NovelToon NovelToon

Pengabdian (Karena Mu)

Chapter 1

"Pertunjukan sudah berakhir..., ucap Gus Aham seraya menarik spring bed bagian bawah.

"Kamu tdr disini aku di atas, ucapnya lagi. Aisyah mengangguk.

Dari awal saat mereka mulai ta'aruf, berulang kali calon suaminya mengatakan bahwa pernikahan ini hanya untuk menyenangkan Ummi nya,

tidak lebih. Aisyah setuju, dia menikah pun juga karena "manut", menurut ... ingin membahagiakan keluarga nya, apalagi pernikahan ini sudah di atur sedari mereka kecil.

Terlebih keluarga besar Aisyah dari dulunya adalah "abdi" dalem dari pondok yg di miliki sesepuh dan keluarga besar Gus Ahmad Abdilah Aham al-Maliki, suaminya.

Oleh karena nya, si Mbah dari Gus Aham ini sebelum meninggal berpesan untuk terus "nyambung" silaturahim dengan keluarga besar "tangan kanan" nya Mbah yai yg tak lain adalah keluarga besar Aisyah.

Aisyah menatap sekeliling kamar pengantin nya. kamar itu sangat luas, ada ranjang pengantin ukuran no.1,dua buah lemari yg berjejer rapi di sebelah kiri tempat tidur dan ada juga rak buku, dimana kitab-kitab salaf dan beberapa buku, seperti pengetahuan bisnis dan otomotif tersusun rapi di sana.

Disebelah kanan tempat tidur terdapat meja rias yg tidak jauh dari meja belajar dan set sofa tamu, juga sebuah laptop dan beberapa map. tidak lupa kamar mandi yg satu ruangan dengan kamar suami nya.

"Kamu bisa gunakan lemari itu untuk menyimpan baju-bajumu. selain itu,semua aku pakai. untuk peralatan mandi sudah di siapkan juga. peralatanmu ada di rak kamar mandi yg berwarna pink, yang biru itu punyaku.dan..., jangan pernah naik ke loteng, itu tempat kerjaku, privasi!. aku tidak suka ada orang yang masuk, terlebih saat aku tidak ada. Aisyah mengangguk angguk mendengar penjelasan suaminya.

"Ok. karena kamu tamu disini, aku persilahkan kamu untuk membersihkan diri terlebih dahulu di kamar mandi. ucap Gus Aham

Aisyah mengangguk,cepat cepat dia berdiri dan masuk kamar mandi. badannya begitu lelah setelah seharian terus berkeliling mengikuti kedua mertua dan suaminya untuk menyapa para tamu di acara pernikahannya.

Aisyah berendam sesaat untuk merilekskan tubuhnya. pikirannya terpaku dengan pemikiran "apa yang akan terjadi berikutnya?"... "apakah akan ada malam pertama?".., sedikit bergidik dia memikirkan hal itu, tapi sudahlah, kalaupun terjadi juga tak mengapa, bukankah mereka kini telah sah?.

Aisyah segera keluar kamar mandi begitu selesai membasuh diri. dibukanya perlahan pintu kamar mandi itu, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada Gus Aham di sana. setelah di rasa memang tidak ada sosok suaminya di sana baru dia benar-benar keluar.

Selesai Aisyah mengganti pakaian dia hendak melaksanakan sholat isya, tapi pandangan nya tertuju ke arah tangga loteng. di dekatinya tangga itu sambil memanggil suaminya.

"Gus.saya sudah selesai siram (mandi), Monggo (silahkan) kalau njenengan (anda/kamu) ngersa'aken siram (ingin mandi), saya siapkan airnya geh (ya)?." tapi Aisyah tidak mendapat jawaban.

"Gus..., panggil nya lagi berpikir mungkin suaranya tidak terdengar jadi Aisyah memanggilnya lagi, tapi tidak juga terdengar sahutan dari loteng.

"Gus..., Gus Aham!!..., kali ini dia sedikit mengeraskan suaranya ada sedikit rasa khawatir di balik suara lembutnya, tapi suami nya berpesan untuk tidak naik ke loteng.

Di tengah ke khawatiran nya, Aisyah menoleh ke sekitar. sedikit terpaku dengan baju yang berserakan di atas kasur suaminya, Aisyah mendekati nya lalu membereskan nya. sejenak terdiam sebelum mendengar suara ketukan pintu.

"Tok...

"Tok...

"Tok...

"masuk!!,. jawabnya.

terlihat pintu terbuka, wajah awet muda nan rupawan ibu mertua dan kakak iparnya terlihat. ibu mertua dan kakak iparnya, yang dulu menjadi Bu nyai dan "Ning" nya. pembimbing sehari-hari nya dalam menghafal dan memahami isi kitab suci Al-Qur'an, terlihat begitu sumringah dan bahagia menghampiri santrinya yang kini resmi menjadi menantunya.

Buru buru Aisyah menyambut ibu mertua dan kakak iparnya itu.

"Ummi, mba. teng nopo dalu dalu mriki? (Ummi, mba. ada apa malam malam kesini?)

"Ummi terlalu khawatir kamu capek nduk. makanya minta mba nemenin kesini, sekalian bawain kamu jamu. biar seger lagi, jadi bisa lanjut tahap selanjutnya geh ummi?!. goda kakak iparnya. Aisyah yang paham pun tersenyum malu begitu juga dengan kakak ipar dan ibu mertua nya.

"Fis.jangan goda adikmu kaya' gitu, nanti jadi nervous. timpal Ummi

"Biar Aisyah ndak terlalu tegang Ummi. ucapnya membela diri. baik Ummi dan Aisyah hanya tersenyum.

"Nduk. Mas mu kemana?, tanya Ummi

"Ngapunten Ummi, menawi teng loteng. (maaf Ummi, mungkin di loteng). jawab Aisyah lembut.

"Kok menawi?, (kok mungkin?). hardik Ummi

"Soale pas Aisyah medal saking kamar mandi Guse mboten wonten.(soalnya pas Aisyah keluar dari kamar mandi Guse ndak ada). jawabnya polos.

"yasudah. kamu ndang istirahat ya nduk, jangan lupa jamu nya di minum biar badannya Segeran, Ummi balik ndalem dulu ya?!,", pesan mertuanya

"injih Ummi (iya ummi). jawabnya, Aisyah mencium telapak tangan Bu nyai yang kini menjadi mertua nya. walaupun telah menjadi menantu, tak membuat Aisyah lantas lupa tata krama dan adab. bahkan Aisyah merasa bersyukur, bahagia dan bangga karena dengan menjadi menantu, Aisyah bisa menjaga, merawat dan mengabdi kepada keluarga Bu nyai nya, seperti Kakek-kakeknya dulu "ngalap berkah".

Selesai sholat dan dzikir Aisyah meraih gelas berisi jamu itu, dengan satu tarikan nafas cepat-cepat ia menghabiskannya.

Dilihatnya jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tapi Aisyah tak kunjung melihat suaminya turun dari loteng.

"Apa Guse tertidur di atas ya?,, pikirnya. ingin dia mengecek, tapi pesan suaminya tak mengijinkan siapapun naik ke tempat kerjanya itu. khawatir dia tertidur sedangkan dia belum sempat melayani suaminya, baik untuk menyiapkan air mandi, makan dan sebagainya, Aisyah pun terjaga di tengah malam dengan muroja'ah Al-Qur'an nya. hingga tanpa sadar Aisyah tertidur sambil memeluk Qur'an nya.

Suara tarhim berkumandang. pertanda waktu Subuh segera tiba, Aisyah terbangun. dilihatnya tempat tidur suami nya masih tertata rapi. kelopak-kelopak mawar juga masih segar di atasnya. pertanda semalam tidak ada yang tidur di sana. Aisyah terdiam, tiba-tiba suara pintu terbuka

"Ceklek....,

terlihat sosok yang tak asing baginya memasuki kamar.

"Gus.",panggilnya. tapi yang di panggil diam tak menjawab. hanya berlalu dan berjalan menuju kamar mandi. begitu keluar dari kamar mandi Gus Aham mengambil sarung, kopyah dan sajadah.

"Gus.tunggu sebentar geh, saya ikut jama'ah"..pinta Aisyah

"ya,". jawab Gus Aham singkat.

Bergegas Aisyah masuk ke kamar mandi mengambil air wudhu dan segera kembali memakai mukena dan sholat berjamaah.

Aisyah terus melihat suaminya yang sedang membaca Alquran setelah jama'ah.dia ingin bertanya,kemana suaminya pergi semalam?.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

🌺TO BE CONTINUED 🌺

Chapter 2

💝Jangan lupa like dan coment

💝Juga terimakasih kepada para pembaca atas apresiasinya 💖💖

💝di tunggu saran dan masukannya untuk membangun karya yg lebih baik😘😘😘

 

Hari pertama Aisyah menjalankan rutinitas nya sebagai seorang menantu dan istri. sudah sedari subuh dia berkutat di dapur membantu "mba ndalem" menyiapkan makanan untuk sarapan pagi, dari mulai menanak nasi, memasak sayur, lauk serta membuat susu hingga menyajikannya di meja makan. semua di lakukan Aisyah dengan bantuan mba ndalem.

 

"Nduk..., terlihat Ummi yang baru saja memasuki ruang makan. Aisyah menoleh dan tersenyum, bergegas dia menghampiri ibu mertua nya.

"Baru pulang dari pondok, Ummi?," tanya Aisyah seraya meraih tangan Ummi, lalu mencium nya.

Meskipun telah resmi jadi menantu Bu nyai nya, Aisyah tetap tawadhu' , tetap berusaha mencari berkah dan ridho Bu nyai nya, salah satunya dengan cara itu. Ummi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Aisyah seraya tersenyum.

"Mulai besok. ikut Ummi ke pondok, bantu Ummi nyemak hafalan cah-cah (sebutan Ummi untuk para santrinya)". Ummi diam sejenak, lalu mengajak Aisyah duduk di sofa panjang sebelah ruang makan, sofa tempat biasa Abah dan Ummi bercengkrama sambil menunggu putra-putra dan menantunya berkumpul untuk sarapan pagi.

Ya, kebiasaan sarapan pagi pasti di lakukan bersama putra, menantu serta cucu-cucunya. itu salah satu cara untuk mendapat waktu dan mempererat kekeluargaan dengan putra,menantu serta cucu-cucunya di tengah sibuk dan padatnya rutinitas mereka dalam mengurus pondok, dari mulai mengajar santri, sampai terjun langsung di masyarakat sebagai mubaligh di acara-acara pengajian, Muslimat dan sebagainya.

"Ummi kewalahan. apalagi sekarang cah-cah yang awalnya dulu binadhor, sudah banyak yang naik ke tingkat bilghoib". jelasnya, Aisyah hanya tersenyum mendengar cerita Ummi nya.

"Sekalian besok mampir ke Mahids. kamu kudu belajar cara mengelola pondok, Nduk...!!, bagaimana pun, kelak kamu dan mas mu yang akan meneruskan perjuangan Abah dan Ummi". jelasnya lagi

"insyaallah ya, Ummi,". jawab Aisyah.

"Mi. ayo sarapan dulu.", ajak Abah yang baru saja masuk dan duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan. Ummi dan Aisyah menoleh ke arah suara itu, dan ternyata semua putra, menantu serta cucu-cucunya sudah datang.

 Satu persatu semua menyelesaikan sarapannya di meja. yang sudah selesai segera pergi beranjak menyiapkan kitab untuk ngaji bersama Abah, rutinitas pagi setelah sarapan bersama sebelum mereka pergi mengajar ke sekolah Diniyah di pondok milik Abah dan Ummi.

 

Aisyah membereskan meja dari piring dan gelas yang sudah di tinggalkan pemiliknya. Abah mengambil segelas susu dan meminumnya hingga habis. terlihat Gus Aham yang baru saja menghabiskan makanannya dan hendak beranjak meninggalkan ruang makan.

"Ham.",panggil Abah. seketika Gus Aham berhenti dan menoleh.

"Kurangi keluar malam. ingat status dan tanggung jawab mu sekarang!.", lanjut Abah tanpa menatap Guse. Gus Aham hanya terdiam, pikirnya dia ketahuan lagi keluar dari pondok semalam. apalagi semalam adalah malam pertama untuk dirinya dan Aisyah sebagai pasangan suami istri, tapi dia melewatkan nya dan meninggalkan Aisyah demi balap motor. "Abah pasti marah." pikirnya.

Karena tidak ingin memperkeruh suasana, membuat Abah nya marah dan membuat Ummi nya khawatir,curiga ataupun sedih, Gus Aham hanya menjawab dengan anggukan dan kemudian izin pergi meninggalkan ruang makan.

 

Aisyah memasuki kamar begitu selesai dengan pekerjaannya di dapur. terlihat suaminya sedang duduk di meja belajar nya sambil terus mengerjakan pekerjaan nya lewat laptop.

 

"Kopinya Gus,". Aisyah meletakkan nya di meja,

Gus Aham menghela nafas dalam dan menghembuskan nya kasar, lalu menutup laptopnya.

"Kamu ngadu ke Abah?". tanyanya.

"Emm....??", Aisyah tidak paham dengan maksud suaminya.

"Kamu ngadu ke Abah?, kalau semalam aku keluar dan baru pulang menjelang subuh?", ucap Gus Aham menjelaskan maksud dari pertanyaannya.

"Gus Aham semalam keluar?". Aisyah malah balik bertanya.

Gus Aham mengerutkan keningnya mengira Aisyah pura-pura bodoh. dia menghembuskan nafas sebal kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Ok, gak apa kamu gak ngaku. tapi yang perlu kamu ingat!!,. aku nggak suka orang yang suka ngadu", ucapnya penuh penekanan. sedang Aisyah masih tidak mengerti dengan maksud suaminya.

"Saya ndak ngadu Gus.", jawabnya polos penuh dengan ketenangan.

"Saya bahkan ndak tau kalau njenengan keluar. saya kira njenengan tertidur di ruang kerja, di loteng".lanjut Aisyah menyambung ucapannya untuk menjelaskan.

"cukup!!,. terserah kamu mau menjelaskan apapun itu, aku gak percaya. aku bukan Ummi yang bisa kamu bohongi dengan wajah polos dan mulut Manismu itu. yang perlu kamu tau dan ingat!. aku gak suka kebebasan ku di kekang, aku gak suka pekerjaan ku runyam, privacy ku hilang sampai ada yang ikut campur dalam setiap masalah dan keputusan yang aku ambil, apalagi sampai kesenangan ku di ganggu dan di larang". ucapnya menjelaskan penuh penekanan pada Aisyah.

Aisyah menghela nafas dalam dan menghembuskan nya pelan.

"iya Gus.", jawabnya di sertai anggukan. tak ingin dia menjawab ataupun membela diri lagi, takut emosi suaminya bukannya mereda malah semakin memuncak.

Aisyah beranjak pergi meninggalkan suaminya menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, satu-satunya yang dapat menenangkan nya adalah dengan cara itu.lalu bersila mengambil Qur'an dan memulai tadarus hafalannya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

 

Aisyah mengepak baju-baju suaminya ke dalam koper.menyiapkan semua kebutuhan suaminya yang akan pergi ke luar kota besok untuk beberapa hari.

 

"Assalamualaikum"...., ucap seseorang di balik pintu kamarnya.

"Waalaikum salam"., jawab Aisyah. terlihat pintu terbuka, Ummi masuk dan Aisyah segera menyambut nya. buru-buru Aisyah meraih tangan Ummi dan menciumnya.

"Ada apa, Ummi?". tanya Aisyah seraya menuntun Ummi ke sofa panjang yang berada di samping tempat tidurnya.

"Katanya besok, mas mu mau keluar kota."

"iya, Ummi', jawab Aisyah

"Berapa hari kata mas mu?"..tanya Ummi

"Tiga hari Ummi",jawabnya

"Kamu di ajak?", selidik Ummi. Aisyah sedikit terkejut dengan pertanyaan Ummi tapi segera di tutupi dengan senyumnya.

"Aisyah di rumah saja ya, Ummi". jawabnya seakan meminta izin kepada Ummi agar tidak meminta untuk ikut suaminya

"Kalau Aham ngajak, ya kamu harus ikut to nduk., kan kalian baru nikah. harus punya banyak waktu bareng, biar kamu nya cepet hamil. jadi rumah rame ada suara tangisan bayi"., jawab Ummi. Aisyah tersenyum ragu.

"Bagaimana akan ada suara tangisan bayi kalau tidur saja sendiri-sendiri. suaminya di kasur atas dan Aisyah di kasur bawah", pikirnya.

"Mas mu mana?",...tanya Ummi sambil menoleh ke ruangan sekitar kamar.terlihat Gus Aham yang baru saja keluar dari ruang kerjanya di loteng dan menuruni tangga.

"Le..", panggil nya pada putranya.gus Aham menoleh mendengar suara Ummi nya.segera dia menghampiri ibunya.

"Le., kata Aisyah besok kamu mau ke luar kota.berpaa hari?",tanya Ummi nya.

"Tiga harian, Ummi", jawabnya.

"Aisyah di ajak ya le....,biar Kalian ada waktu bareng. biar cepet punya bayi, Ummi kangen mandiin dan gendong bayi", ucap Ummi tersenyum dengan antusias.

5Gus Aham sedikit terkejut dengan perkataan Ummi, karena dia belum pernah memikirkan hal itu.jangankan memikirkan punya anak, memikirkan menikah saja kalau bukan permintaan Ummi dia pasti masih lajang saat ini.gus Aham menatap istrinya penuh dengan pertanyaan.aisyah yang sadar hanya memalingkan wajahnya dan menunduk.firasatnya mengatakan akan ada kesalahpahaman lagi di antara mereka.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

🌺TO BE CONTINUED 🌺

Chapter 3

🌸 Terimakasih untuk like dan dukungan nya🌸

🌺Jangan lupa like, komen dan bantu vote untuk menghasilkan karya yang lebih bagus ya!!🌺

💝 Pastinya di tunggu kritik, saran serta masukannya 💝🙏😘

"Kamu bilang ke Ummi seperti itu, supaya Ummi maksa aku untuk ngajak kamu kan?!!,." selidiknya pada Aisyah setelah Ummi pamit dari kamar mereka.

"Saya Nlndak bilang apa-apa sama Ummi, Gus". jawabnya tegas.

"Saya bahkan bilang, kalau saya mau di pondok saja". ucap Aisyah menyambung perkataannya.

Gus Aham menarik nafas sebal dan mengusap kasar wajah nya.

"Yang harus kamu ingat!!!, pernikahan ini hanya sebatas bakti kita pada orang tua masing-masing. aku ingin Ummi tenang, bahagia dan kamu sebatas menjalankan amanah dari kakek mu. tidak lebih dari itu, jadi..., jangan mengharap lebih.", jelasnya penuh penekanan.

"Tetap seperti yang aku katakan di awal kita ta'aruf dulu. kita bersikap layaknya pasangan suami istri normal hanya ketika bersama keluarga atau di depan Abah dan Ummi". ucapnya mengingatkan.

Aisyah hanya mengangguk.

Dulu. dipikir Aisyah, asal sudah ada ikatan pasti lama kelamaan akan tumbuh rasa. ibarat pepatah Jawa "withing tresno jalaran Soko kulino" yg artinya "cinta datang karena terbiasa".

Terbiasa melewati hari bersama,

terbiasa sholat bersama, ngaji bersama, berbagi beban bersama. walaupun awalnya hanya sebatas teman, tapi lama-lama akan tumbuh rasa juga.

Tapi mungkin, itu hanya sebatas angan-angan dan pemikiran nya sendiri. kenyataannya, suaminya tidak menginginkan semua ini. bukan tidak menginginkannya, tapi lebih tidak menginginkan sebuah ikatan. dia terbiasa bebas dan sendiri.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Gus Aham mencium kening Aisyah, lalu Aisyah mencium punggung tangan suaminya sebelum berangkat keluar kota. bukan tanpa sebab mereka melakukan adegan romantis itu, tapi karena Ummi ikut mengantar Gus Aham sampai depan pintu.

"Mi. Aham berangkat dulu", pamitnya lalu mencium tangan Ummi. Ummi mencium kening Gus Aham. Ya, bagaimanapun walau sudah menikah Gus Aham tetap putra kesayangannya.

"Hati-hati di jalan, sholat jangan lupa!!, makan dan minum yang teratur. terakhir.., cepat pulang ya le..!!, jangan mampir kemana-mana. ingat!!, istrimu nunggu kamu di rumah". pesan Ummi sambil sesekali melirik Gus Aham dan Aisyah bergantian. Aisyah hanya tersenyum simpul.

"iya mi.", jawab Gus Aham.

Kang Mu'idz segera memasukkan koper Gus Aham ke dalam mobil. meskipun Gus Aham bawa mobil sendiri, tapi tetap semua di siapkan kang Mu'idz. mulai dari mengelap mobil, mengecek tekanan udara pada ban mobil, mengecek rem, gas, sampai memasukkan dan menata barang-barang yang akan di bawa setiap keluarga ndalem saat akan pergi.

Ya. kang Mu'idz, dia abdi ndalem sejak umur 14 tahun. berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi semangat nya untuk belajar di pondok sangat tinggi. Ummi yang meminta Abah untuk membawa kang Mu'idz tinggal di ndalem.

Awalnya, Ummi hanya ingin mencari teman untuk Gus Aham sewaktu kecil, karna waktu itu kedua kakaknya, Gus ma'adz dan Gus Irfan sedang mondok di Lirboyo dan Sarang. sedang Ummi, mulai sibuk mengurus pondok setelah Mbah yai "tindak" (meninggal) dan mulai hamil adik Gus Aham, Gus Fahim.

Ummi kurang ada waktu untuk menemani Gus Aham yang waktu itu usianya baru memasuki 10 tahun. akhirnya saat Ummi mendengar cerita kang Mu'idz, Ummi meminta Abah untuk membawa kang Mu'idz ke ndalem. Ummi memperlakukan kang Mu'idz seperti putranya sendiri. setiap kali Ummi membeli baju untuk putra-putra nya, kang Mu'idz pasti dapat jatah juga. tidur pun kang Mu'idz punya kamar sendiri, bukan berbaur dengan kang-kang ndalem lainnya. semua kebutuhan kang Mu'idz di penuhi, terutama kebutuhan kang Mu'idz dalam hal belajar. seperti kitab, buku, nadhoman dan kebutuhan kang Mu'idz lainnya. itu sebabnya, kang Mu'idz selalu ta'dhim, mengagungkan, menghormati dan mengabdi kepada keluarga Ummi dan Abah.

Kang Mu'idz berjalan sambil sedikit membungkuk kan badannya sebagai bentuk ta'dhimnya pada keluarga ndalem.

"Mobilnya sudah siap Gus". ucapnya pelan. Gus Aham hanya mengangguk.

"Aham pamit ya, mi?, assalamualaikum.", ucapnya lalu segera berjalan menuju mobil, membuka pintu dan masuk ke dalam. Gus Aham menutup pintu, mulai menyalakan mesin mobil dan berjalan perlahan, sambil melambaikan tangannya ke arah Ummi dan Aisyah sebelum menghilang di balik gapura ndalem.

Kang Mu'idz hendak undur diri, tapi Ummi menahannya.

"Umurmu sudah 35 lho, idz", Ummi memulai pembicaraan setelah mengajak kang Mu'idz duduk di kursi teras ndalem, tapi seperti biasa.nkang Mu'idz akan memilih duduk di lantai sebagai rasa ta'dhimnya pada Ummi.

"ayo toh, duduk di atas. biar ummi enak ngomongnya". titah Ummi. barulah kang mu'idz duduk di kursi, tetap dengan sifat tawadhu'nya. sedikit membungkuk dan menunduk.

"Kamu ini sudah umur 35. ibumu, wes bola-bali matur ke Ummi, minta nyariin jodoh buat kamu. lha kamu sendiri piye??.., sudah ada pandangan belum?, ada santri putri yang kamu taksir ndak?". Ummi langsung pada intinya.

"Dulu ada Ummi, tapi sudah nikah. jadi belum ada kepikiran lagi". jawabnya polos

"Cah ayu yang bagaimana to idz?!, yang kamu harapkan jadi istri?, coba ngomongo ke ummi. siapa tau Ummi ada pandangan, jadi nanti di kenalin sama Ummi, trs ta'aruf. kalau perlu Ummi sama abahmu yang ngelamar ne".

"Ndak neko-neko Ummi, asal faham agama, berbakti dan ngerti sama orang tua. itu saja". terangnya

"Mm..., Ummi bergumam.

"Yowes. kalau Ummi sudah ketemu cah ayu seng cocok, nanti Ummi panggil lagi ya!!, sekarang Ummi masuk dulu".

"Injih Ummi", jawab kang Mu'idz lalu mencium tangan Ummi.

Ummi menghampiri Aisyah yang sedang bermain dengan putri kakak iparnya. Khodijah namanya, tapi biasa di panggil Ning Dija. putri dari kakak pertama suaminya, Gus ma'adz dan Ning Nafis. anak berusia 6 tahun itu tampak pandai menghafal surat-surat pendek di simak Aisyah, sambil sesekali bermain tebak-tebakan makhorijul huruf (tanda baca dalam Al-Qur'an). sesekali juga mereka bercanda, Dija tertawa sampai menggelatakkan tubuhnya di atas karpet atau di pangkuan Aisyah.

Ummi duduk di kursi dekat Aisyah dan Dija.

"Nduk...", Ummi memangil Aisyah. seketika Aisyah menoleh dan mendekat ke arah Ummi.

"Nduk, menurut mu kang Mu'idz dengan Kamila cocok Ndak?", tanya Ummi tiba-tiba

"Cocok ndak nya, ya kang Mu'idz dan mba Kamila harus di temukan Ummi. biar mereka ngobrol, kenalan. baru tau cocok ndak nya", jawab Aisyah.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺 kang mu'iydz melamun saat mencuci mobil Abah dan Gus ma'adz?, membuat kang-kang yang sedang membersihkan halaman sekitar ndalem menegur nya.

"Kang, bar di timbali ibu kok nglamun. ono opo to kang?", (kang, setelah di panggil Ummi kok nglamun. ada apa kang?). tanya salah satu dari mereka.

"Ndak ada apa-apa". jawab kang mu'idz sambil tersenyum.

Menikah, belum terpikirkan olehnya. dulu.., ada seorang gadis yang sangat dia kagumi, menjadikan dia istri itu inginnya. tapi gadis itu sekarang sudah menikah, apalagi gadis itu terlihat bahagia. dan pastinya, suaminya adalah orang terhormat, sangat serasi..., seorang hafidz Qur'an dinikahi seorang Gus. yach... gadis yang dikagumi kang Mu'idz adalah Aisyah.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

🌺TO BE CONTINUED 🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!