NovelToon NovelToon

Obsesi Sang Paman

OSP : Bab 1

Seorang wanita duduk dengan tatapan mata yang dingin, ia menatap selembar kertas laporan kehamilan yang ada di tangannya. Tatapan malas dan kesal terlihat jelas di wajahnya.

"Mau sampai kapan kau tidak hamil?" Seorang wanita langsung menghardik nya tanpa ragu.

Sarah terdiam sejenak, ia memegang pelipisnya dan memijatnya secara perlahan. "Mau bagaimana aku bisa hamil, aku dan Reno sama sekali tidak pernah berhubungan suami istri." Jelas Sarah dengan nada sedikit tinggi.

Damini menatap putrinya lekat lekat, "Cari cara dong agar kau bisa tidur dengan Reno, kalian suami istri." Jelas Damini kesal, ia melihat putrinya yang sama sekali tidak berguna bahkan merayu suami sendiri untuk tidur bersama pun tidak bisa.

"Ma, itu bukan hal yang mudah. Reno memiliki pemikiran buruk tentang ku, bahkan melihat wajah ku pun dia tidak mau." Jelas Sarah kesal, ia terus di salahkan tanpa henti oleh Damini.

Damini mengambil kertas di tangan Sarah, dan langsung merobeknya dengan amarah yang meluap-luap. Dengan kesal langsung membuangnya ke tempat sampah, "Jika kau tidak hamil, kita akan di usir dari keluarga Darmaji Wangsa." Jelas Damini dengan tatapan serius.

Sarah terdiam sejenak, "Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik, terlebih Reno sangat membenci ku karena 2 tahun yang lalu." Jelas Sarah dengan tatapan serius, ia merasa pernikahannya dengan Reno adalah hal yang sia-sia.,

"Jangan bahas hal itu lagi, yang terpenting sekarang kau harus mengandung putranya. Jika kita terusir dari keluarga Darmaji Wangsa, bagaimana nasib kita nanti? Ayahmu masih membutuhkan uang untuk biaya pengobatan." Jelas Damini dengan tatapan serius.

Damini lalu mendekati Sarah dan memegang pundak putri nya, "Kita sudah melakukan ini dan mempertaruhkan semuanya, kita tidak bisa mundur begitu saja."

Sarah terdiam sejenak, ia kini menjadi wanita bisu yang bingung harus menjawab apa. Ia tidak mampu merespon ucapan yang baru saja di lontarkan oleh Damini kepadanya, Sarah memilih menjauhkan diri dari Damini dan bangkit secara perlahan.

"Aku akan bertahan hanya kali ini saja, tapi jika tidak ada hasil lagi.. Kau tidak bisa menghalangi keputusan ku." Jelas Sarah dengan tatapan serius, ia memilih berjalan pergi meninggalkan Darmini sendirian di lorong rumah sakit.

Sarah mengendarai mobilnya di jalan raya, pikirannya masih terus melayang pada kata-kata yang di lontarkan oleh Darmini. pernikahan yang dilakukan dengan Reno selama 2 tahun, hanyalah sebuah status belaka. Ia sama sekali tidak di sentuh oleh pria itu, bahkan Reno hanya pulang beberapa kali dalam 2 tahun.

"Arg.." Sarah merasa frustasi dengan pernikahan yang terasa sangat hambar, apalagi setiap hari ia harus berhadapan dengan orang-orang dari keluarga Darmaji yang tidak menyukainya.

Sarah memarkirkan mobilnya seperti biasa, ia terdiam sejenak di dalam mobil. Wanita itu mulai menghela nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya saat ini.

Perlahan ia membuka pintu mobil dan langsung menutupinya, langkahnya mulai masuk ke dalam rumah besar yang sudah menjadi rumah tempat tinggalnya selama 2 tahun terakhir.

Saat membuka pintu tatapan mata Sarah mengarah pada sosok wanita muda dan seorang wanita paruh baya yang tengah duduk dan asyik mengobrol di atas sofa, mereka langsung terdiam dan menghentikan obrolan nya saat melihat Sarah masuk ke dalam rumah.

"Eh... Kakak ipar, baru pulang yah?" Dina tersenyum tipis saat melihat Sarah, senyuman yang terlihat tengah mencemooh dan meledek dirinya.

"Iya, aku baru pulang dan ingin segera beristirahat." Jelas Sarah dengan senyuman di wajahnya, ia dan Dina sudah sering beradu mulut bahkan saling membalas sindiran.

"Aduh kakak ipar... Enak banget yah jadi kamu, bisa hidup enak dan harus kerja. Kasian deh... Kak Reno harus nikah sama cewek kek Kak Sarah." Celetuk Dina dengan wajah yang sendu.

Sarah tersenyum dengan penuh rasa jengkel, ia ingin sekali memberikan tinjuan pada wanita di depannya. "Iya mau bagaimana lagi, aku memang wanita beruntung." Jelas Sarah dengan senyuman di wajahnya, ia tanpa ragu membalas perkataan Dina yang membuat Dina terkejut saat mendengarnya.

OSP : Bab 2

Arini menatap putri dan juga menantunya, "Hentikan! Kalian berdua hanya bisa adu mulut saja." Jelas Arini dengan tatapan kesal.

Lalu ia mengalihkan pandanganya pada Sarah yang berdiam diri, "Reno akan pulang malam ini." Jelas Arini yang kembali fokus pada majalah milik nya.

Sarah terdiam sejenak saat mendengar hal itu, mungkin sudah 5 bulan yang lalu Reno pulang ke rumah dan itu pun hanya 1 hari di rumah. Lalu pria itu kembali pergi lagi dan menghilang tanpa kabar, Sarah mengganggukkan kepalanya dengan pelan lalu pergi begitu saja.

Ia berjalan ke kamar dan kembali mengingat kata-kata yang di lontarkan oleh Damini kepadanya, ia harus bisa membuat Reno menyentuhnya dan haru bisa mengandung anak pria itu untuk menguatkan posisinya di rumah ini.

Sarah terdiam, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ada rasa lelah di hatinya saat mengingat bagaimana ia berjuang mati-matian, dan merendahkan harga dirinya untuk mengemis kasih sayang dan pengakuan dari Reno.

"Aku cape.." Gumam Sarah.

Ia mengakui jika dulu ia telah berbuat licik dengan menjebak Reno hingga mereka berakhir di ranjang dan Reno menikahinya, tapi semua itu hanyalah sebuah kebohongan. Bahkan di malam 2 tahun yang lalu itu, ia dan Reno sama sekali tidak melakukan hubungan intim.

Dan sampai sekarang Sarah masih seorang perawan yang belum pernah di sentuh, tapi karena rencana yang Damini rancang membuatnya haru berpura-pura di lecehkan oleh Reno. Tapi akhirnya, ia mendapatkan karma dari perbuatannya sendiri. Reno sama sekali tidak pernah mengganggap nya sebagai seorang istri.

"Mungkin Tuhan sedang menghukum ku." Gumam Sarah seraya menutup matanya.

Hari mulai menjelang malam, Sarah melihat beberapa pelayan tengah sibuk menyiapkan makan malam. Begitu juga dengan Arini yang sibuk membersihkan rumah dan membuat rumah semakin rapi dan cantik.

Malam ini Reno akan pulang ke rumah, Sarah hanya bisa diam dengan perasaan yang bingung dan campur aduk.

"Kakak Ipar, kenapa kau hanya diam saja? Takut yah?" Dina tiba-tiba datang dan menyeringai ke arahnya, seakan tengah mengejek dirinya yang saat ini.

"Takut? Kenapa aku harus takut." Sarah sama sekali tidak menunjukkan perasaan takut dan wajah lemah di depan Dina, ia tidak akan pernah mau di bully oleh orang-orang yang ada di keluarga Darmaji.

"Iya sih.. Kenapa kau harus takut, tapi malam ini ada sebuah kejutan yang sangat besar. Aku yakin Kakak ipar pasti sangat suka." Dona tersenyum dengan ceria, ia seakan sangat senang dan menantikan kedatangan Reno.

Sarah terdiam sejenak, ia merasa ada sesuatu yang tidak besar untuk saat ini.

"Kejutan apa? Dan sepertinya kau sangat senang malam ini?" Tanya Sarah dengan mata yang menatap Dina dengan tatapan penuh selidik.

"Jika aku memberitahu mu saat ini, itu sudah bukan kejutan lagi." Jelas Dina dengan senyuman di wajahnya.

Wanita itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Sarah, kini semua orang berada di ruang tamu dan menunggu kedatangan Reno. Begitu juga dengan Sarah, ia duduk di atas sofa dengan mata yang tidak bisa berpaling dari pintu.

Jantungnya terus berdetak dengan kencang, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia takut dengan apa yang nanti akan terjadi, hingga pintu rumah tiba-tiba terbuka secara perlahan menampilkan sosok pria yang baru saja datang.

Sarah langsung bangkit dari tempat duduknya, dengan mata yang terus menatap sosok tampan yang baru saja tiba. Arini dan Dina tersenyum senang dan langsung menghampiri Reno.

Saat Sarah ingin berjalan mendekat, ia terdiam dan menghentikan langkahnya saat sosok wanita asing berjalan di belakang Reno dan menggandeng tangan pria itu dengan mesra.

Sarah menatap pria yang tersenyum lembut kepada sosok wanita asing, dan juga keluarganya. Ia tidak bisa berkata-kata dengan pemandangan yang tengah ia lihat saat ini.

Mata Reno lalu menatap sosok Sarah yang berdiam diri tak jauh darinya, lalu pria itu mengalihkan pandanganya dan memilih menatap sosok wanita yang berada di sampingnya.

"Kak Dara, Dina kangen banget sama kak dara." Dina tersenyum dan menyapa wanita itu, seakan mereka telah mengenal satu sama lain.

Sarah tertawa di dalam hati, kini ia merasa jika keberadaannya saat ini seperti orang luar yang tidak pernah di anggap oleh mereka semua.

Dara tersenyum dengan sangat lembut, Arini langsung mengajak Reno dan Dara pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama. Semua orang berjalan melewati Sarah, dan seakan mengganggap wanita itu tidak pernah ada.

OSP : Bab 3

Sarah berjalan secara perlahan ke ruang makan, ia melihat semua orang tengah duduk dengan senyuman di wajah mereka. Sarah menghela nafas panjang, ia menurunkan harga dirinya dah berjalan ke meja makan dan duduk di samping Dina.

Dina tersenyum mengejek saat melihat Sarah yang baru datang.

"Bagaimana Kakak Ipar, kau pasti terkejut bukan?" Tanya Dina seraya menopang dagu di telapak tangannya.

Sarah tersenyum tipis, "Emm.. Lumayan, tapi itu tidak terlalu membuat ku terkejut." Jawab Sarah dengan senyuman di wajahnya, seakan ia sama sekali tidak peduli dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

Dina nampak kesal dengan respon yang di berikan oleh Sarah, tadinya ia ingin membuat wanita itu mengamuk dan mencari masalah. Tapi ia salah, Sarah malah bersikap acuh dan cuek dengan apa yang terjadi malam ini.

Sarah sama sekali tidak berniat untuk menyapa Reno, ia juga tidak melirik pria itu. Jujur saja, apa yang dilakukan Reno saat ini telah melukai hatinya dan ia tidak bisa bersikap manja ataupun meminta perhatian lagi kepada pria yang telah melukai hatinya.

"Dara, Tante senang kau datang berkunjung ke sini." Arini membuka pembicaraan yang membuat posisi Sarah terpojok.

Sarah terus makan dengan berbagai macam pikiran yang mulai berkumpul di otak kecilnya, tekanan yang di berikan oleh Damini untuk nya sudah membuatnya gila. Di tambah dengan kedatangan seorang wanita yang pastinya memiliki hubungan dengan Reno, menambah kegilaannya untuk saat ini.

"Jadi kau Dara? Salam kenal aku Sarah, istri Reno." Tanpa basa-basi Sarah memperkenalkan dirinya dengan senyuman ramah, membuat semua orang sedikit terkejut.

Dara terdiam sejenak dengan wajah yang sedikit terkejut, ia melihat Sarah mengeluarkan tangannya. Dengan senyuman di wajahnya, Dara menerima jabat tangan dari Sarah.

"Dara Wijaya Kusuma." Jawab Dara dengan senyuman di wajahnya.

Sarah tersenyum tipis, ia lalu melirik ke arah Reno yang hanya diam dan memilih bungkam seribu bahasa. Setelah makan malam yang terasa sangat panas untuk Sarah, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar.

Ia duduk terdiam dan ingin meminta penjelasan dari Reno, hingga pintu kamar perlahan terbuka dan menampilkan sosok Reno yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Siapa wanita itu?" Tanya Sarah dengan tatapan serius, ia sama sekali tidak bisa melupakan bagaimana Dara menggandeng tangan Reno dan pria itu tersenyum dengan lembut. Bahkan senyuman seperti itu tidak pernah ia tunjukkan kepada dirinya, selama mereka menikah.

"Dia teman masa kecil ku." Jawab Reno dengan tatapan biasa, seakan hal itu tidak penting.

"Teman? Emm... Jadi dia sering memegang mu seperti itu?" Tanya Sarah dengan mata yang menatap suaminya, ia tidak bisa menyembunyikan senyuman mencemooh untuk Reno.

"Itu adalah Gestur persahabatan." Jelas Reno dengan tatapan tajam, entah kenapa ia merasa tidak suka dengan setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh Sarah.

"Gestur persahabatan? Aku baru tahu.." Jelas Sarah.

Reno mengerutkan keningnya heran, biasanya ketika ia pulang Sarah akan berpakaian seksi dan berusaha untuk menggodanya. Tapi untuk kali ini, wanita itu hanya diam dan malah bersikap seperti ini.

Sarah mulai berpikir, ia tahu pernikahan ini sudah tidak bisa di pertahankan lagi. Ia juga yakin, kedatangan Dara bukan hanya sekedar kunjungan biasa. Dan Sarah mulai berpikir, sebagaimana pun ia terus merayu dan memohon, pria itu sama sekali tidak akan luluh untuknya. Reno adalah pria keras yang tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya.

Sarah mengalihkan pandanganya dari Reno dan memilih berjalan ke atas ranjang sendirinya tanpa merayu pria itu lagi seperti dulu. Ia tahu, yang ia lakukan pasti akan membuat Damini marah besar.

Reno menatap sosok wanita di depannya yang seakan mengabaikan dirinya, entah kenapa sikap Sarah saat membuatnya merasakan perasaan yang berbeda. Ia merasa kesal dan marah dengan apa yang dilakukan oleh Sarah. Tapi Reno memilih mengabaikan perasaan tak nyaman di dalam dirinya, lalu pergi meninggalkan Sarah begitu saja.

Sarah yang berbaring membelakangi Reno, mendengar suara pintu yang di tutup. Ia menahan rasa sakit di hatinya saat pria itu kembali pergi seperti dulu.

"Harusnya dulu aku tidak pernah menjebak pria itu... Jika saja aku tidak menuruti keinginan Damini, mungkin hidup ku akan lebih baik dari saat ini."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!