NovelToon NovelToon

Obsesi Cinta Nona Muda

Bab 01

"Apa menurutmu dengan melakukan ini semua aku akan mencintaimu, Bianca?" ucap Liam di suatu pagi ketika mereka telah menghabiskan malam bersama.

Bianca hanya diam dan menatap Liam dengan sendu. Dia terpaksa melakukan ini semua agar Liam tidak melanjutkan hubungannya dengan Ivanka. Perempuan itu tidak rela bila rival terberatnya justru memiliki Liam, pria yang sangat dia cintai.

"Kamu tidak mengerti Liam, aku hanya berusaha untuk membantumu. Kamu hampir dijebak oleh Ivanka agar kalian menikah!" balas Bianca dengan tenang.

Meskipun, Bianca telah kehilangan hal yang sangat dijaga seumur hidupnya. Dia lega karena Liam tidak terjerat oleh Ivanka. Dengan jelas, dia mendengar bila Ivanka ingin agar Liam bertekuk lutut karena Bianca menyukai Liam.

Namun, seperti yang Bianca tahu, Liam tidak pernah menginginkannya. Dia bersusah payah mencegah Liam jatuh ke dalam jebakan Ivanka dan mengorbankan dirinya sendiri.

"Kamu pikir aku akan bertanggung jawab atas kejadian ini? Tidak Bianca! Aku tidak akan menikahimu hanya karena kita telah melakukannya," ujar Liam menegaskan bahwa dia tidak ingin menikahi perempuan yang telah dia nodai.

"Tapi... Kamu adalah yang pertama kali melakukannya padaku, Liam! Jangan bercanda! Kamu harus bertanggung jawab!" Mata Bianca mencerminkan tekad yang bulat.

Wanita itu tidak melakukannya dengan asal memberikan mahkotanya pada Liam. Bianca akan menuntut tanggung jawab pada pria yang memandangnya dengan sinis. Dia tahu, cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Akan tetapi, Bianca yakin bila Liam akan mencintainya dengan perlahan.

"Tenggelam saja pada keinginanmu, Bianca. Sampai kapan pun aku tidak akan menikah denganmu," ujar Liam yang telah berpakaian lengkap.

Bianca mengepalkan tangan melihat Liam pergi begitu saja tanpa menoleh sedikit pun padanya. Dia telah bersikap seperti wanita mur*Han, hanya untuk mencegah Liam jatuh ke tangan orang lain. Tidak akan dia biarkan Liam lepas begitu saja dari genggamannya.

"Liat saja, Liam! Kamu akan menjadi milikku! Hanya milikku! Tidak akan aku biarkan kamu lepas begitu saja setelah menikmati hidupku," gumam Bianca sambil mengepalkan tangannya.

Sementara itu, Liam telah keluar dari kamar hotel memikirkan kembali perkataan Bianca. Dengan jelas, wanita itu mengatakan dijebak oleh Ivanka. Akan tetapi, dia tidak menyangka wanita yang dia kagumi dapat bertindak begitu menjijikan.

Yang Liam ingat, memang mereka sedang berada di pesta. Namun, dia hanya mengingat kalau dirinya telah minum terlalu banyak dan rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Liam mengambil ponsel kemudian menghubungi asistennya. "Apa sebenarnya yang kamu lakukan? Mengapa aku sampai berakhir bersama Bianca?" tanya Liam dengan kesal.

***

Dua bulan setelah kejadian yang merenggut kehormatan Bianca. Dia merasa ada hal yang aneh pada dirinya. Cukup lelah karena harus menggantikan posisi James yang sedang terpuruk dengan kepergian Silvia, tubuhnya telah mencapai batasnya.

Hingga pada suatu pagi dia merasa pusing yang amat berat menghantam kepalanya. "Lydia, apa yang terjadi? Aku merasa ruangan ini terasa berputar-putar!" ucap Bianca sambil memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

"Tidak, Nona. Saya tidak merasakan apa pun. Apa anda baik-baik, saja?" tanya Lydia mengerutkan dahinya kemudian berjalan mendekati Bianca yang berdiri.

"Aku sangat..." Tubuh Bianca terjatuh begitu saja di lantai.

"Nona!" teriak Lydia yang terkejut melihat atasannya pingsan dan tergeletak di lantai.

Teriakan Lydia membuat Daren yang berada di samping ruangan terkejut dan segera menuju ruangan Bianca. "Apa yang terjadi, Lydia?"

"Tolong, Daren! Nona Bianca tiba-tiba pingsan!" ujar Lydia memegangi tubuh Bianca yang dingin.

Tanpa berbasa basi, Daren langsung membawa tubuh Bianca ke dalam dekapannya. Pria itu menggendong Bianca melewati beberapa karyawan mereka yang tampak ingin tahu hal yang terjadi pada atasan baru mereka.

Beberapa saat setelah James —kakak Bianca— menyadari kesalahannya. Dia seperti orang yang tanpa arah dan mencari Silvia terus menerus. Bianca yang melihat perusahaan membutuhkan pemimpin tentu saja mengambil alih tugas James untuk sementara. Tanpa menyadari kondisinya sendiri yang saat itu sudah mencapai batas.

Daren dan Lydia segera membawa Bianca ke rumah sakit terdekat. Tentu saja, Daren langsung memberitahukan James tentang keadaan Bianca. Dia tidak ingin mendapat kesalahan dengan menyembunyikan keadaan adik dari atasannya itu.

Satu jam berlalu, James datang terburu-buru ketika mengetahui keadaan adiknya. Sepanjang perjalanan, dia merutuki kesalahannya karena membuat Bianca terlalu memforsir dirinya sendiri. Pencarian Silvia terus dia lakukan tanpa memikirkan keadaan perusahaan, seharusnya dia dapat memperhitungkan kalau Bianca belum cukup mampu untuk memimpin perusahaan.

"Apa yang terjadi pada adikku? Mengapa dia bisa sampai pingsan seperti ini?" tanya James meminta penjelasan pada Daren.

"Tuan... Ada sesuatu yang harus ada ketahui. Nona Bianca ternyata..." jawab Daren sambil menatap atasannya dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.

***

Bersambung...

Halo, Kakak pembaca.

Selamat datang di novel baruku. Novel ini merupakan spin off dari "Mengandung Benih Sang Presdir" yang menceritakan kisah Bianca dan Liam.

Ikuti terus kisah mereka, ya. ❤️❣️

Bab 02

Liam Smith adalah pria yang baru saja diberikan tugas untuk menjadi pemimpin Perusahaan Smith. Pria itu menjadi sosok yang lebih dingin ketika kejadian malam yang dilewatinya bersama Bianca selalu terbayang di benaknya.

Seperti pagi ini, dia kembali bermimpi ketika melakukan malam panas bersama Bianca. Liam terbangun dengan terengah-engah karena tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

"Si*l! Mengapa aku sangat menginginkan wanita m*rahan itu!" umpat Liam yang ingin melupakan malam yang dia lewatkan bersama Bianca.

Pria yang tampan itu memang sangat kesal dengan sosok Bianca. Perempuan yang telah mengejar cintanya semenjak mereka di bangku kuliah. Awalnya, Liam bersikap baik tetapi, Bianca sebagai teman malah memanfaatkan hal itu hingga bersikap posesif.

"Aku tidak akan menyerah Liam, kamu akan menjadi milikku apa pun caranya," ucap Bianca ketika Liam menolak pernyataan cintanya.

Liam mengira Bianca akan menuntut pertanggung jawaban setelah apa yang mereka lewati. Jujur saja, Liam tidak tega melihat wajah Bianca saat itu. Namun, kekesalannya pada sikap dan perilaku Bianca yang terus ingin menjadikannya sebagai kekasih membuat Liam tidak berbelas kasih pada wanita itu.

Pagi itu dia melihat bercak darah tanda kesucian Bianca. Hal itu membuat Liam bingung karena dengan jelas Ivanka mengatakan Bianca telah sering melakukan perbuatan yang bisa dibilang menj*jikkan. Akan tetapi, bercak darah itu mulai membuat Liam ragu akan pertukaran Ivanka.

"Sebenarnya, siapa yang bohong di sini? Bianca atau Ivanka!" gumam Liam yang selama dua bulan ini terus memikirkan tentang Bianca.

***

Di rumah sakit, James mengepalkan tangan mendengar ucapan Daren. Dia tidak mempercayai ucapan Daren sampai pria itu menghampiri dokter untuk mendapatkan keterangannya.

"Benarkah itu? Adikku tengah mengandung?" ucap James masih mengandalkan dirinya sendiri.

"Ya Tuan, Nona Bianca memang berbadan dua, Anda dapat mengetahui usia kehamilan Nona Bianca dengan mengunjungi dokter Obygn," balas dokter pelan.

"Rahasiakan kehamilan Bianca dari siapa pun yang mungkin mengenal kami. Kamu tahu bagaimana statusnya dokter, kamu juga terikat dengan sumpah seorang dokter yang tidak boleh sembarangan mengatakan tentang kondisi pasienmu," perintah James.

"Tentu, Tuan. Anda bisa mengandalkanku. Tidak akan pernah ada orang yang akan mengetahui keadaan Nona Bianca," kata dokter dengan penuh keyakinan.

Dokter muda itu tentu mengetahui bila masa depannya berada di tangan James. Hingga dia memilih untuk mengikuti perintah James. Semua yang ada di rumah sakit ini mengetahui kekuasaan yang dimiliki James. Tentu saja menjalankan perintah James adalah sesuatu yang mutlak.

"Kondisi Nona Bianca cukup lemah, saya sarankan agar Nona beristirahat yang cukup. Jangan paksa dia untuk bekerja terlalu keras. Hal itu akan semakin melemahkan kondisinya yang mungkin akan berimbas pada kesehatan janin dalam kandungannya," terang Farel —dokter muda— yang memeriksa kondisi Bianca.

"Baiklah, aku akan mengingatnya," balas James menatap tubuh Bianca. Farel kemudian pergi dari hadapan James setelah berpamitan.

James meremas kepalanya sendiri, dirinya tengah dihadapi dengan permasalahan Silvia yang pergi dari hidupnya. Bahkan, perempuan yang baru dia sadari kalau sangat berarti dalam hidupnya itu membawa benihnya. Kini, dia harus dihadapkan dengan Bianca yang tengah hamil entah dengan siapa.

"Apa ini karma untukku, Daren? Mengapa Bianca bisa hamil ditengah kejadian Silvia yang juga sedang hamil. Bodohnya aku tidak menyadari bila Bianca tengah berbadan dua," ucap James frustasi.

Pria itu memang membebaskan Bianca dalam pergaulan. Sebagai pengganti dari sang ayah, dia tidak ingin terlalu mengekang Bianca. Takut bila hal yang dilakukan akan membuat Bianca merasa terpenjara.

Tidak menyangka kebebasan itu menjadi bumerang bagi James. Sebagai Nona Muda keluarga Davis, seharusnya James menempatkan beberapa pengawal pribadi untuk Bianca. Keteledorannya itu membuat Bianca mengandung anak yang belum James ketahui.

"Ah... ha... us..." Bianca mengggumam lemah.

"Bi, kamu telah bangun?" James menyodorkan air putih yang dan membantu Bianca meminum air tersebut.

Setelah itu, Bianca kembali berbaring. Rasa pusing masih menghantamnya. Perempuan itu merasa sangat pusing, hingga dia memijat keningnya sendiri.

"Kamu masih pusing?" tanya James perlahan.

Bianca mengangguk, " Ya. Aku sebenarnya telah beberapa kali merasa pusing dan mual. Namun baru kali ini aku mengalami hal ini," jawab Bianca perlahan.

"Itu karena dirimu yang telah memforsir pekerjaan. Mulai besok, aku akan kembali bekerja, kamu dapat libur untuk sementara waktu," balas James memperhatikan raut wajah Bianca.

"Ya, aku rasa memang waktu istirahatku terlalu sedikit. Bagaimana pencarianmu? Apakah ada tanda-tanda dari Kak Silvia? Tidak mungkin dia pergi jauh tanpa jejak, Kak," kata Bianca yang pusingnya telah hilang.

"Itu tidak penting saat ini, Bi. Maafkan aku yang tidak dapat menjagamu dengan baik. Akan tetapi, aku mohon kamu dapat berkata jujur dalam menjawab pertanyaanku." Perkataan James membuat dahi Bianca berkerut.

Ada yang janggal dari sikap James semenjak dia terbangun. Bianca tidak dapat mendeskripsikan arti dari sikap dan raut wajah James yang terlihat sedih. Namun, Bianca memahami keadaan James saat ini.

Kehilangan wanita yang dicintai merupakan sebuah pukulan yang berat bagi James. Silvia masih belum dapat ditemukan keberadaannya. Hal itu, membuat Bianca harus turun langsung dan bekerja untuk menjaga kestabilan Perusahan Davis.

Bianca tidak keberatan dengan hal itu. Dia turut menginginkan agar James segera menemukan Silvia. Hanya saja, pikirannya tertuju pada Liam yang tidak pernah menghubunginya semenjak mereka melewatkan malam panas bersama. Bianca belum meminta pertanggung jawaban Liam karena telah merenggut mahkotanya.

"Bi, kamu mendengarku?" tanya James memandang adiknya.

"Ah, ya. Tentu saja, apa yang ingin kau tanyakan?" jawab Bianca sambil menunduk karena malah membayangkan otot sempurna milik Liam.

"Siapa Ayah dari janin yang ada dalam kandunganmu?" ucap James dengan perlahan.

"Apa maksud...?" Raut wajah Bianca seketika terheran.

Perempuan itu bersikap seolah tidak memahami pertanyaan James. Janin? Ayah? Kandungan? Bianca tidak dapat berpikir dengan cepat. Dia terus terpaku dengan ucapan James.

"Ya, Bianca. Kamu tengah hamil. Aku ingin tahu siapa Ayah dari anakmu. Katakan padaku, siapa yang telah melakukannya padamu!" kata James dengan penuh ketegasan.

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca ❤️

Bab 03

Bianca meneguk ludahnya dengan susah payah. Tidak menyangka bila hal yang dilakukan oleh Liam dahulu langsung membuahkan hasil yang tak terbantahkan. Memang Bianca tidak akan menyerah untuk mendapatkan Liam. Hanya saja, pikirannya terpecah karena sibuk dengan perusahaan.

"Bi, tolong beritahukan siapa pria yang menghamilimu? Aku tahu semua ini salahku karena membiarkan Silvia pergi begitu saja dengan anak dalam kandungannya. Akan tetapi, aku tidak menyangka bila kamu mendapatkan karma dari perbuatan yang kulakukan," ujar James merasa bersalah pada sang adik.

Sebagai pengganti dari Gerald Davis —sang ayah— tentu James merasa bertanggung jawab pada adiknya. Dia terus menyalahkan dirinya karena membuat Bianca mengalami hal seperti ini. Bianca yang selalu diperlakukan dengan baik bak putri raja tidak mungkin menyodorkan dirinya begitu saja pada seorang pria. Pasti ada unsur paksaan hingga wanita itu hamil. itulah yang ada dalam pikiran James.

Sedangkan, Bianca diam menimbang ucapan James. Kakaknya pasti semakin terpuruk karena kelakuannya. Dia kehilangan wanita yang ternyata dicintainya, lalu pantaskah dia menambah beban James dengan kehamilannya.

"Katakan Bi, aku tidak akan marah! Tapi, pria itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya!" ujar James sambil meremas tangan sang adik yang ada dalam genggamannya.

"Aku... Bukan wanita m*rahan 'kan, Kak? Aku hanya menolongnya malam itu, tapi dia tidak menerimanya dengan baik. Aku memang tidak menyerah mendapatkannya, tapi dia sudah mengatakan tidak akan bertanggung jawab," balas Bianca dengan pelan.

Malam itu memang Liam tidak melakukannya hanya sekali dengan Bianca. Pria itu terus menerus melakukannya hingga Bianca kelelahan mengimbangi Liam. Bianca memejamkan mata mengingat kembali perkataan Liam. Timbul keraguan pada dirinya untuk mengatakan kebenaran pada James.

"Kamu pikir aku akan bertanggung jawab atas kejadian ini? Tidak Bianca! Aku tidak akan menikahimu hanya karena kita telah melakukannya," ujar Liam begitu menancap tajam pada hati Bianca.

"Apa dia adalah pria yang selama ini kau sukai? Liam Smith? Diakah yang melakukan ini?" tanya James.

Bianca hanya diam tidak mengiyakan atau menolak ucapan James. Pria disampingnya melepaskan genggamannya pada Bianca. Dia mengepalkan tangannya tak mampu untuk menyalahkan adiknya sendiri.

"Mengapa kamu terus terobsesi dengan Liam, Bianca? Masih banyak pria lain yang dapat menjadi pendampingmu." Akhirnya, keluarlah ucapan James yang membuat Bianca menitikkan air mata.

"Aku mencintainya, Kak. Tidak mungkin aku membiarkan dia bersama dengan Ivanka. Wanita itu ingin menjebaknya. Jadi..."

"Jadi, kamu menyerahkan dirimu sendiri? Apa yang kamu harapkan?" potong James.

Bianca terdiam, dia mengingat setiap penolakan yang diucapkan oleh Liam. Pria yang telah mencuri hatinya sejak lama itu tidak pernah menoleh sama sekali pada dirinya. Hal itu membuatnya tidak putus asa.

Sampai Bianca mengetahui akal bulus Ivanka yang ingin mendapatkan Liam dengan cara yang kotor. Tentu saja, Bianca tidak terima dan memilih untuk mengorbankan dirinya sendiri sebagai pelampiasan Liam. Hal itu membuat, Bianca dicap sebagai wanita m*rahan oleh pria yang sangat dia cintai.

"Aku harus bagaimana, Kak?"

"Dia harus bertanggung jawab pada anak yang ada dalam kandunganmu. Yang terpenting sekarang anakmu mendapatkan haknya," ucap James.

Sonia datang dengan tergesa-gesa. Dia mengetahui semua yang terjadi pada sang putri. Sonia menyikapinya dengan lebih tenang. Dia tahu keluarga Smith pasti akan menerima Bianca dengan baik sebagai menantu keluarga.

"Aku akan pergi ke Kediaman Smith untuk meminta pertanggung jawaban Liam! Kau tenang saja Bianca, keponakanku akan mendapatkan Ayahnya" ujar James berusaha untuk bersikap tenang.

"Pergilah! Temui keluarga Smith dan minta pertanggung jawaban pria itu!" balas Sonia.

Pria itu langsung berpamitan pada Bianca dan Sonia. Dia tidak habis pikir dengan adiknya yang sangat menginginkan Liam menjadi suaminya. Padahal, dari dulu James sudah mengatakan bila dia akan mencarikan pria yang tepat untuk Bianca.

Sedangkan Bianca memandangi kepergian James dengan sedikit senyum tersungging di bibirnya. Sonia melihat senyum yang ditampilkan oleh Bianca. Dia menggeleng karena mengetahui kelakuan anaknya.

"Mama tahu apa yang kau lakukan Bianca, jangan sampai keputusanmu ini membuat hidupmu menderita. Apa pun yang terjadi kamu harus menceritakan pada Mama," ucap Sonia membuat Bianca tersentak.

"Bukan aku yang telah menjebak Liam. Aku hanya berusaha menolongnya, Ma," sanggah Bianca yang mengetahui bila Sonia berpikir negatif pada dirinya.

"Mama tahu bagaimana dirimu, Bianca. Kamu mirip seperti diriku yang tidak bisa melepaskan orang yang kita cintai. Namun, Mama berpesan jangan memaksakan kehendak. Bagaimana pun, Liam tidak akan jatuh cinta padamu bila kamu terus memaksakan kehendak padanya," balas Sonia cukup membuat hati Bianca berdenyut nyeri.

"Mama tahu bukan? aku tidak mungkin melakukan hal nekad hanya untuk mengikat Liam," ucap Bianca.

"Hanya kamu yang tahu tujuan sesungguhnya, Bi." Sonia hanya dapat memikirkan bila Bianca dapat melakukan hal paling gila untuk mendapatkan Liam.

Sementara itu, James mendatangi Kediaman Smith yang disambut oleh pelayan keluarga. Dia mengatakan bila Liam sedang pergi dan belum kembali. Liam datang bersama Ivanka yang bergelayut mesra di lengannya. Seketika, James tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Bugh!

James menghajar Liam tepat di perut pria itu. Liam yang terkejut tidak dapat menghindar dari James yang sangat marah melihat Liam bersama wanita lain.

"Seenaknya saja kau mempermainkan adikku!"

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!