Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Bagaimana ceritanya mereka bisa menikah? Mari simak ceritanya.
...****************...
Siapa yang tidak kenal dengan seorang pria bernama Maxime Keano. Sosok pria yang sangat tampan dan kaya raya. Tak heran jika ada banyak wanita yang berharap bisa menjadi pendamping hidupnya.
Pria yang memiliki paras yang sangat tampan, badan yang atletis dan berotot, berkulit kuning, hidung mancung, dan bermata elang tersebut sering dijuluki killer bos, karena ketika dia sedang marah akan sangat menakutkan. Sehingga sudah banyak karyawan yang dia pecat jika tidak becus dengan pekerjaannya.
Seperti hari ini, Maxime sedang memarahi seorang OB bernama Rachel, sehingga pria itu memanggil Rachel ke ruangannya.
"Maaf Pak, apa saya telah melakukan kesalahan lagi?" Tanya Rachel kepada Maxime.
Sejujurnya Rachel sangat membenci pria itu. Padahal kesalahan yang dia lakukan hanya sepele, hanya gara-gara kopi yang dia buat kurang manis ataupun hanya gara-gara ada satu helai rambut dia rontok dan jatuh ke mejanya, hal seperti itu seakan menjadi masalah besar bagi Maxime.
"Apa kamu tidak lihat ini?" Tanya Maxime dengan nada ketus sambil memperlihatkan jari telunjuknya yang ada setitik debu.
Rachel pun mengomel di dalam hatinya, dia membayangkan dirinya yang sedang menjambak rambut Maxime sambil bilang, "Astaga. Hanya setitik debu saja sampai harus dipermasalahkan?"
Tapi Rachel tidak mungkin melakukannya. Dia harus menahan diri dan harus tetap bersikap ramah dan sopan, dia sangat membutuhkan pekerjaan itu, walaupun hanya sebagai OB di perusahaan Keano Group. "Maafkan saya Pak, lain kali saya tidak akan melakukan kesalahan lagi."
Maxime menghela nafas dengan kasar, dia pun berkata kepada Rachel dengan sorot matanya yang tajam. "Siapa namamu?"
Bagi Maxime, semua pegawai rendahan di perusahaan sama sekali tidak penting untuknya, sehingga dia tidak perlu mengingat mereka. Hanya saja dia mengenal wajah Rachel, karena baginya Rachel sering melakukan kesalahan, yang sangat membuatnya kesal.
"Nama saya Rachel, Pak."
"Oke, Rachel. Kamu harus ingat baik-baik. Aku akan memberikan satu kesempatan lagi padamu. Jika kamu melakukan kesalahan lagi, aku tidak akan segan-segan untuk memecat kamu. Mengerti?" Maxime memberikan satu kesempatan lagi kepada Rachel.
Rachel menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak."
Setelah Rachel keluar dari ruangannya, Maxime pun menggerutu dengan pelan, "Sepertinya aku sudah kecolongan. Mengapa perusahaan bisa memperkerjakan bocah seperti dia?"
...****************...
"Hahaha..."
Terdengar suara tawa di ruangan khusus OB. Lea merasakan perutnya sakit ketika mendengarkan cerita dari Rachel. Rachel bercerita sambil memperagakan bagaimana mimik wajah Maxime ketika sedang marah.
"Padahal hanya setitik debu lho, sampai aku terancam mau dipecat." Ucap Rachel dengan nada kesal.
Rachel adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group. Setiap hari dia bekerja shift sore, setelah pulang sekolah. Saat ini dia sudah menginjak di bangku kelas 3 SMA.
"Ya begitulah Tuan Maxime. Makanya dia dijuluki killer bos. Tapi sumpah dia ganteng banget." Lea malah memuji ketampanan Maxime.
"Ganteng apanya? Dia sangat arogan, angkuh, dan suka bicara ketus. Bagi aku dia sangat menyebalkan." Rachel berkata sambil bergidik ngeri. Bagi dia sama sekali tidak ada yang menarik dari seorang Maxime Keano. Walaupun pria itu sangat tampan, tapi percuma kalau kepribadiannya tidak setampan wajahnya.
"Pasti mata kamu katarak ya, Hel? Aku yakin kamu gak bakal nolak kalau tiba-tiba dia datang melamar kamu? Siapa coba yang mau menolak seorang Maxime Keano." Canda Lea.
"Aku masih sekolah, Kak. Belum mikirin masalah begituan. Lagian masa selera aku om-om."
Gadis seusia Rachel memang belum memikirkan masalah pernikahan. Dia sangat berharap setelah lulus sekolah, dia bisa melanjutkan kuliah. Dan dia merasa memang usia Maxime terlalu dewasa untuknya. Dia sebentar lagi akan menginjak usia 18 tahun, sedangkan usia Maxime sudah 25 tahun.
Lea pun tertawa, "Oh iya, aku lupa. Kamu kan masih bocah."
"Ish... Aku sebentar lagi delapan belas tahun, kak. Udah gede lah. Udah bisa cari uang." Rachel paling kesal kalau ada yang masih menganggapnya masih bocah, walaupun sebenarnya dia memang masih remaja.
Rachel adalah karyawan yang paling muda. Sifatnya yang ceria membuat dia gampang beradaptasi dengan semua OB yang bekerja di perusahaan itu, termasuk Lea.
Gara-gara Maxime sering mengomelinya, sampai Rachel sering bermimpi buruk, dia bermimpi Maxime datang ke dalam mimpinya. Bagi Rachel, memimpikan Maxime jauh lebih menyeramkan dari pada bermimpi horor. Apalagi kalau sampai tinggal bersama dengan pria itu, dia tidak bisa membayangkannya. Jangan sampai pernah terjadi. Lagian dia masih sekolah, tidak pernah bermimpi akan menikah muda.
...****************...
Di Mansion Keano, terlihat ada banyak pelayan yang sedang sibuk mencari keberadaan kalung milik Nenek Margaretha. Kalung itu sangat berharga bagi sang nenek, karena kalung tersebut adalah kado pernikahan dari mendiang suaminya.
"Aku tidak mau tahu. Kalian harus menemukan kalung itu!" Nenek Margaretha memberikan perintah kepada semua pelayan yang ada di mansion. Bahkan dia juga sudah melaporkannya kepada polisi. Sehingga banyak polisi yang mengerahkan seluruh anggotanya untuk mencari kalung yang harganya sangat fantastis.
Bagi Nenek Margaretha, dia sama sekali tidak mempermasalahkan harga kalungnya. Tapi kalung itu sangat berarti untuknya, memberikan banyak kenangan yang tidak akan pernah bisa dia lupakan.
Saking frustasinya karena sudah hampir dua hari kalung tersebut belum juga ditemukan, sehingga wanita tua itu pun berkata, "Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku."
Nenek Margaretha tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.
Namun, bagaimana kalau kalung tersebut ditemukan oleh seorang gadis remaja, apakah sang nenek tetap akan memenuhi janjinya?
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Nenek Margaretha berkata dengan lantang.
DUAARRR...
Tiba-tiba terdengar suara guntur menggelegar di angkasa, seakan telah mengamini sumpah Nenek Margaretha.
Perkataan Nenek Margaretha membuat semua pelayan wanita yang ada disana sangat bersemangat. Wanita mana yang tidak ingin menikah dengan seorang Maxime Keano.
Maxime adalah satu-satunya pewaris perusahaan dari Keano Group. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Sehingga bagi Maxime hanya Nenek Margaretha satu-satunya keluarga yang dia punya.
...****************...
Saat ini Maxime sedang mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang menuju mansion, terlihat dia sedang berteleponan dengan seorang wanita, dengan menggunakan headset yang menempel di telinganya.
"Sampai kapan kamu ingin merahasiakan hubungan kita? Hubungan kita sudah dua tahun. Sudah seharusnya semua orang tahu bahwa kita berpacaran. Sebenarnya aku berencana untuk melamar kamu tahun ini, Elsa."
Maxime sudah dua tahun berpacaran dengan seorang model bernama Elsa. Demi Elsa, sampai Maxime mengabulkan permintaan Elsa yang ingin menjadi seorang model, sehingga Elsa sudah sering menjadi brand ambassador dari brand ternama. Itu semua berkat Maxime. Demi mengabulkan cita-cita Elsa, Maxime rela mengeluarkan uang dengan jumlah yang cukup besar.
Tapi ternyata Elsa meminta Maxime untuk merahasiakan hubungan mereka, dengan alasan demi karir Elsa. Elsa takut karirnya menjadi redup jika seandainya semua orang tahu bahwa Elsa sudah memiliki seorang kekasih.
"Aku belum siap untuk menikah. Tolong kamu pahami posisi aku saat ini."
Maxime pun menghela nafas setelah mendengar jawaban dari Elsa. Padahal dia mampu mencukupi semua kebutuhan Elsa jika Elsa mau. Tapi bagaimana pun dia harus menghargai karir Elsa. Elsa sudah lama menantikan ingin menjadi seorang model terkenal.
Maxime memilih mengalah, dia tidak ingin bertengkar dengan kekasihnya itu. Setelah Elsa menjadi model terkenal, Maxime merasa hubungannya menjadi renggang dengan kekasihnya itu. Mungkin karena mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.
Setelah berteleponan dengan Elsa, Maxime merasakan dirinya haus, dia memilih untuk menghentikan mobilnya di depan mini market, untuk membeli minuman.
...****************...
Terlihat Rachel yang sedang berjalan kaki di atas trotoar. Jika tidak memiliki ongkos untuk pulang, dia memilih untuk berjalan kaki.
Kehidupannya sangat miskin, apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal. Sehingga Rachel harus mencukupi semua kebutuhannya sendiri. Tapi walaupun begitu dia tidak pernah memperlihatkan kesedihannya. Dia selalu terlihat ceria.
Rachel masih sangat kesal kepada Maxime. Mungkin karena dia sering diomeli oleh Maxime hanya gara-gara kesalahan kecil. Sampai dia terancam akan dipecat.
"Hhhh... Dasar kuyang. Kenapa di dunia ini harus ada manusia yang mengerikan seperti itu?"
Mungkin karena Maxime adalah seorang CEO yang sangat arogan dan tak punya perasaan, membuat banyak karyawan yang diam-diam memanggilnya kuyang. Bagi mereka Maxime memang sangat mengerikan, apalagi kalau lagi marah. Lebih mengerikan dari semua jenis hantu yang ada di Indonesia. Genderuwo dan kuntilanak pun akan minder jika berhadapan dengan Maxime.
"Siapapun yang menjadi istrinya pasti akan menjadi mimpi buruk untuk wanita itu."
Mungkin saking kesalnya, Rachel tidak sengaja menendang bekas kaleng minuman bersoda yang terdapat di atas trotoar tersebut.
Klontang...
"Arrrghhh!"
Rachel dikejutkan dengan suara geraman seorang pria. Ternyata bekas kaleng minuman yang tidak sengaja dia tendang mengenai kepala seseorang yang sedang duduk di kursi yang ada di depan mini market.
Rachel terjingkat begitu menyadari bahwa orang tersebut adalah seorang pria yang sedang dia umpat sedari tadi.
"Mati aku." Keluh hati Rachel sambil menepuk jidatnya sendiri. Dia sangat merasa ngeri ketika melihat Maxime yang sedang menatap tajam padanya. Seakan ingin memakannya hidup-hidup.
Lagi dan lagi Rachel selalu saja terlibat masalah dengan pria dewasa itu, walaupun sebenarnya tanpa kesengajaan. Tapi sepertinya malam ini adalah malam pertemuan terakhir Rachel dengan Maxime, karena Maxime pasti akan memecatnya.
Setelah berteleponan dengan Elsa, Maxime merasakan haus, sehingga dia menghentikan mobilnya di depan mini market untuk membeli minuman.
Maxime pun duduk di kursi yang berada di depan mini market, dia membuka tutup botol lantas meneguk air di dalam botol itu sampai tandas setengahnya. Kemudian Maxime meletakkan botol tersebut di atas meja. Pria itu menghela nafas dengan kasar, mungkin karena dia kepikiran dengan permintaan neneknya yang ingin Maxime segera menikah.
Nenek Margaretha sama sekali tidak tahu bahwa Maxime sudah memiliki kekasih. Seumur hidup Nenek Margaretha tidak pernah melihat Maxime berkencan dengan wanita manapun, membuat Nenek Margaretha sangat merasakan khawatir. Diusianya yang sudah menginjak 65 tahun, sangat mengharapkan dia bisa memiliki kesempatan untuk menyaksikan pernikahan cucu kesayangan itu.
Tapi demi permintaan Elsa, Maxime memilih untuk menyembunyikan hubungan mereka. Apalagi sekarang ini Elsa sudah menjadi seorang model yang terkenal. Maxime memperhatikan billboard yang ada di seberang mini market. Terlihat sangat jelas wajah Elsa yang sedang terpampang disana. Andai saja semua orang tahu bahwa model terkenal itu adalah kekasihnya.
Padahal Maxime memilki segalanya, tentu saja banyak wanita yang menginginkannya. Akan tetapi pria itu adalah tipe pria yang setia. Dia dengan Elsa sudah lama saling mengenal. Mereka dulu kuliah di universitas yang sama. Mungkin karena Maxime adalah tipe pria yang cuek dan dingin, sehingga Elsa yang duluan mendekati Maxime. Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran dua tahun yang lalu.
Klontang...
Maxime dikejutkan dengan kaleng bekas minuman bersoda yang tiba-tiba saja melayang dan mengenai kepala bagian belakangnya. Membuat pria itu menggeram, "Arrrghhh..."
Sontak Maxime segera berdiri, dia memperhatikan orang yang menendang kaleng tersebut sambil mengumpat.
Maxime memelototkan matanya ketika menyadari bahwa orang yang menendang kaleng bekas minuman bersoda itu adalah seorang OB yang bekerja di perusahaannya. Lebih tepatnya OB itu adalah orang yang sering membuat masalah, karena Maxime merasa pekerjaannya tidak becus.
"Dia kan si bocah OB itu? Kenapa dia selalu membuatku kesal?" Gerutunya dengan pelan, sambil menatap tajam kepada Rachel
"Mati aku." Keluh hati Rachel sambil menepuk jidatnya. Dia nampak gelagapan, lagi dan lagi dia selalu saja berurusan dengan bosnya yang mengerikan itu.
Maxime segera berjalan mendekati Rachel, dia terlihat sangat kesal sekali kepada gadis itu. "Apa-apaan ini? Apa kamu sengaja menendang kaleng itu gara-gara aku mengomeli kamu tadi sore?"
"Maafkan saya, saya tidak bermaksud..."
Maxime lupa lagi dengan nama Rachel, mungkin karena dia merasa namanya tidak penting untuk dia ingat. Dia memotong perkataan Rachel, "Hei bocah, padahal aku sudah memberikan kesempatan padamu untuk tetap bekerja di perusahaan. Tapi kamu malah semakin menjadi-jadi."
Rachel yang awalnya ingin membela diri. Dia merasa kesal karena pria itu seenaknya memanggilnya bocah. Lagi pula untuk apa dia membela diri, toh Maxime tetap akan memecatnya. "Kamu tidak perlu memecat aku. Biar aku aja yang akan mengundurkan diri. Lagian karyawan mana yang mau memiliki bos galak dan arogan seperti kamu. Justru aku sangat senang akhirnya kita tidak bertemu lagi. Jadi aku yang akan memecat kamu menjadi bosku."
Setelah berkata seperti itu, Rachel segera pergi. Walaupun sebenarnya Rachel sangat gemetaran. Bisa-bisanya dia bicara seberani itu kepada seorang Maxime Keano.
Maxime sangat kesal sekali setelah mendengar perkataan Rachel, dia ingin mengejar gadis bocah itu. Tapi dia harus menahan diri. Sangat memalukan jika ada orang lain yang melihat dia bertengkar dengan seorang bocah. Dimana harga dirinya sebagai pria dewasa?
Apa Maxime tidak salah dengar, mana ada seorang OB memecat bosnya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!