Kakek adalah orang yang kaya raya di kampungnya, dan terkenal akan kedermawanannya.
Setiap hari kami selalu di ajak untuk berbagi di yayasan maupun tempat-tempat dimana anak yatim berada, kakek bernama Danu Soedibjoe.
Namun sebuah tragedi terjadi yang membuat kami sekeluarga di usir oleh kakek tanpa sebab yang tidak aku tahu alasanya.
Rangkaian kejadian-kejadian aneh yang terbilang mistis membuat kami seperti diteror setiap harinya.
Kehidupan kami berubah menjadi seperti kutukan yang mengerikan, entah apa yang sudah dibuat oleh orang tua terdahulu! Sehingga membuat keluarga kami mengalami peristiwa yang di luar nalar.
Bahkan aku yang notabenenya bukan anak indigo setiap hari mengalami hal-hal yang menyeramkan, seperti melihat sesosok Makhluk yang berbadan besar, berbulu hitam lebat mata besar berwarna merah seperti api, dan tingginya menjulang sampai atas pohon.
Bahkan dia seperti selalu menatap kearahku jika aku berada diluar rumah tapi aku selalu mengacuhkan ya, karna kata Ayah dia adalah penjaga rumah kami!
Lalu apa yang terjadi pada keluarga Soedibjoe?
Bermula pada...
***
𝚃𝙰𝙷𝚄𝙽 𝟷𝟿𝟿𝟼
Perkenalkan namaku Ajisaka Subroto Soedibjoe. Umurku waktu itu menginjak usia 8 tahun.
Ibu sedang mengandung adikku, saat itu usia kandungan yang sudah jalan 9 bulan. Ibu adalah wanita yang cantik dan sholeha.
Bahkan aku tumbuh di lingkungan yang agamis, aku dituntut untuk selalu belajar tentang agama. setiap hari aku ngaji bersama teman-teman seusia ku.
"Ibu kenapa berkeringat dingin seperti ini.?" Ibu yang merintih kesakitan sambil sesekali menarik nafas, tapi aku bingung apa yang harus kulakukan untuk membantu ibu.
"Cari Ayah nak,Ibu sepertinya mau melahirkan adik kamu!" Akupun langsung pergi mencari Ayah yang aku sendiri tidak tau Ayah ada dimana. Hujan petir begitu dahsyatnya namun aku terus berlari untuk mencari ayah.
Di tengah guyuran hujan tiba-tiba langkahku seolah-olah berhenti tidak bisa di gerakkan sama sekali. Kucoba untuk menggerakan kakiku tapi seperti tubuhku terikat sesuatu.
Aku mencoba melirik kesana kemari tapi hanya pohon bambu yang begitu lebat. Payung pun terlepas dari genggaman tanganku.
Aku tidak tau apa yang sedang terjadi denganku, kenapa mulutku terasa terkunci dan kakiku tidak bisa digerakkan.
Tiba-tiba...
Ada sosok yang sangat mengerikan mendekatiku dia memiliki tanduk di kepalanya, wajahnya seperti gajah dan telinga panjang, serta bergigi taring.
Aku melotot karna ketakutan ketika sosok mengerikan itu mendekatiku tapi lari pun tidak bisa jangankan lari untuk bergerak saja aku tidak bisa. Akhirnya aku sampai kencing di celana karena ketakutan yang luar biasa.
"WHAHAHAHA sepertinya ini adalah calon penerusnya, kamu adalah keturunan Soedibjoe yang kelak akan menjadi budakku." Ketawanya begitu nyaring ditelingaku begitu mengerikan saat didengar.
"Sebaiknya kamu siapkan dirimu anak manis, kamu adalah pengikut ku untuk meneruskan perjanjian ku dengan Kakek moyangmu."
WHUUUUSSSHH...
Kulihat sosok wajah mengerikan itu terpental dan terpelanting jatuh namun dia masih melayang di udara.
"Dasar kau laki-laki tua bangka SIALANNN, jangan ikut campur urusanku dengan anak itu." Dengan suara yang begitu keras dan menggema, membuatku menangis karena sudah berusaha sekuat tenaga mencoba mengerakan badanku namun tidak bisa juga terlepas dari belenggu yang mengikat ku, yang aku sendiri tidak tau apa yang mengikat ku ini.
"Lebih baik kau bertaubat wahai iblis yang menganggu manusia.!"
"Setiap perjanjian manusia dan iblis tidak bisa terlepas sampai mati, WHAHAHA."
"Urusanmu dengan Kakek moyangnya, bukan dengan anak yang tidak tahu ini." Terdengar suara laki-laki dari arah belakangku tapi untuk sekedar menengok saja aku masih tidak bisa.
"Lebih baik kau pergi wahai Iblis yang dilaknat Allah, jangan kau ikut campuri dunia manusia."
"WHAAHAHA heii kau Tua bangka sialan kau kira dirimu siapa, menganggap dirimu suci? sedangkan kau juga dari golongan Jin."
"Setidaknya aku bersujud kepada Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
"Kamu sama saja dengan manusia rendahan seperti mereka yang menghalalkan seribu cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Pertarungan antara Dua Makhluk yang satu Makhluk sangat mengerikan yang satunya seperti kilatan cahaya putih.
Makhluk mengerikan itu mengeluarkan tongkatnya dan berubah menjadi Seekor Naga, dan terdengar suara dari kilatan cahaya itu.
"A'uudzubillaah himinas syaitoon nirrojiim." kilatan cahaya melayang di atas kepalaku. Naga yang bergigi taring sangat tajam yang siap untuk menerkam kini terlempar jauh dan seperti terbakar api.
"Kamu akan tahu akibatnya Tua bangka, karena sudah ikut campur urusan dari golongan kami, mereka yang kau lindungi tidak akan pernah sudi memandangmu."
"Lebih baik kau bertaubat dan kembali ke jalan yang benar Wahai Iblis, sebelum kau sendiri yang di laknat Allah di akhirat kelak."
"CUUIIIHHH.. Aku tidak akan sudi untuk tunduk kepada manusia seperti mereka, Karena kami adalah golongan yang kuat."
"Pembalasanku belum di mulai sesungguhnya aku akan menganggu anak cucu Soedibjoe sampai mereka semua mati, Dan akan berpaling dari ajaran kebenaran Islam, karena kami membenci mereka sampai kelak di Neraka mereka akan menjadi teman bagi kaum Jin, HAHAHAHA."
seketika Sosok mengerikan itu menghilang tanpa jejak sedikitpun.
Dikit demi sedikit belenggu yang tadi menjerat ku mulai terlepas. Kini badanku bisa digerakkan kembali.
"Carilah Ayahmu digubuk ujung sana ketika kau berjalan jangan sekali-kali kau menengok kebelakang, Aku yang akan menjagamu dari belakang saat ini."
Akhirnya aku berlari untuk mencari Ayah kembali tanpa menengok kebelakang seperti orang yang tadi katakan. Karena umurku yang baru berusia delapan tahun tidak mengerti apapun apa yang barusan terjadi.
Aku hanya mengikuti apa yang dibelakangku katakan,
HOSH...HOSHHH..
Karena berlari membuat nafasku ngos-ngosan entah Ayah ada dimana,? Aku putuskan untuk terus mencari keberadaanya, Akhirnya..
Aku melihat Ayah sedang duduk bersilah di gubuk tua sendirian, entah apa yang sedang Ayah lakukan sudah tau Ibu sedang hamil Tua bukanya menemani namun justru Ayah malah keluyuran.
"Ayah..?" Kulihat Ayah seperti menyembunyikan sesuatu dibelakang badanya ketika melihatku.
"Ayah, sepertinya ibu mau melahirkan adik."
BRUGGHHHH..
Badanku terjatuh ke tanah karena syok saat kejadian tadi yang menimpaku. Badanku menggigil kedinginan wajahku seperti pucat pasi.
"Aji.. kamu kenapa nak kenapa tubuhmu dingin sekali, kenapa kamu cari Ayah saat hujan seperti ini?" Ayah panik ketika melihat seluruh badanku lemas.
Rasanya Dunia seakan gelap dan tidak terlihat, akupun menutup mataku...
****
Haii semua jangan lupa dukung aku dengan, like, komen dan vote yah, ini karya horor kedua ku.
Terimakasih.
"Aji, kamu kenapa, Nak? Astaghfirullah badan kamu dingin sekali nak." Ayah mengendongku dan berlari pulang kerumah, dengan perasaan cemas yang menyelimuti relung hatinya.
"Sadar Aji, maafin Ayah karena tidak berada dirumah, Nak bangun sayang." Ayah terus berlari dengan air mata yang sudah membasahi pipinya yang mungkin begitu cemas akan keadaan anaknya.
Sampai dirumah, Ayah langsung membuka pintu dan dikejutkan dengan keadaan Istrinya yang sedang memegang pinggiran kursi dengan wajah dan rambut yang sudah tidak beraturan dan keringat dingin yang sudah membasahi seluruh tubuhnya.
"Astagfirullah Ibu, Apa yang terjadi.?" Ayah meletakan tubuh Aji di kasur dan langsung menghampiri sang Istri.
"Ayah, Ibu sudah tidak kuat Yah!" Ibu dengan sekuat tenaga mengejan sambil sesekali menarik nafas.
"Ibu mau melahirkan ini Bu, Ayah harus memanggil Dukun bayi dulu, Ibu masih kuat untuk berjalan? Tolong gantikan baju Aji dia pingsan karena kedinginan dan bajunya basah kuyup." Dengan begitu panik yang dirasakan Ayah.
"Ayah pergi dulu Bu, panggil Dukun bayi, Ibu tunggu Ayah pulang jangan ke mana-mana sendirian." Pinta Ayah yang langsung pergi untuk meminta bantuan.
Seperginya Ayah Ibu langsung menuju ke kamar untuk mengganti pakaian Aji yang seperti suaminya suruh.
Namun tiba-tiba angin bertiup kencang yang membuat jendela rumah yang terbuat dari kayu itu terbuka dan angin berhembus masuk kedalam kamar Aji begitu kencang.
"Astagfirullah ya Allah tolong hambamu, jaga hamba dan anak hamba ya Rabb." Ibu berjalan menghampiri jendela yang terbuka tadi untuk segera menutup pintu jendela.
"Allahhu Akbar , Aaaaaaaaakkkk." Begitu terkejutnya Ibu ketika melihat sosok wanita yang mengerikan di depan jendela, seketika Ibu mundur kebelakang sambil memegangi perutnya. Entah itu hanya halusinasi atau memang dia melihat setan.
Tepat di samping ranjang dimana Aji masih belum sadar Ibu langsung segera menghampiri Aji untuk membuka seluruh pakaiannya.
Betapa kagetnya Ibu saat menyadari tubuh anaknya yang begitu dingin dan kaku Ibu langsung panik dan segera menganti pakaian anaknya.
Setelah selesai Ibu langsung menyelimuti tubuh Aji, Dan memeluk anaknya berharap bisa memberi kehangatan untuk Aji.
Kecemasan tak berhenti disitu, perutnya tiba-tiba merasakan kram yang luar biasa seakan-akan bayi itu meminta segera untuk keluar.
Dengan menahan sakit ibu masih memeluk tubuh Aji, yang semakin dingin, diperiksa nya nafas Aji namun untungnya masih bernafas. Karena tidak mau anaknya mati konyol Ibu memutuskan untuk keluar rumah meminta pertolongan dan berharap tetangga mau menolongnya.
"Tolong.. Tolong.. Huuuuft." Dengan terus menarik nafas agar si bayi tidak keluar dahulu karena Dukun bayi belum datang.
Ibu berjalan kerumah tetangga yang berada tak begitu jauh dari rumahnya, Ibu langsung dikejutkan oleh sosok wanita tua berwajah mengerikan berambut gimbal sampai ke tanah, bermata merah dan bergigi taring.
Ibu terjatuh karena ketakutan yang luar biasa dan sangking terkejutnya, Ibu jatuh ke tanah sambil memegangi perutnya.
"Jangan ganggu saya mbah, saya permisi untuk lewat tolong jangan ganggu saya."
Setan tua itu justru tertawa begitu nyaringnya seperti suara kuntilanak yang menakutkan, dengan mata masih menatap kearah Ibu.
"Kalian manusia mengaku ahli ibadah namun denganku saja kalian takut, khihihihihi.." Setan tua itu justru tertawa, yang semakin membuat bulu kuduk berdiri.
"Kalian manusia-manusia yang mengaku menyembah Allah, tapi kalian sendiri yang menyekutukannya."
"Tidak, kami tidak sekalipun menyekutukan Tuhan kami."
"HaHaHaHA, kalian ini manusia bodoh, yang mudah tertipu daya akan godaan dari bangsa kami, hanya untuk memenuhi hasrat dan ambisi kalian." Wanita tua itu mencoba semakin mendekat.
Dan ingin menyentuh perut Ibu yang sedang mengandung besar, sekuat tenaga Ibu merangkak mundur dan membaca Surah yang dia bisa bacakan.
"Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
Qul a'udzu birabbinnas
Yang artinya: "Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhannya manusia’"
Malikinnas(i)
Yang artinya: "Raja manusia,"
Ilahinnas(i)"
Yang artinya: "Sembahan manusia,"
Min syarril waswasil khannas"
Artinya: "Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,"
Allazi yuwaswisufi sudurinnas"
Yang artinya: "Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia."
Minal jinnati wannas."
Yang artinya: "Dari (golongan) jin dan manusia."
Setan itu tiba-tiba menghilang entah kemana,
Ibu melihat darah mengalir di kakinya, perutnya seakan dicabik cabik seolah-olah bayi itu meminta untuk dikeluarkan. Dibawah guyuran hujan yang masih deras Ibu berteriak untuk meminta bantuan.
"TOLONG.. TOLONG." Sekuat tenaga Ibu berteriak untuk meminta bantuan.
"Astagfirullah Ibu Retno, kenapa di luar begini Bu? kemana suami Ibu.?"
"Tolong bantu saya berdiri Mbak Ratih." Akhirnya mbak Ratih dan suaminya menolong Ibu. Saat meraka mendengar teriakan suara minta tolong sepasang suami-istri itu bergegas keluar rumah dan menemukan Ibu berada di luar dan duduk di tanah.
Dilihatnya wanita tua itu sudah pergi dan tidak terlihat lagi, Akhirnya Ibu dibantu mbak Ratih dan suami untuk pulang kerumah.
Setelah masuk kedalam rumah Ibu minta di antar kedalam kamar Aji, Ibu meminta bantuan kepada suami istri itu untuk menutup jendela, dan suami mbak Ratih langsung mengecek tubuh Aji.
Wajahnya seketika berubah pucat pasi, dahinya mengernyit dengan tangan yang masih mencoba mengecek seluruh kondisi Aji yang kala itu lemas tak berdaya.
Entah karena kedinginan kehujanan atau karena syok saat bertemu Jin tadi, yang akhirnya membuat jiwanya terguncang.
Mitos jaman dulu kata orang tua, jika kita bertemu setan maka kita yang akan sakit begitu juga sebaliknya jika setan yang melihat kita lebih dulu setan itu yang akan sengsara.
Namun itu hanyalah sebuah cerita yang entah darimana asalnya, dan benar atau tidaknya.
Suami mbak Ratih akhirnya menempelkan tanganya di hidung Aji untuk mengecek nafasnya, Seketika suami mbak Ratih mengucapkan.
"INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJIUN."
***
"INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJIUN." Pak Amir mengatakan itu membuat tubuh Ibu bergetar hebat, karena tidak bisa membayangkan hal buruk terjadi kepada anaknya.
"Kenapa pak Amir? Apa yang terjadi sama Aji pak.?" Dengan mulut yang bergetar Ibu mendekat ketubuh Aji untuk mengecek keadaan anaknya walau dengan keadaan darah yang mengalir di kakinya. Namun tidak dihiraukan rasa sakit yang dirasa, mendadak terasa hambar dibanding dengan hatinya.
"Aji, bangun nak maafin Ibu yang menyuruh kamu untuk mencari Ayah nak, hiksss.. hiksss ya Rabb, tolong jangan kau ambil anakku secepat ini AAAAAAKHHHH... " Tangis yang begitu pilu terdengar dari seorang Ibu yang sangat menyayangi anaknya.
"Bu Retno Aji masih bernafas, Hanya saja nafasnya, eeemm sudah seperti di tenggorokan."
"Tolong saya pak Amir, hiksss panggilkan Ayah mertua saya pak."
"Baik Bu, biar saya datang ketempat pak Danu."
Tak menunggu lama pak Amir pergi kediaman Danu Soedibjoe kakek dari Aji, Ibu masih memeluk Aji yang belum sadarkan diri.
Dengan wajah yang sudah pucat, rambut acak-acakan dan mata yang sembab sambil menahan sakit di perutnya Ibu melantunkan Ayat suci Al-Qur'an.
"Allahu la ilaha illa huw, al-hayyul-qayyum, lā ta'khuzuhu sinatuw wa la na'um, lahu mā fis-samawati wa ma fil-ard, man zallazi yasyfa'u 'indahu illa bi'iznih, ya'lamu ma baina aidīhim wa ma khalfahum, wa la yuhituna bisyai'im min 'ilmihi illa bima sya, wasi'a kursiyyuhus-samawati wal-ard, wa la ya'uduhu hifzuhuma, wa huwal-'aliyyul-'azim
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Al-Baqaroh Ayat 255).
***
Di tempat Ayah berada, Ayah berlari dengan menerjang hujan yang disertai guntur yang begitu keras, Tak ada satu orang pun yang berada di luar karena keadaan pedesaan yang sunyi dan sepi.
Ayah terus berlari menuju rumah Dukun bayi untuk membantu persalinan istrinya, Setelah sampai dirumah si Dukun bayi tiba-tiba Ayah dikejutkan dengan Mbah Mirah yang berada diluar dengan tatapan yang tajam.
Pikir Ayah suatu kebetulan karena dia tidak perlu repot-repot untuk mengetuk pintunya.
"Assalamu'alaikum Mbah, ngampunten Mbah Istri saya mau melahirkan tolong kerumah saya untuk membantu persalinan istri saya." Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Mbah Mirah walau hanya sekedar menjawab salam pun tidak.
Tapi Ayah masih berfikir logis karena keadaan Istri dan anaknya lebih penting dari pada berfikir yang tidak-tidak.
Mbah Mirah hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan berjalan terlebih dahulu, Tanpa menoleh kebelakang, Ayah pun mengikuti Mbah Mirah dari belakang.
Ayah mencium bau anyir yang entah berasal dari mana, Masa iyah dari Mbah Mirah pikirnya.
"Akhhh mungkin Mbah habis bantu persalinan di tempat lain." Bathin Ayah.
Setelah sampai di Rumah, Pintu seakan-akan menyambut kedatangan Mbah Mirah, Yang tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.
Ibu masih setia memeluk Aji dengan masih ditemani Mbak Ratih disampingnya dengan mengusap-usap punggung Ibu, Tangisan belum juga berhenti sambil mulut melantunkan Surah-surah pendek. Berharap sang Pencipta selalu memberikan perlindungan kepada keluarganya.
"Ibu, Mbah Mira udah datang lebih baik Ibu ke kamar kita biar bisa melahirkan disana, Aji biar Ayah yang jaga yah.?" Perintah Ayah yang mengambil alih untuk memeluk Aji.
Ibu kini sudah berada dikamar dengan Mbah Mirah dan ditemani Mbak Ratih, Ibu mulai tiduran di atas kasur karena sakit bukan main yang dirasakanya.
"Buka kakimu Ndok."
Ibu menuruti apa yang di ucapkan Mbah Mirah untuk membuka kakinya, Dengan mencoba mengatur nafasnya yang sedari tadi sudah terasa berat.
"Huuuufttt hoshh... hemmmmm Huuuufttt." Ibu menarik nafas dan mengeluarkannya lagi.
"AAAAAAAAKKKKK.. " Ibu mengejan hebat agar Anaknya bisa segera keluar, Sekuat tenaga Ibu mencoba untuk terus mengejan.
Ayah sedari tadi mondar mandir di depan pintu kamar dimana tempat Ibu melahirkan sambil mengendong Aji di punggungnya.
Mulut Ibu tidak berhenti mengucapkan kalimat-kalimat Doa agar dirinya dan anak yang di kandungannya selamat.
"Hanna waladat maryam wa maryamu waladat 'iisaa, ukhruj ayyuhal mauluud, biqudratil malikil ma'buud."
Artinya: "Hanah melahirkan Maryam, Maryam melahirkan Isa, Wahai anak yang akan dilahirkan, lahirlah dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Menguasai, Yang Disembah.
"Aaaaaaaaaaaaaaakkkkhhh." Ibu mengejan dengan begitu kuatnya sehingga lahirlah seorang Putri yang begitu cantik.
Terdengar suara tangisan Bayi dari dalam kamar, Membuat Ayah merasa lega dan bahagia dengan masih mengendong Aji di belakang punggungnya.
NAMUN...
Kekalutan masih belum berhenti sampai disitu, Ketika bayi itu berada di tangan Mbah Mira dengan Ari-ari masih menempel, Dengan ganasnya Mbah Mira menggigit usus yang menyambung ketali pusar.
Seketika syok bukan main ketika Ibu dan Mbak Ratih menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya, Yang dimana seharusnya usus itu dipotong dengan alat gunting atau semacamnya ini justru dengan gigi yang berubah menjadi taring yang panjang.
"Siapa kamu?" Tanya Ibu yang merasa cemas karena anaknya masih ditangan Dukun bayi itu.
"Tolong bawa sini anak saya Dukun Biadabbb." Mendengar suara teriakan Ibu membuat Ayah mencoba untuk masuk tapi sialnya pintunya terkunci.
"Ini adalah tumbal yang akan di persembahkan untuk Raja Iblis kami, khihihihihi.." Tiba-tiba Dukun Bayi itu berubah menjadi wanita tua yang tadi dilihatnya, Dengan mata merah, wajah mengerikan tanpa berbentuk, dan bergigi taring serta rambut yang menyentuh ke tanah.
Tiba-tiba Kakek Soedibjoe datang bersama istrinya, Pak Amir beserta seorang Ustadz.
"Dimana Istri kamu.?" Kakek menanyakan keberadaan sang menantu dan cucuknya.
"Ada didalam Yah, tapi Broto tidak bisa membuka pintunya karena dikunci dari dalam sepertinnya."
"Lebih baik kita dobrak pintu ini, karena mungkin saja Istri kamu dalam keadaan bahaya!"
Mereka mencoba mendobrak pintunya dengan lima kali percobaan akhirnya mereka bisa membuka pintunya.
BRAAAKKKKKK...
Akhirnya pintu kamar itu terbuka dan bisa masuk kedalam untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalamnya.
Betapa terkejutnya mereka melihat sosok mengerikan sedang mengendong bayi ditanganya dengan di iringi suara tangisan bayi.
Wanita itu masih mengunyah usus si Bayi itu dengan darah berceceran di mulut wanita tua itu.
"ASTAGHFIRULLAH.."
"Wahai Iblis yang terkutuk, Lepaskan bayi itu karena Dia bukanlah milikmu!" Kini ustadz yang diketahui bernama Ilham mencoba untuk berkomunikasi dengan setan yang bernama UMMU SIBYAN.
"HA HA HA siapa kamu? menyebutku iblis yang terkutuk sedangkan dirimu manusia yang berlumur akan dosa."
"Aku adalah anak cucu Adam.".
"Sampai hari kiamat kami dari bangsa Jin tidak akan patuh dan tunduk kepada manusia yang mulutnya membaca Al-Quran namun hatinya penuh dengan kedengkian."
"Jangan pernah kamu menghina Al-Qur'an yang suci itu, Lebih baik kau bertaubat."
KHIHIHIHi...
Bukanya takut justru setan itu tertawa begitu nyaringnya dan melempar bayi itu ke udara.
***
Apa yang akan terjadi pada bayi itu..?
Jangan lupa like, komen dan vote yah.. sebagai bentuk dukungan kepada Author.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!