"Mas, apa mereka sudah setuju dengan rencana kita ini?" tanya seorang wanita dengan rambut yang tertata rapi khas seorang wanita rumahan yang sangat terlihat keibuan.
"Aku yakin mereka akan setuju dengan keputusan kita ini, mengingat Velia juga membutuhkan seorang ibu" kata tuan Leonard Angelo, Papa dari Velia.
"Tapi apa kedua anakku akan menerima kamu mas? Aku sungguh takut mereka tidak setuju dengan rencana kita." Ujar Ariana.
Tuan Leonard mengusap lembut pundak Ariana untuk memenangkannya, juga berusaha meyakinkan kalau semua pasti akan berjalan sesuai dengan rencana mereka.
"Papa" terdengar sebuah suara dari arah pintu masuk rumah mewah itu. Rumah yang tidak lain milik tuan Angelo.
Suara Velia yang terdengar nyaring itu semakin terdengar ketika dirinya menuju ke arah ruang tamu di mana papanya berada.
Velia sudah tahu mengenai hubungan papanya dengan tante Ariana, dia membiarkan itu dan hanya diam saja tidak melarang papanya untuk dekat dengan siapapun. Bagi Velia kebahagiaan papanya adalah kebahagiaannya juga.
Namun Velia sama sekali tidak tahu kalau tante Ariana memiliki anak kembar yang nyatanya juga satu sekolah dengan dirinya.
"Velia, kamu sudah pulang nak?" ucap papa Leon setelah mendengar suara anaknya yang berjalan masuk menuju ke arah ruang tamu.
Velia tersenyum mengangguk menanggapi ucapan papanya itu, dirinya juga tersenyum ke arah tante Ariana.
"Siang tante" ujar Velia menyapa.
Ariana tersenyum melihat Velia yang seolah senang dengan kedatangannya. Memang sedari awal pertemuan mereka, Velia selalu ramah terhadapnya. Ariana sungguh senang jika kelak nantinya Velia akan menjadi anaknya juga.
"Siang Vel" ucap tante Ariana.
Setelah saling melempar senyum, Velia pun berpamitan untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Kalau gitu Velia ke kamar dulu ya pa, tante. Silahkan lanjutkan acara kalian" kata Velia dengan menaik turunkan alisnya.
Tuan Leon dan juga Ariana hanya tersenyum me dengar ucapan Velia barusan. Sampai akhirnya Velia berjalan menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, lebih tepatnya setelah menutup pintu kamar. Velia tampak menghela nafasnya, lalu kemudian dia berkata, "Apa mama akan senang di sana saat nanti melihat papa bersama dengan wanita lain?" ucapnya dengan menatap lurus ke depan.
Tak dapat di pungkiri kalau Velia memang sangat menyayangi sang mama yang telah lebih dulu pergi meninggalkan dirinya. Namun di sisi lain Velia juga merasa kalau tante Ariana itu adalah sosok mama yang baik.
Velia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia begitu lelah dengan kegiatan di sekolah hari ini.
Setelah selesai membersihkan diri, Velia merebahkan diri di ranjang empuk miliknya. Di raihnya ponsel yang ada di meja dekat dengan ranjangnya.
Velia melihat di media sosial, mencari wajah tampan yang sangat membuatnya kagum bahkan sampai senyum-senyum sendiri.
"Kenapa lo ganteng banget sih kak" ujarnya sembari melihat sebuah foto yang ada di media sosialnya.
Velia menyukai kakak tingkatnya di sekolah. Seorang siswa tampan yang banyak di kagumi oleh banyak siswi di sekolah, salah satunya Velia.
Dengan berperawakan tinggi juga badannya yang sangat atletis membuat semua terpana akan ketampanannya. Velia sudah jatuh hati pada siswa itu, dia yang bernama Lucas.
"Apa gue bisa ya dapetin hatinya kak Lucas?" ujar Velia lagi dengan rasa tidak percaya dirinya.
Velia sendiri adalah gadis yang begitu cantik di sekolah, dia juga menjadi incaran dari banyaknya cowok di sekolahnya. Namun Velia tidak menyadari akan hal itu. Dia menjadi anak yang mudah bergaul dan mudah sekali mendapatkan teman.
******
Keesokan harinya,
Seperti biasa, Velia berangkat ke sekolah dengan diantar oleh supir tuan Leon. Di pintu gerbang masuk sekolah, Velia melihat dan mendengar suara motor yang biasa di pakai oleh Lucas.
Motor itu sengaja berhenti dan tepat disamping Velia. Hal itu membuat Velia bingung dibuatnya, "Kak Lucas?" ucapnya.
"Ayo naik" ajak nya pada Velia yang membuatnya bingung sendiri.
"Gue kak?" tanya Velia dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Iya lo"
Velia yang merasa bingung namun tak hayal dia juga merasa senang saat ditawarkan untuk di bonceng.
Namun karena banyaknya siswa siswi yang melihanya, Velia memilih untuk tidak menerima tawaran itu. Menurutnya itu terlalu mendadak dan membuatnya merasa aneh sendiri.
"Maaf kak, gue masih ada urusan" ucap Velia menolak secara halus dengan mata melirik ke berbagai arah untuk melihat siswa lainnya.
Lucas juga melihat ke arah yang di lihat oleh Velia tadi, dirinya mengerti akan apa yang di rasakan oleh Velia. Namun bukan Lucas namanya jika dia tidak bisa memaksa siapa yang dia tawari untuk dia bonceng.
"Tapi gue maksa" ucap Lucas yang membuat Velia menelan ludahnya dengan kasar. Dia tidak bisa menolak lagi, sampai akhirnya dia memilih untuk naik ke motor Lucas.
Jarak dari gerbang sampai parkiran memang sedikit jauh, tak heran kalau Lucas menawari Velia yang memang diantar hanya sampai di depan pintu gerbang.
Semua siswa siswi yang melihat itu berpikir kalau Velia adalah kekasih dari kak Lucas.
"Makasih ya kak" ucap Velia setelah turun dari motor milih Lucas.
"Iya sama-sama" ucap Lucas sembari tangannya metakkan helm yang dia kenakan tadi.
Saat Velia hendak beranjak dari tempatnya, Lucas memanggilnya lagi.
"Nama lo Velia kan?" Ucapnya yang langsung menghentikan langkah Velia.
Velia berhenti lalu berbalik ke arah Lucas lagi. Dia mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Lucas.
"Nanti pulang lo ada acara nggak?" tanya Lucas lagi.
Velia berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan yang Lucas berikan. Menurutnya, ini terlalu aneh, ataukah mungkin ada sesuatu yang membuat Lucas menjadi seperti ini padanya.
Tapi memang pada kenyataannya Velia merasa senang, dia berasa seperti tengah bermimpi. Di bonceng oleh orang yang dia sukai dan mendapatkan tawaran itu seperti mimpi baginya.
"Maaf kak, aku nanti ada acara pulang sekolah. Oh iya kak, aku duluan ya. Sekali lagi makasih" ucap Velia dengan tersenyum manis menatap ke arah Lucas lalu berjalan meninggalkan Lucas yang masih berada di parkiran sekolah.
Bukan tanpa alasan Velia berbohong dengan alasan seperti itu.
Akan tetapi Lucas tersenyum melihat Velia yang berjalan lebih dulu mendahului dirinya.
Hingga sebuah suara mengagetkan dirinya, "Apa dia mau lo jadiin target lagi?" tanyanya lalu berjalan pergi begitu saja.
Hal itu membuat Lucas tak nyaman setelah mendengar ucapan itu. Dia menatap datar ke arah cowok yang baru saja berjalan melewati dirinya.
**~***~**
Velia berjalan menuju ke kelasnya dengan perasaan bahagia, dia tidak menyangka kalau akan mendapatkan tawaran dari kak Lucas seperti tadi.
Hingga saat tiba di kelas dia langsung duduk sembari tersenyum mengingat kejadian tadi.
Bel istirahat telah berbunyi. Velia sengaja tidak pergi ke kantin dan memilih untuk datang ke perpustakaan.
Sesampainya di sana, Velia tidak menyadari akan adanya seseorang yang tengah memperhatikan dirinya. Dia terlalu fokus akan buku yang ingin dia baca saat itu.
Sampai saat hendak menuju salah satu kursi untuk duduk, seseorang lebih dulu menarik kursi itu dan membuat Velia menoleh.
"Kak Lucas?" ucap lirih Velia dengan mata membulat melihat Lucas yang datang dengan tiba-tiba.
"Apa gue boleh gabung di sini?" tanya Lucas dengan matanya mengarah ke kursi yang ada di sebelah Velia.
Dengan gugup Velia menjawab, "Boleh kak".
Keduanya pun sama-sama duduk dan membaca buku mereka masing-masing. Velia memang kerap kali melihat Lucas berada di perpustakaan. Namun dirinya tidak tahu kenapa kali ini Lucas seolah mendekati dirinya.
"Vel, apa lo udah punya pacar?" tanya Lucas dengan tiba-tiba yang langsung membuat Velia terkejut.
"Be-belum kak" jawab Velia dengan tergugup.
"Apa lo mau jalin hubungan sama gue?" ujar Lucas yang tanpa berpikir panjang.
Nyatanya Lucas memang sudah menaruh perasaan pada Velia, namun dirinya seolah tak sempat untuk mendekati Velia. Dirinya disibukkan dengan berbagai kegiatan dan juga para siswi yang kerap kali mendekatinya.
Lucas menjadi orang yang terkenal akan ketampanannya di sekolah, juga tidak ada orang yang tahu kalau sebenarnya dia memiliki saudara yang juga bersekolah dengan dirinya di sekolah itu.
Velia yang mendengar itu tentu saja sangat senang. Walaupun bukan momen seperti ini yang dia inginkan, namun seolah mendapatkan kejutan yang tidak terduga. Orang yang sangat dia inginkan kini dengan tiba-tiba mengungkapkan perasaannya.
"Kak, apa kakak sedang bercanda?" tanya Velia yang mencoba memastikan lagi akan ucapan Lucas barusan.
Lucas menggeleng dengan matanya yang menatap dalam mata Velia, "Gue nggak bercanda, gue suka sama lo semenjak lo masuk ke sekolah ini" ucap Lucas memberi tahu.
Selama ini dia diam-diam memperhatikan Velia, bahkan Lucas sudah merasa kagum akan kecantikan Velia saat dirinya mulai masuk SMA.
"Tapi kak-" ucap Velia terpotong.
"Biar hubungan ini kita aja yang tahu, orang lain nggak perlu tahu akan hubungan kita" kata Lucas yang membuat kening Velia mengernyit.
"Maksud kakak apa?" tanya Velia dengan penuh selidik.
"Lo jangan salah faham dulu, Vel. Gue juga pengen semua orang tahu kalau lo milik gue. Tapi di kelas modeling yang gue ikuti di sekolah ini melarang gue buat pacaran" ucap Lucas menjelaskan.
Velia terdiam mendengar itu, dia sungguh tidak tahu kalau ada peraturan seperti itu di kelas modeling yang Lucas ikuti. Yang Velia tahu Lucas menjadi sangat populer di sekolah karena ketampanannya dan juga dia yang mengikuti kelas modeling.
Lucas menggenggam tangan Velia dan berusaha untuk meyakinkannya, "Lo nggak usah khawatir, di luar sekolah kita bisa melakukan apapun tanpa orang lain tahu, Vel. Bahkan gue akan secepatnya kasih tahu ke semua orang setelah gue nanti mengikuti lomba antar sekolah. Gue nggak perduli kalau nantinya bakal di keluarin atau nggak dari sekolah karena gue pacaran" ucap Lucas dengan penuh yakin. Dia sungguh ingin menjalin hubungan dengan Velia, orang yang sangat dia inginkan.
Velia menghela nafasnya, dirinya merasa kalau apa yang di katakan oleh Lucas mungkin ada benarnya. Dia tentu tidak mau egois, bahkan perasaannya pada Lucas sudah menggunung. Tidak dapay di pungkiri lagi kalau Velia juga sama halnya menaruh perasaan pada Lucas semenjak dia melihatnya pada pandangan pertama.
"Gue sebenarnya juga ada rasa sama lo kak, dari saat pertama kali gue lihat lo di sekolah ini" ucap Velia memberi tahu yang sebenarnya. Entah kenapa dia juga ingin mengatakan hal seperti itu pada Lucas.
"Jadi lo nerima gue?" tanya Lucas dengan penuh harap, dia berharap bisa menjalin hubungan dengan orang yang dia sukai.
Velia mengangguk mengiyakan ucapan Lucas, lalu kemudian keduanya saling melempar senyum.
Lucas mengusap lembut kepala Velia hingga membuat Velia tersipu malu. Dia sungguh sangat bahagia hari ini.
Salah satu tangah Lucas masih menggenggam tangan Velia hingga dirinya terpaksa melepas genggaman itu karena ada beberapa siswa yang melewati tempat duduk keduanya.
"Maaf karena kita jadi harus kayak gini, Vel. Tapi gue janji nanti pulang sekolah biar gue antar lo pulang" ucap Lucas menawari.
Velia menggeleng, dia takut akan popularitas Lucas yang di gemari banyak cewek di sekolah. Jujur di bonceng oleh Lucas tadi pagi saja membuat dirinya tak nyaman dengan tatapan banyaknya siswi yang begitu intens padanya.
Bukannya Velia tidak berani melawan mereka, namun dirinya tidak ingin di ribetkan oleh hal-hal seperti itu. Apalagi sekarang dia sudah menjalin hubungan dengan Lucas, tentu saja dia memilih untuk diam saja tanpa banyak kata.
"Nggak perlu kak, gue nanti di jemput sama supir" ucap Velia menolak.
"Apa lo nggak mau gue antar pulang?" Tanya Lucas lagi.
"Bukan gitu kak, bukannya nanti akan heboh kalau kakak boncengin gue lagi? Apa kakak lupa tadi pagi itu gimana?" tanya Velia pada Lucas untuk mengingatkan kejadian tadi pagi.
Lucas hanya bisa menghela nafas pasrah, ucapan Velia memang ada benarnya juga. Bahkan dia nanti juga ada kelas modeling saat setelah pulang sekolah.
"Ya sudah, kita tukeran nomor dulu nanti kapan-kapan gue jemput lo buat main" ucap Lucas. Memang dia bahkan belum punya nomor ponsel Velia, namun dia sebisa mungkin untuk berani mengungkapkan perasaannya secara langsung di hadapan Velia.
Setelah bertukar nomor ponsel, keduanya sama-sama kembali ke kelas mereka masing-masing.
Velia yang masih duduk di kelas 10 dan Lucas yang sudah kelas 12 membuat keduanya berbeda jam pelajaran.
Lucas lebih banyak kegiatan dan juga fokus pada ujian nanti, sedangkan Velia fokus pada pembelajaran dan juga banyaknya tugas dari organisasi dan ekskul yang dia ikuti.
******
Beberapa hari berlalu dan keduanya juga sama halnya jarang ada waktu. Namun setidaknya mereka masih bisa saling bertegur sapa jika berpapasan.
Keduanya bahkan kerap kali tidak bertemu hanya karena waktu mereka yang tidak memberikan kesempatan, bahkan hanya untuk mengobrol.
Lucas sebenarnya ingin sekali mengajak Velia untuk pergi berdua setelah pulang sekolah. Namun Velia enggan karena dirinya yang memang tidak pernah keluar di malam hari. Dia sendiri juga bingung harus bagaimana dengan hubungan ini.
Namun bagi Velia cukup melihat kekasihnya saja itu sudah sangat melegakan baginya. Namun tidak dengan Lucas yang ingin sekali mengobrol dan juga menghabiskan waktu bersama dengan Velia.
Akan tetapi sayangnya itu sangat sulit untuk dia lakukan.
VISUAL
VELIA
**LUCAS**
Beberapa hari kemudian,
Velia tampak tengah fokus berjalan menuju ke arah kelas setelah dia tadi sempat berada di toilet.
Waktu itu pelajaran juga masih berlangsung, jadi tentu saja Velia tidak ingin berlama-lama di toilet.
Namun saat tengah fokus berjalan, tiba-tiba saja ada yang langsung menarik tangan Velia hingga dirinya masuk ke pelukan seseorang dalam kondisi berdiri.
Deg,
Velia yang hendak berteriak pun seketika terdiam menatap ke arah sang pujaan hatinya. Sudah beberapa hari ini dia juga jarang bertemu sedekat itu dengannya.
"Kak Lucas?" ucap Velia lirih.
"Syutt, ikut aku" ucap Lucas dengan menarik lembut tangan Velia.
Velia menahan tangan yang tengah menariknya itu, "Kita mau kemana kak? Ini masih jam pelajaran" ucap Velia mengingatkan pada Lucas.
"Nggak lama kok, cuma sebentar saja Velia" ucap Lucas dengan kembali lagi menarik tangan Velia.
Velia tentu tidak bisa menolak itu, apalagi kondisi seperti ini juga jarang terjadi hingga dia sulit untuk bertemu sang pujaan hati.
Lucas berjalan menuju ke sebuah ruangan laboratorium yang kebetulan sedang tidak di gunakan.
Velia hanya menurut saja dengan itu, "Ada apa kak?" tanya Velia setelah Lucas menutup pintu laboratorium dan memastikan tidak ada orang yang masuk ke sana.
Kini Lucas berjalan ke arah Velia dan berdiri tepat di hadapan Velia.
Velia sama sekali tidak menaruh curiga apapun terhadap Lucas, dia percaya kalau Lucas tidak akan berbuat macam-macam pada dirinya.
"Aku kangen sama kamu" ucap Lucas.
Velia menghela nafas perlahan, "Aku juga kak"
"Aku nggak mau kamu di miliki oleh cowok lain Velia" ujar Lucas dengan menatap mata Velia dalam.
Perlahan Lucas mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Tentu saja Velia penasaran dengan apa yang akan Lucas berikan padanya.
Lucas perlahan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru beludru dan dia langsung membukanya di hadapan Velia saat itu juga.
Sebuah cincin yang sangat cantik dengan di hiasi permata indah di bagiannya. Velia tak menyangka kalau dia akan mendapatkan kejutan seperti itu.
"Vel, aku nggak mau kalau kamu di miliki oleh orang lain. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi ini bukti kalau aku memang benar-benar sayang sama kamu" ucap Lucas yang membuat mata Velia berkaca-kaca mendengarnya.
Velia bahkan tak mampu berkata-kata lagi. Dia hanya diam dengan matanya berulang kali menatap ke arah cincin dan juga wajah Lucas.
Salah satu tangan Lucas memegang wajah Velia dan mengarahkannya pada pandangan matanya.
"Apa kamu mau memakainya?" tanya Lucas memastikan pada Velia.
Tentu saja Lucas ingin memberikan cincin itu pada Velia sebagai tanda kalau Velia adalah miliknya saat ini.
Velia yang mendengar itu langsung menjawabnya dengan anggukan kepala. Dia begitu bahagia mendengar kalimat pertanyaan dari Lucas.
Lucas tersenyum mendengarnya, dirinya langsung memakaikan cincin itu di jari manis Velia. Lucas tersenyum kemudian mencium punggung tangan Velia.
Velia tidak menyangka kalau Lucas akan secepat ini memberikannya sebuah kepastian. Sungguh Velia begitu sangat bahagia saat ini.
"Makasih kak, cincin ini begitu cantik" ucap Velia.
"Iya cantik sama seperti dirimu, Vel" ucap Lucas dengan salah satu tangannya memegang dagu Velia sedangkan tangan yang lain memegang pinggang Velia.
Mata mereka beradu kemudian tanpa mereka sadari diantara wajah mereka mulai tidak berjarak. Velia seakan tahu apa yang akan terjadi, dia menutup mata untuk itu.
Mulut mereka saling bertemu, hanya sebuah kecupan yang Lucas berikan pada Velia. Dia tidak ingin dikuasai oleh hawa nafsu karena ingin menjaga Velia.
Itu adalah kecupan pertama yang Velia dapatkan dari seorang cowok. Begitu juga dengan Lucas yang juga baru pertama kalinya.
Keduanya saling melempar senyum yang membuat hati keduanya berbunga-bunga.
Sampai sebuah suara terdengar, itu adalah suara bel istirahat yang sudah berbunyi.
"Vel, kita harus keluar dari sini sebelum ada banyak siswa yang melihat" ucap Lucas memberi tahu.
Velia mengangguk mengiyakan, dia tentu tahu akan hal itu. Dia dengan hati yang berbunga-bunga Velia berkata, "Sekali lagi terima kasih kak, aku sangat senang dengan hadiah yang kakak berikan" ucap Velia dengan wajah yang terlihat bahagia dengan apa yang baru saja Lucas berikan.
"Iya, hati-hati ya, Vel" ucap Lucas, dia mengarahkan Velia agar keluar dari ruang laboratorium lebih dulu daripada dirinya.
Setelah keduanya keluar dari laboratorium, tanpa mereka sadari ada yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan. Tampaknya salah satu siswa itu tahu kalau keduanya baru saja keluar dari tempat yang sama. Namun sayangnya siswa itu tidak tahu apa yang baru saja terjadi diantara keduanya.
******
Velia berjalan menuju ke kantin tanpa adanya beban sama sekali. Bahkan salah satu teman yang sangat akrab dengannya kini telah berada di sampingnya, namun Velia seolah tidak menghiraukan keberadaannya.
"Vel? Lo dari mana aja? Kenapa nggak balik ke kelas tadi?" sebuah suara menyadarkan Velia saat dirinya tengah berjalan menuju ke kantin.
"Eh, Vanca " Velia menoleh ke arah samping dan di lihatnya ada seorang yang lebih tepatnya teman satu mejanya.
Dia bernama Vanca. Dia adalah teman sebangku Velia yang setiap hari selalu bersama dengan Velia. Keduanya semakin akrab karena memang memiliki banyak kesamaan yang mereka sukai.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, Vel" ucap Vanca dengan berkacak pinggang.
"Hehe sorry, gue tadi mules jadi lama deh di toilet" ucap Velia berusaha beralasan supaya Vanca tidak terus bertanya padanya.
"Lah gue kira lo di mana nggak balik-balik" ucap Vanca. Keduanya berjalan beriringan menuju ke kantin.
"Emang lo pikir gue kemana? Kan tadi gue udah bilang ke lo, sama gue juga udah ijin ke guru", Velia berusaha mencari pembenaran supaya Vanca tidak curiga pada dirinya.
"Iya mana gue tahu bakal selama itu, gue kira lo di culik sama setan toilet" ucap Vanca dengan kekehan kecilnya.
"Sembarangan lo kalau ngomong, mana ada setan toilet" kata Velia sambil geleng-geleng kepala dengan ucapan Vanca barusan.
"Ya mungkin aja kan".
Keduanya pun sampai di kantin dan langsung membeli beberapa cemilan. Mereka akan makan di kelas saja, dan memilih untuk tidak makan di kantin karena terlalu ramai.
Sesampainya di kelas, Velia dengan memakan cemilan yang sempat dia beli tadi. Tampak Vanca yang juga makan sembari memperhatikan Velia yang dari tadi senyum-senyum sendiri.
"Vel, lo baik-baik aja kan? Gue perhatiin dari tadi lo senyum-senyum mulu. Lo kesambet ya?" Vanca langsung memegang jidat Velia.
"Apaan sih, Van. Gue nggak apa-apa" ujar Velia memberi tahu sembari menyingkirkan tangan Vanca dari wajahnya.
VISUAL
VANCA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!