"Srikandi, habiskan dulu sarapan mu baru berangkat!" seru Tuan Anggoro yang melihat putrinya hendak berangkat kerja.
"Srikandi sudah terlambat, Pa!" jawab Srikandi sambil buru buru meminum susunya dan segera berlari setelah melabuhkan ciuman di pipi Papa dan Mamanya.
"Anak itu benar benar..!" gerutu Nyonya Sinta. istri dari Tuan Anggoro
"Sudahlah, Ma. Tidak perlu terlalu diambil pusing!" ucap Tuan Anggoro sambil menggenggam tangan istrinya.
"Jangan terlalu memanjakan dia, Pa. nanti akan jadi kebiasaan!" sungut Nyonya Sinta.
"Hei, kamu ini seperti lupa sama anak sendiri saja! lagipula jika bukan kita, lalu siapa yang akan memanjakan anak kita? Mama pasti termakan gosip kan? kok bisa bisanya kamu ini Ma? lagian kalau ada yang menilai Srikandi itu anak manja, berarti mata mereka buta..!"
*
di mobil yang di tumpangi Srikandi
"Nanti berhenti di ujung jalan saja ya pak!" perintah Srikandi
"Baik Nona..!" jawab pak Mun.
Hari masih pagi, belum waktunya juga Srikandi mulai kerja. Tapi dia sengaja berangkat pagi pagi karena mau mampir dulu ketempat Arjun, lelaki yang menjadi pacarnya selama setahun belakangan ini.
"Arjun pasti kaget aku datang pagi pagi!" Srikandi mengulas senyum tipis. di ambilnya beberapa paper bag berisi makanan yang tadi dia beli dalam perjalanan.
Arjun adalah cowok yang telah menjalin hubungan dengannya selama setahun ini. dalam pandangan Srikandi, Arjun termasuk seorang laki-laki yang gigih. Arjun tetap saja mengejarnya meskipun berulang kali dia menolaknya.
Arjun tak pernah mundur sedikitpun menunjukkan ketulusan hatinya. karena itulah akhirnya Srikandi luluh dan menerima cinta dari laki-laki tersebut. Walaupun sampai saat ini Srikandi belum juga bisa merasakan benih-benih cinta tumbuh dalam hatinya, tetapi setidaknya melihat kegigihan Arjun membuat hati Srikandi sedikit terketuk. Dan hari ini Srikandi memutuskan untuk memberi kesempatan pada Arjun.
Dengan langkah tegap Srikandi berjalan menuju ke unit apartemen Arjun.
*
"Ha ha ha... benar benar parah loe, manfaatin anak orang seenak jidat aja!"
Srikandi menghentikan langkahnya di depan pintu yang tak tertutup rapat, ketika mendengar suara dari dalam.
"Suara siapa itu, apa iya pagi pagi begini teman teman Arjun sudah pada main kesini? memangnya mereka tidak bersiap untuk bekerja?" batin Srikandi.
"Siapa suruh dia bego? gampang banget buat diporotin!"
Deg
Itu suara Arjun. tapi siapa yang dimaksud? siapa yang disebut bego? siapa yang sudah diporotin? berbagai pertanyaan muncul di otak Srikandi. Seketika dia teringat tentang Arjun yang sering mengeluh butuh ini dan itu, dan dengan entengnya dia mengabulkannya.
"Ya, tapi kalau kamu tidak bisa menjalin hubungan serius dengan dia, setidaknya jangan permainkan dia!"
Satu suara yang lain lagi, yang juga tidak dikenal oleh Srikandi.
"Siapa yang mempermainkan sih? aku cuma sedang mencari kesenangan yang lain saja. Lagi pula dia itu membosankan. Jalan jalan cuma gandengan saja, cium dikit pun gak boleh!"
Deg
Srikandi teringat kencannya dengan Arjun beberapa hari yang lalu, saat itu dia menolak keras ketika Arjun menginginkan mereka berciuman. Srikandi merasa hal itu sebagai sesuatu yang tabu. Jadi diakah yang dimaksud?
"Coba buka mata dan hatimu. kamu pasti akan melihat keistimewaan dia!" suara yang tadi terdengar lagi. sangat bijak.
"Ish.. ogah. lagian aku bisa pacaran sama dia juga karena dulu taruhan sama kalian. Kalau tidak, mana mau aku ngejar ngejar dia. Kaya gak ada cewek lain saja. Lagi pula apa yang bisa dibanggakan dari dia. dia itu cuma cewek manja yang hidupnya hanya bergantung pada duit bokapnya saja!"
Itu suara Arjun lagi. jadi apakah cewek yang dimaksud tadi adalah dia?
Hah.. Ya Tuhan...
Srikandi syok .. jadi selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan taruhan? Dia ingin tertawa, tapi tak tahu caranya. Yang jelas saat ini dia sedang menertawakan dirinya sendiri.
"Tetap saja. kalau aku jadi kamu, aku akan mencintai Srikandi setulus hati. lagian apa sih kurangnya dia!"
FIX...
Ternyata betul.. cewek yang sedang dijadikan bahan obrolan pagi itu adalah dia. Srikandi mentertawakan diri sendiri. Ternyata selama ini dia di bodohi. Tapi.. kenapa dia tidak merasa sakit hati? Bukankah seharusnya dia menangis mendengar pembicaraan mereka?
Srikandi mencoba mengusap matanya. Kering. sama sekali tak ada air yang menetes disana. Dia memang tidak patah hati. Dia hanya marah. Seorang Srikandi dijadikan bahan permainan? Oh nooo
"Iya benar. selain cantik, pintar, dan baik hati, Srikandi juga berasal dari keluarga terhormat. Bukankah seharusnya kamu bersyukur bisa mendapatkan dia?"
Srikandi ingin segera berlalu, tapi obrolan yang masih terdengar sungguh membuatnya penasaran. Atau, apa dia labrak saja si Arjun brengsek itu? ah .. buat apa? Bukankah lebih baik membalasnya dengan setimpal.
Benar, walaupun dia juga tidak begitu peduli dengan apa yang sudah dilakukan oleh Arjun, tapi tetap saja, Arjun harus diberi pelajaran.
"Heleh.. apanya yang bisa dibanggakan dari cewek macam dia? Dia itu cuma anak manja yang hanya bisa mengandalkan harta orang tuanya. Aku bahkan gak yakin, apa dia bisa buat telur ceplok apa tidak. jangan jangan rebus air saja gosong. ha ha ha...!"
Suara gelak tawa ini, dan ucapan penuh hinaan yang saat ini dia dengar, akan dia ingat seumur hidup.
"Kamu benar benar keterlaluan Jun. semoga saja kamu tidak menyesal telah menyia nyiakan cewek yang sudah mencintai kamu setulus hati!"
"Yang aku khawatirkan malah saat kamu sadar akan perasaan kamu, saat itu Srikandi sudah tidak peduli lagi sama kamu!"
Dan kalimat yang dia dengar ini akan dia jadikan kenyataan. Srikandi bertekad akan membuat Arjun menyesal.
"Huh.. kalau saja Srikandi mau melirikku walau sedikit saja, maka aku akan menjadikan dia ratu di hatiku"
Ucapan yang terdengar tulus. Srikandi tak tahu siapa dia. karena dia tak terlalu mengenal teman-teman Arjun.
"Aku juga, aku pasti akan bekerja keras agar bisa menjadi layak di samping Srikandi!"
lagi lagi hati Srikandi terharu, tapi sayang, yang memujinya bukan orang yang menyatakan cinta padanya.
Derrrtt derrrtt derrrtt...
Srikandi gelagapan saat merasakan ponsel di tasnya bergetar. Untung dia tidak menggunakan nada dering, jadi dia tidak terpergok tengah menguping. Perlahan dia beringsut meninggalkan tempat itu. Sudah cukup baginya tahu tentang bagaimana Arjun yang sebenarnya.
***
"Makanan ini nanti buat Pak Mun saja..!" ucap Srikandi sambil meletakkan paper bag yang tadi dia bawa ke kursi depan.
"Terima kasih Non..!" ucap Pak Mun tanpa bertanya lebih.
"He em!" jawab Srikandi yang segera mengambil ponselnya yang sejak tadi tak berhenti bergetar . "Siapa sih?" gumam Srikandi sebelum ponsel berhasil dibuka
"Mau apa dia menelpon pagi pagi begini?" gumam Srikandi ketika melihat puluhan panggilan tak terjawab dari seorang yang sangat dikenalnya. Orang yang menurutnya menyebalkan karena terus saja mengejarnya padahal dia sudah mengatakan bahwa dia sudah memiliki seorang pacar.
Yudistira. pria yang juga adalah rekan kerjanya. yang sudah selama enam bulan ini mengejarnya, dan yang selalu dia abaikan. Akan tapi entah kenapa pria ini tak juga mengibarkan bendera putih.
"Kamu di mana? Kenapa kata asistenmu kamu belum datang hingga jam segini!"
Pesan yang masuk pertama kali karena panggilan diabaikan.
"Aku sudah mengirimkan menu sehat untukmu jangan lupa dimakan!"
Pesan kedua menyusul setelah pesan pertama tidak berbalas.
"Aku tidak akan mengharapkan kamu mengucap kata terima kasih, karena yang aku tunggu kamu mengucap kata yes I Will..!"
Pria ini memang benar benar gila dan juga narsis luar biasa. Siapa yang bilang akan menerima dia coba?
"Dan seperti yang sering aku ucapkan sebelumnya, aku tidak masalah tidak menjadi prioritas. Cukup jadikan aku cadangan saja pun aku sudah terima!"
Ini adalah tipe pria dengan otak terbalik. karena jika dia manusia normal, maka dia pasti ingin dirinya menjadi satu satunya.
Yudistira
Begitu pria tampan itu pernah memperkenalkan diri. Pertemuan pertama mereka adalah saat Yudistira diserang oleh sekelompok pria berbaju hitam, dan Srikandi yang kebetulan lewat menolongnya.
Yudistira jatuh cinta pada Srikandi pada pandangan pertama karena ketangguhan wanita itu, dan juga karena Srikandi yang menolak tanda terima kasih dari Yudistira. Menurutnya itu adalah hal langka. Jangankan menolak biasanya para wanita selalu meminta untuk diberikan hadiah.
Setelah pencarian selama tiga hari, Yudistira mengetahui Srikandi adalah putri dari Tuan Anggoro Wibisana. Seorang pengusaha batu bara. Tetapi Srikandi memilih mendirikan perusahaan sendiri di bidang ekspor impor. Dan itu adalah atas kerja keras Srikandi sendiri tanpa campur tangan Tuan Anggoro.
Fakta tersebut membuat Yudistira semakin mengagumi sosok Srikandi. Lalu tanpa menunda waktu, pria itupun mendatangi perusahaan Srikandi dan mengajukan kerja sama karena kebetulan salah satu perusahaan Yudistira juga bergerak di bidang yang sama.
Dipertemuan kedua itulah Yudistira juga secara terang terangan mengungkapkan ketertarikan nya pada Srikandi, Dan bahkan menyampaikan langsung niatnya untuk melamar wanita itu. Yudistira benar-benar menginginkan Srikandi agar bersedia menjadi istrinya.
"Haaa..??" Srikandi benar benar syok mendapati hal mencengangkan itu .
"Pria ini sudah gila. Mana ada orang yang melamar wanita hanya karena alasan pernah ditolong?" batin Srikandi.
"Ini CV saya, di sani tercantum data-data tentang perusahaan yang saya miliki. Sedangkan yang ini adalah data-data silsilah dari keluarga besar saya. Dan ini adalah bukti nyata bahwa saya bersih. Jika anda tidak puas Anda juga bisa mencari berita tentang saya. Saya tidak pernah melakukan hubungan apapun dan tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun."
Srikandi menjadi cengo tidak percaya dengan apa yang dilihat di hadapannya. Pria ini sedang melamar wanita atau sedang kampanye presiden? Karena merasa penasaran Srikandi pun menerima setumpuk berkas yang diulurkan oleh pria itu ke hadapannya. Ada 10 berkas perusahaan besar dan itu semua tertanda atas nama Yudistira.
Jika pria ini sekaya itu, untuk apa repot-repot mengejar seorang gadis. Bahkan tanpa dia mengejar pun seorang semua wanita di luar sana pasti sudah mengantri untuk mendapatkan dirinya.
"Saya harap Anda bisa mempertimbangkan lamaran ini. Karena walaupun Anda menolak, saya tetap akan menunggu Anda. Dan saya pastikan hari-hari anda akan diwarnai oleh kehadiran muka saya."
Srikandi semakin menganga mulutnya. pria di hadapannya ini, jika dia pada akhirnya memaksa, Lalu kenapa menyuruhnya untuk mempertimbangkan.
"Maaf, tapi saya tidak bisa menerima Anda karena saya sudah memiliki seorang kekasih!" jawab Srikandi pada saat itu juga Setelah dia membaca berkas-berkas dan CV milik Yudistira.
"Tidak masalah. Anda boleh memiliki kekasih di luar sana. Dan saya yang akan menjadi kekasih di dalam sini!" Yudistira tetap teguh pada pendiriannya.
Srikandi memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Apa maksudnya Coba. Dia memiliki kekasih di luar sedangkan pria di hadapannya ini ingin menjadi kekasih di dalam.
"Jadikan saya selingkuhan Anda. Jadikan saya cadangan saja tidak masalah. Panggil saya hanya jika kekasih Anda yang asli tidak bisa datang menemani Anda."
Fix pria ini benar benar gila.
"Kesepakatan kerjasama telah ditandatangani, jadi bisakah Anda pergi? Saya mohon. Tiba-tiba saja saya merasa kepala saya pusing sekali!" ucap Srikandi sambil memegang pelipisnya.
"Baiklah saya akan pergi, tetapi saya akan datang lagi besok pagi. Semoga pada saat itu Anda sudah memiliki jawaban. Jika anda masih tidak bisa menjawabnya biar saya yang akan membantu Anda untuk menjawab."
Kepercayaan diri pria itu yang begitu tinggi membuat Srikandi malahan semakin pusing. Entah kenapa dia tidak merasa tersanjung, ada seorang pangeran berkuda putih datang menghampirinya. Yang dia tahu, Dia adalah seorang wanita yang telah memiliki seorang kekasih. Dan Dia sangat menjunjung tinggi apa itu arti kesetiaan.
"Apa boleh saya mohon untuk anda tidak datang? Saya..."
"Tidak!" Yudistira memotong ucapan Srikandi sebelum wanita itu menyelesaikan apa yang ingin dia utarakan. "Sudah saya bilang, saya pacar anda mulai dari sekarang. Dan sebagai pacar yang baik, saya harus datang tiap hari." lanjutnya.
"Ya Tuhan, buat aku pingsan sekarang juga, kumohon!" Srikandi meletakkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam.
"Apakah pacar sedang pusing? Bagaimana kalau saya mengajak pacar jalan jalan."
Srikandi serentak mengangkat kepalanya, matanya melotot merah rahangnya mengeras. Pria di hadapannya dengan sejuta kata-katanya yang tak masuk akal, benar-benar berhasil membuatnya darah tinggi.
"Bisa saya minta Anda pergi sekarang juga? Dan jangan menyebut saya dengan nama pacar. Saya sama sekali belum mengatakan bahwa saya telah menerima Anda." ucapnya tegas.
"Baiklah, tentu saja saya akan pergi. Dan seperti yang baru saja saya katakan. Saya pasti akan kembali ke sini lagi besok." setelah berucap demikian Yudistira beranjak, melangkahkan kaki menjauh dari wanita yang kini sedang memijat pelipisnya sambil memejamkan mata.
"Tampaknya Anda sedang kelelahan, kenapa tidak pergi untuk refreshing?" pintu ruangan sudah dibuka, tapi pria itu menghentikan langkah dengan handle pintu di tangannya.
"Saya tidak sedang butuh refreshing, tapi saya butuh Anda pergi dari sini!" jawab Srikandi ketus. Dia sudah benar-benar kesal tampaknya.
"Bekerja meskipun dengan kondisi badan yang kurang fit. Untuk apa begitu memaksakan diri? Memangnya apa yang Anda kejar?"
Srikandi benar-benar berada di ambang batas kesabarannya. Kenapa pria yang kini telah berdiri di ambang pintu itu tidak segera pergi saja!
"Apa yang saya kejar? Serius Anda bertanya seperti itu? Apa lagi memangnya dia yang dikejar oleh orang yang bekerja mati-matian.Tentu saja uang, harta, kekayaan." jawab nya dengan mengumpulkan puing puing kesabaran yang berserak.
"Well."
Srikandi mengernyitkan kening dan bersikap waspada, karena bukannya pergi karena kemarahan Srikandi, Yudistira justru kembali menutup pintu dan perlahan berjalan mendekat.
Bertopang dua tangan di pinggir meja. Mencondongkan tubuh ke depan. Hingga posisi wajah mereka benar-benar dekat. Srikandi memundurkan kepalanya karena kaget akan aksi pria tersebut.
"Anda menyukai harta, dan Saya memiliki harta. Sangat banyak. Jika Anda menerima saya, artinya Anda mendapatkan harta dan saya.Tidakkah itu seperti Buy one get one free?" ucap Yudistira tepat di depan wajah Srikandi.
Boleh tidak Srikandi memukul kepala pria ini? Narsisnya, songongnya sungguh luar biasa. Tapi sayang segala kenarsisan dan kesongongan itu sangatlah layak baginya. Pria itu dan segala yang melekat pada dirinya, sangat pantas jika bersikap songong.
Bahasa bucinnya, Pria tampan meskipun songong tetap saja terlihat keren.
Sejak saat itulah, pria bernama Yudistira itu selalu datang dan datang lagi. memberikan perhatian-perhatian kecil, memberikan kejutan-kejutan romantis. Sesuatu yang Srikandi tak pernah mendapatkannya dari lelaki bernama Arjun yang notabenenya berstatus sebagai kekasihnya.
Dan tanpa ada persetujuan dari Srikandi, Yudistira sudah mengklaim diri sebagai LELAKI CADANGAN milik Srikandi
Masih dipagi yang sama.
Srikandi tiba di perusahaan tepat sebelum jam kerja dimulai. Walaupun seorang pimpinan dia selalu memberi contoh yang baik pada karyawannya melalui dirinya sendiri. bukan hanya menegur lewat kata-kata.
"Selamat pagi, Nona." sapa Citra, asisten Srikandi.
"Hemm!" jawab Srikandi sambil berlalu ke ruangannya.
"Tuan Yudistira mengirimkan bekal pagi, dan saya meletakkannya di meja Anda." ucap Citra sambil mengiringi langkah Srikandi.
"Hemm!" lagi lagi Srikandi menjawab ucapan Citra dengan tanpa membuka mulut.
Srikandi duduk di kursi kebesarannya, diraihnya kotak Tupperware yang berada di meja, yang dia tahu itu adalah bekal makanan yang dikirimkan oleh Yudistira.
Penutup berhasil dibuka, tampak dalam penglihatannya satu cetakan kecil nasi, berhias emoticon smile menggunakan saus tomat, rebusan buncis dan wortel yang diiris panjang, kentang goreng, diletakkan di atas dua lembar selada. satu potong empal daging, dan satu cup kecil sambel terasi.
Srikandi menghela nafas panjang. Entah dari mana pria itu mengetahui segala apa yang dia sukai.
Diambilnya sendok berbungkus tisu yang terselip di pinggir kotak, dan mencoba menikmati apa yang kini ada dihadapannya. Kebetulan dia memang belum sarapan tadi.
Dia hanya meminum segelas susu lalu berangkat, karena begitu inginnya dia memberi kejutan pada Arjun. Siapa sangka justru dia yang mendapat kejutan.
Termenung seiring kunyahan demi kunyahan, mengingat kembali beberapa waktu belakangan ini, tentang sesosok pria tampan dan mapan bernama Yudistira. Yang selalu ada untuknya meskipun disaat tak dibutuhkan.
Sempat terbersit sedikit kecurigaan, mungkinkah Yudistira merencanakan sesuatu untuk mendekatinya. Tetapi apa, untuk apa, manfaat apa yang bisa diambil darinya?
Namun saat mencoba mencari tahu tentang pria itu, dia justru semakin tercengang. Bukan hanya sepuluh perusahaan yang berkasnya pernah dia lihat yang dimiliki oleh Yudistira, tetapi dia juga calon pewaris tunggal kerajaan bisnis milik ayahnya, yaitu tuan Pandu Dewa yang sangat terkenal di kalangan pebisnis.
Flashback sore itu...
Tring..
Ponsel yang sedari tadi diam manis di sudut meja berdenting, menandakan adanya pesan masuk. Srikandi mengambilnya sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu menunjukkan pukul tiga sore, sebentar lagi adalah waktunya pulang bagi para pekerja, dan begitupun dengan dirinya.
Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya, karena sebentar lagi Arjun akan menjemputnya. mereka berjanjian hendak pergi ke bioskop mumpung besok adalah akhir pekan.
Arjun tahu dirinya bekerja, yang tidak Arjun tahu adalah dirinya seorang pemilik perusahaan. Karena yang Arjun tahu dirinya hanya sekedar seorang karyawan di perusahaan itu.
Melirik sekilas layar ponselnya, terdapat nama Arjun di sana. Bergegas saja Srikandi membukanya, barangkali itu sesuatu yang penting.
"Honey, maaf aku tidak bisa menjemputmu, atasanku menyuruhku lembur hari ini."
Hufff
Srikandi membuang nafas melalui mulut dan hidung bersamaan. Baru saja dia terburu-buru hendak menyelesaikan pekerjaannya. Ternyata Arjun mengirimi pesan bahwa mereka tidak akan jadi pergi.
"Oke."
Hanya jawaban singkat yang dikirimkan oleh Srikandi sebagai balasan. Tidak ada rasa kesal, tidak juga kecewa. Entah kenapa baginya semua biasa saja.
"Apa pacar aslimu lagi lagi membatalkan kencan?"
Srikandi tersentak ketika terdengar suara dari arah sofa yang berada di sudut ruang. Sejak kapan makhluk bernama Yudistira itu berada di sana. Apakah pria itu telah bermetamorfosis menjadi makhluk astral, yang bisa datang tanpa diundang dan pergi tanpa diantar.
"Kalau begitu pacar cadangan ini yang siap untuk mengajakmu berkencan!" Yudistira bangkit dari duduknya kemudian berjalan mendekati Srikandi.
"Bunga yang cantik untuk pacar yang cantik!" Yudistira mengulurkan sebuah buket bunga untuk Srikandi.
Menahan diri untuk tidak mendengus kesal. Srikandi sudah mulai terbiasa dengan kehadiran pria itu yang selalu saja tanpa konfirmasi.
"Terima kasih."
Mengulurkan tangan untuk menerima. Bunga yang sama dengan warna yang sama disetiap kali. Mawar merah dan tulip ungu yang dirangkai dengan hiasan cantik.
Apa pria di hadapannya ini bahkan tahu makna dari bunga yang selalu dia bawa?
Srikandi sendiri pernah mencoba mencari arti dari dua bunga tersebut. Mawar merah yang melambangkan ketulusan cinta, dan tulip ungu yang melambangkan kesetiaan.
Apakah itu ungkapan yang ingin disampaikan oleh Yudistira. Cinta dan kesetiaan. Dua hal yang sangat di damba oleh setiap insan.
"Aku perhatikan Tuan Yudistira yang terhormat ini selalu saja berada di luar perusahaan semasih jam kerja? Apakah mungkin dia seorang pengangguran?" ujar Srikandi yang tak lagi bersikap sungkan.
"Sekedar konfirmasi barangkali pacar lupa. Pria tampan ini adalah pemilik dari sepuluh perusahaan ternama. Di dalam perusahaan tentu ada yang namanya orang kepercayaan. Jadi untuk apa mengeluarkan uang untuk membayar gaji, jika kita sendiri yang masih harus pontang panting?"
Diam. Srikandi tak punya bantahan yang pas. Semua yang diucapkan Yudistira terlalu masuk di akal.
"Pacar, ayo kita menikah. Biarkan pria mapan ini yang memberi nafkah untukmu. Hati ini sungguh tak rela melihat pacar bekerja sedemikian keras." Yudistira kembali menyampaikan ajakan untuk menikah.
"Tuan Yudistira, Anda sudah boleh pergi. Terima kasih untuk bunganya." Srikandi tak ingin hatinya goyah oleh rayuan gombal. Statusnya saat ini adalah wanita yang memiliki kekasih.
"Mana bisa, hari ini pria tampan akan berkencan menggantikan pacar asli yang tidak datang."
Tak pernah mempan untuk diusir. Dan akhirnya sore itu pun berlangsung seperti sebelumnya. Srikandi pergi ke tempat yang semula ingin dituju bersama dengan Arjun. Akan tetapi yang disampingnya bukanlah Arjun.
Dan selanjutnya pun seperti itu. Selalu Yudistira yang pergi menemaninya menggantikan Arjun.
Flashback off
Tanpa terasa makanan di hadapannya telah habis tak tersisa.Ternyata menahan emosi juga bisa membangkitkan selera makan.
Ditutup kembali kotak bekal berbentuk imut ala ABG alay. Ada goresan "Y❤️S" di atas penutupnya. Srikandi menggelengkan kepala. "NORAK" cibirnya.
Pernah sekali Yudistira tidak datang, tapi jangankan ketenangan. Karena wanita itu justru disibukkan dengan dering telepon yang berbunyi setiap satu jam sekali. Ditambah lagi buket bunga yang tidak pernah absen.
Sesuatu yang tak pernah Arjun lakukan. Jadi sebenarnya di sini yang posisinya sebagai cadangan itu siapa. Kenapa justru Yudistira yang selalu ada untuknya.
Kini setelah dia tahu seperti apa Arjun, pertanyaan itu tiba tiba muncul di hatinya. Benarkah status Yudistira hanya sebagai LELAKI CADANGAN saja?
"Aku kan hanya mencari kesenangan di luar saja."
Kalimat yang tadi dia dengar dari suara Arjun kembali terngiang. Kesenangan di luar? Bukankah itu artinya...
Srikandi merasa geram. Dia memang belum menerima Arjun sepenuh hati. Tapi dia mencoba setia. Bahkan dia menolak seorang Yudistira, yang nyata nyata berada jauh berkali lipat di atas Arjun.
Dan sekarang Arjun mengkhianatinya, setelah semua yang pernah dia berikan pada pria itu. Apa itu sopan?
"Aku akan lebih rela jika apa yang pernah aku keluarkan itu aku sedekahkan pada fakir miskin. Kau akan membayar mahal untuk semua ini, Arjun."
Mata Srikandi berkilat marah, gigi bergemeletuk, kedua tangan terkepal. Kemarahan telah membangkitkan sisi lain dalam dirinya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!