Sarah Ayu Prameswati telah banyak mengalami saat-saat memalukan dalam kurun waktu tiga tahun berpacaran dengan Dias Hadinata. Awal berpacaran Sarah merasa berbahagia dengan segala perhatian yang Dias tunjukan.Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Sarah yang bekerja sebagai salah satu pengajar di playgroup elite kota mereka mulai merasa terkekang dengan segala perhatian dan aturan yang diterapkan oleh Dias. Wanita berumur dua puluh tiga tahun itu merasa jika Dias terlalu mengatur hidupnya. Seperti saat ini.
“Yang, kamu itu sudah terlalu gemuk, jangan makanan nasi, makan salad saja ya. Aku menyukai wanita yang ramping , berambut pendek. Rambut kamu potong ya jadi setelinga Yang” perintah Dias yang menemani Sarah berjalan-jalan ke mol untuk mencari kado ulang tahun salah satu muridnya.
“Beli kadonya juga jangan yang mahal-mahal Yang, buat anak kecil ini kan… Nah yang ini saja, “ ucapnya sambil meraih mainan mobil-mobilan seharga lima puluh ribu.
Sarah hanya diam, tangannya terjulur mengambil satu set lego yang harganya satu juta lebih, dan memeriksa apakah aman atau tidak jika diberikan kepada muridnya.
Dias yang melihat Sarah meraih mainan yang harganya mahal langsung meraih mainan itu dan menaruhnya kembali ke rak . Dengan muka merah padam dia kemudian berkata pada Sarah “Kamu ini bagaimana sih, sudah aku pilihkan hadiah untuk muridmu itu. Toh hanya murid kan, dia hanya anak kecil, tak perlu memberinya mainan yang mahal. Dia sudah kaya. Orang tuanya mampu membelikan mainan itu. Ayo cepat ke kasir, membayar mainan ini lalu kita makan, aku sudah lapar dari tadi keliling keluar masuk toko tanpa membeli apapun.”
Sebelum Sarah menjawab dan menuruti perintah Dias , suara khas anak kecil terdengar memanggilnya.
“Miss Sarah.. selamat sore..”
Sarah sontak menengok ke arah suara yang memanggilnya.
“Selamat sore Bagas. Bagas belanja juga ? Diantar siapa ?” sapa Sarah ramah.
“ Bagas diantar uncle Miss. Tapi Bagas tidak suka sama auntie lampir yang menemani uncle, boleh tidak Bagas ditemani oleh Miss Sarah memilih kado untuk Sharon ?”
“Tentu saja boleh, ayo kita pilih, Bagas mau memberi kado apa ? Boneka ? Atau perlengkapan masak-masakan? “
“Boneka saja Miss,”
“Oke, boneka yang mana ? Panda ? Beruang ?”
“Jerapah”
Sarah meraih boneka jerapah yang diinginkan oleh Bagas. Kemudian memberikannya pada Bagas. Dias yang melihat hal itu cemberut dan meninggalkan Sarah setelah meletakkan kembali mainan yang dia pilih tadi dengan kasar.
Tak berselang lama muncul seorang lelaki tampan yang menggandeng seorang wanita cantik tinggi langsing dengan dandanan tebal menghampiri Sarah dan Bagas.
“Disini rupanya keponakan uncle yang paling ganteng ini . Uncle mencarimu tadi.”ucap lelaki itu.
“Uncle kan sibuk sama auntie lampir, jadi Bagas belanja sendiri saja.”ucap Bagas sambil mendelik marah kepada lelaki itu.
“Sayang, inilah akibatnya jika kalian terlalu memanjakan dia. Jika aku jadi istrimu kelak akan kuberikan dia pelajaran untuk mengajarinya agar menghormati ku.” Kata perempuan yang digandengnya memandang sinis Bagas.
“Miss, ayo kita pergi jangan ganggu uncle, Miss sudah memilih kado ? Pilih yang tadi saja Miss nanti Bagas bayaran. Daddy bilang Bagas boleh membeli apapun yang Bagas mau,”ajak Bagas sambil menggenggam tangan Sarah dan menyeretnya menjauh dari lelaki yang Bagas panggil uncle itu.
Dias yang berjalan kembali ke arah Sarah terbelak melihat seorang lelaki tampan menggandeng seorang wanita dengan tubuh tinggi langsing dengan dandanan tebal, model wanita idaman Dias.
“Eh anak kecil, lepaskan tanganmu dari Sarah. Sarah lepaskan tanganmu dari dia. Jauh dia, ayo kita pulang,” bentak Dias dengan wajah memerah dan menepiskan tangan Sarah sambil mendorong Bagas dengan keras hingga Bagas tersungkur.
“ Dias.. keterlaluan kamu…” seru Sarah marah mendorong balik tubuh Dias, Sarah membungkuk memeluk Bagas yang tersungkur.
“Bagas.. kamu engga apa-apa ? Mana yang terluka ? Mana yang sakit ?” ucap Sarah lembut sambil mengangkat Bagas dan memeriksa tubuh Bagas mencari bagian yang terluka.
Mengibaskan tangan wanita yang erat menggandengnya, pamannya Bagas bergegas menghampiri Dias dengan muka memerah dan menghantamkan kepalan tangannya ke wajah Dias.
“Eh bajingan, kasar sekali kamu sama anak kecil. Berani sekali kamu mendorong keponakanku.” Ucap pamannya Bagas penuh amarah melihat keponakan kesayangannya tersungkur didorong oleh Dias.
Dias terhuyung menerima kepalan tangan pamannya Bagas dan kemudian berdiri.Dias menghampiri dan mencekal lengan Sarah kemudian tanpa malu dia menampar Sarah dengan keras hingga Sarah terhuyung saking kerasnya tamparan Dias.
“Dasar wanita murahan, kamu sengaja datang ke toko ini untuk menemui selingkuhan mu itu kan ? Alasan saja kamu ingin mencari kado untuk murid sialanmu itu,” bentak Dias pada Sarah yang saat itu berusaha menutup telinga Bagas dengan kedua tangannya.
“Mengapa diam ? Ayo jawab ! Betulkan apa yang aku katakan barusan ? Dan kamu lelaki kurang ajar. Berani-beraninya kamu mengajak kekasihku bertemu disini. Membawa keponakanmu sebagai kedok agar bisa berdua-duaan dengan kekasihku,” tunding Dias.
“Dias.. Sudah ! Jangan kamu teruskan lagi, jangan berkata-kata kasar, tidak malu kamu ditonton banyak orang ? “ ucap Sarah sambil pergi menggendong Bagas diikuti oleh pamannya yang digandeng erat oleh wanita yang bersamanya.
“Sarah tunggu, kita belum selesai berbicara. TUNGGU KATAKU SARAH.. SARAH..SARAAAHH “ teriak Dias memanggil Sarah yang menulikan telinganya.
Dias berlari mengejar Sarah dan berhasil mencekal lengan Sarah kemudian Dias menyeret Sarah dengan Bagas dipelukannya . Tanpa perduli berada di tempat umum dengan cepat tangan Dias kembali mendarat di pipi Sarah dan Dias berusaha memukul Bagas.
“Dasar bajingan, tidak cukup rupanya tadi aku memberimu pelajaran.” Ucap paman Bagas sambil melepaskan diri dari gelendotan wanita menor dan menarik tangan Dias hingga cekalan di lengan Sarah terlepas.
Lelaki itu kemudian menggenggam baju Dias dan meninju wajah Dias dengan keras hingga hidung Dias mengeluarkan darah.
Para penjaga keamanan berlarian menuju perkelahian. Para pengunjung pun ada yang berusaha memisahkan mereka. Bagas menangis digendongan Sarah sementara wanita yang di bawa oleh pamannya Bagas menyingkir dan mlipir di kafe tepat didepan tempat berlangsungnya perkelahian itu duduk dan menonton perkelahian sambil santai meminum kopi.
Perkelahian itu akhirnya dapat dipisah dan keduanya dibawa ke pos keamanan untuk dimintai keterangan . Sarah yang menggendong Bagas pun ikut serta. Dia kemudian dimintai keterangan perihal penyebab terjadinya perkelahian.
“Begini pak, saya dan pacar saya mulanya datang untuk mencari dan membeli kado untuk ulang tahun salah satu murid saya. Kemudian kami bertemu dengan murid saya yang juga sedang mencari kado untuk temannya. Pacar saya marah melihat saya mengobrol dengan murid saya yang sekarang ada di gendongan saya. Dia tidak menerima jika murid saya ini ingin membayarkan kado yang saya beli untuk murid saya. Kemudian dia mendorong Bagas hingga Bagas tersungkur. Paman Bagas tidak menerima jika keponakannya didorong oleh Dias pacar saya, kemudian memperingatkan Dias untuk tidak berlaku kasar pada anak kecil. Tapi Dias tidak terima, dia melampiaskan kekesalannya pada saya. Dia menampar saya dihadapan Bagas dan berusaha memukul Bagas. Paman Bagas tidak terima jika Dias kembali berusaha menyakiti keponakannya. Dan terjadilah perkelahian itu.”
“ Mari kita periksa cctv dan mencocokkan cerita saudari,”ujar salah seorang keamanan yang bertugas. Kemudian dia memutar rekaman cctv dan mencocokkan dengan cerita Sarah. Dan apa yang diceritakan oleh Sarah cocok dengan cctv. Dias hanya memandang marah kearah Sarah dan Bagas. Mengepalkan tangannya, dia menatap tajam Sarah seolah-olah ingin mencekik Sarah. “ Dasar perempuan tak tahu diri, masih untung aku mau menjadi pacarmu, lelaki lain mana mau menjadikanmu pacar. Sudah miskin, jelek, pendek, tak punya orang tua, dilengkapi dengan adik laki-laki yang masih sekolah juga nenek tua bau tanah yang seharusnya tak perlu hidup,” caci Dias.
Dua hari setelah perkelahian yang berujung permintaan maaf dari Dias pada paman Bagas yang kini Sarah ketahui bernama Abimanyu Putra Wirabuana. Dias yang sampai hari ini Sarah diamkan terus menerus berusaha meminta maaf pada Sarah dan berusaha mengambil hati Sarah, tapi Sarah sudah muak dengan Dias. Saat ini Sarah tengah membereskan buku-buku milik murid-muridnya untuk dia periksa nanti, ketika suara cempreng khas anak kecil menyapanya.
“Miss Sarah, Via menangis,”
“Mengapa Via menangis ? Tumben ?”tanya Sarah pada muridnya.
“Via di ganggu sama Jafar Miss. Kuncirannya ditarik . Terus bajunya juga ditarik hingga robek oleh Jafar Miss, Jafar jahat dan bandel kan Miss. Nanti akan Simon bilang sama papa biar nanti Jafar di marahi oleh papa,” Adu Simon pada Sarah yang begitu mendengar pengaduan dari Simon bergegas menuju kelas yang baru saja ditinggalkannya.
Suasana kelas tampak ramai dan gaduh, Via yang tengah menangis tampak ketakutan dan kesakitan memegang rambutnya yang kini acak-acakan juga baju seragamnya yang kotor dan robek di beberapa bagian . Sedangkan Jafar, anak lelaki yang telah melukai Via dan merobek baju Via tampak petatang peteteng seperti jawara yang menjadi centeng kompani dimasa lalu.
Dengan sombong Jafar berkata, "Anak pungut seperti kamu, kata Mamiku tidak seharusnya bersekolah bersama denganku. Mamiku juga berkata jika papamu itu lelaki mandul, kamu tau mandul ? Mandul itu tukang menampung barang barang bekas kata Mami."
"Jafar, anak lelaki yang baik tidak boleh mengganggu dan menghina anak perempuan. Ayo minta maaf pada Via, Jafar telah membuat Via menangis dan juga merusak seragam Via. Ayo minta maaf !" ucap Sarah pada muridnya itu.
Tetapi Jafar yang merasa jika kelakuannya itu tidak salah, malah menjulurkan lidahnya. Mengejek Sarah, " Engga mau, nanti tangan Jafar kotor dan terkena kuman. Baju Via kotor dan penuh kuman."
Menghembuskan nafas panjang, Sarah berusaha bersabar menghadapi tingkah Jafar yang merupakan anak dari salah satu donatur sekolah itu. Ingin rasanya Sarah menjewer telinga Jafar dan menjepit mulut Jafar dengan jepitan pakaian agar Jafar tidak sembarangan membully temannya. Namun Sarah sadar jika Jafar dibiarkan seenaknya maka dimasa depan nanti kemungkinan besar Jafar akan mendapatkan banyak musuh dengan sifatnya yang sombong dan memandang rendah orang lain.
Dengan tegas kemudian Sarah kembali meminta Jafar untuk meminta maaf kepada Via. Namun sebelum Jafar menjawab tiba-tiba salah seorang temannya datang dan langsung mendorong Jafar hingga dia jatuh terduduk. " Kamu nakal, tidak baik seorang lelaki mengganggu perempuan. Dasar nakal" teriak Bagas. Rupanya Bagas yang mendorong Jafar hingga dia jatuh terduduk.
"Sudah.. Stop.. Everyone please return to your seats. Jafar, you come with me to the teacher's room now. Via dan Bagas juga , ikut Miss ke ruangan Miss. Yang lain duduk rapi dan tunggu Miss kembali. Siapa yang tidak duduk rapi tidak akan mendapatkan gift dari Miss." ucap Sarah pada anak didiknya.
Sesampainya di ruang guru, Sarah meminta rekannya menelpon wali murid dari ketiga muridnya, dia juga mendudukkan Via yang masih menangis tersedu-sedu. Dia berusaha meredakan tangis dan menenangkan Via. Sementara Jafar dan Bagas duduk saling bertolak belakang sambil bersedekap.
Setelah tangis Via reda, Sarah juga meminta tolong kepada rekannya tadi untuk mengawasi anak didiknya yang tersisa yang duduk di kelasnya, sementara dia menunggu ketiga wali muridnya yang telah dihubungi.
Kurang lebih setengah jam ketiga wali murid datang, yang membuat Sarah terkejut adalah dua diantaranya telah dikenalnya. Wali dari Via adalah ayah angkatnya yang segera memeluk Via dan membujuk Via agar tidak menangis lagi. Sedangkan wali dari Bagas adalah pamannya yang kapan hari pernah bertemu dengannya di mol. Sedangkan wali dari Jafar adalah Dias, pacarnya.
"Sarah, mengapa kamu menyakiti keponakanku Jafar, kamu sebagai guru seharusnya membelanya dan juga menjaganya, bukan malah membuatnya merasa tak nyaman. Tugasmu menjaga Jafar, untuk apa kamu digaji besar jika menjaga keponakanku saja kamu tidak becus." maki Dias pada Sarah dihadapan semua guru dan juga wali murid.
Sarah yang saat itu tengah mempersilakan wali dari Via dan Bagas untuk duduk, menatap kesal kearah Dias yang selalu saja seenaknya dan selalu mencemoohkan dia tanpa mengenal tempat.
"Maaf, Anda wali dari Jafar ? Silakan duduk Pak, saya akan menerangkan sebab musabab kejadian ini. Dan harap anda menjaga perkataan Anda, saya disini guru dari keponakan Anda bukan pengasuhnya. Bukan kewajiban saya untuk terus menjaga dan mengawasi keponakan Anda selama pembelajaran berlangsung di sekolah ini." ucap Sarah tegas.
"Halah, kamu itu digaji besar di tempat ini tugasnya ya mengawasi dan menjaga keponakanku, jika anak yang lain mengganggunya kamu harus menghukum anak itu dan membela keponakanku. Mengerti kamu ? Mana ada sekolah yang mau mempekerjakan kamu yang hanya lulusan sekolah menengah atas dan mengajimu dengan gaji yang besar, kamu itu seharusnya berterimakasih sudah diterima bekerja di sekolah ini atas rekomendasi aku. Timbal baliknya sebagai ucapan terimakasih kamu sudah seharusnya menjaga dan mengawasi keponakanku selama dia berada di sekolah agar tidak ada anak lain yang berani mengganggu keponakanku. Dasar perempuan tak tau diri" umpat Dias.
"Cukup Pak Dias, disini bukan tempatnya Anda menghina saya, saya harap Anda duduk tenang sementara saya menjelaskan kronologi kejadian yang membuat Via menangis." ucap Sarah tegas pada Dias.
"Maafkan saya Pak Simon dan juga Pak Abimanyu atas keributan ini, jadi begini, Via menangis karena dia di ganggu dan rambutnya ditarik dengan keras oleh Jafar. Jafar juga menarik baju seragam Via hingga robek, karena kesakitan dan baju seragamnya robek membuat Via menangis. Dan Bagas yang melihat via menangis meminta pada Jafar agar meminta maaf pada Via tetapi Jafar tidak menurutinya. Jafar didorong oleh Bagas hingga terjatuh. kesalahan Jafar ialah dia tidak mau meminta maaf pada Via karena telah menarik rambutnya dan membuat baju seragamnya10 robek. Sedangkan kesalahan Bagas ialah tidak bisa mengontrol emosinya hingga mendorong Jafar hingga terjatuh. Dan saya memanggil wali dari Via, Bagas dan Jafar untuk memberitahu kejadian ini agar tidak menjadi masalah yang lebih besar."
" Saya juga mengharapkan agar bapak-bapak sekalian bisa sedikitnya memberikan pengertian kepada anaknya terutama untuk wali dari Jafar, tolong beritahu agar Jafar lebih bisa menjaga perkataannya. Jangan mengatakan hal-hal yang akan menyakiti temannya, juga tolong perhatikan kosakata Jafar. Beritahu dia agar tidak mengucapkan kata-kata kasar."
Sarah berkata panjang lebar sambil berusaha menahan dan menekan amarahnya pada Dias. Abimanyu yang bisa melihat betapa marahnya Sarah ketika mendengar penuturan Dias yang menyebutkan jika atas jasanyalah Sarah bisa mengajar di sekolah ini.
Wajah Dias memerah ketika mendengar penuturan dan permintaan Sarah padanya. "Kamu seharusnya memihak kepada Jafar bukan malah membuatnya terlihat seperti anak nakal yang tidak dididik oleh keluarga kami."ucap Dias sambil mencengkeram lengan Sarah dan memberikan sebuah tamparan keras di pipi Sarah. Tidak merasa cukup memberikan tamparan keras, Dias juga mencengkeram rambut Sarah dan menariknya hingga Sarah menjerit kesakitan.
"Kamu itu rupanya perlu diberi pelajaran ya Sarah, aku ini pacarmu yang selalu ada disaat kamu susah, ini balasan darimu atas semua perhatian dan dukungan yang telah aku lakukan untuk keluarga miskinmu ? Kamu hanya perempuan miskin yang berpendidikan rendah. Seharusnya kamu berterimakasih kepadaku yang telah mau menjadikanmu pacar dan mengangkat derajatmu, cih dasar perempuan tak tau diri." ujar Dias dengan keras tanpa memperdulikan sekitarnya.
"CUKUP SAUDARA DIAS... JANGAN KAMU LANJUTKAN PERBUATAN TAK TERHORMAT MU. KAMU TIDAK MALU KELAKUANMU ITU DILIHAT OLEH KAMI DAN JUGA ANAK-ANAK SERTA PARA STAF PENGAJAR DI SEKOLAH INI ?"seru Abimanyu sambil menarik tangan Dias yang mencengkeram erat lengan Sarah hingga meninggalkan bekas.
"Anda sudah keterlaluan, Miss Sarah tidak punya salah kepada anda dan anda menyerangnya dengan kata-kata yang kurang pantas dengar oleh kamar dan juga anak-anak. Apakah anda tidak pernah bersekolah ? Kata-kata anda itu seperti orang yang kurang berpendidikan." kecam Simon yang menutupi telinga Via.
"Apa maksud kalian mencampuri urusanku dengan pacarku. Kenyataan kok jika dia bisa mengajar di sini itu karena jasaku. Lagipula dia bisa apa ? Sudah tak punya orang tua, miskin, jelek, pendidikan hanya tamaran SMA saja belagunya minta ampun." ucap Dias dengan lantang.
"Cukup, Anda pikir anda siapa ? Ini lingkungan sekolah , Saya meminta anda datang ke sini untuk memberitahu jika keponakan Anda telah membuat masalah dengan salah satu anak didik saya, bukannya malah menghina dan menjelek-jelekkan saya. Maaf jika kelakuan anda itu sangat tidak mencontohkan kelakuan yang baik untuk keponakan Anda. Silakan anda bawa keponakan berharga anda pulang, tetapi sebelumnya Jafar harus meminta maaf kepada Via dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi" ucap Sarah tegas dan penuh penekanan pada Dias.
"Ayo Jafar, minta maaf pada Via, dan setelah itu baru boleh mengambil tas di kelas. Miss akan mengantar Jafar ke kelas untuk mengambil tas Jafar." ujar Sarah pada Jafar dengan sura lembut namun tegas.
Jafar yang merasa tak bersalah menatap Sarah dengan pandangan mencemoohkan dan membangkang. Menghela nafas panjang, Sarah berusaha bersabar menghadapi tingkah Jafar yang menjengkelkan. Tetapi tidak untuk Bagas, "Hei Jafar anak bandel nakal, kamu tuli ya ? Miss Sarah barusan memintamu mengambil nafas eh mengambil tas, kok kamu malah diam saja. Dosa loh engga menurut sama perintah guru" ucap Bagas sambil menepuk lengan Jafar.
Jafar mendelikkan matanya ke arah Bagas. " Suka-sukaku lah. Ini kan sekolah milikku, papa dan mamaku mengatakannya padaku semalam." ucap Jafar ketus.
"Sudah.. sudah.. Jafar jika kamu tak ingin mengambil tasmu di kelas ya sudah, sekarang kamu pulang saja tanpa membawa tasmu." gertak Sarah, kemudian dia menoleh ke arah para wali murid.
" Pertemuan ini saya kira cukup sampai disini, walaupun agak kurang memuaskan setidaknya saya telah berusaha menjelaskan permasalahannya hingga tak menimbulkan masalah kedepannya. Terimakasih atas kedatangannya. Selamat siang." ucap Sarah menutup pertemuan yang itu.
Mempersilakan para wali murid keluar dari ruangannya, Sarah pun dengan sopan meminta para wali murid membawa anak didiknya pulang sebelum waktunya. Tetapi Dias mencekal kembali tangan Sarah dan memberikan ultimatum kepada Sarah.
" Kamu.. Perempuan tak tau terimakasih, lihat saja nanti bagaimana aku membalas perlakuanmu pada Jafar. Adik laki-lakimu yang akan menerima pembalasannya. Juga si Tua bau tanah itu akan menerima pembalasan dariku. Ingat, tanpaku kamu bukanlah siapa-siapa. " ucap Dias lantang.
" Cukup.. ini sekolah bukan pasar Pak Dias, harap anda mengontrol ucapan anda. Silakan anda keluar dari lingkungan sekolah dan hati-hati di jalan. Selamat siang" ucap Sarah sambil menepiskan tangan Dias yang mencengkeram lengannya. Kemudian dia berbalik dengan cepat dan tanpa sengaja menabrak dada bidang sekelas papan penggilasan milik Abimanyu.
"Aduh, hidungku ..!" jerit Sarah sambil memegang hidungnya yang memerah terbentur dada Abimanyu.
"Rupanya seorang pengecut tidak kapok membuat masalah dan hanya berani mengancam seorang perempuan. Bagas.. nanti jika kamu sudah besar jangan pernah kamu seperti om ini ya, ingatlah kamu lahir dari seorang ibu. Maka kamu harus melindungi seorang perempuan. Oke ?" ucap Abimanyu pada keponakan tersayangnya.
"Oke uncle, Bagas akan melindungi Miss Sarah dari om kejam ini." jawab Bagas merentangkan tangannya menghalangi Dias yang kembali akan mencengkeram lengan Sarah.
Sarah hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengusap hidungnya yang memerah, melangkah meninggalkan Dias yang menatap sengit kearahnya, dan meninggalkan Bagas yang digendong oleh Abimanyu menuju ke kelasnya untuk menggantikan rekannya yang mengawasi anak didiknya yang tengah bermain sambil belajar.
Seminggu berlalu, Sarah yang mengetahui dengan pasti jika ancaman dari Dias hanyalah gerakan saja, bisa bernafas dengan lega. Adik laki-lakinya yang kini duduk di kelas sembilan tengah disibukkan dengan persiapan ujian kelulusan. Sarah yang sangat menyayangi adiknya yang bernama lengkap Arkatama Radeva, yang biasa di panggil Tama. Dia sangat menyayangi kakak perempuannya dan juga neneknya.
"Kak, kenapa kakak melamun ? Lihatlah ini, sampai-sampai air tumpah-tumpah begini. kakak kenapa sih ? Kangen sama bang Dias ? Atau kakak punya kecengan baru ? Tapi harus yang lebih kaya dan lebih ganteng dari Bang Dias. Aku sih setuju-setuju saja kakak putus dari Bang Dias, malah kalau bisa secepatnya deh kakak cari pacar baru." ucap Tama menegur Sarah yang tampak melamun.
"Kamu tidak suka ya sama bang Dias ? Kok ngomongnya kaya gitu ?" Tanya Sarah dengan mimik serius. "Aku memang engga terlalu suka sama bang Dias kak, dia orangnya angkuh, sepertinya dia tidak mencintai kakak, lebih sering dia membanggakan jasanya yang berhasil memasukkan kakak bekerja sebagai pengajar di sekolah itu."jawab Tama.
Tok.. tok..tok..
Belum selesai mereka bercakap-cakap, pintu diketuk dengan keras. Mereka berdua saling berpandangan dengan keheranan mereka berdua pun menuju ruang depan dan mengintip dari balik jendela siapa yang mengetuk pintu dengan keras seperti orang yang menagih hutang.
"Sarah.. buka pintunya, aku tau kamu ada didalam. Buka dan temui aku sekarang juga." ucap Dias keras sambil menggedor pintu.
Habis sudah kesabaran Sarah kali ini, dengan kasar dia membuka pintu dan mendorong tubuh Dias dengan keras. "Tidak bisakah kamu bertamu dengan sopan kerumah orang ? Apa karena aku orang miskin kamu bisa seenaknya menggedor dan berteriak-teriak didepan pintu rumahku seolah-olah aku mempunyai hutang yang belum aku lunasi ?" cerca Sarah.
"Cukup selama ini aku diam dan menerima perlakuanmu yang kasar. Cukup sudah .. aku sudah muak dengan tingkah lakumu yang menganggapku perempuan lemah dan selalu mengaturku, menghiraukan dan keluargaku. Pergi kamu dari sini, hubungan kita berakhir. Dan jangan pernah kamu menghubungiku lagi." teriak Sarah dengan marah tanpa memberikan kesempatan pada Dias untuk membuka mulut melakukan pembelaan.
Sarah membanting pintu tepat didepan wajah Dias dan mengunci pintu. Dias yang baru pertama kali mendapatkan perlakuan seperti itu dari Sarah sangat terkejut. Dia tak menyangka jika Sarah yang biasanya sangat lembut dan menurut padanya bisa mendorongnya bahkan mendorong tubuhnya hingga hampir terjatuh.
" Sarah.. buka pintunya. Kenapa kamu kasar seperti itu padaku ? Ayolah Sarah.. Aku minta maaf, aku terbawa emosi. Sarah.. buka pintunya Sayang !" kata Dias merubah suaranya menjadi lembut dan tak lagi menggedor pintu dengan kasar. Dia datang ke rumah Sarah dengan maksud untuk menekan Sarah agar lebih memperhatikan Jafar saat ada di sekolah. Dia juga ingin membuat perhitungan dengan Sarah karena berani membantah perkataannya dan mempermalukan dirinya didepan para pegawai sekolah Jafar.
"Sarah. Sayang, buka pintunya Yaaaang, jangan begini. Aku salah, maaf" ucap Dias memelas, Dias seperti suami yang terlambat pulang ke rumah dan berusaha masuk ke dalam rumah.
Sementara di dalam rumah , Sarah dan Tama malah asik cekikikan mendengar suara Dias yang memelas. Mereka berdua merasa heran dan geli sendiri mendengar suara Dias yang dibuat manja dan memelas seperti itu.
Lama-lama suara ketukan kembali berubah menjadi gedoran. Dias juga kembali berteriak memanggil Sarah seperti menagih hutang. Dias tidak terima jika dia diputuskan oleh Sarah.
"Sarah, jangan kurang ajar kamu ya, berani-beraninya kamu meminta putus dariku. Ingat masa depanmu ada ditanganku. Baiklah jika kamu tak mau menemuiku, lihat saja hari senin nanti, akan kubuat kamu jadi pengangguran." ancam Dias kemudian dia meninggalkan rumah Sarah dengan penuh amarah.
"Kak, kok bisa sih kakak pacaran dengan bang Dias yang kasar begitu ? Sampai hampir tiga tahun pula bertahannya !"
" Kakak merasa hutang budi sama oran tuanya Dias, dulu saat kita baru ditinggalkan papa dan mama, merekalah yang membantu kita mengurus segala sesuatunya. Maka dari itu ketika om Danu dan tante Yuni bilang jika Dias naksir sama kakak dan ingin menjadikan kakak pacarnya, kakak menerimanya. Walau kakak sempat ragu untuk menerima dia sebagai pacar kakak. Sekarang kakak tidak akan tinggal diam jika dia mengganggu keluarga kita dan mengungkit jasanya." jawab Sarah.
Tok.. tok.. tok...
Pintu rumah Sarah kembali diketuk, namun kali ini dengan pelan. Sarah dan Tama kembali berpandangan kemudian mereka kembali mengintip dari balik jendela untuk mengetahui siapa yang telah mengetuk pintu.
Dari balik jendela terlihat punggung lebar seorang laki-laki tak dikenal. Lega melihat yang datang bukan Dias, Sarah pun membuka kunci dan membuka pintu perlahan-lahan. Sementara Tama berdiri di belakang Sarah, menatap penasaran siapa yang datang bertamu kali ini.
"Selamat siang Miss Sarah, maaf mengganggu waktu libur Anda. Boleh saya masuk ?" ucap lelaki itu.
"Anda..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!