NovelToon NovelToon

Scandal

Bab. 01

Beberapa hari sudah berlalu sejak malam panas itu. Kini, Maxim terlihat sedang berada di sebuah ruang bawah tanah. Ruangan yang sering dia sebut dengan ruang penyiksaan.

"Argh ...." Suara teriakan itu terdengar keras bersamaan tubuh pria yang dihempaskan begitu saja ke lantai hingga terjerembab tepat di depan kaki Maxim yang sedang duduk dengan begitu angkuh di atas singgasana miliknya.

Pria itu coba melihat Maxim yang sedang memegangi sebatang rokok miliknya lalu membiarkan anak buahnya membakar rokok tersebut lalu menghisap dan mengeluarkan kepulan asap hingga mengenai wajah pria itu yang seketika terbatuk.

"Katakan siapa yang memberikan bukti-bukti itu?" tanya Maxim yang sengaja mematikan lampu di ruangan pengap itu. Tidak ada sedikit pun cahaya yang masuk ke dalam ruangan tempat di mana dia berada saat ini.

"A-ku tidak tahu!"

"Argh ...." Dia kembali menjerit dan berteriak saat tangannya diinjak oleh sepatu pantofel mengkilap milik Maxim. Bahkan dia bisa merasakan jika saat ini jari-jarinya terasa nyaris patah.

Maxim tampak begitu kejam. Bukan hanya itu menginjak tangannya, Maxim juga menyulut sebatang rokok miliknya ke wajah pria itu hingga membuatnya menjerit kesakitan.

"Argh ... ampuni saya, Tuan. Aku mohon lepaskan aku!" teriaknya merasakan sakit yang luar biasa.

Dia bahkan sudah bersembunyi agar tidak diketahui oleh Maxim dan anak buahnya. Namun, ternyata semua sia-sia karena Maxim tetap berhasil menemukan tempat persembunyiannya.

"Kau tau, aku paling benci orang-orang yang meminta ampun sepertimu ini. Seharusnya jika kau tidak ingin aku menyiksamu jangan pernah melakukan kesalahan. Oh tidak, bagaimana jika kita bermain saja? Kau bisa lepas dari sini asal bisa melawanku dalam lima menit saja. Bagaimana?" tawar Maxim yang sengaja mengajak tawanannya untuk bertarung.

"Husss … tapi tunggu dulu! Bagaimana jika …."

"Argh ...." Dia kembali berteriak saat tangannya kembali diinjak dengan lebih keras oleh Maxim.

Raungan kesakitan terdengar begitu keras menggema hingga membuat anak buahnya yang berada di luar merinding karena mendengar suara teriakan itu.

Maxim masih tampak bermain dengan tawanannya. Dia membuat pria itu tidak berdaya hanya dengan mematahkan tangannya saja.

"Hubungi dia dan katakan bahwa kau berhasil menemukan di mana keberadaanku. Aku akan membuat kejutan untuk bosmu itu!" Maxim melemparkan ponsel milik pria itu dan menyuruhnya untuk bicara seperti yang Maxim perintahkan.

"Ti-tidak … argh ...." Dia merasakan sakit di bagian ulu hatinya karena mendapatkan pukulan berkali-kali dari Maxim saat membantah perintahnya.

"Bunuh saja aku! Bunuh saja, argh ...."

"Kau pikir aku akan membunuhmu? Tidak, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja. Kau salah jika berpikir seperti itu!" ucap Maxim sambil menjambak rambut tawanannya, lalu tanpa dia duga ternyata pria itu berani meludahinya. Membuat Maxim geram dan naik pitam.

"Berani sekali kau melakukan ini, hah!" Maxim langsung menghantam pria itu dengan sebuah pukulan yang membuatnya langsung terkapar jatuh dan muntah darah.

"Kau akan membusuk di sini! Aku akan memastikan bahwa kau tidak akan pernah mati! Aku akan membuatmu merasakan sakit yang luar biasa setiap harinya!" ancam Maxim dengan rahang yang mengeras sempurna.

Dia sendiri benar-benar sudah berang dengan apa yang dilakukan pria itu hingga berani meludahinya. Tanpa ampun, Maxim menendang wajah pria itu dengan sekuat tenaga sampai membuat darahnya berceceran ke lantai.

Setelah membuat tawanannya tak berdaya, Maxim langsung keluar dari ruangan pengap itu dan melemparkan pakaian yang dipakainya begitu saja ke lantai.

"Bereskan dia! Buat dia menderita setiap harinya! Bahkan aku ingin dia memohon dan menjerit sampai tidak bersuara lagi!" perintah Maxim kepada anak buahnya, lalu pergi kembali ke kamarnya.

Di dalam kamar, Maxim mendapatkan sebuah pesan masuk dari salah satu anak buah yang ditugaskan untuk selalu mengawasi Anna. Pesan yang menampilkan sebuah foto Anna sedang bekerja di sebuah butik.

Kedua sudut bibirnya seketika langsung mengembang hingga membentuk sebuah senyuman. "Anna, kau selalu terlihat cantik,” ucap Maxim yang begitu rindu ingin bertemu wanita itu. Namun sayangnya, dia sedang berada di Milan saat ini. Maxim masih membayangkan saat-saat bersama dengan Anna di Venezia beberapa waktu yang lalu.

"Tunggu aku pulang, Babe. Kita akan bertemu lagi, secepatnya."

***

Di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah butik ternama, Anna sedang bekerja bersama Liana.

"Kau kenapa Anna? Apa kau baik-baik saja?" tanya Liana, berusaha memastikan keadaan temannya itu baik-baik saja.

Sudah beberapa hari ini, Anna terlihat begitu lemah seperti tidak bersemangat. Entah apa yang membuat Anna berubah menjadi pendiam, tapi yang jelas itu benar-benar membuat Liana merasa heran sekaligus penasaran.

"Aku baik-baik saja Liana."

Anna memutuskan untuk merahasiakan apa yang terjadi pada malam itu. Dia berusaha bersikap sewajarnya agar tak mengundang pertanyaan dari Liana yang terus memperhatikannya.

"Jangan bilang kamu masih memikirkan Stefano?" tanya Liana, mulai kesal saat menduga jika Anna masih memikirkan mantan kekasih yang telah mengkhianatinya.

"Ayolah, An, Stefano bukan laki-laki yang baik. Seharusnya kamu bersyukur bahwa kamu bisa mengetahui rahasia busuknya. Rahasia yang dia sembunyikan selama ini. Dia itu tidak pantas mendapatkan wanita sepertimu, An!"

"Kamu salah, aku bahkan sudah tidak memikirkannya lagi. Aku sudah menganggapnya mati!" sahut Anna karena dia tidak ingin Liana berpikir bahwa dia masih memikirkan mantan kekasihnya yang jahat itu.

"Lalu siapa yang kamu pikirkan jika bukan Stefano? Apa jangan-jangan kamu sudah punya laki–"

"Berhenti memikirkan yang tidak-tidak! Aku baik-baik saja dan tidak ada yang harus dibahas lagi!" Anna memotong, tak ingin terpancing hingga nantinya dia bisa saja menceritakan apa yang terjadi pada malam itu. Malam di mana dirinya sampai menghabiskan malam panas dengan pria yang sama sekali tak dia kenal.

Pembicaraan mereka selesai saat Liana melihat sebuah berita tentang seorang laki-laki tampan yang ada di televisi.

"Oh my God! kamu lihat Anna. Itu Tuan Maxim. Aduh, gantengnya. Aku rela deh jadi pacarnya yang kesekian kalau dia mau sama aku.”

Anna sama sekali tidak tertarik. Wanita itu masih sibuk mengganti pakaian di patung manekin dengan koleksi terbaru yang ada di butik itu.

“Anna, coba itu kamu lihat! Rugi lho, dia itu udah ganteng, kaya lagi. Hartanya aku rasa tidak akan habis 10 keturunan sekalipun. Dia itu pengusaha hebat dan salah satu laki-laki paling kaya di eropa. Di negara kita, dialah yang terkaya!" ujar Liana yang menjelaskan pada Anna tentang siapa Maxim. Pria yang saat ini tampil di televisi.

Mau tak mau pandangan Anna pun jadi melihat layar televisi itu. “Bukannya dia laki-laki bayaran ….” Spontan saja Anna langsung mengatakan itu. Beruntung, keterkejutannya masih bisa ditahan dan Anna hanya mengatakannya di dalam hati. Wanita itu mulai mengingat kembali wajah pria bayaran yang telah menghabiskan malam panas dengannya. "Tidak! Tidak mungkin dia laki-laki bayaran itu! Lagi pula dia kaya, mana mungkin dia butuh uangku. Ah, aku pasti keliru, lagian saat itu aku mabuk dan penglihatan ku pasti salah. Ya, dia bukan laki-laki itu," ucap Anna dalam hati saat melihat wajah laki-laki yang ada di televisi.

Bersambung ...

Bab. 02

Hari ini, Maxim kembali ke Venezia setelah menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda beberapa waktu yang lalu. Tujuan utamanya saat ini adalah, Anna. Karena sudah hampir seminggu ini dia ingin bertemu dengan wanita itu. Jadi, setelah pekerjaannya di Milan selesai dia akan menemui Anna.

Maxim tersenyum sambil memegang ponselnya. Di ponselnya terdapat beberapa foto Anna yang terlihat cantik matanya.

"See you, Babe..." ucap Maxim yang terus saja memegang ponselnya.

Sedangkan anak buahnya yang melihat bosnya tersenyum seperti itu membuat mereka merinding. Tidak pernah-pernahnya Maxim tersenyum, jadi wajar saja jika mereka merasa heran.

"Apa kau sudah bosan hidup?" tanya Maxim saat tau jika anak buahnya saat ini sedang memikirkan dirinya.

"Maaf Tuan," ucap anak buahnya yang merasa bersalah karena telah memikirkan yang tidak tidak tentang bosnya.

Dia lupa jika saat ini yang dihadapinya adalah Maxim. Seorang laki-laki yang tidak mengenal belas kasihan dan laki-laki yang tidak menerima permintaan maaf apapun dari orang-orang yang telah berbuat salah padanya.

"Jika masih ingin melihat matahari terbenam jangan berani-berani memikirkan apapun tentangku!" ancam Maxim.

"Baik, tuan." jawab anak buahnya.

Mereka sudah sampai di tempat tujuannya dan ketika pintu mobilnya dibuka, Maxim langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam butik tersebut.

Mengetahui ada tamu penting yang datang ke butik mereka membuat para staf dan semua karyawan yang bekerja di sana menyambut kedatangannya, Termasuk Anna. Buru-buru mereka berbaris untuk menyambut kedatangan tamu penting butik ini.

"Selamat datang tuan, Maxim ..." sambut mereka ketika melihat laki-laki itu datang.

Maxim tidak menanggapi apapun yang mereka katakan, karena tujuan utamanya saat ini untuk bertemu dengan Anna.

Ya, wanita itu hanya bisa menundukkan kepalanya saja dan Maxim melihatnya.

"Ada yang bisa kami bantu, Tuan Maxim?" tanya pemilik butik tersebut karena mereka tidak boleh melakukan kesalahan apapun.

Maxim memiliki kekuasaan yang sangat besar di Italia. Jadi mereka tidak boleh melakukan kesalahan jika tidak ingin butik ini akan ditutup.

"Aku ingin dia yang melayani ku!" tunjuk Maxim pada Anna hingga membuat wanita yang ditunjuknya itu masih tetap tidak sadar sampai di mana Liana yang memberikan kode pada Anna bahwa saat ini dia yang di pilih tuan Maxim untuk melayaninya.

"Ada apa?" tanya Anna pada Liana, karena jujur saja bahwa dia tidak tau apa-apa di sini.

"Itu." tunjuknya dengan mata hingga membuat Anna melihat laki-laki itu.

Anna melihatnya, dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di depannya saat ini.

Jantungnya seperti berhenti berdetak ketika melihat siapa yang ada di depannya. "Tidak mungkin." batin Anna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengusap matanya berharap apa yang dilihatnya itu salah.

"Tidak mungkin!" gumam Anna lagi yang terus berusaha meyakinkan dirinya.

Tiba-tiba saja bayangan malam itu kembali berputar di kepalanya sebelum dia benar-benar kehilangan kesadarannya. Anna mengingat wajah laki-laki yang bersamanya di malam itu.

Maxim menarik sudut bibirnya saat melihat reaksi wanitanya seperti itu. Ya, dia sudah mengklaim Anna sebagai wanitanya jadi dia tidak membiarkan wanita itu dimiliki oleh siapapun.

"Anna, tolong temani Tuan Maxim dan jangan membuatnya kecewa." bisik pemilik butik ini karena dia tidak ingin Anna mengecewakan Maxim.

Apalagi mereka tahu seperti apa pembawaan Maxim. Jadi lebih baik berhati-hati dan memperhatikan segalanya.

"Hah? kenapa aku?" tanya Anna yang masih belum percaya bahwa dia yang dipilih oleh laki-laki itu.

"Karena aku menginginkanmu!" mendengar suara Maxim membuat Anna melihat ke arahnya hingga tanpa sadar mata keduanya langsung menatap satu sama lain.

Anna di paksa untuk melayani laki-laki itu hingga akhirnya dia membawa Maxim ke ruangan VIP tempat di mana biasa mereka membawa pelanggan pilihan. Bahkan hari ini butik di tutup karena Maxim yang datang.

"Silahkan, Tuan." Anna membawa Maxim masuk ke ruangan VIP.

Di dalam sana, Maxim terus saja menatap Anna hingga membuat wanita itu merasa salah tingkah.

Anna sendiri mencoba untuk bersikap profesional, karena memang dia sedang bekerja saat ini. Sayangnya Maxim sendiri yang membuatnya kehilangan fokus karena sejak tadi laki-laki itu terus saja menatapnya.

"Tuan!" pekik Anna saat tiba-tiba laki-laki itu menarik pinggulnya hingga saat ini tubuh mereka selalu menempel satu sama lain.

Dapat Anna rasakan hembusan nafas Maxim yang menerpa batang lehernya saat ini. Sungguh, ini benar-benar membuatnya salah tingkah.

"Lepaskan saya tuan!" pinta Anna karena dia telah merasa dilecehkan oleh Maxim saat ini.

"Ada apa Babe? kemarin kamu terlihat begitu liar meminta ku untuk terus memeluk mu seperti ini. Lalu kenapa tiba-tiba sekarang kamu tidak menginginkannya?" tanya Maxim yang membuat Anna kaget.

"Apa maksud, Anda?" tanya Anna dengan jantung yang berdebar kencang. Dia takut jika apa yang dipikirkannya saat ini benar-benar terjadi. Bahwa laki-laki yang ada di dekatnya saat ini adalah laki-laki yang bersamanya pada malam itu.

Sumpah demi apapun Anna berharap bahwa ini tidak terjadi. Dia benar-benar berharap bahwa semua itu tidak benar.

"Apa aku harus mengingatkan mu babe? apa kita juga harus mengulang malam panas itu lagi?" tanya Maxim yang membuat Anna meradang.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Maxim dan Anna yang melakukannya. Sedangkan Maxim yang di tampar hanya biasa saja. Bahkan dia tidak merasa kesakitan sedikitpun, malah Anna yang merasa telapak tangannya sakit.

"Tutup mulut Anda!" sentak Anna hingga membuat teman-temannya yang berada di luar kaget mendengar suaranya.

"Kenapa babe? aku bahkan masih menyimpan uang yang kamu tinggalkan." Maxim mengeluarkan lembaran uang yang di tinggalkan Anna waktu itu.

Melihat uang itu membuat Anna semakin ketakutan. Bagaimana bisa dia bermalam dengan seorang laki-laki yang tidak di kenalnya. Bahkan dia juga mengira laki-laki yang bersamanya waktu itu adalah laki-laki bayaran.

"Apa kamu pikir ini cukup untuk membayarku babe? kau salah besar jika mengira uangmu ini cukup! sekarang bersiaplah, karena mulai sekarang kau akan menjadi milikku! kau akan menjadi milikku babe!" kata Maxim pada Anna.

Sayangnya saat dia hendak mencium bibir Anna, ponselnya berdering dan itu panggilan masuk dari Julio. Asisten Pribadinya.

"Sh*t!" umpatnya dalam hati saat Julio mengganggunya.

Melihat ada kesempatan membuat Anna langsung mendorong tubuh jangkung Maxim agar dia bisa melarikan diri. Tapi tidak semudah itu untuk lari dari Maxim karena laki-laki itu telah membaca pergerakan Anna.

"Ahk...lepaskan saya, Tuan!" pinta Anna pada Maxim untuk di lepaskan.

Tapi Maxim tidak memperdulikan semua itu karena dia sedang menjawab panggilan telepon dari Julio saat ini.

"Ada apa?" tanya Maxim dengan suara beratnya.

Terlihat sekali jika saat ini dia benar-benar merasa kesal dengan Julio yang telah menganggu kesenangannya.

Anna hanya bisa memejamkan kedua matanya saat mendengar suara laki-laki ini terdengar sangat mengerikan sekali.

"Maaf, karena telah menganggu Anda tuan," ucap Julio yang langsung memutuskan sambungan telepon mereka begitu saja setelah mendengar suara yang begitu mengerikan.

Dia tidak tau jika saat ini bukan waktu yang tepat untuk menghubungi laki-laki itu.

Maxim kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Dia mengecup bibir Anna sebelum pergi meninggalkan wanita itu di sana.

"Ingat Babe, kau milikku! aku akan pergi sebentar dan kita akan bertemu secepatnya nanti." ujar Maxim yang melepaskan Anna begitu saja dan dia pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Wajahnya terlihat mengerikan setelah keluar dari ruangan tadi. Bahkan tidak ada senyuman apa pun di wajahnya seperti saat dia bersama dengan Anna tadi.

"Jalan!" titah Maxim pada anak buahnya setelah dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi.

Bersambung

Bab. 03

Anna masih tidak percaya bahwa dia bisa kembali bertemu dengan laki-laki yang dia kira adalah laki-laki bayaran. Ternyata yang dia kira laki-laki bayaran itu bukan orang sembarangan. Dia adalah Maxim Luxio Grox. Salah satu pengusaha terkena bahkan dia juga tidak mengetahui jika laki-laki itu memiliki begitu banyak kekuasaan.

Melihat temannya yang terus saja termenung setelah kejadian di butik tadi membuat Liana merasa khawatir.

"Katakan ada apa sebenarnya Anna. Kenapa Kamu terlihat sangat berbeda setelah bertemu dengan tuan Maxim?" tanya Liana karena dia penasaran.

Dia tidak tahu sebenarnya ada masalah apa antara temannya ini dengan tuan besar tersebut. Apalagi mereka mengetahui sepak terjang Maxim. Jadi wajar jika dia merasa khawatir dengan keadaan temannya saat ini.

Anna menatap ke arah Liana lalu menggelengkan kepalanya. Sejujurnya dia juga bingung bagaimana harus menjelaskan semua ini. Sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata karena memang dia bingung bagaimana harus menjelaskannya.

"Aku yakin ada yang kamu sembunyikan. Sekarang katakan apa yang kamu sembunyikan dariku, An?" Liana terus saja mendesak Anna untuk menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.

Karena sudah tidak tahu harus melakukan apalagi akhirnya Anna menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan juga Maxim pada malam itu hingga membuat Liana memekik kaget.

"What?!" pekik Liana yang benar-benar kaget mendengar apa yang dijelaskan Anna.

"Bagaimana bisa kamu mengira bahwa laki-laki yang bersamamu itu adalah pria bayaran? hidup di zaman apa kau ini An? astaga, aku mendengar tidak percaya bahwa kamu bisa mengira tuan Maxim sebagai laki-laki bayaran. Pantas saja dia mengejar mu hingga sejauh ini." ujar Liana karena dia tahu bahwa Maxim tinggal di Milan.

Sedangkan mereka saja tinggal di Venezia. Tidak sulit bagi laki-laki seperti Maxim yang memiliki banyak uang untuk mencari siapa wanita yang bersamanya. Jadi tidak heran jika laki-laki itu bisa menemukan keberadaan Anna.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Dia bahkan mengatakan-" Anna tidak melanjutkan perkataannya dan menatap ke arah Liana.

"Mengatakan apa?" tanya Liana penasaran.

Anna suka sekali membuat dia penasaran seperti ini. Menggantung perkataannya, dan membuatnya penasaran.

"Tidak apa-apa, sudahlah! ayo pergi!"

Anna tidak lagi ingin membicarakan tentang Maxim. Kepalanya sudah merasa pusing membicarakan laki-laki itu. Sumpah, dia benar-benar tidak percaya bahwa laki-laki itu memang mengejarnya hingga sejauh ini. Andai saja Dia memiliki banyak uang, mungkin Anna sudah akan kabur ke luar negeri dan menghilang dari tempat ini. Sayangnya dia tidak bisa melakukan semua itu Karena dia tidak memiliki cukup uang.

Liana sendiri tidak bisa memaksa Anna untuk menjelaskan semuanya. Setidaknya dia sudah mengetahui apa permasalahan antara Anna dan juga Maxim. Tapi jika dipikir-pikir lagi, seharusnya Anna senang, karena tuan besar seperti Maxim sampai mencarinya. Itu artinya dia kembali menginginkannya bukan?

***

Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah perusahaan Luxio Grox Company, Maxim berusaha untuk menahan amarahnya tapi ternyata dia gagal melakukannya. Dia tidak bisa menahan amarahnya setelah mengetahui bahwa ada yang bermain curang padanya.

"Bawa dia sekarang!" suara bariton itu begitu menggelegar hingga memenuhi ruangan meeting saat ini.

Mereka yang berada di dalam ruangan meeting itu pun akan terkejut. Entah siapa lagi yang berani mencari masalah dengan laki-laki mengerikan ini. Seharusnya mereka tidak melakukan hal itu. Ada orang-orang yang bisa mereka sayangi, lalu bagaimana bisa mereka berani melakukan kecurangan dan membuat kesalahan pada Maxim.

"Tapi dia sudah mengundurkan diri, Tuan." jawab kepala divisi yang menangani langsung proyek yang sedang berjalan saat ini.

Mendengar jawaban dari kepala divisi itu membuat Maxim menatap tajam ke arahnya. Tatapannya benar-benar sangat mengerikan sekali. Dia tidak mengenal ampun dan dia tidak mengenal belas kasihan. Maxim tidak akan mengampuni siapapun yang telah mencari masalah dengannya.

"Meeting selesai!" titah Maxim.

Dia membiarkan orang-orang itu pergi meninggalkan ruang meeting, sampai di mana tinggal kepala divisi tadi saja yang di tahannya. Bahkan Julio saja pun meninggalkannya di sana.

Maxim membuka jasnya lalu mengendurkan dasi yang mengikat di lehernya. Dia benar-benar sudah tidak bisa menahan lagi. Amarah yang ditanya sejak tadi langsung dilampiaskan saat itu juga.

Di lemparkannya sebuah pistol miliknya ke atas meja, dan dia terus saja menatap pada kepala divisi yang sudah ketakutan saat ini.

"Kau ingin mengatakannya secara langsung atau aku yang mencari tahunya!" kata-kata itu terdengar begitu sangat mengerikan.

"Aku tanya kau yang ingin mengatakannya atau aku mencari tahunya!!!" teriak Maxim hingga membuat bawahannya itu langsung bergetar hebat.

Bagaimana caranya bisa selamat dari Maxim? jika sudah seperti ini dia tidak akan bisa selamat. Nyawanya sudah terancam.

"Ma-maafkan saya tuan-ahk ..." dia berteriak saat Maxim melemparkan sebuah gelas kosong miliknya hingga mendarat tepat di keningnya.

Kepalanya langsung berdenyut saat gelas tadi menghantam keningnya dan berdarah.

"Tu-tuan, Maafkan saya, Tuan. Saya-ahk..." dia kembali berteriak saat Maxim menarik rambutnya lalu membenturkan kepalanya ke meja marmer tadi hingga membuat lukanya semakin berdarah. Bahkan pandangannya saja pun sudah mulai buram saat ini. Penglihatannya berkunang-kunang akibat kejadian tadi.

"Berani sekali kau melakukan ini hah? apa kurang uang yang di berikan perusahaan hingga membuat mu mencurinya? jangan kau pikir karena kau telah mengusir tikus bodoh ku kau akan selamat? aku tidak sebodoh itu dan kau salah jika beranggapan bahwa aku tidak mengetahui segalanya!" Maxim masih menahan tangannya dan tidak membiarkan anak buahnya itu bergerak sedikit pun.

Bahkan Maxim tidak mengindahkan apa yang dikatakannya karena memang dia tidak peduli dengan rintihan kesakitan dari anak buahnya ini.

"Sa-saya mohon ampuni saya, Tan. Saya-ahk..." Maxim kembali membenturkan kepalanya ke meja hingga darah yang keluar semakin banyak.

Ya, semakin sering dia meminta ampun dan meminta maaf maka semakin sering juga Maxim melakukannya. Seharusnya dia tau bahwa Maxim paling membenci orang-orang yang meminta maaf setelah berbuat kesalahan.

Maxim menghempaskan tubuh anak buahnya itu hingga tersungkur di lantai ruangan meeting-nya. Bahkan dia membiarkan darah terus saja mengalir dari pelipisnya.

Tidak hanya itu saja, Maxim juga menginjak batang lehernya hingga membuat anak buahnya itu semakin berteriak dan memohon ampun padanya.

"Kau tau, aku tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang berani melakukan kesalahan. Kau telah mencuri uangku dan itu artinya kau harus siap bermain denganku. Aku akan membuatmu tidak akan pernah melupakannya. Aku akan terus membuatmu mengenangnya!"

Terdengar suara raungan kesakitan saat Maxim menginjak kepala anak buahnya dan dia langsung pergi meninggalkannya begitu saja.

"Bereskan dia dan pastikan bahwa dia tidak akan membuka mulut pada polisi. Bawa dia ke polisi dan pastikan dia tidak mengatakan apapun" titah Maxim pada Julio.

Di tidak akan membiarkan siapapun berani menghancurkan nama baiknya. Tidak akan ada yang berani melakukan hal itu. Maxim akan membuat mereka menyesal karena telah melakukannya jika sampai beritanya sampai ke polisi.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!