NovelToon NovelToon

I Am The Younger Brother Of The Heroine

Chapter 1 Reinkarnasi

Di pagi hari yang cerah, di kekaisaran Albaret.

Di sebuah akademi, terdapat seorang pemuda tampan berpakaian serba hitam dengan mengenakan jubah hitam yang berjalan di lorong akademi menuju auditorium akademi tempat penerimaan siswa baru.

Dia bernama Arish Von Caltanin, dia adalah murid baru di sebuah Akademi Albaret di Benua Timur Kekaisaran Albaret.

***

Nama saya Arish Von Caltanin, sebelum saya menjadi Arish dulu di kehidupan sebelumnya saya seorang siswa SMA biasa.

Tempat saya sekarang adalah dunia novel yang dulu pernah saya baca di web novel. Novel itu berjudul 'The Conquest Of The Tower In Another World' seperti novel pada umumnya, protagonis pria kerasukan dari abad ke 20xx.

Protagonis pria dulunya di kehidupan sebelumnya adalah pekerja kantoran biasa. Setelah ia pulang kerja dari lembur kantor, protagonis pria mengalaminya kecelakaan di jalan menujuh ke rumahnya dengan di tabrak oleh truck.

Cerita yang cukup klise bukan?

Sedangkan saya sendiri seorang siswa SMA biasa yang meninggal karena kekerasan yang ada di sekolah.

Saya mendapatkan ingatan akan kehidupan sebelumnya setelah saya sembuh dari penyakit saya di umur yang ke 10 tahun.

Tapi yang anehnya, saya tidak bisa mengingat ingatan sebelum saya jatuh sakit. Menurut perkataan orang tua saya, saya tidak bisa mengingat ingatan itu karena itu adalah ingatan yang akan menyakiti bagi saya.

Setelah saya sembuh dari penyakit saya, saya berusaha keras belajar dengan giat supaya bisa di terima di akademi di Kekaisaran Albaret.

Sejujurnya orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk bersekolah di kekaisaran Albaret di benua timur. Karena jauh dari rumah dan rumah saya itu ada di benua tengah di Kekaisaran Vanes.

Orang tua saya bilang saya masih belum sembuh, menurut mereka saya lebih baik belajar di rumah. Tapi menurut saya, saya baik-baik saja dan sudah sembuh dari penyakit itu.

Walaupun masih harus minum obat, supaya tidak kambuh lagi. Dan saya harus juga memunuhi syarat dari orang tua saya, supaya bisa masuk akademi Albaret.

Sekarang saya akan menuju auditorium akademi, tempat dimana cerita akan segera di mulai.

Dan tempat protagonis, pahlawan wanita, penjahat, peran pendukung, dan peran lainnya. Dan saya berperan sebagai extra yang tidak pernah ada di novel.

***

Inilah bagaimana alur cerita didalam novel berjalan.

Suatu hari, dunia menghadapi bencana.

Tower dan dungeon muncul dimana-mana, dan menghasilkan monster. Dan monster itu menyerang manusia, dan membuat dunia berada dalam malapetaka.

Terutama di benua timur.

Menjadi benua yang terkenal buruk karena ditempat itu dungeon dan tower muncul secara terus-menurus. Dan disana serangan para monster lebih ganas dibanding benua lain.

Itu sungguh mirip neraka.

Tapi dalam kegelapan itu, muncullah cahaya terang. Didalam novel, cahaya itu disebut sebagai 'Pahlawan'.

Benua timur bertarung dengan para monster dengan bantuan kekuatan dari para pahlawan. Dan mereka perlahan bisa mengambil alih tower dan dungeon yang ada. Dengan menggunakan industri yang diciptakan dalam bencana ini sebagai penggerak, mereka berhasil pulih dari krisis.

Hari demi hari pun berlalu, benua timur menjadi benua terkemuka yang menandingi benua barat. Dan benua timur menjadi tempat berkumpulnya para pahlawan dari seluruh penjuru benua.

Tindakan benua timur karena meningkatnya monster dan dungeon. Pahlawan pertama mendirikan Akademi kepahlawanan menggunakan magic stone tercanggih.

'Akademi Albaret'

Akademi di mana para hero dari seluruh benua. Yang melalui banyak hal tidak terduga berkumpul.

Dan itu adalah dimana para hero yang akan menyelamatkan benua ini, serta saingannya berada.

'Albaret Academy' umumnya dikenal sebagai 'Albaret,' adalah sebuah lembaga pendidikan di Kekaisaran Albaret.

***

Dalam perjalanan menuju auditorium, banyak orang menatapku dan berbisik-bisik. Sepertinya penampilanku yang menonjol. Ha, itu sebabnya tidak baik menjadi terlalu tampan, bukan?

Saat saya memasuki auditorium, bisik-bisikan dan gumaman itu semakin jelas, menarik perhatian. Apakah ini pertama kalinya mereka melihat orang yang tampan?

Saya menemukan kursi kosong dan duduk. Awalnya, gumaman itu terus berlanjut, tetapi seiring berjalannya waktu, gumaman itu perlahan mereda.

Saya sedang menatap ke depan tanpa sadar ketika tiba-tiba suasana menjadi jauh lebih

berisik dibandingkan saat saya pertama kali tiba.

"Permisi, apakah kursi ini sudah ada yang duduk?"

Aku bisa tahu alasannya dengan melihat pria yang bertanya padaku. Dia berambut pirang keemasan yang melambangkan kebangsawanan, dan berawajah tampan, tentu saja tidak secantik aku, tetapi dia adalah Ludwig Alshop, putra mahkota kekaisaran dan tokoh utama dalam novel yang bertamigrasi 'The Conquest Of The Tower In Another World'.

"Ya, tempat dudukku selalu kosong! Tapi anehnya, biasanya tidak ada yang duduk disini."

"Nama saya Ludwig Alshop, panggil saja Ludwig."

Saat Ludwig duduk di sebelahku, aku mendengar desahan dari orang-orang sekitar kami. Mereka mungkin berpikir bisa mendapatkan perhatian dengan duduk di sebelah Ludwig.

"Ludwig, bukankah dia hebat."

"Akademi! Lihat bangunan megah ini. Alasan saya bisa masuk akademi seperti itu adalah karena saya warga negara kekaisaran. Jadi, saya ingin mempersembahkan semua kemuliaan ini kepada Yang Mulia Kaisar. Hiduplah kaisar, hiduplah Kaisar!"

Sementara siswa lain diam-diam menyanjung, saya menyanjung secara terang-terangan!

Aku tak pernah menyangka orang-orang di sekitarku akan terkesima dan terdiam melihat kepiawaianku dalam menyanjung.

"Ha-ha-ha-ha!"

Ludwig, yang bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun merasa kagum dengan keterampilan menyanjungku, tertawa terbahak-bahak.

"Ha-ha-ha-ha! Oh, perutku sakit. Siapa namamu?"

"Arish, panggil saja aku Arish."

"Arish..."

Ludwig menggumamkan namaku.

"Arish, sekarang kita berdua adalah siswa akademi yang sama, bagaimana kalau kita bicara lebih santai?"

"Saya terbiasa dengan menggunakan panggilan kehormatan, jadi ini lebih nyaman bagi saya."

Karena sifatku, kecuali dalam kasus khusus, sebutan kehormatan langsung otomatis keluar dari mulutku.

"Arish, apakah. Kamu seorang penyihir?"

Tampaknya Ludwig juga melihat tongkatku sebagai tongkat ajaib.

Maksudku, siapa yang mengira ini adalah pedang yang berubah saat sihir dimasukkan ke dalamnya, sebagai tongkat pedang?

Aku menempelkan jari telunjukku ke bibirku.

"Itu rahasia."

Ludwig tampak heran dengan jawabanku dan tertawa terbahak-bahak.

"Ha-ha-ha-ha. Aku belum pernah melihat orang sepertimu sebelumnya."

"Heh heh. Bertahanlah sampai akhir di akademi."

Nasihat untuk bertahan hidup sampai akhir haruslah tulus.

Masuk ke akademi itu sendiri tidaklah sulit. Selama kamu memiliki tingkat kemampuan fisik dan sihir tertentu, kamu bisa lulus. Namun, tantangan sebenarnya baru dimulai sekarang.

"Sekitar setengahnya, bukan?"

Ya, hari ini, hanya untuk sehari, sekitar setengah dari siswa akan dikeluarkan. Baiklah, itu bukan urusan saya.

Aku melirik ke arah pinggang Ludwig yang terdapat sebuah pedang.

Chapter 2 Upacara Masuk (1)

"Apakah Ludwig seorang pengguna pedang?"

"Itu seperti... Ya, pengguna pedang. Bagaimana cara melakukannya?"

Ludwig mencoba meniru cara bicaraku dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir, tetapi menyerah. Ya, itu tidak mudah.

"H-halo Y-Yang Mulia Pangeran."

Pada saat itu, seorang gadis berbicara kepada Ludwig. Itu adalah tindakan yang lebih berani daripada mereka yang menonton dari jauh, meskipun kata-katanya terbata-bata.

"Hmm, kamu pasti Isabella Youngae, kan? Aku melihatmu di pertemuan terakhir. Jadi, apa kabar?"

"I-itu sama sekali bukan apa-apa!"

Gadis itu berkata begitu dan lari dari tempat itu. Ck ck, kurang nyali.

"Itulah yang biasanya terjadi."

Ludwig berkata begitu dan melirikku diam-diam. Sejujurnya, seperti yang dikatakan Ludwig, itu adalah norma. Baik rakyat jelata atau bangsawan, bahkan bangsawan, ketika bertemu calon kaisar, kebanyakan dari mereka gemetar seperti itu.

Tapi aku berbeda. Selama 10 tahun, 10 tahun penuh, aku telah membaca novelnya. Meskipun aku tidak tahu hal-hal seperti kepribadiannya yang sebenarnya. Karena dia kan sebelumnya bukan Ludwig, tapi karena dia sudah bertamigrasi ke dalam tubuh Ludwig waktu Ludwig yang asli meninggal di umur 5 tahun. Saya merasa dekat dengannya, karena kita itu satu kampung halaman. Mungkin karena kita berdua memiliki wajah yang tampan?

"Jika semua bangsawan seperti dirimu, itu tidak akan se••• • • • menyenangkan itu."

Ludwig menekan pelipisnya seolah-olah memikirkannya saja sudah membuat sakit kepala.

"Apakah mengatakan 'Jika semua bangsawan sepertiku' menyiratkan bahwa semua bangsawan tampan?"

"Hmm, tidak ada salahnya untuk sedikit menyerupai kepercayaan diri itu."

"Apakah rasa percaya diriku benar-benar berasal dari wajah ini?"

"Ketika kamu melihat wajah tampan ini, pilihannya hanya aku atau tidak sama sekali—"

[Hmm.]

Kata-kata Ludwig tidak dapat berlanjut sampai akhir. Suara yang dipenuhi keajaiban itu bergema di seluruh auditorium. Pemilik suara itu adalah seorang wanita berparas cantik. Rambut perak panjangnya menjuntai, dan sebuah mata merah seperti batu rubi dengan wajah bak malaikat.

[Salam, semuanya. Saya Sofia, kepala sekolah di Akademi Albaret.]

Saat suara Sofia berbicara, suara-suara riuh para siswa pun berhenti.Semua siswa menunggu kata-katanya itu.

[Saya akan singkat saja, karena pidato yang panjang akan melelahkan anda.]

Tak seorang pun berpikir seperti itu. Semua orang ingin mendengar lebih banyak kata dari Sofia, yang dikenal sebagai penyihir jenius.

[Status tidak berarti apa-apa di akademi ini. Begitu kalian di sini, kalian semua adalah pelajar.]

Tidak ada bangsawan yang bodoh di sini untuk protes. Meskipun ada bangsawan yang punya keluhan, tidak ada yang cukup bodoh untuk menyuarakannya.

[Namun, itu tidak berarti tidak ada diskriminasi. Ini bukan diskriminasi berdasarkan status, tetapi diskriminasi berdasarkan kekuatan.]

Meritokraksi. Tidak ada istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan akademi.

[Jika kamu menginginkan perlakuan khusus, jadilah lebih kuat. Akademi akan menunjukkan sikap yang berbeda berdasarkan kekuatanmu.]

[Akademi ini dibuat untuk para pahlawan yang diundang untuk membersihkan dungeon dan menaiki tower. Meskipun sudah lama berlalu, dan belum ada dungeon break, kita tetap harus bersiap-siap untuk menghadapi bahaya yang tak terduga.]

[Akademi akan terus mengujimu. Tumbuhlah lebih kuat di dalamnya. Itulah akhir pidatoku.]

"Wow!"

Saat Sofia selesai berbicara, banyak siswa bersorak. Tanpa sadar Sofia melirikku sebentar, lalu memalingkan mukanya.

Akan tetapi, karena sudah tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya, saya tidak bersorak malah bersikap santai.

[Hmm, tampaknya para siswa ini penuh energi. Bagaimana kalau kita mulai ujiannya?"]

Para siswa terkejut dengan pengumuman ujian yang tiba-tiba, dan sebelum mereka sempat memahaminya, Sofia pergi setelah mengucapkan satu kalimat saja.

"Tunjukkan pada kami nilai kalian, semuanya."

Saat kata-katanya bergema di seluruh auditorium, banyak monster keluar dari udara kosong.

Sekarang, ke manakah kita harus pergi memamerkan kemegahan kita?

***

Di suatu tempat para profesor akademi berkumpul, sejumlah monitor menampilkan kekacauan yang terjadi di auditorium.

"Sepertinya sebagian mahasiswa tampaknya terkejut," komentar seorang profersor baru.

Seperti yang dikatakan profersor baru itu, sebagian besar siswa kebingungan dengan monster yang tiba-tiba muncul.

"Sekalipun mereka bisa tenang kembali, itu tidak mengubah apa pun."

Perkataanya setajam sikapnya.

Beberapa siswa tampak mulai tenang dan bahkan mengangkat senjata mereka, tetapi itu tidak mengubah apa pun. Jumlah siswa sama banyaknya dengan jumlah monster.

Para siswa tidak bisa mengangkat senjatanya secara sembarangan, karena bisa saja mengenai siswa yang di belakang mereka.

Mereka bahka tidak bisa menggunaka sihir, karena jika menggunakan sihir secara sembarangan akan mengenai murid-murid di sekitar.

Mereka saling menghalangi. Saat berhadapan dengan monster, para siswa juga harus memperhatikan yang lain.

Akibatnya, seorang siswa menjadi korban dari monster tersebut bahkan tanpa bisa mengayunkan pedangnya. Tentu saja, itu bukan monster sungguhan, melainkan monster buatan yang diciptakan dari alkimia dan sihir.

"Ck ck. Itu sudah pasti tidak mungkin."

"Itu sebabnya kita tidak menerima siswa berdasarkan nilai mereka."

Situasi terburuk ketika semuanya tampak tidak berjalan baik.

"Namun, seperti yang diharapkan, generasi ini sangat mengesankan."

Bahkan dalam situasi yang mengerikan seperti itu, ada siswa yang bersinar terang.

"Apakah gadis itu dari keluarga Stivani?"

Api, air, angin dan tanah tampak menyerang monster tersebut.

Air tampak menjebak monster sementara api membakar mereka. Tanah yang muncul dari bawah menusuk monster, dan angin mencabik-cabik mereka.

Dan ini hanya mempengaruhi monster, bukan siswa lainnya. Hal ini dimungkinkan karena mereka adalah roh yang memiliki kehendak bebas, bukan sihir.

Awalnya seorang rakyat jelata, gadis itu diadopsi oleh keluarga Marquis karena bakatnya yang luar biasa dalam mengendalikan empat elemen. Dengan rambut merahnya yang berkibar, dia membunuh para monster.

"Metode bodoh itu jelas tidak memiliki kehalusan."

Jika murid lain menghalanginya saat dia mengulurkan tinjunya, dia melompat ke tengah-tengah banyak monster. Saat tinjunya itu mengenai monster, monster itu meledak dan menghilang.

Bahkan saat dicabik-cabik oleh monster, dia tersenyum dan mengulurkan tinjunya. Semua ini dimungkinkan berkat fisik yang luar biasa yang diwarisi dari keluarga Marquis. Sebagai penerus keluarga Marquis, dia menghadapi monster dengan fisiknya yang kuat.

Selain ada mereka berdua, ada siswa yang lain yang menghadapi monster dengan cara uniknya mereka sendiri.

Seorang inspektur dari timur. Seorang penyihir yang menggunakan sihir aneh, seorang pendeta yang bertarung seperti keluarga Marquis, dan siswa lain yang jauh dari biasa-biasa saja, semuanya membludak.

"Mereka memang layak disebut sebagai generasi keajaiban."

"Memang."

Generasi keajaiban. Sebuah ungkapan yang ditujukan kepada siswa yang saat ini yang terdaftar di akademi.

Dalam suatu generasi dimana begitu banyak orang jenius, sehingga orang jenius dianggap biasa saja, itu adalah fenomena ajaib.

Chapter 3 Upacara Masuk (2)

Bahkan dalam generasi keajaiban ini, ada dua individu yang paling terkenal dan luar biasa.

Seorang gadis dengan rambut hitam menyerupai langit malam dan mata merah seperti batu rubi.

Namun, yang lebih menarik perhatian daripada penampilan gadis itu adalah kemampuan sihirnya yang luar biasa.

Dia melayangkan tubuhnya dengan sihir terbang dan melemparkan banyak bola api ke para monster itu. Di tengah semua ini, dia melindungi siswa lain agar tidak ditelan oleh sihir dengan menggunakan perisai ajaib.

Semua ini dimungkinkan oleh indra dan kekuatan magisnya. Satu-satunya murid menara sihir, Anna Veronika.

"Tapi tentu saja, bahkan Putra Mahkota pun memperhatikannya."

"Sekarang dia sudah menjadi murid akademi, panggil saja Ludwig."

"Apakah semudah itu?"

Rambut emas dan mata emas yang membutikkan garis keturunan paling mulia di kekaisaran.

Pedang di tangannya menebas para monster bagaikan kilat, menembus banyak iblis hanya dengan satu serangan.

Ludwig Alshop, dikenal sebagai reinkarnasi kaisar pertama yang mengubah Kerajaan Albaret menjadi Kekaisaran Albaret.

Anna Veronika dan Ludwig Alshop.

Banyak profesor menyakini bahwa keduanya akan menjadi pemain kunci bahkan dalam generasi ajaib.

Oleh karena itu, para profesor tidak dapat mempercayai situasi yang ditampilkan di layar monitor.

"Siapa sebenarnya orang itu?"

Seorang pria dengan rambut hitam dengan kulit pucat. Dengan mata kuning pucat, alis tajam dan juga berpakain serba hitam dengan jubah hitamnya, jangan lupakan juga dia memakai kalung dan anting-anting di telinga kirinya, dan tubuh tinggi kurus terlihat sekilas.

Semua profesor membeku karena takjub, pria seperti tampak menonjol sejak awal.

"Siapa orang itu?"

Itulah awal kata-kata seorang profesor, sebelum pidato kepala sekolah. Seorang profesor yang tertinggal di belakang sedang memeriksa apakah auditorium ditampilkan dengan benar di layar monitor, dan saat itulah ia melihat pria itu.

Keributan itu semakin menjadi-jadi saat Ludwig berbicara dengan pria itu. Tidak ada suara yang terdengar, tetapi Ludwig tampak menikmati berbicara dengan pria itu sambil tertawa saat mereka berbicara.

"Apa yang sedang dilakukan pangeran dengan pria itu?"

"Melihat dia berbicara seperti itu dengan pangeran, dia jelas tidak normal."

"Tidak bisakah kau tahu kalau dia tidak normal hanya dengan melihat penampilannya?"

Tiba-tiba, semua profesor melihat ke arah pria. Itu dan Ludwig. Tidak disangka ada pria aneh di antara para mahasiswa yang baru saja mendaftar.

"Ahahahaha! Lihatlah para bangsawan di sana! Mereka bahkan tidak bisa mendekat karena ada orang seperti itu di dekat mereka! Lucu sekali melihat para bangsawan dalam situasi seperti itu!"

Dan melihat profesor pria itu. Tertawa, mereka semua mempunyai pikiran yang sama.

"Oh benar juga, ada yang aneh di antara para profesor itu."

"Kau juga seorang bangsawan, Arnold."

"Hehehe, Profesor, aku bukan Arnold lagi, aku seharusnya dipanggil Profesor Arnold sekarang. Cobalah, Ar-nold-Profes-sor."

Arnold memiliki berbagai macam prestasi, terlahir dengan banyak bakat sebagai penulis, tetapi sifatnya yang polos dan berjiwa bebas sering kali menyebabkan sakit kepala bagi pasangan Arnold.

Kenyataannya, dia lulus sebagai lulusan terbaik di akademi dan segera berangkat untuk berpetualang, menjadi petualang peringkat S. Meskipun begitu, pasangan Arnold menyarankan agar dia menetap di ibu kota dengan mengambil jabatan profesor.

"Jadi, apakah para profesor itu disebut profesor oleh para profesor itu?"

Arnold mengatakan hal itu dan memang menjadi profesor termuda di akademi tersebut.

Alhasil, para profesor yang pernah mengajar Arnold merasa aneh saat bertemu dengannya sebagai orang yang setara dengan mereka.

Namun, tidak ada satu pun profesor yang benar-benar tidak menyukai Arnold.

Bahkan saat ia masih menjadi mahasiswa, perilaku aneh Arnold kerap membuat para profesor resah, namun mereka berdua tidak menyukai sekaligus menyukai atas tindakannya yang terpuji, seperti menentang para bangsawan yang meresahkan rakyat jelata.

"Saya suka orang itu. Siapa nama muridnya?"

Para profesor merasakan campuran rasa kasihan yang bertentangan terhadap mahasiswa itu, dan perasaan bahwa itu tidak menjadi masalah karena memang berpakaian aneh.

Seorang profesor yang lebih tua dari Arnold tetapi kurang berpengalaman mencoba mencari tahu nama mahasiswa itu, tetapi tidak perlu, karena suara yang berbicara telah mengungkapkannya.

"Arish."

Semua orang menoleh untuk melihat orang yang berbicara dari belakang. Dia adalah Angel Veronika, ketua dewan siswa akademi, dengan rambut hitam dan mata merahnya seperti batu rubi.

"Angel! Kapan kamu sampai di sini?"

Arnold melihatnya, dan menghampirinya. Tak seorang pun yang terkejut melihat siswi Angel di sana. Bahkan, perwakilan dari klub-klub ternama lainnya juga hadir.

"Ngomong-ngomong, Arish? Apa kalian saling kenal?"

"Tidak, tapi saya lihat di daftar siswa."

Menanggapi pertanyaan Arnold, Angel terdiam dan mengingat wajah dan nama yang sama seperti adik laki-lakinya yang telah lama hilang. Mungkin saja kalau Arish adalah adik laki-lakinya.

"Panggil saja saya Profesor Arnold. Ngomong-ngomong, sudah lama sekali sejak pidato kepala sekolah. Di akademi lain, pidato kepala sekolah berlangsung sekitar 30 menit, tetapi pidato kepala sekolah kami singkat, jadi saya menyukainya."

***

[Tunjukkan padaku nilaimu.]

Setelah pidato kepala sekolah berakhir, para monster mengelilingi para siswa.

Banyak siswa yang menjadi korban monster, sementara yang lain berhasil mengalahkan mereka.

Kebanyakan profesor dan perwakilan klub berfokus pada perjuangan Spirit Corps dan kekurangan orang, berkonsentrasi pada Ludwig dan Anna.

Hanya dua orang, Arnold dan Angel yang memperhatikan Arish.

Mereka mengabaikan murid-murid lainnya dan diam-diam memusatkan pandangan mereka pada Arish.

Arnold, yang biasanya berisik, tampak pendiam. Para profesor, yang terkejut, tidak dapat menahan diri untuk tidak terkejut. Tawanya yang biasa tergantikan oleh ekspresi serius, tangannya menopang dagunya sambil memperhatikan dengan saksama.

"Profesor Arnold?"

Para profesor yang tercengang mengikuti arah pandangan Arnold. Saat mata mereka akhirnya mencapai layar monitor, semua profesor terkejut.

Di sana, seorang pria bernama Arish, sedang membantai para monster.

Sungguh, tidak ada cara untuk menggambarkan pemandangan itu selain pembantaian.

Tidak ada serangan hebat seperti yang dilakukan murid-murid lainnya, hanya Arish yang mengayunkan tongkatnya saat dia lewat. Namun, hanya dengan itu banyak monster yang terbelah menjadi dua.

Yang membuatnya aneh bukan hanya itu saja.

Sementara murid-murid lain dengan senjata yang berbeda menjaga jarak, mempertimbangkan kemungkinan saling memukul, Arish berlari ke tengah-tengah murid yang terjerat itu, sambil menghunus tongkatnya.

"Jika dia terus melakukan itu, dia akan bertabrakan dengan siswa lain!"

Bertentangan dengan kekhawatiran para profesor, bagaimanapun, Arish tidak pernah bertabrakan dengan siswa lain, dan senjatanya tidak pernah mengenai satu pun dari mereka.

Seperti minyak dan air yang tak bercampur. Ia menyerbu para siswa sambil mengayunkan tongkatnya, dan akibatnya, darah para monster tak kunjung kering di tongkatnya.

Bahkan beberapa siswa tidak menyadari ketika Arish berjalan melewati mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!