NovelToon NovelToon

Wanita Kesayangan CEO Tampan

Awal Mula

"Selamat malam buat para tamu undangan, malam hari ini adalah pesta pertunanganku dengan Emily. Semua orang adalah tamu terhormat jadi silahkan menikmati makanan dan minuman yang sudah kami sediakan." Ucap Louis yang merupakan tunangan Emily.

Semua orang bertepuk tangan kemudian Emily dan Louis diberi ucapan selamat atas pertunangannya oleh para tamu undangan.

"Emily, Aku punya beberapa urusan yang harus Aku urus." Ucap Louis sambil tersenyum menatap ke arah Emily.

Emily hanya menganggukkan kepalanya sambil membalas senyuman Louis. Kemudian Louis mencium kening Emily dengan singkat. Setelah itu Louis pergi meninggalkan Emily sedangkan Emily hanya menatap kepergian tunangannya sambil masih tersenyum.

Emily berjalan ke arah meja kemudian mengambil gelas yang berisi air mineral. Namun tiba-tiba seseorang datang dan berjalan ke arah Emily lalu menahan gelas yang akan di ambil oleh Emily.

"Kakak, akhirnya impianmu tercapai karena bisa pertunangan dengan Kak Louis." Ucap Adik Tirinya yang bernama Bertha.

"Pasti kamu sangat kecewa. Sayangnya, kamu tidak bisa merebutnya lagi." Jawab Emily sambil membalikan badannya dan berjalan meninggalkan Bertha.

Selama ini apa yang selalu dimiliki Emily, Bertha selalu merebutnya begitu pula jika Emily mempunyai kekasih.

Bertha melakukan berbagai cara agar apa yang diinginkannya dapat terwujud walau dengan cara tercela sekalipun.

Dukungan dari orang tuanya membuat Bertha sering menindas Emily. Emily hanya bisa diam dan menangis di kamarnya ketika Ayah kandungnya lebih membela Adik Tirinya yang jelas-jelas bersalah.

"Benarkah?" Tanya Bertha.

Emily langsung menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya dan menatap ke arah Bertha.

"Kak. Apakah Kakak tahu kalau Kak Louis seberapa hotnya Dia kemarin malam di atas ranjangku?" Tanya Bertha.

"Apa maksudmu?" Tanya Emily dengan wajah terkejut.

"Sebenarnya kemarin malam Kak Louis sudah mencariku. Kak Louis bilang padaku kalau Kak Louis tidak suka sama Kakak lagi dan sama sekali tidak mau menikah dengan Kakak." Jawab Bertha sambil tersenyum devil.

"Kamu pasti bohong, Kak Louis tidak mungkin mengkhianatiku." Ucap Emily.

"Kalau Kakak tidak percaya, lihat ini." Ucap Bertha sambil memperlihatkan ponselnya.

Emily menatap ke arah layar ponsel milik Bertha, dirinya sangat terkejut ketika melihat foto tidak senonoh.

Di mana Bertha dan Louis menutupi tubuh bagian atas dengan selimut namun terlihat ke dua bahu mereka polos sambil saling berpelukan di atas ranjang.

Plak

"Dasar wanita tidak tahu malu!" Bentak Emily sambil menampar Bertha dengan sekuat tenaganya.

Hal itu membuat Bertha memalingkan wajahnya ke arah samping hingga sudut bibir kirinya mengeluarkan darah segar.

"Kamu berani memukulku! Dasar wanita mu x ra x han!" Teriak Bertha.

"Aku ingat, kamu tidak bisa berenang, kan?" Tanya Bertha.

"Apa maksudmu?" Tanya Emily dengan wajah terkejut.

"Menurutmu, kita berdua ... " Ucap Bertha menggantungkan kalimatnya sambil berjalan ke arah Emily membuat Emily memundurkan tubuhnya.

"Siapa yang akan diselamatkan terlebih dahulu oleh Kak Louis?" Tanya Bertha.

Kemudian Bertha dengan sengaja mendorong tubuh Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut masuk ke dalam kolam renang.

"Tolong .... Tolong!" Teriak Emily dan Bertha dengan serempak.

Louis yang mendengar suara teriakan Bertha sangat terkejut dan langsung berlari ke arah Bertha. Sedangkan seorang pria tampan yang mendengar suara teriakan tolong Emily dan Bertha sangat terkejut dan ikut berlari ke arah kolam renang.

"Tolong .... Tolong!" Teriak Emily dan Bertha dengan serempak.

"Bertha!" Teriak Louis kemudian menyeburkan diri ke kolam renang untuk menolong Bertha.

Louis berenang ke arah Bertha tanpa mempedulikan Emily yang sebentar lagi kehabisan tenaga dan udara karena Emily tidak bisa berenang.

"Lihat, gadis itu masih berada di dalam air. Nyawanya tidak bisa tertolong jika tidak ada orang yang menolongnya. Sayangnya Aku tidak bisa berenang, jika bisa sudah Aku tolong gadis malang itu." Ucap salah satu tamu undangan yang melihat Emily berteriak meminta pertolongan.

"Laki-laki itu sangat tega karena tidak menyelamatkan nyawa perempuan itu, padahal mereka sudah bertunangan." Sambung tamu undangan lainnya.

Mereka sangat terkejut ketika melihat Louis lebih memilih menyelamatkan nyawa Bertha dari pada nyawa Emily padahal mereka sudah bertunangan.

"Iya betul, tunangan laki-laki lebih mementingkan menyelamatkan Adik tunangan perempuannya terlebih dahulu dari pada menyelamatkan tunangannya yang sudah hampir tenggelam." Ucap tamu undangan lainnya lagi.

"Kak Louis, Kakak masih berada di dalam air." Ucap Bertha.

Louis memalingkan wajahnya ke arah Emily di mana Emily perlahan masuk ke dalam air kolam renang bersamaan Emily perlahan tidak sadarkan diri.

"Biarkan saja, Dia." Jawab Louis dengan kejam.

Louis kemudian pergi meninggalkan pesta pertunangan menuju ke rumah sakit dengan membiarkan nyawa Emily di ujung tanduk.

Di saat krisis, pria tampan yang melihat kejadian tersebut langsung menyeburkan diri ke kolam renang. Pria tampan tersebut langsung berenang ke arah Emily lalu menggendongnya.

Pria tampan tersebut awalnya ingin menolong Emily namun karena tunangannya sudah menyebur ke kolam renang terlebih dahulu membuat pria tampan tersebut tidak jadi menyebur ke kolam renang.

Tapi dirinya ternyata salah karena ternyata Louis lebih memilih Bertha yang diselamatkan dari pada menyelamatkan tunangannya yang bernama Emily.

"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya pria tampan tersebut sambil naik ke atas kolam renang.

Hening

Pria tampan tersebut yang tidak mendapatkan jawaban langsung melihat ke arah wajah Emily yang terlihat pucat pasi.

Pria tampan tersebut langsung memberikan pertolongan pertama setelah agar sadar, pria tampan tersebut langsung membawanya ke rumah sakit.

Skip

Kini Emily sudah berada di ruang perawatan dan sepenuhnya sudah sadar. Hingga beberapa saat kemudian pintu ruang perawatan terbuka. Emily melihat Bertha berjalan ke arahnya sambil tersenyum jahat.

"Kakak, bagaimana rasanya di hari pertunangan Kakak ditinggalkan oleh tunangan Kakak?" tanya Bertha sambil tersenyum jahat dan bersidekap.

"Keluar!" Teriak Emily.

"Kak, apakah Kakak tahu mengapa Aku memilih hari pertunangan Kakak dengan Kak Louis? Itu dikarenakan, Aku ingin membuat reputasi Kakak jatuh dengan membuatmu malu di depan orang banyak." Ucap Bertha tanpa mempedulikan ucapan Emily.

"Kakak hanya layak hidup di bawah bayanganku. Karena Pria yang Kakak cintai pergi meninggalkan Kakak dengan sangat mudah." Sambung Bertha sambil duduk di sofa.

"Sekarang jika Kakak berlutut dan meminta maaf padaku atau menjilat sepatuku maka Aku akan memberikan Kak Louis pada Kakak. Itupun kalau Aku merasa bosan dengan Kak Louis dan ada keinginan untuk melepaskan Kakak." Sambung Bertha yang masih ingin menindas Kakak Tirinya.

Emily yang mendengarkan ucapan Bertha sangat kesal, membuat Emily mengambil gelas yang ada di atas meja dekat ranjang lalu melemparnya ke arah kaki Bertha.

"Keluar!" Teriak Emily.

Bertha sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Emily dan berusaha menghindar sambil berdiri. Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka membuat Bertha menatap ke arah pintu dan melihat Louis masuk ke dalam ruang perawatan.

"Kak, Aku datang dengan niat baik untuk melihat keadaan Kakak. Tapi bagaimana bisa Kakak memperlakukan Aku seperti ini?" Tanya Bertha sambil memegang tangan Emily.

Tanpa menjawab Emily menepis tangan Bertha sedangkan Bertha yang tangannya di tepis pura-pura mundur beberapa langkah.

"Emily, kamu terlalu jahat. Sudah cukup kamu mendorong Bertha ke dalam kolam renang. Dia sekarang datang ke sini dengan niat baik untuk melihatmu tapi kamu malah bersikap jahat seperti ini." ucap Louis.

"Louis, Anda berbicara denganku tapi dari sisi apa sekarang? Apakah kekasihnya Bertha?" Tanya Emily.

"Apa yang kamu katakan tidak masuk akal." Ucap Louis dengan wajah kesal.

"Louis, kita sudah selesai." Ucap Emily sambil menatap tajam ke arah Louis.

"Apa maksudmu?" Tanya Louis dengan wajah terkejut.

"Kak, Kakak jangan terlalu egois. Reputasi Kakak di kota ini sekarang sangat buruk. Kak Louis sudah bersedia menikah dengan Kakak jadi Kakak seharusnya sudah sangat puas." Ucap Bertha.

"Emily, Aku paling tidak suka wanita yang sangat sombong sepertimu. Jadi Aku harap kamu jangan menyesal kalau pertunangan kita batal." Ucap Louis.

Kekasih

"Aku tidak akan pernah menyesal karena bagiku kalian berdua adalah sampah. Lebih baik kalian keluar dari sini!" Teriak Emily sambil mengambil bantal kemudian di lempar ke arah Bertha.

"Lebih baik kita pergi dari sini." Ucap Louis sambil menarik tangan Bertha.

Emily memegangi dadanya yang terasa sangat sesak membuat Emily menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

Hingga beberapa saat kemudian pintu ruang perawatan di buka oleh seseorang. Membuat Emily menatap ke arah pintu ruang perawatan. Emily melihat seorang Kakek berjalan ke arah dirinya

"Kamu jangan menangisi untuk pria seperti itu karena pria itu tidak layak untuk kamu tangisi." Ucap Kakek tersebut sambil masih berjalan ke arah Emily dengan bantuan tongkat.

"Kakek siapa?" Tanya Emily sambil duduk di sisi ranjang.

"Gadis kecil, apakah kamu lupa dengan Kakek Buyut William?" Tanya Kakek Buyut William.

Emily terdiam sambil berusaha mengingat kapan bertemu dengan Kakek Buyut William.

"Waktu itu Kakek Buyut William sedang melakukan senam melatih pernapasan di taman kota. Tiba-tiba dada Kakek Buyut William terasa sangat sesak dan sulit untuk bernafas." Ucap Kakek Buyut William.

"Tubuh Kakek Buyut William seperti tidak bertulang membuat Kakek Buyut William ambruk ke rumput. Di saat kritis kamu datang dan langsung menolong Kakek Buyut William." Sambung Kakek Buyut William sambil mengingat kejadian satu bulan yang lalu.

Flash Back On

"Kakek, apakah Kakek baik-baik saja?" Tanya Emily dengan wajah kuatir.

"Dada Kakek sangat sesak, tolong hubungi keluarga Kakek." Pinta Kakek Buyut William sambil berusaha mengambil ponselnya dari saku celananya.

Emily langsung mengambil ponselnya kemudian Kakek Buyut William menyebutkan nama Richard yang merupakan cucunya. Tanpa banyak bertanya Emily menghubungi Richard dan sambungan pertama langsung di angkat.

Belum ada lima menit Richard dan Kasandra datang ke lokasi kejadian. Mereka langsung membawanya ke rumah sakit.

Emily yang ingin pergi di tahan oleh Kasandra dengan mengajaknya ke rumah sakit. Emily pun tidak keberatan dan ikut dengan mereka.

Sampai di rumah sakit, Kakek Buyut William langsung di bawa ke ruang ugd untuk dilakukan pertolongan pertama.

"Kami sangat mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan dan menolong Kakek." Ucap Kasandra.

"Sama-sama, Nyonya." jawab Emily.

"Jangan panggil Nyonya tapi panggil saja Tante." Ucap Kasandra.

"Baik, Tante." Jawab Emily sambil tersenyum.

"Maaf Tante, Aku pamit karena ada sesuatu yang ingin Aku kerjakan." Pamit Emily.

"Baik. Tapi sebelumnya sebagai ungkapan terima kasih kami, tolong terima uang dari kami." Ucap Richard yang tidak ingin hutang budi.

"Maaf, Aku menolong Kakek iklas jadi tidak perlu. Karena sesama manusia harus saling tolong menolong." Jawab Emily sambil tersenyum.

"Kami tahu kalau kamu iklas tapi anggap saja sebagai ungkapan terima kasih." Ucap Kasandra.

"Kalau begitu berikan uang ini ke orang yang membutuhkan karena Aku menolong orang bukan ingin mendapatkan imbalan." Ucap Emily.

"Permisi." Pamit Emily sambil pergi meninggalkan mereka berdua.

"Gadis itu sangat cantik serta baik hati dan sepertinya cocok untuk putra kita Richardo." Ucap Kasandra.

"Tapi usia Richardo dengan gadis itu lumayan jauh sekitar lima tahun." Ucap Richard.

"Daddy sama Mommy malah lebih jauh seperti Paman dan Ponakan." Ucap Kasandra usil.

Richard hanya tersenyum sambil memeluk Kasandra dari arah samping.

"Kalau mereka berjodoh pasti akan dipertemukan secara tidak terduga seperti Daddy dan Mommy yang dipertemukan secara tidak terduga." Ucap Richard.

Kasandra hanya menganggukkan kepalanya dan tidak berapa lama pintu ruang ugd terbuka dengan lebar kemudian mendorong brangkar di mana Kakek Buyut William berbaring.

Kakek Buyut William langsung di bawa ke ruang perawatan dan selama tiga hari Kakek Buyut William baru diijinkan pulang.

Flash Back Off

"Oh iya, Aku baru ingat dengan Kakek Buyut William. Bagaimana kondisi tubuh Kakek Buyut sekarang?" Tanya Emily.

"Kondisi Kakek Buyut sudah tidak ada masalah. Kakek Buyut belum sempat mengucapkan terima kasih padamu waktu kamu menyelamatkan nyawa Kakek Buyut." Ucap Kakek Buyut William.

"Oh ya peristiwa yang baru saja terjadi, Kakek Buyut tidak sengaja mendengarnya karena itulah Kakek Buyut masuk ke ruangan ini." Sambung Kakek Buyut William.

"Maaf, sudah membuat Kakek Buyut terganggu." Ucap Emily merasa bersalah.

Sedangkan di tempat yang sama hanya beda ruangan di mana seorang pria tampan berjalan dengan menggunakan seragam kerja konstruksi diikuti oleh asisten setianya.

"Tuan Muda, apakah Tuan Muda perlu mengganti pakaian sebelum masuk ke ruangan Tuan Besar?" Tanya Asisten Setianya.

"Tidak perlu, Aku baru tahu kalau Kakek Buyutku di rawat di rumah sakit ini. Karena itu Aku datang ke sini langsung dari inspeksi lokasi konstruksi. Kamu pergilah dulu untuk istirahat nanti Aku pulang sendiri." Ucap pria tampan tersebut.

"Baik, Tuan Muda." Jawab Asisten setianya dengan patuh.

Pria tampan itupun berjalan ke arah ruang perawatan vvip di mana Kakek Buyutnya di rawat.

Sedangkan di tempat yang sama hanya beda ruangan di mana Emily membantu memapah Kakek Buyut William menuju ke ruang perawatan.

"Kakek Buyut, hati-hati." Ucap Emily sambil masih memapah dan berjalan dengan lambat.

"Kakek Buyut, pastikan untuk menjaga kesehatan Kakek Buyut. Kakek Buyut tidak bisa lagi pergi sembarangan sendirian kecuali di sekitar Kakek Buyut harus selalu ada orang yang menjaga Kakek Buyut." Sambung Emily.

"Baik." Jawab Kakek Buyut William dengan patuh.

Emily hanya tersenyum kemudian Emily membantu Kakek Buyut William untuk berbaring di ranjang bersamaan pintu ruang perawatan di buka oleh seseorang.

"Kakek Buyut, apakah Kakek Buyut baik-baik saja?" Tanya pria tampan tersebut sambil berjalan ke arah mereka.

"Kakek Buyut baik-baik saja. Ayo sini, Kakek Buyut akan memperkenalkanmu dengan seorang gadis. Dia adalah Emily, orang yang dulu pernah menyelamatkan Kakek Buyut." Ucap Kakek Buyut William sambil turun dari ranjang dan di bantu oleh Emily dan pria tampan tersebut.

"Hallo." Panggil Emily sambil tersenyum.

"Hallo juga, kita bertemu lagi." Jawab pria tampan tersebut sambil mengulurkan tangannya dan membalas senyuman Emily.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Emily dengan wajah bingung sambil membalas uluran tangan pria tampan tersebut.

"Kita pernah bertemu di Hotel William, Aku mengangkatmu dari kolam renang." Jawab pria tampan tersebut.

"Kalau begitu kalian berdua sudah saling kenal?" Tanya Kakek Buyut William sambil menatap ke arah mereka secara bergantian.

"Kalian berdua masih muda dan mempunyai topik yang sama. Jadi kalian berdua berbicara sedangkan Kakek Buyut pergi untuk berjalan-jalan." Ucap Kakek Buyut William.

Kemudian Kakek Buyut William berjalan meninggalkan mereka berdua. Sepeninggal Kakek Buyut William mereka langsung terdiam tanpa ada satupun yang berbicara.

"Emmmm .... Terima kasih karena sudah menyelamatkan Aku. Emmm ... Apakah Anda bekerja di Hotel William?" Tanya Emily basa basi untuk menghilangkan kecanggungan.

"Hotel William, adalah properti keluarga William tapi jika kamu mengatakan seperti itu juga tidak ada masalah." Jawab pria tampan tersebut.

Ketika Emily ingin berbicara tiba-tiba ponsel milik pria tampan berdering tanda ada panggilan masuk.

Pria tampan tersebut mengambil ponselnya dari saku kemejanya kemudian melihat di layar ponselnya tertera nama Mommyku Sayang.

Pria tampan tersebut langsung menggeser tombol warna hijau kemudian menempelkannya di telinganya.

"Richardo, Mommy sudah melakukan yang harus dilakukan. Umur kamu sudah dua puluh delapan tahun, jika kamu masih tidak menikah juga terpaksa Mommy akan mencarikan jodoh untukmu." Ucap Kasandra.

Tanpa menunggu jawaban dari Richardo, Mommy Kasandra langsung memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak.

"Jika Kakek mengatakan sesuatu padamu, jangan kamu pikirkan dan maafkan sudah merepotkan." Ucap Richardo.

"Tidak .... Tidak ... Kakek sangat baik hati dan Aku tidak merasa direpotkan." Jawab Emily.

Tiba-tiba Emily teringat dengan perkataan Bertha membuat Emily memberanikan diri bertanya ke Richardo.

"Apakah sekarang ini kamu di paksa untuk menikah?" Tanya Emily.

"Ya." Jawab Richardo dengan singkat.

"Apakah kamu sudah ada kekasih saat ini?" Tanya Emily sambil masih menatap ke arah Richardo.

Ingin Bertemu

"Tidak." jawab Richardo dengan singkat tanpa banyak berpikir.

"Apakah kamu bersedia mempertimbangkan menikah denganku?" Tanya Emily.

"Apakah kamu serius?" Tanya Richardo balik bertanya.

"Aku serius. Kamu sudah menyelamatkanku dan maaf kamu jangan bicara dulu." Ucap Emily yang melihat Richardo ingin berbicara.

"Pertama perkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku bernama Emily, berumur dua puluh tujuh tahun. Lulus dari universitas Konoha dan gaji tahunan dua belas miliar." Ucap Emily.

"Aku ada mobil, ada rumah dan Aku tidak akan meminta mas kawin. Setelah kita menikah maka kamu dapat memilih untuk bekerja atau menjadi suami rumah tangga dan kamu jangan kuatir, Aku akan memberikanmu lima puluh juta untuk biaya hidup selama sebulan." Sambung Emily.

"Jangka waktu pernikahan kita adalah satu tahun. Kehidupan suami istri tergantung apakah kedua belah pihak bersedia melanjutkan hubungan atau tidak. Jika kamu menemukan seseorang yang kamu sukai di masa depan maka Aku bersedia bercerai denganmu." Sambung Emily lagi.

'Pertama kali Aku mengenal seorang gadis yang menarik seperti ini.' Ucap Richardo dalam hati.

"Bagaimana pendapatmu?" Tanya Emily sambil masih menatap ke arah wajah tampan Richardo.

"Aku pikir itu bisa, kapan kita pergi untuk mendaftar surat nikah?" Tanya Richardo balik bertanya sambil masih menatap ke arah wajah cantik Emily.

"Begitu cepat kah?" Tanya Emily dengan wajah terkejut.

Pasalnya Richardo langsung menjawab tanpa banyak berpikir.

"Aku sangat sibuk karena itu semakin cepat semakin baik." Jawab Richardo.

"Hmmm ... Baik, sekarang kita pergi." Ucap Emily.

Kemudian Emily dan Richardo pergi ke kantor agama untuk menikah. Setelah beberapa saat mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri.

Kini mereka keluar dari kantor agama di mana Richardo berjalan ke arah Emily sambil membawa payung karena sedang gerimis.

"Aku memiliki sebuah rumah di Perumahan William Garden Estate. Adapun kode pin dan alamat, Aku akan kirim ke kamu nanti. Oh ya kalau Kakek Buyut tinggal di mana?" Tanya Emily.

"Kakek Buyut memiliki rumah sendiri." Jawab Richardo.

"Baik, kalau begitu tiap hari jumat mengunjungi Kakek Buyut dan sekarang Aku pergi kerja dulu." Ucap Emily.

"Baik." Jawab Richardo dengan singkat.

"Oh ya, pakailah payung ini supaya kamu tidak demam." Sambung Richardo sambil memberikan payung ke Emily.

"Terima kasih." Jawab Emily sambil menerima payung pemberian Richardo.

Kemudian Emily pergi meninggalkan Richardo di mana Richardo menatap kepergian Emily.

'Richardo William, nama ini terasa familiar. Oh ya Aku baru ingat Richardo William adalah orang terkaya di kota ini dan namanya sama seperti nama suamiku.' Ucap Emily dalam hati sambil menghentikan langkahnya.

'Sepertinya hanya namanya saja yang sama.' Sambung Emily dalam hati.

Emily kemudian memalingkan wajahnya ke belakang di mana Richardo masih menatap dirinya. Tidak berapa lama ponselnya berdering membuat Emily mengambil ponselnya dari dalam tasnya.

'Hallo.' Panggil Emily.

'Dasar putri durhaka, kenapa kamu ingin membatalkan pernikahan dengan Louis?' Ucap Ayahnya dengan nada kesal.

'Aku tidak mencintainya lagi.' Jawab Emily sambil berjalan ke arah parkiran mobil.

'Sekarang segera pulang ke rumah!' Perintah Ayahnya.

Selesai mengatakan hal itu Ayahnya memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak.

Emily hanya menatap ponselnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kemudian Emily masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang tanpa menyadari sebuah mobil hitam mengikuti kemana Emily pergi.

Kini Emily sudah sampai di mansion milik orang tuanya, Emily berjalan ke arah ruang keluarga di mana Ayahnya, Ibu Tirinya dan Adik Tirinya sedang menunggu dirinya.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ayahnya kemudian menampar pipi Emily ketika Emily berdiri berhadapan dengan Ayahnya.

"Adikmu kembali dengan niat baik untuk melihatmu dan kamu berani menampar Adikmu!" Bentak Ayahnya sambil menunjuk ke arah Bertha.

"Mengapa kamu tidak bertanya terlebih dahulu ke putri baikmu?" Tanya Emily yang tidak mau memanggil Ayah

"Apa yang telah dilakukan oleh Bertha terhadapku." Sambung Emily.

"Suamiku, Emily baru saja pulang." Ucap Ibu Tirinya sambil berjalan ke arah suaminya.

"Jika ada yang ingin kamu katakan maka katakanlah padanya dengan baik. Pasti Emily akan memahaminya." Sambung Ibu Tirinya sambil memegang lengan suaminya.

"Benar Ayah, Kakak mungkin tidak sengaja melakukannya dan Aku sudah tidak akan memikirkannya." Sambung Bertha.

"Tentu kamu tidak akan memikirkannya. Kamu sudah merusak pesta pertunanganku dan kamu juga dengan sengaja merebut calon suamiku selain itu kamu hampir membunuhku. Kamu benar-benar bangga bisa melakukan itu semuanya." Ucap Emily sambil berjalan ke arah Bertha.

Bertha berjalan mundur setiap Emily melangkahkan kakinya ke arah dirinya. Namun tiba-tiba Ayahnya mendorong Emily hingga mundur beberapa langkah. Hal itu membuat Emily menatap Ayahnya dengan perasaan kecewa yang teramat sangat.

"Cukup! Tidak peduli apa yang sudah terjadi hari ini. Karena yang terpenting sekarang adalah perjanjian pernikahanmu dengan Louis tidak boleh dibatalkan." Ucap Ayahnya.

"Mengapa?" Tanya Emily.

"Kamu hanya bisa menikah dengan keluarga Fernando dan itu adalah jodoh terbaik untukmu." Jawab Ayahnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah wajah Emily.

"Kekayaan dan sumber daya keluarga Fernando dapat memberikan kita bantuan yang sangat besar." Sambung Ayahnya.

"Kecuali kamu mau menikah dengan keluarga William tapi itu tidak mungkin karena keluarga William tidak akan memilihmu yang mempunyai reputasi yang sangat buruk." Sambung Ayahnya lagi.

Emily hanya terdiam sedangkan Ibu Tirinya dan Adik Tirinya tersenyum bahagia melihat Emily dimarahi oleh Ayah kandungnya.

"Hanya Adikmu yang bisa menikah dengan keluarga William karena reputasinya sangat bagus dibandingkan dirimu." Ucap Ayahnya dengan nada menghina.

"Demi uang dan tidak tahu malu ..." Ucapan Emily terpotong oleh Ayahnya.

"Kamu ..." Ucap Ayahnya sambil mengangkat tangan kanannya ke atas untuk menampar Emily.

"Emily, bagaimana kamu bisa melakukan ini pada Ayahmu?" Tanya Ibu Tirinya.

Tanpa menjawab Emily membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan mereka namun baru beberapa langkah terdengar suara bentakkan Ayahnya.

"Berhenti! Susah payah Ayah membesarkanmu ternyata Ayah membesarkan musuh." Ucap Ayahnya dengan nada satu oktaf.

"Jangan mengatakan hal itu! Apakah kamu sudah lupa siapa pemilik perusahaan ini? Perusahaan Employer Cooperation adalah usaha yang didirikan oleh Ibuku dengan susah payah sedangkan kamu?" Tanya Emily sambil membalikkan badannya.

"Tidak lama setelah kematian Ibuku, Kamu membawa masuk wanita itu bersama anak harammu." Sambung Emily sambil menunjuk ke arah Ibu Tirinya dan Adik Tirinya secara bergantian.

"Seharusnya perusahaan ini diwariskan kepadaku karena dari segi pengorbanan kalian terus menerus menghisap darah dari diriku." Sambung Emily lagi.

Ayahnya yang mendengarkan ucapan Emily langsung memegangi dadanya yang terasa sesak membuat tubuhnya seperti tidak bertulang. Istrinya yang melihatnya langsung menahan tubuhnya sebelum ambruk ke lantai.

"Eh ..." Ucap Istrinya sambil membantu memapah suaminya ke arah sofa.

"Ayah melakukan ini semua hanya untuk Kakak dan untuk keluarga kita." Ucap Bertha.

"Emily, kita semua adalah satu keluarga. Mengapa kamu begitu memperhitungkan hal ini?" Tanya Ibu Tirinya.

"Benarkah? Hari ini Aku akan memperhitungkan hal ini." Ucap Emily.

"Bertha, kamu harus keluar dari Perusahaan Employer Cooperation dalam lima hari karena Aku akan mengambil alih perusahaan." Sambung Emily sambil menatap ke arah Bertha.

"Kakak, apakah Kakak sedang memaksaku?" Tanya Bertha.

"Bertha, tidak perlu takut." Ucap Ayahnya sambil duduk di sofa dan masih memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Kamu jangan lupa wasiat terakhir Ibumu. Di mana kamu hanya dapat mengambil alih perusahaan setelah kamu menikah. Jadi sekarang kamu jangan memikirkan untuk mengambil alih perusahaan." Sambung Ayahnya.

Emily langsung membuka tasnya kemudian mengambil surat nikah lalu diperlihatkan ke Ayahnya.

"Orang yang seharusnya menyerah adalah kalian karena Aku sudah menikah." Jawab Emily.

Bertha yang penasaran mengambil surat nikah tersebut kemudian membacanya.

"Kakak, jangan-jangan Kakak untuk menipu Ayah menggunakan surat palsukan?" Tanya Bertha yang tidak percaya kalau Emily sudah menikah.

"Emily, reputasimu sudah buruk. Bagaimana kamu bisa berbuat sembarangan dengan cara merusak dirimu sendiri?" Tanya Ibu Tirinya.

"Kalau pernikahanku merusak diri sendiri secara sembarangan? Bagaimana dengan Bertha? Bertha hanya setengah tahun lebih muda dariku dan sekaligus putri kandung Ayah." Ucap Emily sambil bersidekap.

"Wanita itu selingkuh dengan Ayah dan sepertinya lebih tidak punya rasa malu." Sambung Emily.

"Suamiku dengarkan apa yang sudah Emily katakan! Cukup menyakitkan!" Teriak istrinya sambil menunjuk ke arah Emily.

"Baik, karena kamu mengatakan sudah menikah maka bawa Dia untuk datang ke sini dan biarkan kami melihat. Jika tidak maka Aku akan mengikatmu dan membawa kamu ke rumah keluarga Fernando." Ucap Ayahnya.

"Baik." Jawab Emily dengan singkat sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya.

Emily kemudian menghubungi suaminya dan sambungan pertama langsung di angkat.

'Apakah kamu punya waktu sekarang untuk datang ke rumah orang tuaku?' Tanya Emily.

'Karena Ayahku ingin bertemu denganmu, sekarang juga.' Sambung Emily.

'Tapi Aku belum mengganti pakaian.' Ucap Richardo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!