Viona segera menyambut sang suami yang baru saja pulang dari kantor. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sebenarnya Viona sudah mengantuk, tapi demi sang suami dia rela menunggunya yang pulang larut malam.
"Kenapa belum tidur..?" tanya Bara begitu yang membukakan pintu bukan pembantu, melainkan istrinya sendiri.
"Aku sengaja menunggumu pulang mas..." jawab Viona sambil mengambil tas kerja dari tangan suaminya lalu menggandeng tangan Bara dan berjalan ke ruang tengah.
"Mas sudah makan...?" tanya Viona.
"Sudah..." jawab Bara cuek.
Mereka berdua pun langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sampai di dalam kamar Viola meletakkan tas kerja suaminya di meja. Sedangkan Bara langsung membuka sepatu, jas, kemeja dan celana panjangnya dan melemparkannya ke atas kursi meja rias.
Viona pun mengambil semua pakaian sang suami dan memindahkannya ke dalam keranjang khusus baju kotor.
Dengan hanya menggunakan celana pendek dan kaos dalam, Bara langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia memang terlihat capek sekali malam ini. Viona hanya bisa menerka saja mungkin suaminya itu capek karena lembur kerja.
Tak butuh lama Bara terlihat sudah tidur pulas. Viona bisa mendengar dengkuran halus dari nafasnya. Viona pun hanya bisa menatap wajah sang suami yang tidur dengan sangat pulas.
Vivi mengusap pipi sang suami dengan kedua jarinya lalu mengecupnya dengan lembut. Iya, malam ini sebenarnya Viona sangat menginginkan suaminya. Sudah dua minggu sang suami tidak pernah menyentuhnya sama sekali dengan alasan dia capek karena banyak pekerjaan di kantor dan harus lembur hingga larut malam. Bahkan di hari sabtu minggu yang biasanya libur pun dia harus masuk kerja.
Viona lalu merebahkan tubuhnya di samping suami. Kemudian dia melingkarkan tangannya di perut Bara. Namun tiba- tiba Bara memiringkan badannya membelakangi Viona. Seketika hati Viona pun menjadi sedih.
Tak terasa air matanya turun.
"Mas, kenapa kau begitu cuek padaku sekarang..? Kau bahkan tidak mau menyentuhku dua minggu ini. Apa kau tidak kangen denganku...? Apa pekerjaanmu lebih penting dari pada aku...?" ucap Viona dalam hati.
Lama- kelamaan Viona pun akhirnya tertidur di samping suami.
***
Keesokan harinya pagi- pagi sekali Viola sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dia memasak nasi goreng sea food kesukaan Bara.
Setelah selesai masak , Viona lalu menyiapkan sarapannya di meja makan, dia juga dibantu oleh bi Yuni menata piring serta sendok di atas meja makan tersebut.
Bara menuruni anak tangga sudah berpakaian rapi siap untuk pergi ke kantor. Dia terus sibuk dengan ponselnya sambil berjalan menuju meja makan.
"Mas, ayo sarapan, aku masak nasi goreng kesukaanmu..." ucap Viola sambil senyuman mengembang di pipinya.
Tapi Bara sama sekali tidak melihat ke arah sang istri dia hanya mengangguk saja lalu duduk di kursi meja makan. Dia masih fokus pada ponselnya dan sesekali dia tersenyum. Entah dia sedang berbalas pesan dengan siapa Viona pun tak tahu.
Viona lalu mengambilkan nasi goreng dan memindahkannya ke dalam piring lalu memberikannya pada Bara.
"Ini mas nasi gorengnya..." ucap Viola.
"Oh iya..." jawab Bara lalu meletakkan ponselnya di meja kemudian dia menyantap nasi goreng buatan Viona.
"Enak nggak mas nasi gorengnya...?" tanya Viola mulai membuka percakapan karena sejak tadi Bara hanya diam saja tidak mau bicara dengannya.
"Enak seperti biasanya. Kamu memang pandai memasak..." sahut Bara lalu mengusap rambut Viona.
"Kok kamu nggak makan...?" tanya Bara.
"I..iya mas ini aku mau makan..." jawab Viona lalu mengambil piring dan mengambil nasi goreng lalu memakannya.
"Mas..." ucap Viona.
"Hem..'' jawab Bara.
"Akhir- akhir ini mas Bara pulang larut malam terus, memangnya pekerjaan di kantor banyak banget ya..." tanya Viona dengan hati- hati takut Bara marah.
"Iya lah banyak, kalau pekerjaanku nggak banyak untuk apa aku pulang sampai larut malam. Mending di rumah tidur...'' jawab Bara.
"Karin juga pulang malam seperti mas Bara...?" tanya Viona.
"Iya lah sayang, Karin kan sekertaris aku, dia yang selalu membantu semua pekerjaanku..." sahut Bara.
Karin adalah adik kandung Viona. Dia baru bekerja dua bulan di perusahaan keluarga Bara. Kebetulan dua bulan lalu sekertaris Bara mengundurkan diri karena dia ikut suami pindah keluar kota.
Dan kebetulan sekali Karin baru lulus kuliah jurusan sekertaris dan sedang mencari pekerjaan. Mengetahui sang adik sedang butuh pekerjaan, Viona pun merekomendasikan Karin pada Bara untuk menjadi sekertarisnya di kantor.
Bara pun meminta Karin untuk datang ke kantor membawa surat lamaran pekerjaan. Dia pun harus menjalani tes dan interview seperti pelamar kerja lainnya. Karena kepintaran dan kecakapan yang dimiliki oleh Karin, akhirnya dia pun diterima di perusahaan Bara untuk menjadi sekertarisnya mengalahkan beberapa pelamar yang lain.
"Mas, gimana pekerjaan Karin...? Dia bisa bekerja dengan baik kan di kantor..? Dia tidak mengecewakan kamu kan mas...?" tanya Viona.
"Tentu saja tidak. Dia sangat cekatan dan cerdas. Selalu bekerja dengan baik walapun dia pegawai baru. Dia selalu memuaskanku sayang..." jawab Bara sambil tersenyum pada Viona.
"Syukurlah kalau begitu mas. Aku lega mendengarnya.Karin memang anak yang cerdas mas. Dari kecil dia sudah pintar. Di sekolah dia selalu mendapat peringkat pertama, dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMA. Dia juga sering dapat beasiswa karena kepintarannya itu mas....'' ucap Viona terlihat bangga menceritakan kelebihan sang adik pada suaminya.
"Oya...?" tanya Bara.
"Iya mas, waktu kuliah dia juga dapat beasiswa , jadi ayah dan ibu tidak terlalu berat membiayai kuliah Karin karena biayanya sudah ditanggung pemerintah. Ayah dan ibu hanya mengeluarkan uang buat jajan dan ongkos jalan saja...." sahut Viona.
"Lalu kamu sendiri bagaimana..? Apa kau juga sering dapat juara kelas dan beasiswa seperti Karin...?" tanya Bara.
"Ehm..a..aku nggak mas. Aku nggak sepintar Karin. Aku paling dapat rengking sepuluh besar saja. Makanya ayah tidak mengijinkanku kuliah karena aku tidak punya beasiswa. Ayah sama ibu nggak kuat membiayaiku kuliah kalau tidak dibantu beasiswa. Makanya aku hanya sekolah sampai SMA saja..." jawab Viona.
"Ya percaya sih kalau kamu seperti itu. Jangankan menjadi juara kelas, yang harus berfikir dengan keras dan bersaing dengan teman yang lain. Memberiku seorang anak pun kamu nggak bisa kan..? Padahal pernikahan kita sudah masuk tahun ke tiga. Tapi sampai sekarang tidak ada tanda- tanda kamu akan hamil..." ucap Bara.
Mendengar ucapan sang suami hati Viona pun sakit bagaikan di tusuk sembilu. Iya, Viona sabar belum bisa menjadi istri yang baik, belum bisa membahagiakan suami dengan memberinya anak. Tapi mau bagaimana lagi, selama ini Viona juga sudah berusaha. Dia sudah datang ke dokter kandungan untuk berkonsultasi.
Dia juga sudah melakukan berbagai pemerikaaan. Tapi kata dokter tidak ada masalah dalam dirinya. Semua baik- baik saja. Mungkin karena dia belum diberi kepercayaan untuk mendapatkan momongan.
"Maafkan aku mas..." ucap Viona sambil menunduk merasa bersalah pada Bara.
Viona tahu selama ini Bara sangat menginginkan kehadiran seorang anak di tengah - tengah keluarga kecilnya. Itu bisa terlihat ketika mereka kumpul dengan keluarga besar Bara.Dia begitu senang bertemu dengan keponakannya yang masih kecil dan menggemaskan.
"Mas, bagaimana kalau kita ke dokter kandungan, kita konsultasi bareng. Kan selama ini mas Bara nggak mau kalau diajak ke dokter..." ujar Viona.
"Aku sibuk sayang, nggak ada waktu buat pergi ke dokter kandungan. Lagian yang bisa hamil kan kamu, ya kamu tinggal mengikuti saran dokter saja harus gimana. Aku nggak perlu ikut kan..." jawab Bara.
"Iya tapi kalau mas Bara ikut ke dokter kan mas Bara bisa tahu secara jelas apa yang disampaikan oleh dokter. Kemarin dokter menyarankan untuk inseminasi mas..." ucap Viona.
"Ya sudah ikuti saja saran dokter..." sahut Bara.
"Ya makanya mas Bara ikut ke sana..." ucap Viona.
"Ya sudah kamu konsultasi dulu ke dokter, nanti kalau aju dibutuhkan dan harus datang ya nanti aku akan datang..." sahut Bara.
"Tapi kalau minggu- minggu ini aku nggak bisa. Aku terlalu sibuk, kerjaan di kantor sangat banyak, aku nggak bisa meninggalkannya..." sambung Bara.
"Iya mas, nanti kita cari waktu yang pas, pas mas Bara nggak sibuk. Tapi benar ya mas, tolong disempatkan untuk datang..." ucap Viona.
"Iya sayang..." jawab Bara sambil mengusap rambut Viona.
"Aku berangkat ya, nanti malam kamu tidur duluan saja tidak perlu menungguku. Aku pulang malam lagi..." ucap Bara.
"Iya mas..." jawab Viona.
Bara lalu mengecup kening Viona dan setelah itu dia pergi berangkat ke kantor menggunakan mobilnya.
Viona mengantar keberangkatan suaminya sampai di teras rumah. Viona kembali merasakan kesepian ketika sang suami sudah pergi meninggalkannya untuk berangkat ke kantor.
Bersambung...
Viona
Bara
🌸🌺 Jangan lupa kasih dukungannya ya kasih like, komen dan vote 🌺🌸
Malam harinya Bara kembali pulang larut malam.Begitu masuk ke rumahnya dia langsung menuju kamarnya. Sampai di dalam kamar dia membuka pakaiannya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu dia kembali ke kamar merebahkan tubuhnya di samping Viola yang sudah tidur dengan pulas.
Merasakan ada pergerakan di sampingnya, Viona pun terbangun. Begitu membuka matanya dia melihat sang suami sudah berbaring di sampingnya.
"Mas Bara baru pulang...?" tanya Viona.
"Iya..." jawab Bara.
Viona lalu memiringkan tubuhnya menghadap Bara lalu memeluknya dengan erat. Sementara Bara hanya diam saja tanpa mau membalas pelukan sang istri.
"Mas..."
"Hem..."
"Kamu sudah lama nggak menyentuhku, apa kau tidak kangen denganku...?" tanya Viona sambil memainkan jarinya di dada bidang milik Raka.
"Aku capek sayang, mau istirahat..." ucap Bara lalu menyingkirkan tangan Viola dari dadanya kemudian dia memiringkan tubuhnya membelakangi Viona.
Viona pun merasa sedih atas sikap Bara. Padahal dia sudah menantikan kepulangan suaminya sejak tadi. Bahkan dia sudah memakai baju tidur tipis dan seksi kesukaan suaminya. Dia berharap malam ini Bara akan menyentuhnya. Tapi ternyata malam ini Bara bersikap seperti malam- malam sebelumnya , yaitu cuek.
"Mas, ada apa denganmu ...? Apa benar hanya karena capek lalu kamu menjadi tidak mau menyentuhku..? Atau ada hal lain..? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi karena aku belum bisa memberimu anak...?" tanya Viona dalam hati.Viona pun kembali meneteskan air matanya hingga lama- kelamaan Viona pun tertidur.
Keesokan harinya seperti biasa Viona menyiapkan sarapan untuk Bara. Ketika sedang menata sarapan di meja makan tiba- tiba bel pintu berbunyi. Bi Yuni lalu bergegas hendak membukakan pintu.
"Bi, biar saya saja yang membuka pintu, bibi lanjutkan pekerjaan saja..." ucap Viona.
"Oh, baik bu Viona..." jawab bi Yuni lalu kembali ke dapur.
Viona pun lalu berjalan menuju pintu ruang tamu lalu membukanya. Ternyata yang datang adalah Brian adiknya bara.
"Bri.. Brian..." ucap Viona kaget melihat Brian yang berdiri di depan pintu. Tidak biasanya Brian datang pagi- pagi begini.
Iya ,Viona memang selalu dibuat grogi setiap kali bertemu dengan Brian. Dia begitu tampan dan mempesona. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat Viona grogi, tapi karena sikap cuek, dan dingin Brian yang membuat Viona selalu dibuat bingung mau mulai bicara apa dengan adik iparnya itu.
Seperti kali ini Brian menatap mata Viona begitu dalam. Entah apa yang dipikirkan oleh Brian hingga menatap Viona seperti itu. Kinan pun kembali dibuat bingung dan salah tingkah. Pandangan mata Brian lalu turun ke dada Viona. Menyadari dadanya sedang ditatap oleh Brian, Viona pun melihat ke dadanya sendiri.
Oh Ya ampun Viona benar- benar lupa kalau dia masih memakai baju tidur yang sangat seksi. Sebenarnya Viona melapisi baju tidurnya dengan menggunakan sweter berbahan wol. Tapi itu hanya menutupi bagian lengannya saja. Sedangkan bagian dadanya tetap menampilkan dua benda kenyal yang berukuran besar milik Viona. Karena dia tidak menutup kancing sweter tersebut.
Viona pun merutuki kelalaiannya. Dia segera menutup bagian dadanya dengan memasang kancing sweternya.
"Ehm.. silahkan masuk Brian, kamu mau ketemu mas Bara ya...?" ucap Viona berusaha membuang rasa malu pada Brian.
"Iya, apa kak Bara ada ...?" tanya Brian dengan ekspresi dingin.
"I..iya a..ada..." jawab Viona.
"Ayo masuk Brian..." ucap Viona. Lalu Brian pun masuk ke dalam rumah mengikuti Viona.
Lalu Viona mempersilahkan Brian duduk di sofa ruang tengah. Tak lama kemudian Bara keluar dari dalam kamarnya dan menuruni tangga. Melihat sang adik duduk di sofa Bara pun menyapanya.
"Kau sudah datang Brian..." ucap Bara.
"Iya kak, aku mau ambil berkas yang ada di kakak. Setelah ini aku langsung berangkat ke Surabaya.." sahut Brian.
Iya, hari ini Brian akan kunjungan kerja ke kantor cabang di Surabaya. Ada beberapa masalah yang harus segera diselesaikan di sana. Bara adalah Direktur Utama PT Angkasa Jaya. Sedangkan Brian adalah wakil direktur.Iya, mereka memang bersama- sama mengelola perusahaan keluarga.
"Iya sebentar ya..." ucap Brian.
"Sayang, tolong ambilkan berkas dalam map warna merah di meja kerjaku..." ucap Brian pada Viona.
"Iya mas..." jawab Viona lalu naik ke lantai atas ke ruang kerja untuk mengambil berkas yang Bara minta.
Beberapa menit kemudian Viona pun kembali turun dengan membawa berkas di tangannya. Kemudian dia memberikan berkas itu pada sang suami.
"Mas ,ini berkasnya..." ucap Viona memberikan berkas itu pada Bara yang sedang mengobrol dengan sang adik sambil duduk di sofa ruang tengah.
"Kok yang ini, kan aku bilang berkas warna merah..." ucap Bara merasa kesal.
"I...iya itu merah kan mas...?" sahut Viona takut melihat ekspresi wajah Bara.
"Ini bukan merah tapi merah marun, apa kau buta warna sehingga tidak bisa membedakan warna merah dengan merah marun, hah..!!" bentak Bara.
Viona pun kaget karena baru kali ini dia dibentak oleh sang suami. Selama ini jangankan membentak, berkata kasar pun Bara tidak pernah.
"Ma..maaf mas, aku salah, nanti aku akan ambilkan lagi..." ucap Viona.
"Tidak perlu, biar saya saja, kau ini memang tidak bisa diandalkan..." sahut Bara sambil merebut map yang ada di tangan Viona lalu dia segera naik ke tangga menuju ruang kerjanya.
Viona hanya menatap sang suami yang sedang berjalan menaiki tangga. Dia merasa sedih karena baru saja sang suami membentaknya di hadapan adik iparnya. Padahal selama ini Bara selalu bersikap lembut padanya. Dia tidak pernah marah apalagi membentaknya.
Brian yang melihat sang kakak membentak kakak iparnya pun hanya bisa diam. Melihat sang kakak ipar yang berdiri di dekat tangga dengan memasang muka sedih Brian hanya menatap dingin padanya. Entah apa yang sedang dia pikirkan.
Pelahan Brian melangkah mendekati Viona sambil menatapnya begitu dalam. Viona yang menyadarinya pun hanya diam di tempatnya. Brian semakin mendekatkan dirinya ke arah Viona.Viona pun dibuat bingung kenapa Brian mendekatinya hingga jarak mereka tinggal beberapa centi saja.
Jantung Viona pun berdebar dengan kencang melihat Brian yang semakin dekat dengannya. Tiba- tiba tangan Brian mengarah pada ke dua benda kenyal di dada Viona. Viona pun dibuat panik. Dia takut Brian akan melakukan hal yang tidak pantas terhadapnya. Apa lagi mata Brian ikut berpindah menatap kedua benda kenyal miliknya yang ukurannya cukup besar tersebut.
"Bri..Brian apa yang akan kau...la...kukan...?" tanya Viona dadanya semakin bergetar.
"Kancing sweternya lepas...." jawab Brian sambil memasangkan kancing sweter bagian atas. Iya, kancing sweter bagian atas tersebut lubangnya memang sudah longgar jadi kancingnya bisa lepas kapan saja.
"Oh..i..iya, maaf kancingnya terlepas..." jawab Viona gugup.
"Kancingnya terlepas sendiri atau kau sengaja menggodaku membiarkan kancingnya terlepas agar aku bisa melihat benda milikmu ini...?" tanya Brian.
"Ti..tidak Brian, bu..bukan begitu..." jawab Viona semakin gugup. Sementara bibir Brian tersenyum tipis melihat kegugupan sang kakak ipar yang menurutnya lucu.
Iya, sebagian benda kenyal milik Viona terlihat dengan jelas di mata Brian. Oh Ya ampun Viona kembali merasa bodoh, bagaimana mungkin dia tidak menyadari kalau kancing sweternya lepas. Dia benar- benar malu sekali sama Brian.
Tak lama Bara pun turun dari lantai satu sambil membawa berkas yang Brian butuhkan.
"Ini berkasnya Brian..." ucap Bara pada sang adik. Dan Brian pun menerima berkas tersebut dari sang kakak.
"Baiklah aku langsung berangkat saja..." ucap Brian.
"Tunggu dulu, kita sarapan dulu ya, kakak iparmu tadi masak banyak, ayo ikut sarapan, lagian penerbangan masih dua jam lagi kan...'' ucap Bara pada sang adik.
"Iya Brian kamu sarapan dulu di sini..." sahut Viona untuk menghilangkan rasa canggungnya pada Brian.
"Ayolah..." ucap Bara mendorong tubuh adiknya. Mereka bertiga pun akhirnya sarapan bersama di meja makan.
Mereka fokus dengan makanan masing - masing. Brian nampak lahap makan makanan buatan Viona.
"Kau suka dengan makanannya Brian..?" tanya Bara.
"Iya suka, makanannya enak..." jawab Brian.
"Itu kakak iparmu yang masak. Dia memang jago kalau disuruh masak. Tapi kalau untuk hal lain hahaahaaaa.... Nol..." ucap Bara mentertawakan Viona.
Merasa diejak oleh sang suami di depan adik iparnya, Viona pun merasa sedih dan malu. Bisa- bisanya dia mengatakan hal itu pada adiknya. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaan istrinya.
"Baguslah. Kalau pintar memasak, keahliannya bisa dikembangakan, dan siapa tahu suatu hari nanti kakak ipar bisa membuka restauran...'' sahut Brian.
"Hahahaaa... Mana mungkin kakak iparmu bisa membuka bisnis restauran.Kakak iparmu itu pemalu, dan tidak punya rasa percaya diri, mana berani dia membuka usaha seperti itu..." jawab Bara.
"Kakak bantu lah..." ucap Brian.
"Ah sudah lah Brian tidak perlu berpikir berlebihan, jangankan berbisnis yang harus punya keberanian dan mental yang kuat, kakak ipar kamu memberiku seorang anak saja tidak mampu..." sahut Bara sambil melirik sang suami.
"Dia itu memang payah dan tidak bisa berbuat apa- apa selain memasak dan bersantai di rumah. Payah sekali kan ..." ucap Bara.
Sementara Brian menatap Viona dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Merasa ditatap begitu lekat oleh Brian, Viona pun hanya bisa menunduk. Dia begitu malu pada Brian atas ucapan sang suami yang menurutnya begitu merendahkannya.
Bersambung...
Brian
Setelah Brian pergi, Bara dan Viona pun mengobrol di ruang tengah. Tepatnya sih Viona yang mengajak ngobrol, sedangkan Bara sibuk dengan ponselnya. Entahlah dia sedang berbalas pesan dengan siapa. Yang jelas Bara terlihat senyum- senyum sendiri sejak tadi. Ucapan Viona pun hanya dijawab dengan kata 'iya' ,'hem' , 'tidak' dan menggelangkan kepala setiap Viona bertanya ataupun mengungkapkan sesuatu.
"Mas, kamu dengar nggak sih aku ngomong..?" tanya Viona mulai kesal dengan sikap sang suami yang sepertinya mengacuhkannya.
"Hem.. Oh iya kenapa...?" tanya Bara.
"Ya udah deh mas, kalau mas Bara lagi sibuk, lanjutkan saja main ponselnya, aku mau ke kamar..." ucap Viona hendak bangun dari duduknya.
Tapi tiba- tiba Bara menarik tangan Viona sehingga Viona kembali duduk di sampingnya.
"Maaf sayang, aku nggak bermaksud mengacuhkanmu, tadi aku hanya sedang sibuk membalas pesan dari klien saja. Maaf ya..." ucap Bara sambil mengusap rambut Viona lalu mengecup pipinya.
Viona pun hanya diam tidak menyahut ucapan Bara.
"Ada apa sayang...? Kamu mau bicara apa tadi...?" tanya Bara.
"Mas, aku hanya ingin waktu berdua sama kamu. Akhir- akhir ini mas nggak ada waktu buat aku..." ucap Viona.
"Lho, kita kan lagi berdua sekarang. Hari ini aku berangkat kantor agak siangan..." sahut Bara.
"Tapi bukan itu maksudnya mas, aku ingin kita seperti dulu, ada waktu buat pergi berduan, jalan berdua..."
"Sayang, aku kan sudah bilang sama kamu, kalau sekarang ini aku lagi sibuk banget di kantor. Apa lagi kamu tadi lihat kan Brian lagi kunjungan kerja ke Surabaya, otomatis kerjaan dia di kantor aku yang harus mengerjakan..." ucap Bara.
"Kamu sabar ya, nanti kalau aku sudah tidak sibuk kita akan jalan- jalan seperti dulu..." sambung Bara.
"Iya mas..." jawab Viona.
"Ya udah aku ganti baju dulu ya, mau siap- siap ke kantor..." ucap Bara lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke menaiki tangga menuju lantai.
Tak lama kemudian bel pintu kembali berbunyi. Bi Yuni segera membukakan pintu.
"Hallo kak..." ucap Karin adik Viona.
Viona menoleh ke arah Karin lalu tersenyum melihat kehadiran adiknya.
"Hei.. Ternyata kamu yang datang, apa kabar..?" Viona lalu memeluk sang adik.
"Baik kak, kak Viona sendiri gimana..? Sehat..?" tanya Karin mencium pipi kanan dan pipi kiri sang kakak.
"Kakak sehat..." jawab Viona.
"Kamu mau berangkat kerja..?" tanya Viona sambil menelisik penampilan sang adik dari atas sampai bawah.
"Iya dong kak, mau ke mana lagi memangnya..?" sahut Karin.
"Kata kak Bara hari ini Karin boleh datang ke kantor agak siang , ya udah aku mampir ke sini dulu, aku kangen pengin ngobrol sebentar sama kakak..." sambung Karin lalu duduk di sofa bersebelahan dengan sang kakak.
"Iya Karin , makasih ya sudah datang, kakak senang bisa ketemu kamu..." sahut Viona.
"Tapi Karin, alangkah baiknya pakaian kamu jangan terlalu terbuka seperti ini dong..." ucap Viona.
Iya, hari Ini Karin memakai rok yang sangat pendek menampilkan pahanya yang mulus, sedangkan bajunya ,kemeja lengan panjang tapi belahan dadanya menampilkan sebagian dua benda kenyal miliknya begitu terpampang nyata di depan dadanya.
"Kakak tahu kamu ini cantik, tapi jangan seperti ini dong pakaiannya, agak tertutup sedikit dong. Kamu kan juga harus menjaga wibawa kak Bara. Kamu kan sekertarisnya, ketika di kantor ataupun sedang rapat di luar kamu selalu mendampinginya. Jadi kamu harus menjaga wibawa kak Bara dong dengan berpakaian lebih sopan..." ucap Viona.
"Ih kak Viona ini kampungan banget sih, di mana- mana yang namanya sekertaris ya harus berpenampilan menarik kak... Penampilan kayak aku gini mah sudah biasa kali kak. Bahkan ada yang penampilannya lebih seksi dari pada Karin..." jawab Karin.
"Tapi kakak khawatir kalau penampilan kamu seperti ini nanti ada yang bersikap tidak sopan sama kamu..." ucap Viona.
"Kakak tenang aja kan ada kak Bara. Pokoknya selama ada kak Bara, tidak akan ada yang berani macam- macam sama Karin..." sahut Karin.
Viona pun hanya bisa menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan.
"Udah kak, kita nggak usah bahas penampilan aku. Mending kita ngobrol yang lain aja..." ucap Karin.
"Kakak acaranya hari ini mau ngapain aja...?" tanya Karin.
"Ya di rumah aja, nggak ada acara apapun, paling bantuin bi Yuni masak, nonton Tv, trus santai di kamar..." jawab Viona.
"Udah gitu aja..? Memangnya kakak nggak bosan apa, kayak gitu terus setiap hari...?" tanya Karin.
"Ya bosan sih, tapi ya mau bagaimana lagi. Kakak nggak ada kegiatan..." sahut Viona.
"Aduh kak, jaman sekarang perempuan kalau hanya berdiam diri di rumah itu namanya perempuan nggak gaul. Perempuan yang nggak bermutu..." ucap Karin.
"Tapi ya aku ngerti sih, kan kakak dari dulu emang nggak bisa bergaul, kuper , pemalu lagi..." sambung Karin.
Iya, dari kecil Viona memang memiliki sifat pe diam, pemalu dan jarang bergaul. Dia benar- benar anak rumahan. Bisa dibilang dia itu introvert. Dia mudah gugup jika ketemu dengan orang yang baru dia kenal. Dia juga tidak suka dengan keramaian.
Sebenarnya dalam hati kecilnya Viona juga ingin menjadi seperti teman- temannya yang selalu percaya diri tampil di depan orang banyak . Tapi entah kenapa rasa malunya itu selalu menghambat Viona untuk selalu bersikap percaya diri.
"Kak, kakak kenapa kok diam..? Kakak tersinggung ya dengan ucapan aku..?" tanya Karin.
"Ah, nggak kok , apa yang kamu katakan memang benar kok kalau kakak ini orangnya selalu tidak percaya diri...'' jawab Viona.
"Hai kak Bara..." ucap Karin yang melihat Bara turun dari tangga.
"Hai Karin kamu di sini...?" tanya Bara lalu menghampiri Karin dan Viona yang duduk di sofa ruang tengah. Bara sudah terlihat tampan dengan memakai setelan jas berwarna hitam dan dasi berwarna biru dongker. Ah benar- benar terlihat sangat mempesona.
Karin pun sampai tak berkedip menatap kakak iparnya itu.
"Kamu sudah lama Karin...?" tanya Bara lalu duduk di samping Viona.
"Ehm...be belum baru beberapa menit saja. Karin kangen sama kak Viona kak, jadi sebelum berangkat kerja Karin mampir ke sini dulu deh biar bisa ngobrol sebentar sama kak Viona..." jawab Karin.
"Iya Karin sering- seringlah kamu main ke sini, kalau perlu kamu nginep di sini biar kakakmu ada teman ngobrol..." ucap Bara lalu tersenyum pada Viona.
"Iya Viona, kapan- kapan kamu nginap di sini ya..." sahut Viona.
"Iya kak..." jawab Karin.
"Oya Karin kamu berangkat ke kantor bareng kakak aja ya. Dari pada kamu naik taksi kelamaan..." ucap Bara.
"Oh iya kak..."
"Ya sudah kita berangkat sekarang saja..." ucap Bara.
"Iya kak..." jawab karin.
"Kak, Karin berangkat bareng Kak Bara ya...?" tanya Karin.
"Iya Karin, hati- hati ya, sering- seringlah main ke sini..." ucap Viona.
"Oke kak..." jawab Karin.
Bara pun mencium kening Viona lalu pergi ke kantor bersam Karin menggunakan mobil mewahnya.
Viona pun mengantarkan mereka sampai di teras rumah. Viona pun tersenyum melihat kedekatan adiknya dengan sang suami. Dia melihat Bara nampak akrab berbicara dan sesekali tertawa bersama Karin ketika hendak masuk ke dalam mobil.
****
Malam harinya kembali Bara pulang larut malam. Viona pun bari menyadari suaminya pulang ketika merasakan pergerakan di sampingnya. Viona membuka matanya.
"Mas, baru pulang...?" tanya Viona.
"Iya.."
" Ini jam berapa..?" tanya Viona.
"Jam setengah dua belas..." jawab Bara.
"Oh..." ucap Viona kemudian membalikkan badannya membelakangi bara lalu kembali memejamkan matanya.
Namun tiba- tiba Bara memeluk tubuh Viona dari belakang dan menciumi leher belakang Viona. Viona pun kaget tapi sekaligus merasa senang. Akhirnya setelah dua minggu suaminya mau menyentuhnya lagi.
"Sayang, aku kangen sama kamu. Sudah lama kita nggak melakukan hubungan suami istri karena aku sibuk. Malam ini aku menginginkanmu sayang..." ucap Bara.
Viona pun membalikkan badannya menghadap Bara. Lalu Bara mulai mencumbu sang istri, melakukan pemanasan sebelum melakukan penyatuan. Setelah dirasa cukup panas, Bara pun mulai melakukan penyatuan bersama Viona.
Viona begitu bahagia menikmati penyatuan tersebut karena sudah terlalu lama dia dianggurin sama sang suami.Tapi baru saja lima menit Bara sudah terkulai lemas dia atasnya. Sedangkan Viona belum mencapak puncaknya.
Nafas Bara pun memburu merasakan kenikmatan. Sedangkan Viona hanya menahan kecewa di dalam hatinya. Iya, selama hampir tiga tahun menikah dengan Bara, setiap kali melakukan hubungan, Viona memang jarang merasakan kepuasan yang luar biasa.
Entahlah kenapa bisa begitu. Apakah karena Viona susah mendapat kepuasan atau karena Bara yang tidak bisa memuaskan sang istri.
Mungkin bisa dihitung dengan jari Viona bisa merasakan kepuasan itu. Sedangkan Bara langsung tertidur pulas jika hasratnya sudah terpenuhi.
Seperti malam ini, setelah Bara menacapai puncaknya dia langsing tidur pulas tanpa bertanya pada Viona apa dia puas atau tidak dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
Viona pun lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hatinya benar- benar kecewa, karena dia tidak mendapatkan apapun dari penyatuannya tadi, hanya rasa capek saja.
Bersambung...
Karin
🌺🌸 Jangan lupa kasih dukungan ya 🌺🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!