NovelToon NovelToon

Hopeless

Capture satu

"Daddy, Aku gak mau sekolah Disana!! Aku mau sekolah di Ausie aja!" suara gadis itu menggelegar di ruang kerja Mr. Smith Wilkinson di sebuah rumah megah bak istana.

Mr. Wilkinson saat ini sedang meneliti kemajuan proyek yang sedang dia kerjakan, proyek penting yang melibatkan beberapa company lain yang cukup berpengaruh di Dunia industri saat ini.

Lelaki dewasa itu menghela nafas lelah, putrinya telah berubah. Jauh menjadi lebih berisik dari terakhir kali mereka bertemu.

Meski sejak kecil putrinya senang berteriak dalam situasi apapun,tetap saja semakin tahun suaranya seakan bertambah satu oktaf, semakin melengking dan keras.

"Nona Lunetta Azura Wilkinson, Pelankan Suaramu!" tegas lelaki separuh baya itu, meski usianya sudah hampir kepala 5, namun wibawa dan ketegasannya tidak meluntur.

Walau tidak sedikit kerutan diwajahnya menandakan kerja keras yang selama ini dia lakukan.

Mr. Wilkinson atau lebih akrab dipanggil Mr. Smith adalah pengusaha yang bersaing di Industri dunia. Beberapa proyek yang dia kerjakan bahkan menjadi proyek yang paling berhasil dan diperhitungkan di Manca negara.

Wilayah perusahaannya juga tidak hanya di kawasan Indonesia, tentu beliau mencari negara yang berpotensi untuk mengembangkan usahanya, hingga usahanya dapat berkembang pesat dalam kurun waktu 20 tahun ini.

Hal itu tentu harus dibayar dengan harga yang mahal, waktu bersama keluarga yang sangat sedikit, bahkan harus melihat perkembangan anak-anaknya dari orang lain. Cukup mahal bukan?

Setiap beberapa hari setahun dia pulang ke Indonesia, saat itulah telinganya harus diperiksa ke THT. Suara nyaring nan melengking milik anaknya sangat memekakan telinga.

"Dad, kenapa Dad daftarin aku ke Sekolah laki-laki itu? Aku gak mau dad, kalau aku jadi laki-laki bagaimana?" cerca Luna dengan pertanyaan yang bertubi, membuat Mr. Wilkinson menutup sebelah matanya untuk mengurangi freukensi suara yang cukup tinggi.

Bagaimana Luna tau begitu cepat?

Siapa yang memberitahu gadis itu tentang hal ini? - Batin Mr. Smith

Mr. Wilkinson menatap wajah Luna yang berubah, dengan pipi mengembung dan wajah yang memerah, membuatnya meneguk saliva dengan tegang.

Bumi gonjang ganjing telinga saya akan pengang sebentar lagi - sambung batinnya

"DADDY!" Teriak gadis itu, membuat Mr. Smith memejamkan mata dan merasakan pengang (dengung) di telinganya.

Benar kan!!?

Bagaimana mungkin aku memiliki anak yang sangat berisik seperti ini?

"Daddy kirim kamu ke sekolah itu biar Kamu jadi mandiri dan disiplin jangan cuma bisa hambur-hamburin uang," Jelas Mr. Smith pada putrinya. Meski Lunetta adalah gadis yang manja dan berisik, tidak dipungkiri jika Mr. Smith sangat menyayanginya.

Sejak kecil Luna -panggilan Lunetta- sudah ditinggalkan oleh ibunya dan hidup tanpa kehadiran Ibu tentu tidaklah mudah.

Lunetta sering merasa iri saat teman-temannya memeluk Ibu mereka di berbagai kesempatan.

Sedangkan dia? Bahkan mengingat wajah ibunya secara jelaspun tidak, sungguh malang. Apalagi Mr. Smith yang menjadi sangat sibuk tidak pernah menemaninya bermain.

Dia tumbuh menjadi putri kecil yang segala permintaannya terpenuhi. Sebutkan benda apa yang tidak bisa dia beli, pasti tidak ada, itu adalah cara yang dipilih Mr. Wilkinson untuk mengganti waktu kebersamaan yang terbuang.

Setiap bulan Luna bersama 3 sahabatnya selalu menghabiskan waktu di luar negeri untuk berlibur, setidaknya setiap minggu mereka akan makan siang serta belanja di singapura , hal itu dinilai sudah cukup keterlaluan bagi Mr. Wilkinson.

"Sekolah di Ausie kan juga bisa dad, Luna gak mau ah," keukeuh Luna dengan tangan bersedekap dan mulut yang mengerucut, mirip seperti anak TK yang tidak dibelikan balon

"Daddy gak bilang akan memberi mu pilihan. Tapi karna kamu meminta pilihan, baiklah, daddy kasih kamu pilihan." Senyum miring mulai terlihat di sudut bibir Mr. Smith, membuat Luna sedikit khawatir dibuatnya.

"Kamu pilih bersekolah di SMK itu atau ...." Mr. Smith mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari dan melirik Luna yang gelisah, sesekali Mr. Smith ingin menggoda puterinya.

perasaan Luna mulai tak enak saat ini, hmmm sepertinya ini akan menjadi akhir bagi Luna

"Kamu sekolah di Ausie tapi 99% fasilitas kamu Daddy sita."

What The Heaven!!

bapak gue pasti bercanda. gak,gak ini gak bener. April mop, iya pasti April mop. - Luna

Meski sebenarnya ini sudah memasuki bulan Juni, entah apa yang dipikirkan gadis berparas cantik itu yang jelas dia nampak frustasi.

Mau tidak mau Luna harus setuju dengan permintaan, ah bukan, maksudnya perintah Mr. Smith untuk bersekolah teknik yang mayoritas menghuninya adalah pria.

Lunetta berjalan keluar ruangan dengan lesu dan kesal, mungkin baru kali ini permintaannya tidak terpenuhi, bahkan dia diancam untuk menuruti kemauan papanya.

Lunetta mengambil salah satu ponsel berlambang apel yang sudah dimakan separuh dari lemari kaca yang cukup besar. Di lemari itu terdapat jejeran ponsel berlambang sama dari berbagai tipe.

Yaps, jika gadis lain suka mengoleksi sepatu atau tas, Lunetta lebih suka mengoleksi ponsel, bahkan dia sering membeli tanpa memakainya dan hanya untuk pajangan saja.

Setelah mencari beberapa nomor dan memilih satu, dia mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Adeeeellll, gue mau cerita ke kalian semua, dinner bareng yah sekalian liburan."

"....."

"Bosen kesana mulu, Australia aja, tiket gue aja yang urus, terima beres."

"......"

"Oke kabarin yang lain yaa sore ini kita berangkat."

Lunetta menutup kembali lemari setelah menelpon seseorang lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas dan bergegas menuju kasurnya yang muat untuk 4 orang.

Saat masuk ke kamar dan merebahkan dirinya di atas tahtanya, ponsel yang ada di dalam tasnya berbunyi.

"Halo?"

"Oke mas, makasih." Luna tersenyum puas karena sudah membereskan persoalan tiket pesawat, dia sudah memesan 4 tiket VVIP dengan tambahan biaya karena dia ingin di prioritaskan.

Uang memang sedang berkuasa dalam kehidupan Luna.

***

"Eh nanti kita di Ausie mau ngapain aja?" tanya Adel yang memulai percakapan setelah mereka duduk nyaman didalam mobil.

"Gue cuma mau cerita sesuatu sih, setelah itu ya terserahlah mau ngapain," jawab Luna dengan enteng

"Anjir, kalau gitu mending ke kamar Lo aja lah, udah tahu gue mageran," sahut Key yang mencari earphone miliknya.

"Bosen kalik ah ke kamar gue mulu, ke Singapore juga udah sering banget, sekali kali main ke Ausie," ujar Luna sambil melirik ketiga temannya yang duduk dibelakang.

"Eh Lun, Lo belum masukin berkas ke SMA pilihan kita ya? Kita bertiga aja udah loh," sahut Lucy tiba-tiba. Memang sudah menjadi kebiasaannya menyahut perkataan orang dengan topik yang lain.

"Itu dia yang mau gue omongin, gue itu.."

Braakk

"AAWW." Suara teriakan 4 gadis dalam 1 mobil itu terdengar nyaring.

"Aduhh gimana sih pak?" teriak Luna protes, sementara 3 temannya meringis memegang jidat mereka.

"Maaf non, itu mobil depan berhenti mendadak."

Dengan decakan Luna keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil sport mewah di depannya. Demi apapun dia akan menyemprot orang yang tidak bisa menyetir dengan benar.

Mobil boleh mahal tapi tetap saja bila tidak bisa menyetir janganlah banyak gaya, kasihan kan pengguna jalan lain.

~Tok tok tok

"HEH! Keluar Lo," Ujar gadis itu keras sambil mengetuk kaca mobil didepannya.

"Keluar Lo bocah! Lo Bisa nyetir mobil gak? Ngerem mendadak, lo pikir ini jalan om tante lo?! bikin mobil gue na.." Perkataan gadis itu terhenti saat pemilik mobil keluar.

~Deg

"Jodoh gue," gumam Luna tanpa sadar

"Eh maaf, saya gak sengaja. saya gak tahu nih mobil saya begini sendiri. Saya bakal ganti semua kerusakannya kok," Ujar lelaki berparas sangat menawan membuat Luna hanya menatapnya dengan melongo

"Kamu Pasti Jodoh aku," Ujar Luna yang belum kembali ke alam sadar

"Hah? Maksudnya?" tanya lelaki itu yang kini menatap Luna dengan aneh.

"Eh,  emmm Kamu harus gantiin kerusakan mobil Aku. Iya.. Harus. Tuh lihat mobil Aku penyok semua," Adu Luna menunjuk ke arah mobilnya. Meski kini wajah Luna memerah dan bicaranya tergagap.

"Setau saya, setau saya nih ya, mobil SUV memang bentuknya begitu." Kini lelaki itu memasang wajah kesal namun juga tersenyum sambil menunjuk mobil yang menabrak mobilnya

"Eh, Iya ya," Ujar Luna menggaruk pipinya. Luna malu.

"Hahahaha, wajah kamu merah gitu. Udah santai aja, gimanapun juga Saya yang salah."

Luna masih terdiam namun kali ini tersenyum. Nampak manis. Sungguh Luna kehabisan kata-kata saat melihat tawa lelaki di depannya.

Manis - batin lelaki itu.

Sementara itu di dalam mobil Luna terdapat 4 orang yang penasaran namun juga jengah melihat 2 orang di depan mereka malah asyik tertawa-tawa

Pak Jono pun tidak berani keluar karena tadi sudah diberi pesan oleh Luna untuk diam.

Luna yakin yang menyetir mobil mahal itu lelaki dan pastinya Luna akan menang bila berdebat, nyatanya Luna salah. Memang yang menyetir mobil itu lelaki, namun Luna tidak tau jika lelaki itu sangat manis hingga Luna kicep seketika.

"Eemm gini aja, ini kartu nama Saya. Saya bakal ganti semua kerusakan mobil Kamu, Saya tau servis mobil Kamu gak bakal murah"

"Eh gak usah kalik, gak usah Kamu gantiin. cuma lecet kan."

"Kalau papa atau mama Kamu tahu gak dimarahi tuh?" wajar saja lelaki itu khawatir. karena memperbaiki lecet di mobil ini bisa untuk membeli mobil baru.

"Mobil ini udah Hak Milik Aku. santai aja," ujar Luna masih dengan senyumnya

"Saya laki-laki bertanggung jawab. Saya bakal gantiin, ini kartu nama Saya dan Saya minta kartu nama Kamu sekalian," entah kerasukan apa lelaki itu secara naluri meminta kartu nama Luna.

Luna pun menerima kartu nama itu dan memberi lelaki itu kartu nama. Setelah itu Luna kembali ke dalam mobilnya dengan senyum merekah. Sangat berbeda saat dia keluar dari mobil

"Kerasukan nih anak," Ujar Lucy

"Nah kan tadi bilang mau bikin orang itu sujud minta maaf," ujar Key menimbali

"Elaaah kicep juga ternyata dia, whahahaha," seru Adel sembari tertawa diikuti ketiga temannya

"Jalan pak." Seolah tuli, Luna malah meminta pak Jono melanjutkan perjalanan sambil terus tersenyum. Dibalik Casing Ponselnya terdapat kartu nama lelaki tadi.

Adel, Lucy, dan Key tidak melihat dengan jelas wajah lelaki tadi. Luna bersyukur mereka tidak melihat, jika tidak mereka pasti sudah heboh dan centil. Sangat mengganggu.

Luna kan lagi sibuk. Sibuk memikirkan pangeran tampan. Ah bukan hanya pangeran, tapi jodohnya.

"Eh lo kenal sama yang nabrak?" tanya Adel seketika membuat Lucy dan Key tertarik.

Luna hanya menggeleng tanpa menghilangkan senyumnya. Membuat 3 gadis di kursi tengah bergidik ngeri.

"Lun, lo bikin gue ngeri," ujar Lucy mewaliki yang lain

"Heh! Pesawat kita berangkat 45 menit lagi! Buruan! Kita belum Boarding juga."

"WHAT!!!!" Teriak lainnya saat Key berteriak seusai melihat ke jam tangannya

Padahal sebelum mereka menabrak, mereka memiliki waktu satu jam, itu berarti Luna dan lelaki tadi sudah berbincang sekitar 15 menit.

Rekor untuk Luna yang betah berbincang dengan orang yang tidak dikenal. Luna adalah orang yang Cuek dan dingin dengan orang baru.

Dengan buru-buru mereka berlari agar tidak ketinggalan pesawat. Sambil menyelam minum air, sambil berlari mereka mengomeli Luna.

yaps, karena Luna juga kan mereka harus berlari? Mereka tidak bisa menyalahkan lelaki yang bahkan tidak diketahui namanya.

Hingga akhirnya mereka bisa duduk dengan tenang di kursi VVIP, menghela nafas karena mereka tidak tertinggal pesawat. Tidak habis pikir dengan Luna, padahal mereka bisa naik pesawat pribadi.

Key, Adel, Luna dan Lucy. Mereka dipertemukan saat SMP dan merasa cocok satu sama lain, salah satunya masalah harta dan perekonomian.

Mereka dikenal dengan The Highclass gank, bukan mereka yang membuat julukan itu, entah mengapa orang menyebut mereka begitu.

Mereka Kaya, sangat kaya. Orang tua mereka CEO di Perusahaan besar se Asia dan sekitarnya, khusus Luna lebih dari itu.

Meski jauh dari kata kekurangan, mereka tidak pernah sombong. Mereka bahkan tidak jarang menghutang di kantin karena uang saku mereka masih berbentuk kartu.

"Lo sih Lun, hilang setengah nih nafas gue," keluh Lucy yang termasuk dalam anak lemah otak, berbicara dengannya memicu serangan jantung, tekanan darah tinggi dan Stroke mendadak.

"Iya maaf."

"Mana Luna malah ngobrol lama terus kita dikacangin, dasar temen tissue." Luna hanya terkekeh mendengar celaan teman-temannya, perasaannya sedang dalam keadaan baik, tidak ingin membuat mood nya memburuk dengan meladeni mereka.

"Eh kita udah check in Hotel belum sih?" tanya Lucy setelah beberapa saat hening.

"Belum sih, kenapa?" sahut Key yang bingung melihat ekspresi bingung Lucy.

"Terus kita habis ini mau kemana? Masak habis Landing kita langsung jalan- jalan? Gak asyik dong jalan-jalan masih bawa banyak barang gini, kan.."

"Berisik deh," potong Adel yang mulai malas mendengar Lucy berbicara.

"Ih, kan gue nanya, terus emang mau gimana?" tanya Lucy tidak terima dikatai berisik.

"Kan gue ada apartemen di Ausie, terus kalau mau check in hotel pun apa susahnya? tinggal check in. Kenapa harus dipikir repot sih?" kesal Adel dengan tingkat otak Lucy yang dibawah standart.

"Oh, iya juga ya. Hehehe, ya maaf," ujar Lucy dengan menggaruk kepalanya dengan tidak enak. Sementara yang lain hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Katanya lo mau marahin dia? Kenapa malah ketawa-tawa?" tanya Key yang memang memiliki tingkat kepo lebih tinggi dari teman-temannya. Apalagi topik tadi terputus karena Lucy yang tiba-tiba menyahut namun out of topic

"Karna dia ganteng." Pernyataan Luna membuat 3 gadis itu menegakkan tubuhnya.

Ganteng bagi Luna? tidak salah? bahkan Justin Bieber pun dikatainya tampang pas-pasan. Lantas seberapa tampan lelaki itu? pasti sangat tampan.

"Kenapa deh lo pada?" tanya Luna dengan wajah aneh dan risih.

"Gakpapa. Terus orang itu ganti rugi?" tanya Adel ikut bersuara

"Ganti kok," jawab Luna yang kembali tersenyum

"Diganti pakai apa?" tanya Key dengan raut bingung melihat wajah Luna yang tersenyum sedari tadi

"Pakai Cinta."

"HAH?"

"Lo kenal sama cowok tadi?" tanya Lucy dengan tampang aneh

"Kenal lah," sahut Luna spontan dan percaya diri

"Lah? Emang cowok tadi siapa?" tanya Lucy lagi. Sungguh gadis itu merasa aneh dengan perilaku Luna

"Jodoh Gue."

3 orang lainnya menepuk jidat bersama

"Luna gila!"

Chapter Dua

" Lo serius disuruh ke Sekolah cowok itu?" tanya Lucy sambil meminum Kopinya. Saat ini mereka tengah berada di Cafe.

Mereka memutuskan untuk menginap 3 hari 2 malam di apartemen milik Key, karena milik Key paling dekat dengan bandara.

"Hmmm, gue juga kesel dan bahkan gue udah nego biar bisa sekolah disini dan lo tahu jawaban bokap?"

"Emang apaan?" tanya Adel

"Fasilitas gue disita 99%! Gila gak tuh?" seru Luna dengan heboh

"Berisik anjir!" tegur Key dengan pelan karena kini mereka menjadi pusat perhatian. Mereka yang memperhatikan tentu tak paham apa yang diserukan Luna

"Serius 99%?" tanya Lucy memastikan

"Iya njir. Sedih gue," ujar Luna sambil menumpukan dagunya di kedua tangannya

"Bukannya uang saku harian lo banyak banget ya? Kalau dipotong juga pasti masih banyak itu," ujar Key setelah berpikir sejenak.

"Lo pikir fasilitas gue cuma uang? Ponsel gue? Debit Card gue? Mobil gue? semua disita. Trus gue harus ngegembel di Negeri orang? Gilak! Ogah gue," protes Luna sambil bergidik.

" Berarti Lo lebih milih buat sekolah di STM? Lo kepanasan dikit aja ngeluh! Apalagi tuh sekolah semi militer dan 3 tahun Lo harus sekolah, gak yakin gue, Lo kan manja," ujar Lucy dengan nada meremehkan dan bergidik membayangkan sekolah di tempat seperti itu.

"Mulut lo minta diyasinin!" seru Luna kesal, membuat ketiga temannya tertawa. Luna lucu saat marah dan kesal.

"Kalian temenin gue ke sekolah itu ya," ujar Luna dengan Puppy eyes dan tangan yang mengatup.

"Skip," ujar mereka bebarengan

"Sial. Kalian temen busuk banget," seru Luna dengan kesal, memang percuma saja meminta mereka Korsa, tidak ada untungnya untuk mereka.

"Makasih," ujar mereka bebarengan -lagi-

Kini Luna mendengus kesal, sungguh teman-temannya tidak akan berkorban untuk menemaninya karena temannya itu sebelas dua belas dengannya.

Jalan dari kelas ke kantin melewati lapangan saja mereka mengeluh sepanjang jalan kenangan -lah?- Bagaimana dengan bersekolah di Sekolah yang mayoritas Pria dan konon sekolah itu semi militer.

Mendengarnya saja membuat mereka merinding.

"Lo semangat ya, kalau ada apa-apa atau butuh apa apa jangan sungkan kabarin Adel," ujar Key tanpa dosa

"Lah gue, lo tu udah manis-manis di awal tapi akhirnya ngeselin juga," ujar Adel dengan nada tak terima.

"Hahaha, ya kalau yang repot-repot mah Lo aja kalik Del, gue mah gak mau repot," sahut Key enteng sambil terkekeh

"Halah, udah ngapain juga bantuin Luna, dia pasti bisa lah hadapin masalah di depannya sendiri, Luna kan kuat, ya kan Lun?" Tanya Adel dengan nada menggemaskan namun justru menjengkelkan bagi Luna.

"Kuat kuat palamu! Kalau gue bisa nolak juga udah nolak dari awal," ujar Luna malas sambil mengesap sedikit Cappuccino yang dia pesan.

"Eh Guys, Nilai UN gue bagus gak ya?" tanya Lucy tiba-tiba, membuat teman-temannya mengernyit heran.

"Apaan sih Luc? Kok tiba-tiba ngomongin nilai UN, kita kan lagi ngomongin Luna," jawab Adel dengan bingung.

"Oohh, yakan sama aja ada hubungannya sama Sekolah, kali ini gak out of topic kan gue?" ujar Lucy membela diri.

"Hanya terserah Lo aja deh Luc, gak mau jawab gue," ujar Adel menyerah dan memilih sibuk dengan ponselnya.

"Yang mau jawab Lucy silakan angkat tangan terus jawab," sambungnya santai, namun tidak satupun yang bersedia bahkan langsung membuang muka sehingga Lucy merengut sebal karena dia selalu terabaikan. Dia dan pertanyaannya yang sering tidak sesuai topik.

"Bosen gue lihat Australia, kuy lah Eropa," ujar Lucy membuat topik pembicaraan baru, karena keheningan cukup lama sudah mulai terasa.

"Kuy kuy, kapan?" tanya Key antusias, padahal biasanya saat hari H dialah yang paling mager. Selalu seperti itu.

"Liburan ini, gue udah pasti masuk SMA Trisakti, jadi santai."

"Gue juga," ujar Key dan Adel bebarengan. Sementara Luna hanya menghela nafas

"Gue harus tes masuk ke STM itu, dan gue harus keterima jadi gak main-main," ujar Luna tidak semangat.

"Lo yang sabar ya, padahal rencananya kita berempat 1 sekolah, eh ternyata malah Lo yang gak ikutan," ujar Lucy dengan wajah yang sedih dan serius

"Tapi liburan tetap Liburan, ada atau tidaknya Lo, Lun. Kita bertiga mau pamit sama lo," sambungnya, sontak membuat Luna menyorot kearahnya dengan kesal. Demi apa Lucy sangat menyebalkan!

"Serah lo pada," ujar nya akhirnya, toh dia bisa ikut di liburan selanjutnya.

"Tapi," ujar Adel sambil memandang bergantian ke teman-temannya

"Kita pinjam pesawat lo," ujar Key menyambung perkataan Adel.

Luna membuka mata dan mulutnya dengan sempurna. Temannya sangat baik, sungguh. Sudah liburan tanpanya, meminjam pesawat pribadinya pula.

"Bawa aja, tapi bensinnya habis jadi isiin dulu di pom bensin di angkasa!" ketus Luna sambil memandang ke arah lain.

"Huaahahahahhaa," Tawa mereka sambil teriak, mereka tentu hanya bergurau. Tidak perlu meminjam pesawat Luna, mereka bahkan juga memiliki pesawat pribadi.

"Udah sih Lun, bukan kita gak setia kawan. Kan lo tahu sendiri kita gak bisa sekolah di sekolah begituan."

"Iya gue tau, makanya gue frustasi. Ngebayangin kalo semuanya cowok dan gue cewek sendirian. Pengen ngutuk bokap tapi nanti dosa."

"Eh tapi bukannya sebagai reward bang Jordan bakal balik ke Indonesia?" Tanya Adel dengan wajah sumringah, Bang Jordan adalah cinta pertama Adel. Hanya Adel, Jordan tidak.

"Iya balik, tambah runyam hidup gue," keluh Luna terlihat sangat lesu

"Elaaahh nikmatin aja sih Lun, pasti bisa kok," ujar Key menyemangati

"Iyaa, nanti kita sering-sering main ke rumah lo," ujar Adel semangat

"Ketemu bang Jordan tapi," sahut Luna sambil meringis geli.

"Waahh pinternya calon adek ipar gue," ujar Adel sambil bertepuk tangan

"Najis." Singkat, padat dan menikam, itulah yang dirasakan Adel

"Ayolah Have Fun guys , bentar lagi kita bakal sibuk. Apalagi lo tuh Lun, harus tes juga kan?" ujar Key menengahi dan membubarkan perseteruan tidak penting antara kedua sahabatnya

"Pengen kayak di novel novel gitu gue, kita Clubbing sampe pagi!" seru Lucy seketika.

"Clubbing palalo kejepit! ke pasar malam aja pusing lo!" cerca Adel dengan spontan. Membuat Lucy mengerucutkan bibirnya

"Abang lo sampe ke Indonesia kapan?" tanya Key, entah mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutnya

"Malam Ini," ujar Luna sambil memainkan ponselnya.

"ASTAGA! Kita harus pulang sekarang!" Serunya membuat yang lain tersentak.

***

"Abang udah kasih tau kan kalo abang pulang?" ujar pria itu menatap tajam ke arah adiknya yang tertunduk. Gadis itu hanya mengangguk

"Kenapa kamu malah main? Sampe Ausie pula! Bukannya sambut abang. Fix sih ini bakal abang laporin ke papa!" ancam lelaki itu dengan sorot mata serius

"Yah bang, jangan dong, jangan laporin Daddy," rengek gadis itu sambil memohon.

"yaudah sini peluk abang dulu! gak kangen apa ditinggal 6 tahun buat ngejar S2 abang." Pernyataan Jordan membuat Luna mendongak dan Dengan senang hati Luna memeluk abangnya, Luna sangat merindukan Jordan.

Terhitung sudah 6 tahun Jordan kuliah di Oxford untuk mengejar S1 dan S2 nya, sembari mengelola perusahaan ayahnya yang ada disana.

"Kak Jordan, terus perusahaan yang disana gimana?" tanya Luna yang menengok kearah Jordan yang jauh lebih tinggi darinya tanpa melepas pelukannya

"Gaktau, kata papa aku harus jagain kamu disini. Makanya aku nunda S3 aku."

"S3 di Indonesia aja lah bang."

"Nanti lah abang pikir lagi, lagian abang disuruh ngurus perusahaan yang di Indonesia, lagi ada masalah."

Luna hanya mengangguk-angguk dan tidak ingin memperpanjang pembahasan yang dia tidak mengerti.

"Jalan yuk!" seru Jordan sembari bangkit dari duduknya dan mengangkat paksa adiknya yang sedang mager.

Luna baru sampai di Indonesia 1 jam lalu, sesudah memaksa teman-temannya untuk segera pulang dan syukurlah teman-temannya mengerti.

Meski mereka tetap ngedumel di sepanjang perjalanan. Siapa yang tidak kesal saat masih beberapa jam liburan namun dipaksa untuk pulang?

"Mager bang," rengek Luna yang masih duduk di sofa

"Telpon papa biar lemari kaca kamu disita!" seru Jordan mengancam. Masih ingat isi lemari kaca milik Luna?

Sekedar informasi, Mr. Smith selalu menuruti apapun perkataan Jordan karena menurutnya pasti hal yang terbaik. Termasuk bila Jordan menyita seluruh aset milik Luna, pasti Mr. Smith langsung berkata 'ya'.

"Ngancem aja mulu! pantes Jomblo tua!" seru Luna dengan kesal, namun tetap melangkah menuju kamarnya di lantai 3 untuk berganti pakaian.

Luna menuju ke arah Lift dan menekan tombol yang menuju kamarnya. Sesudah itu dia segera berganti pakaian.

Luna memakai Kaos santai berwarna putih polos dengan Celana Jeans diatas lutut ditambah dengan sepatu sneakers putih serta tas selempang warna hitam.

Luna menggulung rambutnya asal, membuat rambut Coklat-pirang nya nampak menawan meski berpakaian santai. Setelah dirasa siap, Luna segera menuju pintu utama dan menemani Jordan.

Luna berdecak kagum melihat ketampanan Jordan, kini Jordan memakai kaos polos berwarna Hitam, Jam tangan berwarna hitam dan emas, Celana pendek warna putih serta sandal jepit kesayangannya, Sandal 'sejuta umat' dengan karet jepit warna hitam.

Penampilan Jordan memang sederhana, namun harga kaos dan celana pendeknya sudah bernilai jutaan.

Mereka yang tidak tahu pasti menganggap jam tangan yang dipakai Jordan adalah KW, padahal itu 100% Asli, harganya pun bisa dipakai untuk DP motor Sport.

" Kalau bukan abang gue pasti udah gue pacarin," ujar Luna pelan sambil berjalan ke arah Jordan.

Jordan dan Luna langsung berangkat menggunakan Mobil Sport milik Jordan yang sudah 6 tahun ini tidak dinaikinya. Hanya dipanasi mesinnya oleh supir yang ada disini.

Mereka sudah sampai di salah satu mall ternama di salah satu kota di Indonesia, sepanjang mereka berjalan, banyak yang memandang mereka iri, dan tentu saja para lelaki.

Kalian tau sendiri lah sebagaimana 'tampannya' Jordan dengan sandal jepitnya. Tentu Luna tidak mempermasalahkan, toh mereka hanya jalan-jalan, bukan untuk rapat penting atau kondangan.

Mereka memasuki salah satu toko jam tangan Branded, Jordan merangkul Luna dan memilih jam tangan yang akan menjadi koleksinya, siapapun yang melihat pasti menganggap Jordan adalah pacar Luna.

"Mba mau lihat yang ini," ujar Jordan pada siapapun yang menjaga Etalase, Jordan masih menunggu dengan sabar, menunggu orang yang dipanggilnya datang kepadanya, namun orang itu nampaknya tuli.

Orang itu malah berjalan menjauh dan melayani pria tua berjas dan bercincin Giok di 5 jarinya.

- Sabar

"Mba tolong ambilkan yang ini, saya mau lihat," ulangnya pada penjaga yang lain, Luna sudah merasakan atmostir yang tidak enak dari Jordan.

"Sebentar mas, saya layani Ibunya dulu." Kali ini penjaga itu berjalan menuju Ibu-ibu dengan baju warna hijau, celana merah, sepatu boot kuning dan Emas yang bergelantungan di leher dan tangannya, sungguh malah terlihat kampungan. Mungkin dia orang kaya baru kemarin sore.

Untuk Jordan, Sabar Kuadrat.

"Kenapa Abang gak dilayanin?" tanya Jordan pada Luna, Jordan bertanya dengan Lucu dan kesal, seperti anak kecil. Membuat Luna terkekeh geli melihat kakaknya.

"Abang kayak gembel kalik," ujar Luna, sambil memainkan ponselnya, meski akhirnya dia juga geram harus berlama-lama berdiri di toko ini.

"Mba saya mau beli yang ini," ujar Jordan jengah dengan penjaga disana, penjaga itu langsung berhenti dan menengok kaget ke arah Jordan.

Penjaga itu bahkan melihat tampilan Jordan dari atas kebawah, membuat Jordan dan Luna mendesis kesal dan menatap tajam orang itu.

"Mas yakin mau beli? Dilihat gakpapa sih mas, tapi kalo rusak harus membeli. Ini jam merk mahal mas, saya sarankan mas beli yang ini. Harganya masih standart."

Oke kesabaran Jordan langsung habis.

"Berapa sih harganya? berapa?" tanya Jordan dengan pongah, sementara pegawai itu hanya tersenyum miring, meremehkan.

"30 Juta mas," ujar penjaga itu dengan senyum yang makin miring, yakin Jordan tidak akan sanggup membayar Jam tangan tersebut, bahkan pegawai itu hendak berbalik dan meninggalkan Jordan yang merogoh tas yang dia bawa.

"Cuma 30 Juta? Lo pikir dandanan Gue kayak gini gue gak sanggup beli? Nih cek asli, Lo tulis aja angka yang Lo mau. 50 juta, 100 juta, 150 juta, 200 juta, 300 juta. Nih tulis nominal yang lo minta!!" Seru Jordan sambil mengeluarkan berlembar cek kosong yang siap dicairkan. Jordan bahkan mengeluarkan Debit card berwarna emas dari dompetnya

Pegawai tadi hanya bisa melongo tak menyangka Jordan adalah pria kaya, pakaian dan perawakan Jordan sama sekali tidak menunjukkan dia adalah pria berada, meski wajah Jordan putih bersih, tetap aja rasanya tidak mungkin.

"Lo pikir gue gak punya duit? Lo Pikir Gue pakai sandal jepit itu  berarti gue gak bawa duit? Gue beli toko ini juga mampu! Lo pikir sekarang lo berdiri di mall punya siapa!!?" seru Jordan emosi

"Ada apa ini?" Tanya pria berjas rapi dari balik pintu Toko. Orang itu berjalan cepat saat mengetahui ada keributan di Tokonya.

"Oh Mas Jordan, ada perlu apa kemari?" tanya Pria itu, dia merasakan hawa tak enak di wajah Jordan, sementara petugas tadi mulai gugup dan berkeringat.

"Lo gimana bisa Punya pegawai kayak gini? Pecat nih orang atau gue gusur nih toko!" seru Jordan sambil menunjuk petugas tadi. Jordan sungguh arogan bahkan tidak sopan.

Meski pemilik toko itu sedikit lebih muda dari Jordan, namun tetaplah tidak sopan berkata seperti itu di tempat ini. Jordan sendiri sebenarnya tidak sengaja melakukannya

"Udah sih bang, biarin aja, udah," ujar Luna menenangkan kakaknya, diapun tak menyalahkan sikap kakaknya.

Siapapun akan marah bila direndahkan dan diremehkan bukan? Apalagi sikap seorang pegawai tersebut cukup keterlaluan.

Seorang Pegawai seharusnya melayani setiap pembeli tanpa memandang penampilan konsumen serta bersikap sopan terhadap konsumen tersebut.

"Gue emang kelihatan gembel! Tapi Lo gak berhak ngehina gue! Beli hidup lo aja gue mampu!" Ujar Jordan dengan Arogan, Kini petugas tadi sudah menangis, sungguh dia ketakutan.

"Pecat dia! atau gue pastikan besok Toko ini udah pindah tempat bahkan rata dengan lantai," ujar Jordan dengan garang dan Arogan

Chapter Tiga

"Baang, Kasihan," pekik Luna yang cukup kaget mendengar pernyataan Jordan bahkan kini wajah Jordan terlihat merah padam dan tidak peduli Wanita di hadapannya menangis.

"Lo bikin malu tau gak!" Seru Luna sudah terpancing emosi yang kemudian meninggalkan Jordan yang masih marah.

Jordan langsung tersadar dan tercekat, Jordan tidak boleh membuat Luna marah atau gadis itu akan membuat masalah, Jordan segera bergegas menyusul Luna, namun saat Jordan berbalik, wanita tadi berlari dan memeluk Kaki Jordan.

"Maaf mas, maaf atas kesalahan saya. Tapi tolong jangan buat saya dipecat, saya harus mencukupi kebutuhan keluarga saya mas, saya mohon," Ujar wanita itu sambil masih menangis dan terus memohon pada Jordan

"Etika kamu yang buruk akhirnya yang menghancurkan kamu, orang seperti kamu ini nantinya akan membuat kualitas toko menurun!" ujar Jordan ketus dan tidak peduli, tidak berniat untuk memaafkan wanita itu.

Jordan berusaha melepaskan tautan tangan wanita itu, sebelum Luna pergi terlalu jauh, namun wanita itu tetap teguh berlutut di kaki Jordan.

"Saya mohon mas, saya perlu banyak uang untuk operasi Ibu saya yang sedang sakit parah. Adek saya juga perlu saya untuk biaya hidup dan biaya sekolah, saya mohon mas, hanya saya tulang punggung yang diharapkan oleh keluarga saya," ujar Wanita itu sambil tetap menangis.

Mendengar itu Jordan tentu melunak, siapa yang tega mendengar hal itu? Jordan menghela Nafas dan melepaskan kakinya dari tangan wanita itu

"Berdiri," perintah Jordan dengan tampang dinginnya. Wanita itu berdiri dengan gemetar menuruti perkataan Jordan, ia masih sesenggukan dan lelehan air mata masih membanjiri pipinya.

Meski wanita itu sadar sudah menjadi tontonan gratis bagi pengunjung Mall yang melihat, dia tidak peduli, karena nasibnya sedang dipertaruhkan.

Tidak mudah untuk diterima kerja ditempat yang cukup bergengsi ini, gaji yang ditawarkan pun cukup besar meski belum menutup untuk kebutuhan hidupnya.

"Perbaiki sikapmu! Ini yang terakhir kali." Setelah mengatakan itu Jordan langsung melenggang pergi, karena keberadaan Luna jauh lebih penting dibanding masalah disini.

Wanita tadi melemas dan terduduk di lantai, dia bersyukur nasibnya selamat, bahkan tangannya masih bergetar dan kakinya tidak kuat menopang tubuhnya. Kesombongannya bekerja di toko barang mahal membuatnya hampir kehilangan sumber pencaharian keluarganya.

"Pak, tunggu!" panggil wanita tadi sambil kembali bangkit dan menahan Pemilik toko tempat dia bekerja.

"Ada apa lagi?" Tanya Sang pemilik toko tadi dengan jengah, masih untung wanita ini tidak dipecat, Pemilik ini pun merasa pasti pegawainya bertindak keterlaluan jika sampai membuat Jordan marah.

"Orang tadi siapa?" tanya wanita itu hati-hati, tangannya masih gemetar bila membayangkan aura hitam Jordan saat sedang marah.

"Pemilik Toko pusat sekaligus pemilik Mall ini," ujar pemilik Toko santai sambil menatap sedikit remeh ke Pegawainya, ingin melihat bagaimana reaksi pegawai itu.

~glep

Pemilik toko tertawa sinis saat melihat wajah cengo dan tidak percaya yang ditunjukkan oleh pegawainya, ekspresi yang sudah diduga olehnya.

" Masih baik nasib kamu hari ini, Jangan ulangi lagi!" ujar Pemilik toko itu sambil berlalu kembali ke ruang kerjanya.

.

.

"Cari Info tentang wanita kurang ajar di toko milik Anwar, segera," Titah lelaki itu saat keluar dari toko.

Sesudah memasukkan ponsel ke dalam Kantongnya, Jordan mencari keberadaan Luna, dan dia yakin Luna pasti berada di food court yang menjual Dessert, Es krim misalnya.

"Kamu tadi panggil abang apa?" Tanya Jordan dingin pada Luna yang menunggunya di kedai Es krim dekat toko itu.

"Daritadi Luna gak panggil abang," ujar Luna cuek, Luna masih kesal! Jordan membuatnya malu. Baru kali ini Luna menjadi pusat perhatian di Toko orang, di sebuah Mall pula.

"Abang gak suka ya kamu Lo-Gue an sama abang, mending kalau aku-kamu! Gaksopan itu namanya," Tegur Jordan dengan lunak namun tetap saja membuat Luna semakin kesal.

"Abang juga harusnya jaga sikap! Gak sopan bilang gitu ke Pemilik toko itu, walau dia kelihatan lebih muda dari abang, gak sopan juga ngebentak perempuan," ketus Luna namun dengan nada pelan, takut memancing keributan yang akhirnya membuat malu abangnya -lagi-.

"Abang udah tanggung jawab dan beresin semua Luna," ujar Jordan santai sambil berjalan

"Maksudnya?" tanya Luna sambil mencomot Eskrim Cone nya.

"Abang udah suruh orang cari Info tentang dia, tadi dia bilang Ibunya operasi, adeknya butuh biaya hidup. Abang udah nyuruh orang menelusuri dia dan kalau yang dikatakannya benar, Abang bakal segera urus semunya," Melihat Luna yang masih tak paham membuat Jordan menghela nafas.

"Abang bakal biayain 100% pengobatan Ibu orang itu apapun penyakitnya dan biayain Sekolah Adeknya sampai S1. Cukup kan?" tanya Jordan dengan sombong

"Abang gak suka kamu panggil abang pake Lo Lo an, Paham nona Lunetta?" tanya Jordan merangkul Luna

Orang yang melewati mereka semua melirik sekilas ke arah mereka, kini mereka seperti Goals , yang Lelaki sangat tampan meski dengan pakaian super santainya, yang Perempuan nampak menawan dengan gaya santainya

"Dih, ogah! Luna laporin Daddy kalo abang tadi bikin rusuh di toko orang," seru Luna berlari saat berhasil melepas rangkulan Jordan. Mereka tidak peduli dengan tatapan iri orang-orang di Mall ini.

Ada pula mereka yang menatap jijik dan merasa sikap Luna sangat kampungan, berlarian di Mall seakan Mall tersebut miliknya. *Memang milik keluarga mereka sih

Luna menatap ke belakang sambil terus berlari, tertawa keras saat Jordan dengan wajah kesal mengikutinya.

Namun Jordan hanya berjalan, langkahnya yang lebar sanggup menyamai langkah lari Luna dengan mudah, apalagi Luna berlari sambil melihat ke belakang tentu kecepatannya tidak seberapa.

~Brukkk

"Ups."

Wajah itu menatap Luna dan bajunya bergantian secara tajam, bajunya yang berwarna putih kini terkena noda eskrim berwarna coklat.

Sementara Luna langsung membuka mulut dan melihat eskrimnya yang terjatuh di lantai, Luna baru memakan es krim tersebut sedikit, sayang kan bila harus dibuang.

"Heh! Lari-larian tu di taman jangan di Mall! Lo kira Mall ini punya bapak lo?!" Seru Pria itu dengan kesal sambil menarik bajunya kedepan.

"Lah memang Mall ini punya..."

"Luna, Kamu gakpapa?" Luna tidak menyelesaikan perkataannya dan melihat ke arah Jordan dengan wajah linglung, Jordan mendekat dan melihat ke arah lelaki itu sambil membantu Luna berdiri.

"Mas, pacarnya tolong dikondisikan. Kalau mau main kejar-kejaran di lapangan jangan di mall," ujar lelaki tadi kesal sambil semakin menarik maju bajunya kedepan agar tidak mengenai kulitnya.

Luna dan Jordan saling memandang, Pacar? Oke baiklah ini bukan yang pertama mereka dikira orang lain berpacaran, jadi tidak perlu kaget.

"Iya mas, Maafin pacar saya," ujar Jordan dengan sopan, membuat Luna melotot saat mendengarnya. Jordan buru-buru memberi Kode agar Luna diam, toh tidak ada gunanya menjelaskan bahwa mereka saudara, mereka juga tidak akan bertemu lagi nantinya.

Lelaki itu pergi dengan wajah kesalnya sambil sesekali melihat kebelakang dengan mulut komat-kamitnya. Jangan lupakan gadis yang berada disamping lelaki itu yang kini tertawa ringan dan pelan.

"Abang apaan deh," ujar Luna kesal.

"Percuma dijelasin, gak bakal ketemu mereka lagi juga," ujar Jordan saat Luna hendak bertanya, membuat Luna menutup lagi mulutnya.

Mereka memutuskan untuk melanjutkan jalannya. Bosan dengan suasana Mall, mereka berjalan ke pintu keluar menuju tempat parkir dimana banyak mobil terparkir.

Belum sampai kakinya melangkah di Pintu keluar yang berjarak 5 meter lagi, kaki kanan Luna menginjak tali sepatu kaki kirinya

~Brukkk

"Aiiisshhhh." Luna memegang lututnya yang menghantam lantai tidak beralas, cukup menyakitkan bagi Luna.

"Huahahaha, Makanya kalo pergi-pergi pake sandal jepit! Dijamin aman." Suara yang cukup keras itu tentu membuat Luna bertambah malu, namun Luna tetap meraih uluran tangan di depannya.

Luna menunduk dan berjalan cepat setelah menali ulang sepatunya, ia dapat mendengar beberapa orang menertawainya karena memang mereka belum jauh dari pintu Mall.

Jalannya terus menunduk dan dia berusaha menutup kupingnya rapat-rapat, ingin segera sampai ke mobilnya.

~Dugh

"Awww," ringisnya memegangi jidatnya yang bertubrukan dengan tiang beton untuk penyangga.

"Nabrak mulu neng, abang gendong mau?" ujar Jordan sambil terkekeh, kali ini dia tidak menertawakan Luna karena nampak jidat putihnya jadi memerah sekarang

"Sakit bang, Pusing," ujar Luna melemah yang terus memegangi bahkan meremas kepalanya

"Eh? Eh? Kamu kenapa? Sakit banget ya? Tahan dulu tahan, kita kerumah sakit aja sekarang." tegas Jordan sambil menggendong Luna menuju mobilnya. Memang Luna cukup keras menabrak tiang itu, tentu rasanya sakit bukan?

"Tahan Lun, terus berenang, terus berenang, terus berenang, berenang terus," kicau Jordan menirukan suara Ikan biru dalam Kartun mencari anak ikan yang hilang sambil menyetir. (Okay, It's out of the topic, Maafkan Jordan ya teman-teman)

Luna yang ingin mengumpat mengurungkan niatnya karena kepalanya terasa nyut-nyutan, saat ditekan bahkan semakin sakit.

Mereka sudah sampai dan menemui Dokter pribadi mereka di Rumah Sakit Wilkinson, tak perlu dijelaskan siapa pemilik Rumah sakit ini kan?

"Luna kenapa?" tanya dokter tersebut saat Jordan menidurkan Luna di kasur yang disediakan

"Kejedot tiang dok, tapi tiangnya gakpapa kok." karena perkataannya, Jordan dihadiahi tonjokan ringan dari Luna

"Coba saya Periksa dulu," ujar dokter menengahi kakak beradik yang selalu aneh baginya.

"Astaga!! Ini harus operasi otak! Jika tidak Luna akan mengalami hal serius!" Seru dokter itu terkejut dan menatap Jordan dengan tatapan serius.

What The? Kejedot Tiang, Operasi? Kepalanya akan dibedah-bedah karena tiang? Yang Benar saja!

Wajah Jordan dan Luna menegang, tidak disangka kejedot tiang berefek sedalam ini. Harapan Luna hidup panjang memiliki 7 anak dan merajut sweeter saat rambutnya memutih kini sirna.

Hopeless , itulah yang dirasakan Luna.

.

.

.

.

"Tapi bohong, whauahahahahha." tawa renyah Dokter itu membuat Luna mengubah raut wajahnya dari tegang menjadi cemberut

Usia dokter yang berjarak 1 tahun dari kakaknya membuat Dokter tersebut biasa berperilaku santai, apalagi Dokter tersebut tahu bahwa Jordan adalah anak dari pemilik seluruh yayasan Wilkinson.

"Sa ae kutil kuda," ujar Jordan dengan malas, Dokter Andi adalah Dokter paling santai namun kerjanya sangat baik. S2 kedokteran yang dia raih dalam waktu singkat mungkin bukti nyatanya.

Dokter Andi adalah kakak kelas Jordan sewaktu SMA, teman bolos dan nakal bersama, sehingga mereka cukup dekat.

"Wajah kalian tegang sekali, Kepala Luna hanya memar sedikit dan tadi Luna malah menekan memarnya sehingga menyebabkan pusing. Tidak perlu khawatir, cukup di kompres dengan handuk."

"Serius nih cuma gitu? gak pake obat-obat segala?" tanya Jordan memastikan

"Hmmm, Luna baik-baik saja kok, tapi saya tetap bakal menulis resep salep sebagai obat luar agar cepat sembuh, tidak baik juga mengkonsumsi Obat dalam terlalu sering jika bukan dalam keadaan darurat." Kini mereka melega mendengar perkataan dokter Andi.

"Yaudah kalo gitu makasih ya," ujar Jordan sambil menuntun Luna turun dari kasur dan berjalan keluar setelah berpamitan.

Luna menunggu sementara Jordan menebus obat untuk Luna, sesudah itu mereka segera bergegas menuju mobil milik Jordan.

"Bang ke taman dulu ya," rengek Luna yang sudah duduk nyaman di Mobil mahal milik Jordan.

"Kepala kamu masih sakit, langsung pulang aja sih," ujar Jordan tak setuju dengan Luna, namun Luna tetaplah Luna yang selalu ngotot agar permintaannya terpenuhi

"Yaudah aku kesana sendiri aja, biar nanti aku diculik." Kini Luna sudah bersedekap dan mulutnya maju beberapa senti.

"Rugi yang nyulik atuh neng," ujar Jordan sambil terkekeh

"Abang gak kangen suasana Taman? Abang gak mau nostalgia dulu sering main sama Luna sama kak Nesya juga, sama kak Nayshila juga." Jordan terdiam, tangannya mencengkram kuat stir mobilnya

Luna yang menyadari ucapannya langsung membungkam mulutnya, tidak bermaksud menyinggung dan membuat Jordan terluka.

"Abang maaf," ujar Luna merasa bersalah. Jordan masih meremas stir mobilnya sementara matanya memerah, nafasnya menjadi berat.

tiba-tiba Jordan menambah kecepatan pedal gasnya, membuat mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Abang, Luna takut," ujar Luna mencengkram sabuk pengamannya karena Jordan melajukan mobil dengan sangat kencang dalam waktu singkat

Mendengar seruan ketakutan Luna membuat Jordan kembali ke dunianya. Tangannya melemas dan Pijakan gasnya menurun, Jordan mengatur nafasnya beberapa kali lalu menatap ke arah adiknya yang memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala adiknya.

"Kita ke taman," ujar Jordan sambil tersenyum tulus. Menyadari dia sudah membuat adiknya ketakutan sampai seperti ini.

Luna meneguk ludahnya, dia sangat takut dengan perilaku Jordan. Dulu dia pernah mengalami kecelakaan hebat karena Jordan kalap saat mengendarai mobil.

Jordan yang kala itu menerobos lampu merah dengan beraninya sehingga harus mengorbankan badan dan Mobilnya untuk tertabrak truck yang juga melaju kencang.

Luna memang tidak terluka parah, namun Jordan sempat kritis dan dirawat di Inggris, hingga saat Jordan membaik, dia memutuskan meninggalkan Luna untuk berkuliah di Oxford.

Yah, Jordan seperti itu karna suatu peristiwa. Peristiwa yang membuat Nayshila pergi selamanya, peristiwa itu juga membuat cinta pertama Jordan pergi selamanya. Shila yang pergi meninggalkan Jordan untuk selamanya. Jordan yang saat itu masih labil tentu tidak bisa menerima kenyataan sehingga nyaris mengorbankan nyawanya dalam kecelakaan itu.

Jordan sangat menyayangi Cinta pertamanya, itu pula alasan Jordan tidak menikah meski usianya sudah 25 tahun, Jordan belum menemukan sosok wanita yang memang pantas untuk menggantikan Shila di hidupnya.

~Tok tok tok

"Selamat siang, bisa tunjukan surat-suratnya?"

Jordan terkaget dan melihat ke arah Jendela. Dilihatnya seorang pria gemuk dengan kumis tebal dan wajah yang cubby melihat ke arah dalam jendela dengan kaca mata hitam yang bertengger di matanya.

Jordan dan Luna langsung mengeluarkan pandangan tajam lalu saling menatap beberapa saat sebelum Jordan memilih untuk keluar dari mobilnya.

"Maaf tapi kesalahan saya apa ya pak?" tanya Jordan yang bingung karena di hampiri oleh pria berseragam polisi tersebut, pria tersebut menatap tidak percaya mendengar perkataan Jordan. Dia menghela nafas sebelum akhirnya menjawab.

"Anda berhenti di atas Marka larangan untuk parkir, bahkan dibawah tanda dilarang berhenti," ujar Polisi itu sambil menunjuk kearah bawah yang terdapat gadis zig-zag berwarna kuning dan kearah atas yang terdapat tanda S yang dicoret merah.

Jordan malu dan masuk kembali untuk mengambil surat-suratnya sementara Luna yang tadi mendengar penjelasan polisi seketika tertawa keras sampai menunjuk Jordan yang wajahnya nampak kesal bercampur bingung

Mungkin hari ini Hari sial untuk mereka, sudah Es krim Luna yang raib dimakan baju pria asing tadi, Luna yang terjatuh dan menabrak tiang hingga benjol serta Jordan yang harus menyerahkan SIM dan STNK miliknya karena ditilang.

Hari ini akan dicatat Luna dalam sejarah sebagai Hari paling tidak beruntungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!