How We Met | Park Sunghoon & Jang Wonyoung
Prolog: Kenapa Dia Minta Maaf Terus?
Kali ini jadwal Belinda untuk berjaga perpustakaan sekolah.
Belinda
Kenapa sih harus pas jamkos?
Belinda bergerutu terus. Sampai ia berada di perpustakaan yang sangat sepi.
Sebenarnya bukan cuma Belinda saja yang menjaga perpustakaan, masih ada dua orang lagi.
Yang satu ijin karena sakit dan satunya lagi katanya ke toilet sebentar tapi sampai jam ke-4 belum datang.
Belinda
Ini mah udah fix orangnya kabur
Belinda
Dasar! Awas aja entar
Belinda
Aku bilangin guru, biar mampus
Tiba-tiba terdengar suara buku jatuh yang berjatuhan, membuat Belinda mengalihkan atensinya.
Belinda melihat buku berserakan di lantai.
Oh! Jangan lupa seorang siswa yang duduk sambil memegangi kepalanya yang kesakitan akibat tertimpa beberapa buku tadi.
Adhisa
Gara-gara aku bukunya jadi jatuh semua
Adhisa
Kakak jadi repot begini
Ucapan siswa tersebut terlihat panik. Membuat Belinda menjadi tidak tega.
Belinda
Ngerapiin doang, santai aja
Adhisa
Sekali lagi maaf kak!
Belinda
Iya, lain kali kamu hati-hati ya
Siswa tersebut langsung pamit pergi begitu saja. Anak itu terlihat sangat buru-buru.
Berakhir Belinda merapikan merapikan buku-buku tersebut dan menaruhnya di rak buku.
Belinda
Eh? Ini punya anak tadi, kah?
Belinda menatap buku yang ada di genggamannya tersebut.
Terdapat tanda pengenal dibuku milik bocah tadi, ternyata pemilik buku ini masih kelas 1, ia kira bocah tadi anak kelas 2.
Omong-omong Belinda itu sudah kelas 3. Sebentar lagi ia akan lulus.
Belinda
Oh.. Anak kelas 1 ternyata
Belinda
Paling juga ke sini lagi nyariin buku ini
Belinda pun menyimpan buku tersebut. Karena berpikir pemiliknya akan kembali lagi.
Di waktu yang sama seorang pemuda yang mengenakan kacamata bulat sedang panik.
Bagaimana tidak, dirinya baru saja kehilangan buku kesayangannya.
Adhisa
Buku aku ilang, Rey
Reyhan
Kamu mah kebiasaan, ceroboh
Adhisa
Iya-iya, bantuin cariin kek!
Temannya sudah terbiasa akan kecerobohan Adhisa.
Reyhan
Terakhir kamu bawa dimana?
Adhisa
Ya, tadi masih aku bawa
Adhisa
Terus aku ke perpus..
Adhisa kemudian menyadari hal tersebut.
Dengan segera dirinya menyeret temannya menuju perpustakaan, untuk mencari bukunya.
Reyhan
Lah ngapa bawa-bawa aku
Setiba nya di perpustakaan dirinya melihat kakak kelas itu lagi.
Adhisa pun memberanikan diri untuk bertanya tapi sudah di sela oleh Reyhan, temannya.
Reyhan
Eh, ada Kak Belinda
Belinda mendongak melihat siapa yang berbicara.
Belinda
Loh Beni, tumben kamu mau ke perpustakaan
Belinda
Biasanya paling anti sama buku
Reyhan
Astaga, lupa mulu dah
Belinda
Hehe sorry, abis wajahmu kek Beni
Reyhan mendengus apa hubungannya wajahnya dengan nama Beni.
Belinda
Ngapain kamu kesini?
Reyhan
Nih temenku mau cari barang, kak. Katanya dia ninggalin disini
Hal tersebut membuat Belinda menoleh ke arah Adhisa.
Belinda
Nyari buku ini ya?
Belinda
Ini, tadi aku nemu jatuh
Adhisa
Maaf ya kak ngerepotin
Belinda
Astaga, kamu dari tadi maaf terus
Akhirnya Adhisa menemukan bukunya. Ia tersenyum dengan senang.
Lalu Adhisa jadi kepikiran, kenapa temennya bisa mengenal kakak kelas tadi.
Adhisa
Kamu kenal kakak tadi?
Reyhan
Siapa? Kak Belinda?
Reyhan
Iyalah, aku sama Kak Belinda sepupuan
Adhisa
Kok enggak pernah kasih tau aku
Reyhan menerbitkan senyuman jahilnya. Sambil menyenggol-nyenggol lengan Adhisa.
Adhisa mengeryit ada apa dengan temannya coba.
Reyhan
Kamu suka ya sama Kak Belinda?
Adhisa
Apaan sih, kamu nuduh enggak jelas
Dan mulai hari itu Reyhan menjadi mak comblang bagi Adhisa.
Kok Mendadak Jadi Tutor.
Belinda
Sekelas jahat semua
Belinda
Enggak ada yang mau kasih contekan
Belinda saat ini sedang di hukum menyapu taman belakang sekolah karena tidak membuat pekerjaan rumah.
Sebenarnya itu salah dia sendiri karena lupa.
Belinda melihat ada orang di bawah pohon. Ternyata ada orang lain selain dirinya.
Belinda
Ngapain kamu kesini?
Siswa tersebut adalah Adhisa. Pemuda tersebut menoleh pada orang yang bicara.
Adhisa
Aku lagi jam kosong, jadi aku kesini buat belajar
Belinda
Kenapa enggak di kelas aja? Atau di perpus gitu?
Adhisa
Lagi di pake yang tes susulan semua
Adhisa
Temen-temen juga pada di kantin, kak
Belinda hanya ber-oh saja.
Belinda
Oh iya, kenalin aku Belinda
Belinda tersenyum puas saat pemuda tersebut menerima jabatan tangannya.
Kemudian Belinda merasa tertarik dengan apa yang di kerjakan Adhisa pun ikut duduk di samping pemuda tersebut.
Adhisa terkejut karena perlakuan yang tiba-tiba dari kakak kelasnya.
Belinda
Kamu belajar apa sih serius banget
Adhisa
Cuma ngerjain soal-soal aja kok
Adhisa
Buat belajar materi besok
Adhisa terlihat masih mencoba fokus pada bukunya.
Walau jantungnya sudah berdetak kencang karena bersebelahan dengan kakak kelasnya.
Belinda
Kamu enggak capek belajar mulu?
Adhisa
Udah biasa kok, kak
Adhisa
Lagian aku enggak ada kerjaan
Memang benar ya, kalau anak pintar itu rajin-rajin semua.
Belinda
Eh? Kamu bisa ngerjain materi yang ini?
Adhisa melihat soal yang sudah terisi oleh jawabannya tersebut, kemudian ia mengangguk.
Mendengar hal tersebut membuat dirinya menoleh ke arah Belinda.
Adhisa malah mendapatkan tatapan berbinar dari sang empunya.
Belinda tersenyum senang tatkala Adhisa mengiyakan permintaannya.
Belinda
Aku boleh minta nomor kamu?
Belinda
Biar bisa hubungin kamu
Adhisa menyerahkan ponselnya dengan sedikit ragu, dan langsung di ambil oleh Belinda.
Belinda
Nanti aku chat kamu
Belinda
Jangan lupa di bales ya!
Entahlah Adhisa saat ini sadar atau tidak.
Tapi ia merasa kejadian ini begitu cepat. Tiba-tiba saja dirinya menjadi dekat dengan kakak kelasnya.
Di tambah lagi, dirinya menjadi seorang tutor.
Adhisa membenarkan kacamatanya yang sempat melorot, dan memandangi layar ponselnya, yang kini tertera sebuah nomor kakak kelasnya.
Adhisa
Apa yang baru aja terjadi..
Sepertinya untuk yang kali ini dirinya tidak mau bercerita pada Reyhan.
Visual Adhisa kalo pake kacamatanya dan kakak kelasnya yang pelupa, Belinda.
Perpustakaan, Si Saksi Bisu.
Adhisa mengemasi barang-barangnya, karena sudah waktunya pulang.
Reyhan
Di ajak ngomong kok malah ngalamun
Pikiran Adhisa saat ini sedang kacau, karena pernyataan kakak kelasnya beberapa hari yang lalu.
Namun, sampai sekarang dirinya belum mendapatkan pesan dari kakak kelas tersebut.
Kenapa Adhisa jadi berharap begini coba.
Reyhan
Kamu bolot apa gimana sih?
Reyhan
Mau nomor Kak Belinda enggak?
Adhisa mengeryit bingung. Atas dasar apa Reyhan tiba-tiba menawarkan nomor kakak kelas tersebut.
Yang juga kebetulan ada di pikirannya beberapa hari ini.
Reyhan
Ya, karena aku punya nomornya dan kamu kan suka sama Kak Belinda
Ucapan Reyhan tertahan karena mulutnya di tutup oleh Adhisa.
Bagaimana tidak coba, Reyhan membicarakan hal tersebut dengan suara yang amat keras. Bikin malu saja.
Untung teman-teman kelasnya tidak mendengar ucapan Reyhan.
Adhisa
Kamu ngomong sekali lagi, ku solasi mulutmu
Setelah berkata seperti itu ponsel Adhisa mengeluarkan notifikasi.
Adhisa segera mengambil ponselnya yang berada di meja.
Adhisa tersenyum tatkala melihat siapa yang memberi pesan padanya.
Reyhan penasaran kenapa temannya itu tersenyum pada layar ponsel pun sedikit melirik.
Reyhan
Oalah, ternyata udah punya duluan toh
Reyhan
Pantesan di tawarin enggak mau. Pake sok-sokan nolak
Adhisa
Apaan, udah ya aku mau pergi ke perpus dulu
Reyhan
Iya deh iya, yang lagi di mabuk cinta
Reyhan
Semangat buat pdkt nya
Adhisa
Aku mau belajar doang!
Reyhan terkekeh melihat temannya marah-marah padanya, lalu pergi begitu saja.
Belinda saat ini sedang duduk di bangku perpustakaan sembari menunggu seseorang.
Adhisa
Halo kak, maaf aku lama
Belinda
Santai aja. Lagian enggak lama juga kok
Belinda
Aku yang ngasih tau mendadak
Belinda
Udah jangan minta maaf terus ih!
Kemudian Adhisa menaruh tasnya di bawah, lalu duduk di seberang Belinda.
Belinda
Nah, kamu bisa ajarin aku ini?
Belinda
Aku pusing. Nyari jawaban enggak ketemu-ketemu
Adhisa mengajari Belinda yang merupakan kakak kelasnya.
Jujur saja dirinya agak gugup, karena ini kali pertamanya berbicara dengan seorang gadis dengan jarak sedekat ini.
Kegugupan Adhisa semakin memuncak saat Belinda mendekat kearahnya.
Adhisa bahkan bisa mencium aroma parfum milik Belinda.
Belinda
Ohh.. ternyata gitu. Ini mah kecil
Adhisa
Tapi kakak enggak bisa
Belinda
Aduh, kamu menyakiti hati kecilku
Belinda
Aku bercanda doang. Jangan minta maaf terus, dikira aku senioritas lagi
mendengar hal tersebut membuat Adhisa melirik kearah jam perpustakaan.
Sudah jam lima lewat. Cukup lama juga dirinya belajar bersama kakak kelasnya.
Belinda
Kamu pulang naik apa?
Adhisa
Aku naik sepeda kak
Adhisa
Rumahku enggak jauh dari sini soalnya
Belinda berdiri di depan gerbang sekolah, sembari menunggu penjemputnya datang.
Adhisa sudah mengambil sepedanya dan melihat Belinda sendirian di depan gerbang sekolah.
Ia berinisiatif untuk mendekati Belinda dan menemaninya sebentar.
Belinda
Loh kamu enggak pulang?
Belinda
Udah mau gelap loh
Adhisa
Nungguin kakak pulang dulu
Belinda
Astaga, padahal aku enggak apa-apa
Suasana hening beberapa saat.
Adhisa mulai tidak tahan dengan keheningan ini pun membuka suaranya, walau dengan nada gugup.
Adhisa
Kakak, sepupunya Reyhan ya?
Belinda
Iya, dia sepupu jauh aku
Belinda
Kebetulan aja kita di sekolah yang sama
Belinda
Eh itu aku udah di jemput!
Setelah mengucapkan itu, Adhisa menoleh di mana mobil hitam sudah berada tepat di depannya.
Belinda
Makasih ya Acil, udah nemenin aku. Besok aku traktir deh!
Belinda
Oh iya, besok-besok ajarin aku lagi ya Acil, dah!
Adhisa melambaikan tangannya pada Belinda dan menatap kepergian Belinda.
Adhisa
Kok namaku jadi Acil?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!