Setelah kepergian Rendra, anak dan cucu nya berpencar ke berbagai negara dan luar kota. Bukan karena tak ingin bersama, namun rumah utama yang ada di kota J, negara I. Terlalu banyak menyimpan kenangan, bahkan tak ada kenangan buruk sama sekali. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan bertahun-tahun. Mereka lalui dengan kenangan manis dan juga indah, selalu berkumpul kapan pun dan di manapun.
Terlalu berat rasanya bila memang harus tetap berada di rumah tersebut, bahkan bunda Yumi pun telah berpulang setelah 10 tahun kepergian sang suami.
Sehingga keturunan Zandra memilih untuk mengurus usaha, di setiap kota dan negara. Tetapi bukan berarti, mereka tak pernah pulang dan berkumpul lagi. Di setiap ada acara besar ataupun memperingati hari kematian tetua utama dan juga pasangan Rendra dan Yumi, mereka akan menyempatkan waktu untuk kembali pulang.
Mungkin dalam setahun, ada 4 sampai 6 kali mereka berkumpul. Termasuk dengan acara besar, seperti hari raya Idul Fitri tentunya.
Maaf ya, aku ga tuangin saat kepergian Yumi. Terlalu banyak air mata rasanya, tapi mungkin nanti ada alur mundur saat Yumi pergi untuk selamanya. Meninggalkan keluarga, yang sangat mencintai beliau.
.
.
Beberapa tahun kemudian, atau mungkin sudah beberapa puluh tahun kemudian. Keluarga Zandra hanya di kenal dengan besarnya usaha dan ke dermawanan mereka, tentang kemampuan mereka... Hanya segelintir orang yang tau dan menyimpan rahasia tersebut, orang-orang yang tau pun bahkan tak menceritakan hal tersebut pada keturunan mereka.
Sehingga lambat laun, kabar mengenai kemampuan dan kehebatan keluarga Zandra mulai terkikis. Karena sejak awal, sejak Yumi yang memulai. Hanya beberapa orang saja yang tau, orang-orang yang pernah melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Dan juga orang-orang, yang pernah mendapatkan pertolongan dari keluarga Zandra.
Saat ini, kediaman keluarga Zandra hanya di tempati oleh 4 anggota keturunan keluarga inti, beberapa pelayan dan juga beberapa penjaga. Dimana mereka semua merupakan anggota pilihan, yang masih setia menjaga keturunan dari kakek buyut Hasimoto. Secara turun temurun, sumpah setia mereka tak bisa di ragukan lagi.
Keempat remaja atau sudah dewasa?
Mereka adalah cucu dari pasangan Al dan Sherina, pasangan Ar dan Ani, serta pasangan Flo dan Rio.
Salah satu dari anak Yas dan Esmerald, anak dari Anin dan Syamil, anak dari Haidar dan Rindu serta yang terakhir anak dari pasangan Adikirana dan Ars.
Kembara kembar sepuluh, melahirkan bayi kembar semua. Tetapi anak lainnya, memilih untuk tinggal bersama kedua orang tua mereka. Lebih tepatnya, agar tidak membuat pusing author. Tentu bisa kalian bayangkan bagaimana pusingnya aku, kalo harus menurunkan semua keturunan mereka.
(Ayolah... bisa-bisa aku vertigo, memikirkan hal itu. Bisa kalian hitung, total keturunan mereka. Dari 10 pasang, melahirkan twin. Bahkan dari mereka tidak hanya twin saja, tentunya di antara mereka ada yang kembali melahirkan. Dan itu bisa buat aku gumoh, sebelum nulis ceritanya. wkwk)
Kita mulai perkenalan oke, sama pemeran utamanya
*Ciara Azzahra Putri Zandra, anak kedua dari pasangan Yas dan Es. Gadis ceria, dengan panggilan Cia
*Daneswara Ghava Putra Miura, anak pertama dari pasangan Anin dan Syamil. Putra pertama, yang lebih menuruni sifat Anin. Panggilannya Ghava
*Fazluna Amalia Putri Zandra, anak dari pasangan Haidar dan Rindu. Gadis jutek, dingin dan penyayang. Dengan nama panggilan Luna
*Birendra Ghazali Putra Shafwan , anak dari pasangan Adikirana dan Ars. Pria dingin, yang menuruni sifat Kirana. Nama panggilan, Ali
OK... Start the story
.
.
"Baiklah, sejak tadi aku diam. Bukan berarti aku tak ingin bertanya, hanya saja aku menahannya. YAAAA... GHAVA!!!!" teriak Cia di akhir kalimat, membuat ketiga saudaranya menutup kedua telinga mereka. Terlihat Cia sangat kesal, karena dadanya yang naik turun.
"Mau kemana sebenarnya tujuan kita hah? Sejak tadi kita hanya berputar-putar mengelilingi jalan yang sama, tapi tidak juga sampai ke tempat yang kamu inginkan." ucap Cia marah dan kesal menjadi satu
Yups.. sejak pulang kuliah hari ini, tetiba Ghava mengajak Cia, Luna dan Ali untuk ikut dengannya. Padahal sejak pertama Ghava mengajak, Cia sudah bertanya hendak kemana. Tetapi, anak dari adik ayahnya ini tak menjawab pertanyaannya. Dan sampai akhirnya, Cia merasa emosi karena sudah hampir 2 jam. Mereka hanya berputar-putar di jalan yang sama, dan terus berada di dalam mobil.
"Bang Ghava, mau kemana sebenarnya kita?" tanya Luna, anak gadis yang menuruni sifat sang ayah. DINGIN
"Tidak mungkin kita keluar tanpa ada tujuan bukan? Hampir dua jam kita membuang-buang waktu di jalanan, kenapa tidak pulang saja kalau memang tidak tau kemana arah tujuan kita?" lanjut Ali
Ghava yang merasa pening, karena mendapatkan begitu banyak pertanyaan. Mungkin lebih tepatnya banyaknya omelan dari ketiga saudaranya, menghembuskan nafasnya keras. Padahal sejak awal, ia sudah memasang wajah serius. Tapi karena memang bukan settingan awalnya, ternyata membuat dirinya merasa pegal dan lelah.
Rupanya sulit menjadi orang DINGIN dan KAKU seperti kanebo, lalu kenapa Luna dan Ali betah dengan sifatnya?
"Lelah juga menjadi orang lain, memang sebaiknya harus menjadi diri sendiri." celetuk Ghava
"DIH" ucap ketiganya serempak
"Jadi mau kemana kita sebenarnya?" tanya Ali lagi
"Tanyakan apda peta... tanyakan pada peta... " jawab Ghava, yang langsung mendapatkan toyoran dari adik sepupunya itu.
"Bisa serius ga?" tanya Cia kesal, Ghava memutar malas bola matanya. Dirinya sendiri kalo sudah datang sifat jailnya, melebihi dirinya saat ini. CK... dasar anak Yas
"Ada yang kirim pesan ke aplikasi pesan gue, gue ga tau dari mana dia dapet no gue dan tau apa yang bisa kita lakukan." jawab Ghava serius
Ketiganya pun menatap Ghava, mencari kebohongan di matanya.
"Oke, gue percaya. Lalu, apa isi pesan tersebut?" ucap Cia, seraya bertanya
"Dia bilang, di kampungnya saat ini sedang di teror oleh sosok arwah gentayangan. Menurut cerita, arwah ini merupakan arwah dari seorang perempuan yang meninggal dalam keadaan hamil. Sebenarnya sudah meninggal sekitar 2 minggu yang lalu, dan perempuan itu hamil bayi kembar dan sempat melahirkan anak pertamanya. Tetapi tidak dengan yang kedua, perempuan itu meninggal dengan bayi tersebut yang masih ada di dalam perutnya." jawab Ghava
DEG
Cia dan Luna membulatkan kedua bola mata mereka dan menutup mulutnya, dengan salah satu telapak tangannya. Kedua gadis itu, langsung merasakan hal tidak enak. Cia dan Luna saling bertatapan, lalu menghembuskan nafas panjang.
"Jadi wanita itu meninggal, bersama dengan bayinya yang tidak sempat di lahirkan. Begitu?" Ghava mengangguk
"Innalillahi wa inna illaihi rajiun"
"Sudah 2 minggu yang lalu? Apa selama itu arwah penasaran itu meneror warga?" tanya Luna
"Menurut cerita, hantu itu akan keluar selama 40 hari. Di mulai dari hari kematiannya, dan sekarang sudah berlangsung selama 2 minggu." jawab Ghava
"Apa perkampungan itu ada di kota ini?" tanya Ali, Ghava menggeleng
PLETAK
Sejak tadi Cia sudah menahannya, dan kini Ghava sudah benar-benar memancing sifat bar-bar nya.
"ADUUUHHH" teriak Ghava, seraya mengusap kepala belakangnya
"NGAPA GUE DI PUKUL?"
"PAKE NANYA LAGI LU YA?!"
"Mulai..." ucap Ali dan Luna bersamaan
...****************...
Tadinya ga akan up hari ini, tapi... ya sudahlah 😁
Aku tuh tadinya ga mau pake foto, buat para pemerannya. Takut ga sesuai ekspetasi, tapi aku suka mereka🥰🥰🥰. Suka doang, ga sampe nge fans.
Kalo ga suka, khayalkan saja sesuai dengan yang kalian mau. OGHEY!!!
Semoga kalian suka yaaaa..
Deg-degan nulisnya juga, takut ga menarik😅
Oya... nomon-nomon, ini kisah nyata ya. Aku dapet narasumbernya langsung, juga salah satu saksi mata. Dan ini cerita, waktu dia masih kecil.
Pastinya aku gabung dengan karangan aku yess...
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
"NGAPA GUE DI PUKUL?" teriak Ghava tak terima
"PAKE NANYA LAGI LU YA?!" jawab Cia
"Mulai..." ucap Ali dan Luna bersamaan
"GUE NANYA, KARENA GUE GA TAU ROMLAAAAHHHH" balas Ghava lagi, Luna memasang earphone di kedua telinganya.
"KALO BUKAN DI SINI, TERUS NGAPAIN LU KELILING JALAN INI. MAU NYEGIK LU? LAGI NYARI TARGET?" Ghava pun terdiam, ia menyadari kesalahannya.
"Bener juga, kalo kita ngendarain ke kampung yang di maksud. Kaya udah sampe dari tadi, terus kenapa kita keliling sih?" ucap Ghava
Kedua tangan Cia mengepal erat, wajah kesalnya tak dapat di kondisikan lagi. Ali yang tau, apa yang akan terjadi. Segera ia membuka pintu mobil Ghava, ia membuka sabuk pengaman dan mendorong Ghava keluar.
"Selesaikan di luar" ucap Ali dingin
"Haish.... Nggak.. nggak... Sorry, gue minta maaf. Gue juga ga tau kenapa ngajak lu pada keliling, tadinya bingung aja mau cerita masalah ini. Gue ga sadar kalo kita udah keliling jalan yang sama, selama itu. Sueerr" ucap Ghava, seraya mengangkat tangan kanan dan menampilkan jari tengah dan telunjuknya.
Cia yang meledak-ledak, kini tengah berusaha menormalisasikan emosinya. Bukan Ghava tak mau melawan Cia, hanya saja kemampuan yang ia dapatkan dari sang ibu. Belum bisa ia kendalikan, ia takut melukai kakak sepupunya tersebut.
Oya.. usia mereka kini sudah akan menginjak 20 tahun, tetapi mereka sekarang sudah berada di semester 6.
"Ga jadi?" tanya Luna, ia membuka earphone nya
"NGGAK" ucap Ghava dan Cia serempak
"Ooohh" Luna mengangguk-anggukkan kepalanya
"Jadi sekarang kita mau ke kampung itu, apa gimana?" tanya Cia, yang mood nya sudah kembali baik
"Ada mata kuliah ga besok?" tanya Ali balik
"Kalo ga salah, dosen ga masuk deh. Katanya lagi ada perlu, dia mau pulang ke kampung halamannya." jawab Luna
"Ya udah, kita berangkat hari ini aja. Mumpung masih siang juga, nanti hubungi penjaga kalau kita ga akan pulang." ucap Cia
"Sebelum kita bilang, mereka udah tau duluan kita mau kemana Ci. Keluarga kita pasti mengirim pengawal bayangan, untuk megawal kita." balas Ghava
"Iya juga, ya udah gasss" ucap Cia
"Berapa lama perjalanan kita?" tanya Ali
"Menurut Maps, sekitar 3 jam kalo kita lewat jalan tol." jawab Ghavin, seraya memasang kembali sabuk pengamannya
"Kalo gitu nanti kita mampir di mini market, yang deket tol ya." pinta Cia, Ghava mengangguk
Kakak sepupunya ini memang tidak bisa jauh dari cemilan, sama sih dengannya. Karena selain kemampuan sang bunda yang menurun padanya, banyak makan pun menurun padanya. Namun yang paling penting bagi Cia adalah, ia harus mampir ke toilet terlebih dahulu. Baik itu perjalanan jauh, atapun dekat.
.
.
"Ada apa?" tanya Ali
"Sepertinya aku merasakan keberadaan sosok itu, nampaknya ia tak suka dengan niat kedatangan kita." jawan Ghava, ia mengusap tengkuk lehernya
"Benarkah? Tapi aku tak merasakan apa pun" ucap Cia, yang di angguki oleh Luna
Pasalnya mereka masih setengah perjalanan, belum sampai ke tempat yang di tuju. Namun ternyata sosok itu merasakan, saat mereka berempat membicarakannya tadi.
"Oya, apa saat memakamkan wanita itu. Bayi yang ada dalam perutnya di keluarkan dahulu? Atau di makamkan langsung bersama dengan ibunya?" tanya Luna
"Entah, aku tidak bertanya sampai ke situ." jawab Ghava
"Aku mengantuk" lanjut Ghava
"Ya sudah, kamu hentikan mobil di bahu jalan depan sana. Biar aku, yang menggantikanmu menyetir." titah Ali, Ghava menurut tanpa banyak bicara. Mereka bertukar posisi, kini Ghava duduk di jok samping kemudi.
Ia benar-benar sudah mengantuk, semalam ia begadang karena harus menyelesaikan tugas kuliah. Salahnya memang, karena saat Ali dan yang lain mengajaknya untuk menyelesaikan bersama saat siang hari. Dia hanya ikut berkumpul, namun sibuk dengan game nya. Akibatnya, ia mengantuk bukan main sekarang.
"Bangunkan aku kalo udah keluar tol." Ali mengangguk
Mereka melanjutkan perjalanan, dan benar saja. Ghava yang memang seperti Anin, hanya hitungan detik. Ia sudah tertidur di kursi samping Ali, sedangkan kedua gadis sedang sibuk dengan ponsel masing-masing di belakang.
"Ngomong-ngomong, siapa yang mengirim pesan itu pada Ghava? Dan bagaimana ia bisa mendapatkan nomer Ghava? Dan yang paling bikin gue penasaran itu, darimana dia tau kalo kita memiliki kemampuan berinteraksi dengan makhluk halus?" tanya Cia beruntun
"Kamu benar, aku juga sejak tadi memikirkan hal itu." jawab Luna
"Kita akan mendapatkan jawabannya nanti, setelah tiba di sana." ucap Ali, Cia dan Luna hanya menghembuskan nafas pelan
.
Setelah dua jam, mereka pun tiba di sebuah gapura masuk ke perkampungan yang di maksud. Kini mereka berempat berdiri di samping mobil dan melihat ke sekitar, tanpa ada niatan untuk masuk ke dalam.
"Tempatnya angker ya" celetuk Cia
"Gimana ga angker, dari sini aja kita bisa liat kalo jalan masuk ke dalam sana. Kanan kiri pohon-pohon besar, Ghav... apa kamu sudah menghubungi orang yang mengirim pesan padamu?" ucap Luna, ia pun bertanya pada Ghava
"Sudah, dia bilang sedang di jalan kesini." jawab Ghava
"Kayanya kita bakalan menginap di sini, waktu sudah hampir maghrib." ucap Ali, ia melihat ke pergelangan tangannya
"Semoga ada tempat untuk kita menginap, aku benar-benar ingin meluruskan pinggang ku" ucap Cia, sembari menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri
"Itu bukan?" tanya Ali, namun tubuhnya tetap bersandar pada badan mobil. Sedangkan matanya menatap ke arah dalam, serentak ketiga saudaranya mengikuti arah pandang Ali.
Di sana mereka melihat, ada 2 orang pria yang usianya mungkin seumuran dengan ayah mereka. Berjalan ke arah mereka, dan di belakang kedua orang itu ada 1 orang pemuda.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama" ucap salah satu pria dewasa tersebut
"Tidak apa-apa, kami juga sedang melihat ke sekeliling." jawab Ghava
Mereka bersalaman, dan salah satu mereka mengajak Ghava dan yang lain untuk masuk ke kampung tersebut. Karena lebih banyak lelaki, sehingga kini yang berada di jok depan adalah Cia dan Luna. Dan Luna lah yang mengemudi mobil tersebut, Cia memilih untuk fokus pada pemandangan di luar jendela.
Karena banyaknya pohon tinggi di kiri dan kanan jalan, membuat suasana terasa begitu suram. Tambah lagi memang sudah mendekati waktu maghrib, sehingga langit juga mendukung bertambah gelap.
'Sepertinya di sini memang masih kental dengan budaya dan belum tersentuh, dengan kehidupan kota.' ucap Cia dalam hati
'Kamu benar, bahkan sepanjang jalan masih menggunakan obor.' balas Ghava
Saat sedang fokus melihat keluar sana, Cia di kejutkan oleh sekelebat bayangan putih terbang di antara pepohonan.
DEG
GLEK
'ADA APA?' tanya mereka bertiga
'Sepertinya sosok itu sudah mulai menyadari keberadaan kita' jawab Cia
...****************...
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
Setelah 10 menit perjalanan, mereka pun tiba di sebuah perkampungan. Ternyata begitu sampai, rumah-rumah di sana menggunakan listrik dan lampu. Walau belum semua, karena ada beberapa yang masih menggunakan obor atau pun cempor (lampu semprong).
"Kalian bisa beristirahat di rumah pak kepala desa, di sana sudah di sediakan kamar. Kita akan berkumpul kembali, setelah melaksanakan shalat Maghrib." ucap pak Tio
"Mmm.. tunggu, sebelumnya saya mau bertanya. Dimana rumah wanita itu? Dan bagaimana dengan bayinya yang masih hidup?" tanya Cia
"Rumahnya ada di sana, melewati beberapa rumah dari sini." jawab pak Sugeng, seraya menunjuk ke arah depan
"Baiklah, kalau begitu kami pamit masuk pak. Terima kasih" ucap Ghava, ketiga pria itu pun berpamitan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan keempat saudara itu, di persilahkan masuk oleh istri kepala desa tersebut.
"Kalian bisa menempati kamar ini dan ini, di dalam sudah ada kasur. Maaf bila tidak menggunakan ranjang, hanya kasur lantai." ucap bu Sukma ramah
Semua orang di sini sudah tau, maksud kedatangan keempat pemuda ini. Karena sudah di beritahukan oleh orang yang menghubungi Ghava, bila ada orang-orang yang akan membantu menyelesaikan masalah arwah gentayangan di desanya. Karena itu, warga menerima dengan sangat baik Cia dan yang lainnya.
"Tidak apa-apa bu, ini semua juga sudah cukup." jawab Luna, tanpa ada senyuman di wajahnya
"Kalau begitu, ibu tinggal ya." Keempatnya mengangguk, mereka masuk ke kamar
.
.
"Oee... oeee... oeee" terdengar samar-samar suara tangisan bayi
"Bayi siapa itu?" tanya Cia, seraya membuka jendela mencari asal suara.
"Mungkin salah satu anak yang masih hidup, dari arwah itu." jawab Luna, ia melirik pada jam yang terpasang di dinding kamar tersebut. Sekitar 10 menit lagi, adzan Maghrib berkumandang.
"Kamu benar, sepertinya bayi itu merindukan pelukan ibunya." ucap Cia sendu
"Ya sudah bersiaplah untuk shalat, sebentar lagi adzan." ajak Luna, Cia mengangguk
Para lelaki berangkat ke mesjid, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kepala desa. Begitu juga dengan Ali dan Ghava, pak Kades mengajak mereka untuk berjamaah dengan warga lainnya. Sedangkan Cia dan Luna memilih di rumah, bersama bu Sukma dan putrinya yang masih SMP.
Di mesjid tentunya, ALi dan Ghava menjadi pusat perhatian para gadis. Bahkan bukan hanya gadis, para janda pun mencuri-curi pandang pada kedua pria tampan tersebut. Anjaaayyy.... Udah ganteng, putih, sipit, pokonya mah sempoa lah.
Terdengar bisik-bisik para perempuan, yang mengagumi paras Ghava dan Ali. Mereka yang sudah biasa, tak memperdulikan hal tersebut. Untung Cia tidak ikut, bila ikut. Sudah pasti para perempuan itu, akan habis terkena mulut cabe rawit level 100 miliknya. Cia paling tidak suka dengan perempuan-perempuan genit dan caper, kagum boleh... bodoh jangan.
.
.
Setelah shalat Maghrib, pak Kades mengajak pak Sugeng, pak Tio, Ali dan Ghava untuk kembali ke kediamannya. Termasuk dengan pemuda yang menghubungi Ghava, pria seusia dengan mereka yang bernama Gio.
"Jadi, kamu yang menghubungi ku?" tanya Ghava, ketiga pemuda itu berjalan di belakang pak Kades dan dua orang dewasa lainnya.
"Ya mas, maaf sudah mengganggu waktunya." jawab Gio
"Tak masalah sebenarnya, tapi yang jadi pertanyaan kami adalah... kamu tau darimana no ponselku dan tau darimana bila kami memiliki kemampuan berinteraksi dengan MEREKA?" jawab Ghava, ia pun mengajukan pertanyaan yang sejak awal jadi pertanyaan dia dan yang lain.
"Apa kalian mengenal pria bernama Raka?" tanya Gio
"Raka?" tanya Ghava dan Ali, serempak mereka pun menggelengkan kepala mereka. Gio menghembuskan nafasnya pelan
"Raka... maksudku kakek Raka, beliau adalah teman dari double twin di keluarga Zandra. Dan beliau bercerita bila dirinya, pernah di selamatkan oleh mereka saat dulu dirinya pernah menjadi target tumbal pesugihan seseorang. Dari beliau aku mendapatkan no ponsel tuan Sahin, dan dari beliau aku mendapatkan no ponsel milik mas Ghava." jawab Gio menjelaskan
Ghava dan Ali mengangguk, meski mereka tidak tau menau cerita yang di maksud oleh Gio. Namun, mereka percaya. Karena tidak mungkin kakeknya memberitahukan no ponsel milik mereka, pada sembarang orang.
"Lalu, dimana kakek Raka yang kamu maksud? Apa kamu merupakan cucu beliau?" tanya Ali, Ghava menggelengkan kepalanya
"Bukan, aku hanya orang yang dekat dengan beliau. Dan mengenai kakek Raka... " jawab Raka, ia menghembuskan nafasnya
"Beliau sudah berpulang, seminggu yang lalu. Beliau merasa terpukul, dengan kepergian cucu dan cicitnya tersebut." jawab Gio
"Maksudmu, arwah itu..."
"Ya" Ghava pun mengerti, saat mereka hampir sampai. Mereka di kejutkan, dengan teriakan orang-orang di depan sana.
"DAMAAAARRRR"
"DAMAAARRRR"
"Ada apa? Kenapa kamu membawa nak Dion keluar? PAMALI NUR!!!" tanya pak Kades ikut panik, ia jadi tanpa sadar membentak Nur. Karena Nur membawa bayi, yang merupakan cicit Raka. Bayi yang terlahir selamat, dari rahim cucunya Raka.
"Damar pak, Damar" jawab Nur dengan isakan, ia merupakan cucu dari adiknya Raka.
"Ada apa dengan Damar?" tanya pak Sugeng
"Damar hilang" jawab Nur
"Bagaimana bisa hilang Nur? Apa kamu tidak menutup pintu?" tanya pak Tio
"Sudah, bahkan saya mengunci pintu rumah. Tadi saat saya sedang menenangkan Dion, yang seperti biasa akan menangis setiap akan Maghrib. Saya mendengar Damar berteriak, memanggil ibunya. Saya yang berada di kamar, fokus pada adiknya. Sampai setelah adzan Maghrib, Dion berhenti menangis dan di luar pun hening. Tak lama terdengar suara pintu terbuka secara kasar, seperti di dobrak dari luar. Saya yang merasakan firasat tidak enak, segera keluar dan Damar sudah tak ada pak. Pintu pun terbuka lebar, bahkan kunci dan kusen rusak. Apa ada yang menculiknya pak?" Nur bercerita, dengan suara bergetar
"GHAVA, ALI" teriak Cia, di belakangnya ada Luna dan bu kades juga putrinya.
"Ada ap..." pertanyaan Luna terhenti, saat melihat Ghava melangkahkan kakinya ke salah satu rumah.
Ghava melihat ke sekitar, ia melihat ke arah pintu yang rusak. Ternyata itu adalah rumah arwah gentayangan tersebut, saat masih hidup. Ghava menyentuh pintu tersebut, ia melihat kilasan yang terjadi sebelumnya.
DEG
Ghava segera melepaskan tangannya, ia berbalik. Melihat ke sekitar, lalu menatap ketiga saudaranya.
"Ada seorang pria dan seorang wanita yang membawa anak itu" ucap Ghava
Semua orang yang ada di sana, membulatkan kedua bola matanya.
"Maksudmu ada orang yang membawanya?" Ghava mengangguk
"Tapi kenapa? Herman tidak mungkin mencelakainya bukan? Damar adalah putranya, Mia sangat menyayangi putranya." tanya Nur, entah kenapa ia langsung berpikir bila bapaknya Damar yang membawa Damar.
"Karena arwah itu sangat menyayangi putranya, maka dari itu dia membawanya." jawab Ghava, Nur menggelengkan kepalanya
"Dimana Herman?" tanya pak Sugeng
"Saya tidak tau pak, dia memang sempat pulang. Namun tak lama, dia pergi kembali setelah Ashar. Bahkan Damar bertanya mau kemana, dia tak menjawabnya. Jadi saya tak berpikir, bila Herman yang akan membawanya" jawab Nur
"Herman?"
"B*ngsat"
...****************...
Hari ini aja aku up sekaligus 3 bab, besok normal ya 1 bab/ hari🤗
NO DEBAT!!!
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!