Langit turut berduka. Awan-awan hitam menggantung di angkasa. Suara petir bergemuruh bagaikan isakan tangis.
Duduk di kursi belakang. Di dalam sebuah mobil taksi yang mengantar mereka untuk pulang.
David dan Kasih sama-sama diam.
Mereka adalah pasangan suami istri yang baru saja keluar dari rumah sakit. Di siang hari yang mendung dokter sudah membolehkan mereka untuk kembali ke rumah.
Dimulai dari tiga hari yang lalu. Kasih harus menginap di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Selama itu David sang suami selalu berada di sisinya.
Pasangan muda ini baru saja mengalami kehilangan. Janin bayi yang baru berusia lima belas minggu meninggal di dalam kandungan. Kasih sang istri mengalami keguguran.
Hari-hari yang sebelumnya terang benderang mendadak berubah menjadi gelap. Obrolan mereka setiap hari yang tidak ada topik lainnya selain membicarakan kehadiran si buah hati sirna seketika.
Manja-manja itu untuk sementara terhenti. Kini mereka berdua ada untuk saling menguatkan.
Mereka sangat bersedih. Tapi tidak ada yang boleh tumbang dan menyerah.
Sama seperti jalan perjuangan cinta mereka hingga bisa menikah. Mereka berdua telah melalui serangkaian badai ujian untuk bisa bertahan dan selalu bersama menjadi satu.
Hanya David dan Kasih yang merestui hubungan mereka sendiri. Mereka bertarung sampai ke pelaminan.
Perbedaan latar belakang keluarga dan ekonomi menjadi penghalang untuk jalinan asmara mereka.
Kasih berasal dari keluarga yang kaya raya. Sementara David keluarga saja tidak punya. David besar di panti asuhan. Ia sama sekali tidak mempunyai catatan siapa ayah, ibu dan keluarganya.
David dan Kasih sudah saling tahu sejak kecil. Karena David besar di panti asuhan yang dimiliki oleh keluarga Kasih.
Ketika ayah Kasih pergi mengunjungi panti asuhan Kasih selalu ikut bersamanya. Di situlah Kasih sering melihat David.
David kecil sangat berprestasi. Ia menjadi anak paling menonjol diantara anak-anak panti yang lain seusianya. Ia berhasil meraih beasiswa di setiap jenjang pendidikannya.
Kasih dan David semakin dekat sewaktu di SMA. Mereka masuk ke sekolah yang sama.
Awalnya Kasih sempat terkejut melihat David berada di sekolah favorit itu. Ia tak menyangka anak panti asuhan yang tinggal di rumah panti asuhan milik keluarganya ada yang bisa satu sekolah dengannya.
Semenjak itu Kasih dan David berteman lebih dekat.
Hingga akhirnya di setiap hari-harinya tidak ada orang lain di sisi Kasih selain David. Begitu juga sebaliknya. Mereka pun saling jatuh cinta.
Hubungan mereka terus berlanjut dan rasa sayang mereka tumbuh semakin kuat. Mereka berdua merencanakan kuliah di tempat yang sama dan mengambil jurusan yang sama pula. Dan keduanya berhasil.
Selain mempunyai hubungan yang special, David dan Kasih juga mendorong satu sama lain untuk saling maju dan menggapai cita-cita mereka.
Sekarang David sudah bekerja di salah satu perusahan yang menjadi impiannya. Sementara Kasih menjadi seorang ibu rumah tangga. Setelah menikah mereka memutuskan untuk tinggal berdua jauh dari campur tangan keluarga Kasih.
Pernikahan Kasih dan David tidak dengan mudah terjadi begitu saja. Pihak keluarga Kasih sama sekali tidak setuju jika putri mereka satu-satunya menikah dengan David yang notabenenya adalah anak yatim piatu dari panti asuhan yang mereka dirikan.
Ayah dan ibu Kasih sudah menyiapkan calon suami yang mereka yakini sesuai untuk anaknya. Tapi Kasih menolak. Pertengkaran hebat pun terjadi. Kasih lebih memilih kemana suara hatinya menuntunnya untuk menjalani hidup.
Sebagai sanksinya kini Kasih sudah tidak dianggap lagi oleh ayah dan ibunya. Kasih dan David dikucilkan oleh keluarga Kasih.
Kedua orang tua Kasih sangat malu anaknya menikah dengan David. Keluarga besar Kasih sepakat tidak akan memberi satu perak pun kepada Kasih selama ia tidak menuruti peraturan dari keluarganya sendiri.
Langit gelap mulai menangis. Awan-awan hitam perlahan meneteskan gerimis hujan.
Sejalan dengan itu Kasih menelurkan air matanya. Ia melihat ke luar jendela kaca mobil, cuaca terlihat begitu murung sama seperti suasana hatinya saat ini.
David duduk di belakang sopir. Ia menatap ke depan. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Kasih dengan erat. Pikirannya masih kalut. Ia tidak habis pikir kenapa mereka bisa tiba-tiba kehilangan calon buah hatinya.
Mobil taksi yang mengantar mereka untuk pulang berjalan dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba.
“TOT! TOT! TOT! TOT!”,
Dari arah sebelah kanan ada truk besar yang melaju dengan kencang. Truk itu memberikan klakson peringatan berkali-kali. Menyinari mobil taksi dengan lampu jauh.
Mobil yang ditumpangi David dan Kasih tidak bisa menghindar. Maut pun menerjang. Terjadilah kecelakaan.
Bagian depan mobil ringsek. Kendaraan itu terpental jauh sampai akhirnya terhenti karena menabrak badan jalan. Sang sopir meninggal di tempat.
*
David terbangun di sebuah ruangan rumah sakit. Ini adalah rumah sakit yang sama ketika beberapa hari yang lalu ia dan Kasih menginap.
David melihat dirinya. Ia terbaring di atas tempat tidur. Ada selang infus yang terpasang di lengan kirinya.
Ia bisa merasakan luka-luka yang masih terasa nyeri di sekujur tubuhnya. Kaki kanannya dibalut dengan kain perban yang tebal.
Ia pun segera mengingat peristiwa kecelakaan yang telah ia alami. Beruntung ia tidak terluka parah.
David menekan tombol bel untuk memanggil suster.
Suster pun datang menemui David.
“Istri saya dimana?”,
Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut David setelah sadar.
Suster memeriksa David.
Sesaat kemudian dokter pun datang. Dokter itu menjelaskan kejadian yang dialami oleh David sehingga ia bisa masuk ke rumah sakit.
Dari peristiwa kecelakaan yang menimpanya sudah dua hari David tidak sadarkan diri.
“Istri saya dimana?”,
David kembali mengulang pertanyaan yang sama.
Akhirnya dengan kalimat yang hati-hati dokter menyatakan bahwasanya Kasih istri dari David telah meninggal akibat kecelakaan tersebut. Istrinya mengalami kritis dan meninggal dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.
Mendengar pernyataan itu David histeris. Laki-laki itu berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Lantunan tangis pilu kehilangan yang sungguh menyayat hati orang-orang yang mendengarnya. Isak tangis tak bisa terbendung meski suara telah habis dan air mata sudah mengering.
David tidak mempedulikan lagi sakit yang dirasakan tubuhnya.
*
Tiga hari telah berlalu setelah David sadar. Luka-luka di badannya berangsur pulih. Tapi batinnya semakin hancur setelah mengetahui kabar bahwa Kasih telah meninggal.
Kemarin ia baru saja menerima pesan dari salah satu anggota keluarga Kasih. Mereka mengirimkan foto-foto proses pemakaman istrinya.
Peti mati yang tertutup. Bahkan David tidak diizinkan untuk melihat wajah Kasih untuk yang terakhir kalinya.
David sangat terpukul. Ia bahkan tidak bisa menghadiri pemakaman istrinya sendiri.
Hari-hari di rumah sakit dilalui David dengan perasaan duka dan sakit yang mendalam. Ia selalu terbayang kesalahan-kesalahan yang pernah ia buat kepada Kasih.
David tiba-tiba menangis jika teringat Kasih yang sedang bersedih. Sekarang ia tidak bisa lagi melihat istrinya tersenyum.
Kondisi David sudah membaik. Meski belum 100% pulih ia sudah dibolehkan untuk pulang. Tidak akan lebih baik jika membiarkannya berdiam diri di dalam ruangan kamar rumah sakit hanya untuk meratapi kesedihan.
David keluar meninggalkan kamar pasien dengan berjalan perlahan. Kaki kanannya masih sedikit pincang. Ia enggan untuk memakai alat bantu.
David tidak langsung pulang. Ia menuju ke bagian rekam medis. Ia ingin melihat catatan medis milik Kasih. Suami berhak untuk mengetahuinya.
Tentu saja rekam medis yang asli sudah dibawa oleh keluarga Kasih. Sekarang keluarga Kasih benar-benar telah memutus hubungan dengan David. Sekedar mengangkat telpon pun mereka sudah tidak sudi.
Tangis David kembali pecah setelah membaca riwayat pemeriksaan istrinya. Ia mengetahui bahwa Kasih mengalami luka yang sangat parah.
David tak kuasa untuk membayangkan hal itu terjadi kepada istrinya. Ia benar-benar terpuruk.
Semenjak remaja David sudah terbiasa hidup sendiri.
Kasih dan David saling menemukan untuk terus selalu bersama mengisi ruang-ruang kosong yang ada diantara mereka. Kasih dan David ada untuk saling melengkapi.
Tidak ada orang lain yang datang untuk menjenguk David ketika berada di rumah sakit. Panti asuhannya yang dulu juga sudah sejak lama ditutup. David tidak lagi berhubungan dengan orang-orang yang dikenalnya di panti asuhan tempat ia dibesarkan.
Nama-nama yang ada di panti asuhan semenjak ia kecil sudah banyak yang berpulang. Teman-temannya sewaktu di sana juga sudah pergi menjalani kehidupan mereka masing-masing.
David pulang ke rumah.
Rumah impian yang masih belum lunas itu akhirnya menjadi layaknya sebuah hunian kosong. David yang kini hanya tinggal seorang diri sudah tidak lagi seantusias dulu terhadap rumah bergaya minimalis itu.
Saat masih berdua mereka selalu meributkan hal-hal kecil tentang detail rumah. Hingga akhirnya salah satu diantaranya harus rela mengalah.
Bahasa-bahasa cinta itu sudah tidak ada lagi semenjak Kasih telah pergi.
Barang-barang milik Kasih juga sudah diambil oleh keluarganya.
Jika sedang tidak melakukan apa-apa. David hanya mengingat Kasih. Itu yang bisa ia lakukan.
Dari hari pertama keluar dari rumah sakit David hampir setiap hari mengunjungi makam istrinya. Makam Kasih terletak di TPU yang sama dengan makam ayah Kasih yang telah meninggal setahun yang lalu.
David masih sangat ingat ketika datang ke rumah duka saat ayah Kasih meninggal. Ayah Kasih meninggal karena sakit. Itu terjadi beberapa bulan setelah Kasih dan David menikah. David tidak diizinkan masuk untuk melayat.
Ada momen saat David datang berziarah ke makam Kasih. Ia sempat berpapasan dengan keluarga Kasih. Ada ibu dan juga saudara Kasih di sana.
Sama seperti sebelumnya. Tidak ada tegur sapa. Mereka bersikap dingin. Ibu Kasih sudah tidak mau lagi berbicara dengan David semenjak ia menikah dengan putrinya.
*
Sekarang laki-laki yang tengah penuh dengan luka itu sudah kembali masuk kerja. David bekerja sebagai staf di bagian keuangan perusahaan.
Suasana kerja memang selalu tenang dan sunyi. Karena sibuk hanya terjadi di layar computer di depan mata.
Rekan-rekan kerja di kantor paham betul dengan situasi yang sedang di alami oleh rekan mereka yang baru saja mengalami kehilangan itu. Setiap hari David datang dengan mata yang berkantung hitam.
Yang dilakukan David setiap malam hanyalah melihat kenangan-kenangan dirinya bersama Kasih sampai ia bisa tertidur.
Setelah dua bulan berlalu semenjak peristiwa yang merenggut nyawa belahan jiwanya itu. David akhirnya mulai bisa sedikit demi sedikit merelakan. Ia perlahan mulai membuka diri.
David memutuskan untuk mengajukan pindah kerja ke kantor cabang yang lain. Ia memilih untuk pindah ke kota kecil yang masih dekat dengan alam.
Alasannya adalah sebagai proses untuk menyembuhkan luka batinnya. Dan juga untuk menjaga performanya dalam bekerja.
Akan terasa lebih berat jika David terus berada di tempat yang sama bersama kenangan-kenangan dari orang yang sudah tiada. Ia juga yakin Kasih yang telah pergi untuk selamanya tidak mau melihat orang yang teramat dicintainya menjadi seorang yang terpuruk dan berputus asa.
David sadar ia tidak boleh terlalu berlama-lama larut meratapi kesedihan. Ia harus bergerak maju dalam hidupnya meski perlahan.
Pengajuan perpindahan ke kantor cabang yang diinginkan oleh David disetujui. Atasan David setuju dengan keputusan yang diambil oleh karyawannya.
Biarkan memori itu tersimpan dengan rapi untuk selalu bisa diingat kembali. Tanpa mengganggu jalannya masa sekarang dan waktu yang akan datang.
Catatan indah itu justru harus menjadi pemicu untuk hari-hari yang lebih baik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!