Seorang gadis menatap pria setengah baya yang sedang terbaring damai di atas ranjang pasien.
"Pak jangan sakit... hik hik hik" tangisnya.
Gadis itu bernama Lilis Yulianti. Sudah sejak 2 hari sang Bapak yang bernama Bahar sakit akibat terlalu kelelahan berjualan bakso.
Ketika sedang menangis tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang. Lilis pun spontan mendongak namun saat melihat siapa yang menepuk pundaknya seketika Lilis bergidik ngeri.
Sesosok pria dengan luka bakar di sekujur tubuhnya dibarengi aroma daging terbakar hangus dan bau anyir.
"Siapa lo jangan ganggu, pergi!" Lilis mengusir sosok itu.
"Maaf Neng, kulit saya tertinggal di lipatan ranjang itu" jawabannya sembari menunjuk arah ranjang pasien.
Lilis segera melihatnya dan benar saja ada sesuatu seperti daging terbakar menyelip di sela-sela ranjang yang ditiduri Bahar dalam keadaan kering seperti keripik.
"Enak nih dipakai tes kriuk" ucap Lilis sembari bercanda.
"Eh si Eneng mah malah bercanda" kesel sosok itu.
"Maaf Pak! Ya sudah saya lapor dulu dokter ya Pak. Saya turut prihatin dengan apa yang Bapak alami semoga secepatnya bapak kembali ke jalan Allah" ucap Lilis.
"Terima kasih Neng. Kamu jangan khawatir Bapak kamu akan saya jaga" balas sosok pria itu.
Lilis pun segera melaporkan hal itu pada dokter. malam itu juga pihak rumah sakit mengambil sisa kulit yang mengelupas bekas pasien yang mengalami luka bakar akibat meledaknya elpiji ketika ia sedang berjualan nasi goreng. Namun sayang nyawanya tidak tertolong.
"Pak kulit Bapak akan dikirim ke pihak keluarga, semoga setelah ini Bapak bisa kembali dengan tenang" ucap Lilis.
"Neng Geulis nuhun pisan, apa jadinya Jika saya tidak bertemu kamu" balas pria itu.
"Ini sudah menjadi takdir di pertemukan dengan saya" ujar Lilis.
Hantu pria itu pun pamit lalu menghilang.
Tak lama suara lemah Bahar terdengar.
"Bapak, Ya Allah Pak syukurlah Akhirnya Bapak sadar juga" ucap Lilis dengan haru.
"Lis maafin Bapak ya, Bapak selalu saja menyusahkan kamu" ucap Bahar sembari terisak.
"Ngomong apa sih Bapak? Bapak sama sekali nggak nyusahin Lilis. Sudah ya Pak yang penting sekarang Bapak harus cepat sembuh" Lilis mencoba menghibur Bahar.
3 hari kemudian Bahar diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan sigap Lilis membantu Bahar serta membawa barang-barang keluar dari rumah sakit. Kini mereka sudah sampai di rumah kontrakannya.
"Lis, besok Bapak mau dagang lagi" ucap Bahar.
"Enggak ya Pak! Bapak istirahat saja biar Lilis yang jualan" balas Lilis.
"Jangan Lis, kamu mah kuliah saja. Malu Lis masa anak gadis jualan bakso* larang Bahar.
"Nggak apa-apa Pak, Lilis nggak malu lagi pula sekampus sudah tahu kalau Lilis anak tukang bakso. Mulai besok Lilis yang akan berjualan mangkal di kampus dan keliling lagi pula Lilis jadwal pagi dan siangnya bisa langsung keliling" ujar Lilis.
Keesokan paginya Lilis kuliah sembari mendorong gerobak bakso yang biasa dipakai Bahar berjualan. Berat memang berjalan sembari mendorong gerobak namun gadis itu tetap tegar. Sesampainya di dalam kampus Lilis segera menitipkan gerobak baksonya pada security.
"Mang baharnya ke mana Lis?" tanya Johan security kampus.
"Masih sakit Ban! Bang nitip gerobak ya gue mulai jualan nanti siang" balas Lilis.
"Ya!' sahut Johan.
Lilis kemudian berjalan memasuki kampusnya namun ketika ia akan masuk ke kampus ia melihat temannya yang lebih dulu datang. Namun netra Lilis melotot karena salah satu temannya yang bernama Santi diikuti oleh sesosok anak bayi berkulit merah dengan sorot mata menyeramkan dan memandang Santi dengan penuh amarah.
Ingin rasanya Lilis bertanya pada Santi namun Santi termasuk orang yang tidak dekat dengannya dan Santi sering melontarkan kata-kata yang tidak mengenakkan.
"Kenapa loe lihatin gue kayak begitu?" bentak Santi.
"Nggak! Gue hanya lihat laptop loe" balas Lilis sekenanya.
"Laptop mahal bos, senggol dong" ujar Santi dengan sombongnya.
"Huh Sombong amat" kesel Lilis.
Lilis tak lagi menghiraukan Santi namun tak lama Santi tiba-tiba memekik kesakitan sembari memegang perutnya membuat kegiatan belajar mengajar terhenti sementara.
"Sakit, sakitnya" pekiknya.
Lilis langsung melihat dan bertapa terkejutnya sosok bayi berkulit merah itu terlihat mencengkram perut Santi dengan keras.
"Astagfirullah, apa hubungannya Santai dengan sosok bayi bajang itu?" gumam Lilis.
Merasa Jika ada yang melihat dirinya bayi bajang itu langsung memandang Lilis dengan tatapan yang tajam.
"Kontak mata kan jadinya" Lilis kesal sendiri.
Pasti sesudah ini sosok itu meneror Lilis karena tidak sekali dua kali terjadi sampai kadang-kadang Lilis dibuat lelah sendiri oleh tingkah mereka yang tidak terlihat.
Santi langsung dibawa ke klinik kampus untuk diperiksa namun sosok bayi Bajang itu tetap menempel pada tubuh Santi.
"Anjir di templokki bayi bajang" gumam Lilis dalam hatinya.
Sesudah selesai kuliah ia langsung berjualan bakso di depan kampusnya. Banyak mahasiswa yang membeli baksonya dan ada yang cuma minta air teh saja.
"Lis Bapak lo masih sakit?" tanya Agus mahasiswa jurusan komputer.
"Iya Kak' jawab Lilis sembari meletakkan makhluk bakso di hadapan Agus.
"Lis, loe nggak malu jualan di kampus sendiri?" tanya Linda.
"Kenapa harus malu sih dari dulu kan udah kayak begini, Lin" jawab Lilis.
Karena sudah tidak ada orang Lilis pun keluar dari area kampus untuk pindah lokasi penjualan. Lilis kini berhenti di depan rumah namun terlihat rumah itu kosong.
"Mbak beli baksonya" tiba-tiba seorang wanita memakai dress merah berenda datang menghampiri Lilis.
"Berapa bungkus, Mbak?" tanya Lilis.
"Dua saja tapi pakai mangkok ya Mbak, antar ke dalam" pinta wanita itu kemudian menghilang dari hadapan Lilis.
Lilis dengan sigap membuat pesanan bakso untuk wanita itu sesudah selesai ia mengantarnya ke dalam.
"Permisi Kak, ini baksonya" teriak Lilis dari luar.
Tak lama pintu rumah itu terbuka namun tak ada siapa-siapa di sana. Lilis yang tidak enak meninggalkan gerobak baksonya di depan memberanikan diri untuk memasuki rumah itu namun ketika Lilis memasuki rumah itu terlihat sunyi dan berdebu.
"Mbak ini baksonya" ucap Lilis namun hening tak ada jawaban.
Kesal merasa dipermainkan Lilis kembali lagi memanggil.
"Mbak ini baksonya" ucap Lilis dengan nada sedikit keras.
"Bawa saja kemari" Akhirnya ada yang menyahuti dari ruang sebelah.
Lilis kemudian berjalan ke ruangan sebelah. Hati Lilis senang karena wanita yang tadi memesan bakso sudah berdiri di pojok ruangan namun anehnya posisi wanita itu membelakangi dirinya.
"Ini baksonya Mbak" ucap Lilis.
"Taruh ajadi meja....hihihi" balas wanita itu sembari cekikikan buat Lilis akhirnya sadar bahwa ia sedang dikerjai
"Siapa loe, babi?" tanya Lilis wanita itu berbalik terlihat wajahnya yang hancur dikerubungi belatung.
"Aku bukan babi, aku setan..hihihihi" balas hantu wanita itu.
"Sialan loe, rupanya mau ngerjain gue" Lilis kesal dengan modelan hantu jahil seperti itu sosok itu terlihat melayang mendekati Lilis.
Lilis yang terbiasa dengan makhluk di hadapannya tidak merasa takut.
"Kau tidak takut denganku?" tanya sosok itu.
"Yang gue takutin gue nggak bisa makan. Mana bayar baksonya" balas Lilis.
Sosok itu lalu memberikan satu lembar daun kering.
"Jangan mengganggu orang lagi. Kalau loe ganggu, gue tanami bambu emas di sini biar loe nggak bisa keluar rumah ini" ancam Lilis sekenanya karena ia juga tidak tahu apa yang di takuti oleh makhluk itu.
"Jangan" balasnya sembari ketakutan.
"Good girl, jangan ngerugiin orang yang lagi cari nafkah ya Neng" ucap Lilis lalu pergi dari rumah angker itu.
Pukul tujuh malam Lilis baru sampai di kontrakannya. Dengan keringat yang mengucur, ia memarkirkan gerobak baksonya di depan kontrakan yang perbulannya 350 ribu.
"Lis baru sampe? Maaf ya Nak gara-gara Bapak sakit, kamu jadi jualan" ucap Bahar dengan wajah sedih.
"Iya Pak! Bapak ngomong apa sih? Lilis senang bisa jualan bakso. Pokoknya Bapak istirahat saja sampai Bapak benar-benar sehat" balas Lilis.
"Lis, Bapak sudah masak ceplok telor, makan dulu gih nanti dandang sama grobaknya biar Bapak yang cuci" ucap Bahar.
"Sudah Pak nanti biar Lilis yang bersihkan, Bapak tidur saja" balas Lilis.
Gadis itu langsung masuk kedalam rumah. Bahar di luar langsung meneteskan air matanya.
"Neng Geulis mudah-mudahan kamu mendapat jodoh yang baik dan mapan biar kamu gak cape terus kaya begini. Maafkan Bapak belum bisa bahagiain kamu" lirih Bahar.
Bahar adalah ayah yang sangat bertanggung jawab. Dulunya ia adalah supir mobil tronton. Karena penghasilannya kecil, sang istri yang bernama Ida meninggalkannya pergi bersama pria lain ketika usia Lilis baru dua bulan.
Saat itu hati Bahar kalut karena ia yang tidak tahu harus bagaimana mengurus seorang bayi merah mau tidak mau ia selalu membawa Lilis bayi pergi dari satu kota ke kota lain sembari membawa mobil besar.
Bahar baru berhenti menjadi supir ketika usia Lilis 5 tahun dan berpindah profesi menjadi tukang jualan bakso sampai sekarang.
Dulu ketika Bahar pertama kali tahu Lilis mempunyai kelebihan bisa melihat hantu ketika Lilis berumur 8 tahun. Saat itu Bahar langsung membawa Lilis kepada paranormal namun Lilis tidak bisa menutup mata batinnya hingga dewasa.
Jam 9 barulah Lilis keluar kontrakannya untuk membersihkan peralatan jualan dan grobaknya. Ia mencuci dandang bakso di sebelah kontrakannya.
"Hai Lilis..hihihi" Sesosok kuntilanak berbaju lusuh dengan kaki menggantung di dahan pohon sudah menyapa Lilis.
"Hai Mbak Sri! Masih siang kok sudah keluar?" tanya Lilis.
"Dari tadi keles! Oh ys Lis, tadi ada wanita paruh baya bulak-balik ke depan kontrakanmu" ungkap kunti itu.
"Siapa? Ibu kos kali" balas Lilis.
"Bukan wlee!! Ibu kos mah si Wiwik gembrot" ucap sang kunti.
Lilis tak lagi menanggapi ucapan kunti itu, ia fokus kembali mencuci dandang beserta alat-alat jualan yang lainnya.
"Hihihihi" suara makhluk lainnya namun kali ini membawa aroma anyir dan bau bangkai.
Lilis sudah tahu siapa yang datang.
"Lilis..hihihi" ucap makhluk itu.
"Mbak Nik maaf bisa jauh sedikit gak? Aromanya gak nyaman" ucap Lilis pada sundel bolong yang Lilis namai Mbak Nik.
"Iya nih, punggung loe bau banget anjir. Jauh-jauh sana" timpal Mbak Sri sembari menutup hidungnya.
"Diam kamu kunti, lihat noh kepalamu juga banyak belatungnya" balas Mbak Nik.
"Yey lebih banyak belatung di punggungmu" balas Mbak Sri tak mau kalah.
Melihat Lilis yang kurang nyaman, akhirnya Mbak Nik terbang ke atas dahan pohon rambutan.
"Lis cape ya jualan?" tanyanya.
"Cape Mbak, tapi gimana lagi namanya masih hidup ya harus cari nafkah, beda kalau sudah jadi setan gak perlu cari nafkah" balas Lilis.
"Yasudah Lis jadi setan aja kaya aku" ucap Mbak Nik.
"Naudzubillah Mbak" balas Lilis.
"Iya nih setan yang satu ini maunya punya banyak teman tapi gak Lilis juga kali. Dia itu teman kita, besti. Hanya Lilis yang mau ngobrol sama dedemit kaya kita" Mbak Sri merasa kesal pada sundel bolong di sampingnya.
"Bersyanda Lis" ucapnya sembari nyengir memperlihatkan giginya yang hitam.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Semua perabotan sudah Lilis cuci.
"Mbak aku masuk dulu ya" Lilis pamit pada kedua teman hantunya.
"Iya Lis" jawab Mbak Sri.
"Monggo Lis" jawab Mbak Nik.
Karena tubuhnya yang sudah lelah akibat kuliah lalu jualan bakso, Lilis pun akhirnya memilih untuk tidur. 1 jam ia terlelap namun tepat pukul 12 malam tidurnya terganggu akibat ia mendengar suara bayi menangis.
Lilis bangkit terduduk di atas ranjang sembari mengucek matanya. Lilis mengira itu adalah anak yang dibawa Mbak Nik bayi jadi-jadian itu kerap menangis dan sialnya hanya Lilis yang dapat mendengar suara bayi itu, namun Lilis sudah hafal nada suara bayi Mbak Nik namun ini suaranya sedikit beda.
"Anak siapa sih nangis malam-malam begini nangis" Lilis sedikit kesal karena tidurnya terganggu.
Suara bayi itu pun kembali menghilang di tengah deruan angin malam. Lilis kembali lagi membaringkan tubuhnya dan ia pun terlelap ke alam mimpi namun selang 2 jam kemudian bayi menangis itu kembali terdengar lagi. Lilis lagi-lagi terbangun namun ia seketika melihat jendela kamarnya dari luar ia seperti melihat siluet mengelilingi jendela.
"Apa itu?" gumam Lilis.
Jendelanya kemudian di ketuk membuat Lilis tersulut emosi ia pun berjalan mendekati jendela lalu menyibak tirainya. Ketika tirai itu terbuka Lilis tersentak karena ia melihat sesuatu yang menyeramkan.
"Bukannya itu makhluk yang mengikuti Sinta di kampus, mau apa dia kemari" gumam Lilis.
Lilis melihat makhluk itu menyeringai padanya seakan ingin menyerangnya. bisa dilihat kuku-kukunya yang runcing dari makhluk sejenis bayi bajang.
Lilis langsung keluar kamarnya berlari ke dapur lalu mengambil garam. Lilis curiga kenapa sosok itu sampai mengikutinya ke kontrakan.
Pelan-pelan Lilis keluar dari kontrakannya, makhluk itu sudah menunggu Lilis di luar. Karena takut menyerang Lilis siap-siap akan melemparkan garam ke makhluk itu.
Bayi Bajang melihat Lilis sudah berdiri di luar ia lalu melesat ke arah Lilis. Lilis yang sudah mengambil kuda-kuda akan melemparkan segenggam garam yang ia bawa makhluk itu namun ketika sudah dekat makhluk itu menangis di hadapan Lilis membuat Lilis heran.
"Hikhikhik....Tolong dedek" ucap bayi bajang itu.
"Kenapa kamu minta tolong padaku? Kamu kan yang menempel ditubuh Sinta?" heran Lilis.
"Hikhikhik..Mama tega Membunuhku! Salah aku apa pada mama? Kenapa aku tidak diinginkan? Aku benci Mama aku akan ikuti Mama sampai kapanpun" bayi Bajang itu terlihat sangat marah dan sedih.
"Mama, Mama siapa? Sinta maksudmu? Apa Sinta sudah menggugurkan bayi?" tanya Lilis.
Ia bisa sedikit santai menghadapi bayi bajang di hadapannya.
"Mama Membunuhku! Mama mematahkan leherku, tanganku dan kakiku. Aku tidak diinginkan" ucap bayi bajang itu terus menangis.
"Berarti mamamu, Shinta?" tanya Lilis.
Bayi Bajang itu mengangguk.
"Besok aku akan bicara pada mamamu. Sebaiknya kamu pulang saja karena aku capek sekali. Maaf ya ade kecil jika kamu mengalami hal buruk sebelum Kamu terlahir" Lilis merasa iba dengan sosok bayi bajang di hadapannya.
Bayi bajang itu mengangguk lalu terbang entah ke mana Lilis pun kembali masuk ke dalam rumahnya.
Keesokan paginya seperti biasa Lilis berangkat ke kampus sembari mendorong gerobak. Setibanya di kampus ia segera menitipkan gerobak itu ke security kampus.
Ia sudah tidak sabar ingin bicara dengan Sinta. Buru-buru Lilis berlari ke kelasnya namun ketika ia menapaki tangga, sayup ia mendengar seseorang yang sedang bertengkar di balik ruangan musik. sebenarnya Lilis enggan ke ruang itu karena banyak sekali hantu selalu mengusiknya namun dikarenakan jiwa keponya meronta-ronta akhirnya Lilis mengendap-endap untuk mengintip siapa orang yang sedang bertengkar sepagi ini.
Lilis pembuka sedikit pintu di ruang musik, atensinya terfokus kepada dua orang pria dan wanita yang sedang berselisih paham.
"Itu kan Sinta dan itu Pak Aldi, dosen yang mengajar jurusan musik" ucap Lilis.
Lilis pun menajamkan telinganya terdengar di sana Sinta sedang terisak menangis dan Aldi berdiri dengan wajah frustasi.
"Mana janji kamu Pak untuk menikahi ku? Aku sampai rela menggugurkan bayi kita sesuai permintaanmu supaya kita bisa menikah namun mana hasilnya, kau tetap saja tidak kunjung menikahi ku" Santi terus menangis.
Mendengar itu Lilis langsung membekap mulutnya, ia tidak menyangka bahwa Aldi yang di kenal dosen yang baik dan santun malah berani berbuat zina dengan mahasiswi dari kampus tempat ia mengajar.
"Tapi saya tidak bisa menikahimu sekarang Sinta, saya ada istri" tolak Aldi.
"Apa, jadi kamu sudah menikah, Pak? Kenapa bilangnya kamu belum menikah? Hikhikhik" Sinta semakin menangis kala mendengar pengakuan dari Aldi.
"Dasar dosen bejad! Awas ya loe Pak Aldi. Noh anak jurig loe sampai datangi gue" kesal Lilis.
Lilis lalu meninggalkan ruangan musik itu.
setibanya di kelas, Lilis belum melihat mahasiswa lain. Namun penunggu ruangan itu sudah duduk anteng di atas lemari.
"Hihihi...Gadis bakso sudah datang" ucap kuntilanak merah yang selalu mengejek Lilis.
Kuntilanak itu kesal dengan Lilis karena Lilis kerap kali pura-pura tidak bisa melihatnya dan selalu mengabaikannya.
"Lilis Yulianti, look at me baby" ucapnya lagi.
"Paan sih" ketus Lilis.
Kuntilanak merah itu lalu terbang ke arah Lilis lalu duduk di kursi depan dengan badan menghadap Lilis.
"Udah deh jangan pura-pura gak lihat, kamu kan indigo" ucap kuntilanak itu.
"Hallo namaku Miranti.. Hallo namaku Lilis senang bisa berkenalan dengan mu" kuntilanak itu bicara sendiri lalu di jawab sendiri membuat Lilis pusing.
"Lis jangan pura-pura terus dong" kuntilanak itu menarik-narik baju Lilis.
"Berisik tau gak sih!" Lilis pun pasrah akhirnya merespon ucapan kuntilanak itu.
"Tuh kan bener bisa lihat" ucap Miranti kegirangan sembari merayap diatas plafon gedung itu kemudian terbang kembali lalu duduk di depan Lilis.
"Jangan ganggu ya" pinta Lilis.
"Tapi janji mau temenan" Miranti memohon.
Lilis hanya mengangguk.
"Lis, temanmu yang duduk di barisan ke dua habis aborsoy" ungkap Miranti.
"Lah kok bisa tahu?" tanya Lilis.
"Tahu lah, kunti kaya aku tuh seneng banget nyium bau orang hamil, tapi kemarin dia malah di tempeli bayi bajang, berarti oroknya udah keluar dengan tidak wajah" papar kunti itu.
"Aku tahu, pelakunya juga dosen disini" ungkap Lilis.
"Ya dosen musik lan? Si jambul?" tebak Miranti.
"Eh kok tahu juga" ucap Lilis.
"Tahu lah, soalnya dia suka ngewong di ruangan pribadinya selepas mahasiswa lain pulang. Ceweknya sering nangis keenakan di cucug sama si jambul" ungkap Miranti.
"Gak bohong kan?" tanya Lilis.
"Suer Lis aku gak bohong" jawabnya.
Obrolan mereka terhenti kala mahasiswa lain mulai berdatangan, bahkan Santi juga sudah datang. Lilis bahkan bisa melihat mata Santi sembab.
"Santi, loe kenapa?" tanya Lilis.
"Bukan urusan loe" ketus Santi.
"Sepulang kampus, gue tunggu loe di rooftop kampus, ada hal yang ingin gue katakan ke loe" pinta Lilis.
"Ngomong aja disini" balas Lilis.
Karena merasa kesal, akhirnya Lilis membisikan sesuatu pada Santi.
"Gimana rasanya aborsoy, masih sakit?" bisik Lilis membuat Santi langsung melotot.
"Tunggu gue di atas nanti" akhirnya Santi mengalah karena kartu ASnya di pegang Lilis.
"Oke cantik, gue tunggu ya" ucap Lilis lalu kembali lagi duduk di kursinya.
Pembelajaran hari ini berjalan dengan lancar, tiba saatnya semua mahasiswa keluar kelas.
Lilis berjalan terlebih dahulu ke rooftop kampus, di susul oleh Santi.
"Mau apa loe sebenarnya?" tanya Santi to the point.
"Gue gak mau apa-apa, San. Gue mau loe bertanggung jawab sama si Aldi jambul sialan itu. Loe udah aborsoy kan? Noh arwah bayi bajang loe nempel dan datengi gue semalam" ungkap Lilis.
"Ya gue udah aborsoy. Gue akui itu, tapi loe gak bisa apa-apain gue, soalnya loe gak pegang bukti" cibir Santi.
"Gue punya buktinya San! Loe kalau begini, loe gak akan tenang seumur hidup loe. Loe akan terus di kejar kesalahan. Loe gak ngeri San, ada hal yang gue bisa lihat tanpa loe bisa" balas Lilis.
Mendengar itu Santi langsung pergi dari hadapan Lilis dengan emosi. Dirinya kalut karena ada orang lain yang tahu aibnya.
"Jangan cari gue ya anjing, kalau bayi bajang loe balik nyakitin" kesal Lilis sembari berteriak yang masih bisa di dengar oleh Santi.
Lilis juga turun dari rooftop, di lorong kampus ia berpapasan dengan Aldi. Dosen yang di kenal sangat cool itu menatap Lilis dengan tatapan entah.
"Lilis, kamu cantik" ucapnya.
"Terimakasih Pak" balas Lilis, ia malas harus terlibat obrolan dengan si Aldi jambul.
"Lis, kamu pasti mau uang banyak kan? Jualan bakso itu cape, mending kamu one stand night with me" ajaknya.
"Maaf Pak, saya bukan Santi yang dengan sukarela membuka paha lebar-lebar untuk anda masuki. Saya Masih punya harga diri. Uang halal lebih nikmat" ketus Lilis sembari pergi meninggalkan Aldi sendirian.
"Awas kamu baby girls, aku akan buat kau meronta-ronta di bawah kungkunganku" ucapnya dengan kesal.
Sepulang dari kelas, Lilis mulai berjualan. Ia mempersiapkan semuanya dari halaman kampus tempat ia memarkirkan gerobaknya.
"Lilis, baksonya dua yang pedes" ucap Jony keamanan kampus.
"Yaelah baru juga kompornya di nyalain" balas Lilis.
"Gue tunggu Lis, gue tunggu" balas Jony.
Kini Lilis kembali berkeliling berjualan bakso lagi.
...
Malam harinya ketika Santi sudah terlelap, ia mimpi di datangi sosok bayi bajang yang memanggil dirinya Mama.
"Ma, kenapa Mama tega bunuh aku? Apa salahku Ma?" tanya bayi bajang itu.
"Pergi jangan menggangguku" Santi nampak sekali ketakutan.
"Aku akan menjadi duri dalam daging di kehidupan Mama jika Mama tak menguburkan ku dengan layak" ucap bayi bajang itu sembari menyeringai lalu pergi dari hadapan Santi.
Santi langsung terbangun dengan nafas terengah. Mimpi itu begitu menyeramkan ia ingat bahwa janin yang ia aborsoy masih ia simpan di dalam kresek hitam di kamar mandi.
"Apa yang di katalan Lilis itu benar" ucap Santi
Malam itu juga ia membawa mobilnya dan bergegas ke kontrakan Lilis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!