Desa Mulya Rimbun adalah sebuah desa yang dikenal sebagai desa yang subur dan rakyatnya makmur.
Penduduknya adalah pekerja keras yang menghabiskan waktunya sebagai petani dan nelayan.
Kepala desa mereka yang bernama Gatot Laksana adalah seorang kepala desa yang sangat dicintai oleh rakyatnya karena sifatnya yang tidak pernah mementingkan dirinya sendiri dan selalu mengutamakan kesejahteraan rakyatnya dibandingkan untuk kepentingannya sendiri.
Gatot Laksana menikahi Sekar seorang kembang desa yang kecantikannya sudah dikenal semua orang dan dari pernikahan mereka dikaruniai seorang putra berkulit putih dan sangat tampan yang mereka beri nama Yuda Laksana...
Pagi itu keadaan desa berlangsung seperti biasanya.
Penduduk mulai menyibukkan dirinya dengan segala pekerjaan yang mereka kerjakan.
Pagi yang tenang itu tiba-tiba berubah menjadi teriakan ketakutan dari para penduduk yang berlari kerumahnya masing-masing.
"gerombolan rampok Karang Lintang...gerombolan rampok Karang Lintang...sembunyi...sembunyi lekas...!"teriakan demi teriakan mulai terdengar dimana-mana.
Gerombolan tersebut memasuki desa dengan golok terhunus ditangan dan dengan kejam mereka mulai membunuh semua lelaki yang mereka temui dan mencoba melawan mereka.
sekitar tiga puluh orang bersenjatakan golok mulai menyebar kesegala arah untuk menangkap para perempuan yang memiliki paras menarik baik yang sudah bersuami maupun yang masih perawan dan membantai semua lelaki yang mencoba melawan mereka.
"jangan...jangan ganggu isteriku...!"ucap seorang lelaki yang mencoba menarik tangan seorang rampok dengan jambang bawuk menghiasi wajahnya dan dengan kejam goloknya berkelebat sehingga orang tersebut terkapar dengan dada terbelah.
teriakan histeris terdengar dimana-mana termasuk dirumah kediaman kepala desa Gatot Laksana.
"Sekar lekas selamatkan dirimu!keluar dari pintu belakang dan masuklah ke hutan biar kakang mencoba untuk menahan mereka disini. Lekas Sekar bawa Yuda bersamamu sebelum terlambat!!!"pinta suaminya cemas dan dengan air mata yang berlinang dia berkata,"kakang ayo kita pergi bersama-sama untuk menyelamatkan diri. Ayo kakang aku tidak mau sendirian"ucap Sekar.
Para perampok sudah didepan pintu rumah kepala desa dan meminta mereka untuk keluar.
"Sekar lekas jangan pedulikan kakang nanti kakang akan mencarimu!"ucapnya lalu membawa sang isteri untuk keluar dari pintu belakang.
Lalu dengan tergesa-gesa Sekar berlari masuk kedalam hutan dan karena Yuda masih bayi dia menangis dalam dekapan sang ibu yang membuat seorang rampok mendengar tangisan sang bayi dan mengejar Sekar masuk kedalam hutan tersebut.
"Braaakkk"
Pintu kayu yang terbuat dari jati hancur berkeping-keping dipukul dengan tenaga dalam kuat.
"bangsat kalian mau apa kalian ketempat ini?"ucap kepala desa.
"hahahahahaha Singkil dia tanya apa mau kita. Dengar baik-baik kepala desa yang aku mau adalah kalian harus menyiapkan upeti bagi kami tujuh puluh persen dari hasil desamu. Mengerti!!!"ucap warok Cakil.
"kalian gila kalau kami menyerahkan upeti itu bagaimana kami mau hidup!!!"ucap kepala desa.
"aku tidak peduli kalian mau mati atau hidup yang pasti upeti harus kalian serahkan kepada kami kalau nyawamu masih ingin selamat!!!"ancam warok Cakil.
"aku memilih mati bersama kalian!!!"ucap kepala desa lalu memutar goloknya dan berkelebat menyerang.
Warok Cakil cukup terkejut menyadari bahwa serangan yang dilakukan kepala desa bukan sembarangan, serangan angin yang ditimbulkan memerihkan kulit.
"ternyata calon bangkai ini boleh juga, Singkil hadapi dia!!!"perintah warok Cakil.
"baik kakang..."ucapnya lalu dengan golok terhunus ditangan menyerang sang kepala desa.
Gatot laksana sebelum menjabat menjadi kepala desa adalah seorang guru silat yang sangat disegani karena kebaikan budinya sehingga penduduk mengangkatnya menjadi kepala desa menggantikan kepala desa yang sudah meninggal.
sang kepala desa mengamuk dengan menyabetkan goloknya ke bagian-bagian tubuh yang mematikan.
Pertarungan yang mereka lakukan sangat cepat dan tampaknya seimbang.
Keduanya saling serang dan bertahan sehingga tanpa mereka sadari dua puluh jurus telah berlalu.
"Singkil cepat kau habisi calon bangkai itu, waktu kita tidak banyak ditempat ini!"perintah warok Cakil.
"baik kakang"ucap Singkil lalu melompat ke belakang.
Goloknya disarungkannya kembali lalu dari mulutnya berkemak kemik seperti mantera.
tangan warok singkil tiba-tiba berubah menjadi kebiruan.
Gatot laksana yang melihat perubahan pada tangan lawannya menjadi tersentak kaget.
"ilmu kelabang biru..."desisnya.
Lalu dengan cepat sang kepala desa pun melakukan hal yang sama goloknya disarungkan lalu dia memasang kuda-kuda dan tangannya diangkat keatas kepala lalu diputarkan tiga ratus enam puluh derajat sehingga menimbulkan deru angin yang hebat laksana badai.
"hmmmm...ajian badai penghancur karang!!!"desis warok singkil lalu tanpa menunggu lama di pukulkan ajian kelabang birunya ke arah sang kepala desa.
Dua pukulan sakti bertemu di udara menimbulkan dentuman yang cukup keras.
Warok singkil jatuh terduduk sedangkan Gatot laksana sang kepala desa tubuhnya terlempar kebelakang dengan tubuh yang sudah berwarna biru dan jeritan menyayat terdengar dari mulutnya lalu nyawanya lepas saat dia masih berada diudara lalu terhempas keras ditanah.
"hahahahaha bagus Singkil....bagus....ilmu kelabang birumu semakin hebat"ucap warok Cakil dan membiarkan saudara seperguruannya itu memulihkan dirinya.
Sekar terus berlari masuk kedalam hutan dia menyadari bahwa dirinya sedang dikejar oleh salah seorang perompak lalu dia meletakkan Yuda kebalik semak-semak dan menutupinya dengan ranting dan daun-daunan.
Sekar dengan berat hati harus meninggalkan putera semata wayangnya untuk menyelamatkan puteranya tersebut.
Sekar terus berlari dan berlari menjauhi puteranya yang disembunyikannya sampai suatu saat dia tidak melihat akar pohon yang mencuat keluar dari dalam tanah dan tubuhnya terjatuh.
Tidak lama kemudian orang yang mengejarnya sudah berada dibelakangnya.
Kaki Sekar membengkak biru dan sulit untuk dipakai melangkah.
"mau lari kemana lagi manis?lebih baik kau ikut kakang"ucap salah seorang pemimpin rampok orang ketiga yang bernama warok kendil.
Saat Sekar menoleh kebelakang, warok kendil terpesona melihat kecantikan wanita yang dikejarnya itu ternyata wanita itu sangat cantik dengan kulit putihnya dan gunung kembar yang besar lalu lesung Pipit yang menghiasi pipinya.
"amboi...amboi...ternyata dirimu cantik sekali nyai. Rezekiku besar nian hari ini bisa bertemu dirimu"ucap warok kendil.
"lepaskan aku tuan...jangan sakiti aku...aku mohon..."ucap Sekar memelas.
"jangan takut cantik aku tidak akan menyakitimu melainkan akan membawamu terbang sampai langit ketujuh hahahahaha"ucap warok kendil yang membuat Sekar semakin ketakutan.
Dia menyadari bahwa hal buruk akan menimpa dirinya dan orang itu semakin dekat menghampirinya lalu merobek bajunya.
"ahhh...jangan...jangan...tuan...jangan sentuh aku....awwww....bangsat...pergi kau...pergi..."ucap Nilam saat baju atasnya sudah dirobek paksa sehingga sepasang gunung kembarnya terpampang dihadapan warok kendil.
Bersambung...
Warok kendil yang melihat pemandangan yang luar biasa dihadapannya dengan cepat menotok tubuh Sekar lalu membopongnya untuk kembali ke desa karena waktu mereka tidak banyak sedangkan Sekar dari mulutnya keluar cacian karena tangan warok kendil meremas dengan kasar gunung kembarnya yang terbuka.
tiba-tiba ditempat itu terdengar suara bayi yang sangat lantang dan sepertinya sang bayi punya firasat ibunya sedang menghadapi masalah yang besar.
Sekar yang melihat hal itu langsung berkata,"tuan jangan sakiti anakku...aku akan melakukan apapun asalkan anakku selamat..."ucap Sekar dengan air mata yang jatuh berlinang di pipinya.
"hahahahahaha kau sendiri yang meminta kalau pelayananmu tidak enak akan aku belah anakmu. Kau boleh menggendongnya!"ucap warok kendil lalu melepaskan totokan ditubuh Sekar dan Sekar langsung merapikan pakaiannya yang tersingkap lalu mendekap Yuda dalam pelukannya lalu berjalan pulang kerumahnya.
Sesampainya mereka disana, Sekar sudah melihat suaminya sudah tergeletak kaku dengan tubuh membiru.
Sekar hendak berlari memeluk suaminya tapi dengan cepat warok kendil langsung mencegahnya dan merebut anaknya itu.
"masuk kedalam....!"perintahnya dengan golok yang melintang dileher sang bayi.
Sekar yang tidak dapat berbuat apa-apa hanya bisa pasrah, dengan berlinang air mata dia menuruti kemauan warok kendil lalu warok kendil menutup pintu tersebut.
Sambil duduk diatas balai-balai bambu, kendil memerintahkan Sekar untuk berdiri dihadapannya.
"buka pakaianmu...!"perintah warok kendil sambil terus melintangkan golok dileher sang bayi yang terus menangis.
Dengan terpaksa Sekar menuruti permintaan warok kendil.
Kancing demi kancing dibukanya lalu pakaiannya dicampakkan dilantai, kedua tangannya menutupi sepasang gunung kembarnya yang bagus dari tatapan warok kendil yang seakan-akan hendak menelannya hidup-hidup.
"sekarang buka celanamu!!!"perintah warok kendil kembali.
Sekar pun menuruti keinginan warok kendil sehingga tubuhnya kini tidak tertutup selembar benangpun juga dan membuat warok kendil menelan ludah beberapa kali lalu meletakkan bayi tersebut diatas balai-balai lalu menghampiri Sekar dan tangannya menggerayangi seluruh tubuh Sekar dan setelah membaringkan Sekar, warok kendil menggagahi tubuh Sekar dengan kasar hanya air mata yang terus bergulir dipipinya yang cantik lalu setelah selesai dia menotok tubuh Sekar lalu memanggil kedua saudaranya untuk menikmati tubuh Sekar.
Warok Cakil dan warok singkil yang melihat tubuh Sekar begitu bagus langsung meloloskan celananya dan menggagahi tubuh Sekar bergantian yang membuat Sekar semakin kesakitan pada bagian tubuhnya itu dan membuat Sekar pingsan karena terus digagahi bergantian.
Setelah selesai mereka berkata kepada kendil,"mau kita apakan perempuan ini?"tanya warok Cakil.
"kita bunuh saja kakang agar tidak muncul masalah dikemudian hari!"ucap warok kendil.
"hahahahahaha aku suka pemikiranmu kendil. Sekalian saja mayat suaminya kita bakar hahahaha"ucapnya lalu memerintahkan anggotanya untuk menggotong mayat Gatot dan dilemparkan disebelah Sekar yang masih pingsan.
Mereka melemparkan obor api keatas rumah yang masih terbuat dari kayu yang mudah terbakar dan tidak lama kemudian api yang besar membakar rumah tersebut.
"ayo kakang kita tinggalkan tempat ini!"ajak kendil.
Mereka semua mulai meninggalkan desa tersebut tanpa mereka ketahui sesosok tubuh melesat masuk kedalam rumah yang terbakar dan mengambil bayi yang terus menangis dan sedikit saja dia terlambat memberikan pertolongan sepotong kayu yang dilamur api jatuh tepat diatas tempat bayi tersebut diletakkan.
Sosok itu menatap sekilas kepada dua orang yang sudah terbakar hangus lalu melesat pergi meninggalkan tempat itu sambil menggendong sang bayi yang terus menerus menangis tiada henti seakan-akan menangisi kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya.
***
Seorang pemuda bertelanjang dada yang berwajah sangat tampan bergerak cepat dengan pedang kayu ditangannya.
Dia memainkan jurus pedang yang sangat hebat sehingga setiap gerakannya menghasilkan angin deras yang memerihkan kulit.
"Yuda percepat lagi gerakanmu jangan seperti perempuan. Gunakan tenaga dalammu hancurkan pohon itu dengan pedang kayu itu!"perintahnya.
"baik eyang...!"ucap Yuda lalu mengebutkan pedang kayu ditangannya dan melipatgandakan tenaga dalamnya lalu dengan sekali hentak dia mengayunkan pedang tersebut dengan jurus pedang sakti menghancurkan angkara sehingga muncul cahaya perak menghiasi pedang kayu tersebut dan pohon yang dihantamnya hancur lebur berkeping-keping.
"hehehehehe bagus edan....jurus pedang sakti menghancurkan angkara sudah kau kuasai dengan sempurna sekarang tahan seranganku ini!"ucap sang eyang dengan lengannya berubah warna menjadi keperakan dan memaparkan hawa panas maha dahsyat.
"e...eyang...apakah kau hendak membunuhku dengan pukulan lahar perak itu?"tanya Yuda.
"kalau kau tidak mau mati konyol bergegaslah tahan seranganku ini!"perintahnya.
Yuda tidak mau berdiam diri, dia melipatgandakan tenaga dalamnya sampai maksimal lalu tubuhnya berputar sehingga menimbulkan deru topan yang dahsyat lalu dari dalam putaran topan tersebut dia melesat keluar lalu mengibaskan tangannya saat sang guru sudah melesatkan pukulannya kearahnya.
Cahaya keperakan berkiblat ke arah Yuda dan Yuda dengan kecepatan kilat mengibaskan deru topan dahsyat itu menyongsong pukulan sang guru.
"bummmmm....."ledakan dahsyat terdengar ditempat itu.
Tubuh Yuda terlempar lima langkah kebelakang dan memuntahkan darah segar sedangkan tubuh sang guru kakinya melesak kedalam tanah sampai sebatas pahanya dan dadanya berdenyut sakit lalu dari mulutnya keluar muntahan darah juga.
Dengan cepat sang guru melesat keatas dan duduk bersila menyalurkan tenaga dalamnya dan hawa murninya untuk menyembuhkan tubuhnya sedangkan Yuda sudah selesai menyembuhkan dirinya lalu menghampiri sang guru dan membantu menyalurkan hawa saktinya ke tubuh sang guru.
"cukup Yuda tarik kembali tenaga dalammu, eyang sudah tidak apa-apa"ucapnya dan Yuda menuruti permintaan gurunya.
"bagus...bagus...Yuda tidak sembarang orang bisa menahan ajian lahar perak itu dan kau berhasil menahannya. sekarang bersihkan dirimu dan setelah itu temui guru ditempat guru bersemedi!"perintah sang guru.
"sekarang atau nanti..."ucap Yuda.
"sekarang edan atau mau ke ketok kepalamu dengan tongkat ini hehehehehe"ucap sang eyang.
"ampun...ampun eyang...iya aku pergi sekarang..."ucap Yuda lalu berkelebat pergi meninggalkan sang guru.
Setelah selesai membersihkan dirinya Yuda menemui sang eyang yang telah merawatnya sejak bayi serta mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.
"salam hormatku eyang..."ucap Yuda dan sang guru membuka matanya dan tersenyum lalu berkata,"duduklah dihadapan eyang Yuda!"ucapnya dan Yuda pun mengikuti apa yang diperintahkan sang guru.
"Yuda berapa umurmu sekarang?"tanya eyang.
"hmmmm....berapa ya?sepuluh tahun kali eyang...."ucap Yuda sambil senyum-senyum.
"tidak usah berlaku edan didepan eyang Yuda nanti telingamu eyang pindahkan ke pantat mau?"ancam sang eyang.
Yuda langsung mendekap kedua telinganya dan berkata,"ampun eyang nanti bagaimana saya buang air..."ucap Yuda dan sang eyang senyum-senyum sendiri.
Bersambung...
"kalau Yuda tidak salah hitung sudah tujuh belas tahun eyang"ucap Yuda dan sang eyang manggut-manggut lalu berkata,"semua ilmu kesaktian sudah eyang wariskan kepada dirimu Yuda dan dirimu sekarang sudah menjadi pemuda sakti yang tidak sembarang orang bisa mengalahkanmu tapi satu yang harus kau ingat Yuda bahwa diatas langit masih ada langit jangan pernah engkau merasa sombong dan merasa sudah menjadi orang yang paling hebat diseluruh jagat raya karena diluar sana banyak sekali pendekar yang masih berada diatasmu. Satu lagi yang terpenting dimanapun engkau melangkah engkau harus menghormati tempat tersebut dan jaga sikap baik-baik. Apakah engkau mengerti edan?"tanya sang eyang karena dilihatnya Yuda hanya manggut-manggut saja seperti burung yang membuat sang eyang kesal.
"i...iya eyang Yuda mengerti apa yang eyang sampaikan"ucapnya tergagap yang membuat sang eyang menjadi tersenyum.
"Saat ini eyang akan menceritakan tentang dirimu bukankah hal ini yang senantiasa engkau tanyakan kepada eyang?"ucap eyang braja Sedeng.
Mendengar hal itu jantung Yuda berdetak kencang karena memang hal inilah yang selalu ditanyakannya tapi malah mendapat dampratan dari gurunya.
"Ketahuilah bahwa dirimu berasal dari desa Mulya Rimbun disebelah tenggara bukit tambun dan kedua orang tuamu..."ucap sang eyang yang tidak meneruskan perkataannya.
"kenapa dengan orang tuaku eyang"tanya Yuda.
"maafkan eyang Yuda kedua orang tuamu sudah meninggal karena dibunuh dan eyang telat memberikan pertolongan kepada mereka"ucap sang eyang.
Mendengar hal itu Yuda menjadi sangat marah dan tangannya menjadi keperakan sambil berkata,"siapa yang membunuh kedua orang tuaku eyang?"ucap Yuda dengan bibir tergetar.
"Mereka adalah gerombolan rampok karang lintang yang dipimpin oleh tiga orang saudara seperguruan yang bernama Warok Cakil sebagai pemimpin mereka, Warok Singkil dan Warok Kendil. Ayahmu dibunuh oleh warok singkil dalam pertarungan satu lawan satu dan terkena ajian kelabang biru yang mengandung racun ganas sedangkan ibumu diperkosa oleh warok kendil dan setelah itu kedua saudaranya ikut ambil andil dalam perkosaan tersebut. Ibumu dibakar dalam keadaan pingsan disamping jenazah ayahmu yang sudah lebih dahulu berpulang. Saat itu eyang sedang dalam perjalanan menuju ke gunung Bromo tempat ini dan mendengar tangisanmu. Terlambat sedikit saja palang balok yang dilamur api akan menimpa dirimu Yuda dan eyang melihat kedua orang tuamu sudah hangus terbakar api yang meratakan tempat tinggalmu. Maafkan eyang Yuda..."ucap eyang braja Sedeng sedih.
Tanpa terasa butiran air mata bening menetes dipipi Yuda tapi langsung dihapusnya.
"apakah eyang tahu siapa nama kedua orang tuaku?"tanya Yuda.
"ayahmu bernama Gatot Laksana sedangkan ibumu bernama Sekar dan eyang mengetahui tentang mereka setelah keesokan harinya eyang mendatangi tempat itu dan mendapat keterangan dari mereka"ucap eyang braja.
"eyang apakah kedua orang tuaku dikubur secara layak?"tanya Yuda lagi.
"iya anakku mereka dimakamkan di pekuburan desa karena ayahmu seorang kepala desa disana"ucap eyang braja.
Yuda menarik nafas dalam, ada rasa sesak yang menggerogoti relung hatinya tapi dia berusaha menguatkan hatinya.
"anakku Yuda hari ini adalah hari perpisahan untuk kita berdua. Kau harus menentukan langkah hidupmu sendiri sebagai seorang pendekar pembela kebenaran yang harus mengamalkan setiap kepandaian yang engkau punya untuk kebaikan sesama"ucap eyang braja.
"tapi eyang kalau Yuda pergi bagaimana dengan eyang?nanti siapa yang akan ambil air dan mengurus makan eyang?"tanya Yuda.
"anak edan sebelum engkau hadir disini eyang sudah terbiasa melakukan hal itu sendiri dan tidak usah kau pikirkan hal itu. Yuda perhatikan pedang di hadapanmu, pedang itu bernama pedang naga bumi dan digagangnya ada ukiran berbentuk kepala naga. Sekarang coba kau pegang pedang tersebut untuk mengetahui apakah dirimu berjodoh dengan pedang naga bumi yang senantiasa eyang bawa selama ini sehingga eyang dijuluki pendekar naga bumi"ucap eyang braja.
Yuda ragu untuk memegang pedang tersebut dan sang eyang yang melihat keraguan yang timbul dihati Yuda lalu berkata,"peganglah Yuda kita akan lihat apakah tanganmu akan terbakar saat memegangnya atau tidak?karena pedang ini hanya bisa disentuh oleh orang yang berjodoh dengannya"ucap eyang braja.
"tapi eyang kalau aku tidak berjodoh maka tanganku akan terbakar benar kan eyang?"tanya Yuda.
"iya benar Yuda dan tinggal eyang potong karena pedang ini mengandung racun jahat"ucap eyang braja dengan mimik yang serius.
Yuda benar-benar ragu untuk memegang pedang tersebut tapi pada akhirnya dia menguatkan hatinya untuk menuruti permintaan guru sekalian orang tua yang sudah merawatnya sejak dia bayi.
Perlahan tangan Yuda terulur untuk memegang gagang pedang yang berbentuk ukiran kepala naga dan saat tangan tersebut menyentuh gagang tersebut Yuda tersentak seperti ada aliran api yang menyengat ya tapi hanya sesaat berganti dengan kesejukan.
Yuda melihat pedang itu yang panjangnya hanya tiga jengkal saja lalu mulai membuka pedang tersebut dari warangkanya.
Yuda terkesima melihat cahaya kehijauan yang membungkus badan pedang dan sangat berkilau.
"Yuda sekarang kau alirkan tenaga dalammu ke badan pedang!"perintah sang eyang.
Saat Yuda menyalurkan tenaga dalamnya tiba-tiba pedang tersebut berubah menjadi api biru yang memaparkan hawa maha dahsyat.
"sekarang kau mainkan jurus demi jurus pedang sakti menghancurkan Angkara lalu arahkan ujung pedang tersebut ke pohon yang besar itu tahan nafasmu dan lepaskan!"perintah sang eyang.
Yuda mengikuti perintah sang eyang lalu dari ujung pedang membersit cahaya biru yang terang benderang menghantam batang pohon yang besarnya empat pelukan orang dewasa sehingga hancur bergemuruh menimbulkan ledakan yang dahsyat ditempat itu.
"sekarang sarungkan kembali pedang tersebut dan eyang akan menyatukan pedang tersebut dengan sukmamu seperti selama ini pedang tersebut menyatu dengan Sukma eyang"ucap eyang braja dan Yuda mengikuti perintah sang eyang.
"Pedang sakti naga bumi mulai hari ini engkau sudah mempunyai tuan yang baru dan akan menjagamu begitupun sebaliknya dirimu akan menjaganya dan menyatu didalam sukmanya"ucap eyang braja lalu mulutnya berkemak kemik dan menempelkan bagian gagang ke dada sang pemuda dan secara gaib pedang naga bumi menghilang lalu masuk kedalam Sukmanya.
Yuda hanya merasakan kehangatan dan kelembutan menyatu didalam tubuhnya dan dia merasa tubuhnya menjadi sangat enteng dan tenaga dalamnya berlipat lima kali dari sebelumnya sedangkan kelima panca inderanya bekerja lebih peka dari biasanya.
"saat engkau membutuhkan pedang naga bumi engkau tinggal katakan pedang naga bumi datanglah aku butuh bantuanmu dan saat engkau mengatakan itu maka pedang naga bumi akan ada ditanganmu, sekarang cobalah!!!"perintah sang eyang.
"pedang naga bumi datanglah aku butuh bantuanmu!"ucap Yuda tiba-tiba ditangannya sudah tergenggam pedang naga bumi berwarna hijau berkilauan.
"saat engkau ingin mengembalikannya kedalam tubuhmu engkau tinggal katakan pedang naga bumi kembalilah maka pedang naga bumi akan kembali ketubuhmu!"ucap sang eyang braja Sedeng.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!