berbincang-bincang dengan tekan bisnisnya.
"Udah papa diam sekarang." tekan mama Anggun.
Mereka bertiga pun dengan tergesa-gesa menuju ke kamar di mana angel seharusnya berada, dan benar saja saat masuk mereka melihat kekosongan, tidak ada siapapun di sana.
"Loh angel mana? Dia kan belum turun." seru papa Ilham bingung.
Mama anggun berjalan menuju ke sebuah meja di mana di sana ada surat yang di tinggalkan untuk mereka dari angel.
...To mama dan papa,...
...Ma, pa maafin angel, Angel gak bisa ngejalanin ini, angel rasa ini semua bukan keputusan yang tepat....
...Ferdi ingin membawa angel pergi ma, dia ingin menikahi angel, angel sangat cinta dengan ferdi ma....
...Maaf kalau angel tiba-tiba saja pergi, tapi percaya angel lebih bahagia begini dari pada harus menikah dengan orang yang bahkan angel sendiri tidak tahu....
...Sekali lagi maaf ma, pa....
Surat dari angel tersebut membuat mama Anggun langsung lemas seketika, sang anak kabur di hari pernikahan nya, sebentar lagi ijab kabul nikah akan di lakukan dan sang anak tidak ada, bagaimana ini.
"Anak kita kabur pa!" pekik mama Anggun dengan sedihnya.
"APA!" teriak papa Ilham yang terkejut mendengar apa yang dia dengar itu.
Papa Ilham langsung melihat aurat yang di tulis oleh sang anak, dan benar saja angel pergi dari sini.
"Bagaimana ini pa?" tanya mama Anggun.
"Terpaksa Maura kamu gantiin kakak kamu untuk menikah hari ini." tegas papa Ilham.
Sedangkan Maura yang dari diam menyayangkan sikap sang kakak pun langsung terkejut dengan ucapan papa nya.
"Enggak, pa ini itu pernikahan kak Angel." ucap Maura menolak.
"Kamu gak lihat kakak kamu kabur heh!" bentak mama anggun sambil menarik rambut Maura dengan keras, hingga Maura harus menengadahkan kepalanya saking kerasnya tarikan di rambutnya.
"Kamu harus menjadi pengantin pengganti kakak mu Maura, kamu mau keluarga kita di cap sebagai keluarga yang tidak baik dan suka mengingkari janji." ucap papa Ilham dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari Maura.
"Maka dari itu sekarang kamu bersiap-siap, lima belas menit lagi acara akan di mulai." ucap papa Ilham.
"Ta... tapi pa," ucap Maura terpotong saat mama anggun kembali menjambak rambutnya kasar.
"Gak ada tapi tapian, kamu gak lihat kakak kamu kabur heh!" teriaknya lagi.
.
.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!