NovelToon NovelToon

Pengasuh Cantik Anak Spesial Pak Dosen

Judul Skripsi Pembawa Keberuntungan

"Arga sialan! Ganti judul lagi, ganti judul lagi. Dia kira gue kuliah bayar pakai daun? Uang cuy, mana emak udah bilangin tetangga wisuda tahun ini!"

"Pusing gue anjir!" Viola mengacak rambutnya dengan frustasi.

Wanita yang tengah menempuh semester akhir itu harus dibuat pusing dengan judul skripsi yang belum selesai-selesai di tengah gempuran teman-temannya yang sudah sidang sempro. Bagaimana tidak menyala otaknya?

"Ini semua salah pak Arga! Coba aja kalo dia mudah ditemui 'kan enggak bakalan seribet ini," ketus Viola lagi kembali menyalahkan Arga, dosen pembimbingnya.

Viola kembali mengacak rambutnya, dia dibuat pusing dengan skripsi yang tidak berkembang-kembang, bagaimana ini? Otaknya saja sudah buntu tidak mau digunakan lagi.

"Salah sendiri ngambil pak Arga, udah tau killer, malah nekat. Kena batunya sendiri 'kan!" Lena datang sambil meletakan dua mangkok pangsit membuat Viola mendengus kesal.

Semua ini bermula dari wajah pak Arga yang dikatakan sangat ganteng, bahkan pak Arga menjadi primadona di kampus, banyak wanita-wanita yang menggoda pria itu tetapi sama sekali tidak digubris, begitu pula dengan Viola.

Wanita gila itu malah mengambil Arga sebagai dosen pembimbingnya padahal banyak teman-temannya yang mengatakan jika pria itu killer, walau saat kuliah dengan Arga, nilainya mentok B+ tapi bagi Viola tidak masalah. Tetapi siapa sangka kenanya malah saat pembuatan skripsi.

"Emang lo ambil judul apa?" Lena membuka percakapan, di penasaran judul apa yang diambil oleh Viola sehingga ditolak oleh pak Arga.

"Mental health, bunuh diri, keluarga, semuanya ditolak sama pak Arga," keluh Viola.

"Bagaimana kalo soal anak spesial gitu?"

"Indigo?" cetus Viola asal-asalan membuat Lena memukul bahu wanita itu membuat Viola meringis kesakitan.

'Kan dia benar, jadi di mana letak salahnya? Anak spesial 'kan? Ya indigo, apalagi?

"Maksud gue anak yang punya kebutuhan khusus gitu."

Mendengar ucapan Lena barusan, telinga Viola langsung berdiri, otaknya langsung bekerja membuat wanita itu segera membuka laptop padahal mereka tengah makan. Tidak ada yang lebih penting daripada skipsi.

Lena hanya bisa menggelengkan kepala, dia membiarkan Viola yang sudah asik mengetik, tidak sampai satu jam, wanita itu tersenyum lebar, dia melirik jam di tangannya dan mengeluarkan selembar yang berwarna hijau.

"Ini ya, gue harus temui pak Arga!"

Viola berlari kembali ke kampus membuat Lena hanya bisa menggelengkan kepala, padahal wanita itu baru sedikit menghabiskan pangsitnya tetapi dia sudah pergi begitu saja. Apa boleh buat, kalo skripsi belum selesai hidup belum aman.

Melihat lift yang penuh, terpaksa Viola melangkah ke arah tangga, menaikinya satu persatu sampai akhirnya di lantai tiga. Dengan napas yang ngos-ngosan, dia terus melangkah ke arah ruangan Arga. Untung saja setelah sampai di sana Arga ada di dalam sehingga usahanya tidak sia-sia.

"Permisi pak." Viola mengetuk pintu lalu membukanya, dia tersenyum melihat Arga yang sempat melihatnya sebentar lalu kembali fokus ke laptopnya, wanita itu lalu masuk setelah dipersilakan oleh Arga.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Arga dengan nada suara dingin, tetapi jujur sikap Arga yang dingin dan sulit digapai itu membuat semua orang semakin tergila-gila kepada pria itu, aura Arga itu sangat menarik dan begitu menggoda untuk didapatkan.

"Saya mau konsul soal judul skripsi saya, pak," balas Viola membuat Arga mulai memfokuskan pandangan ke arah Viola.

Walau Arga terkesan killer, tetapi pria itu selalu menghargai mahasiswanya, walau kadang-kadang dia sambil mengerjakan tugas lain tetapi jika soal konsul Arga akan memusatkan fokusnya kepada mahasiswa.

Melihat Arga yang tengah menatapnya, Viola segera menjelaskan judul skripsi yang dia ajukan, dia menjelaskannya dengan tingkat percaya diri walau sebenarnya dia belum melakukan riset secara dalam, yang dia pikirkan sekarang adalah agar judulnya diterima dulu.

"Saya setuju dengan judul kamu. Silakan lanjutkan, jika ada kendala hubungi saya!"

"Serius pak?" tanya Viola dengan penuh semangat membuat Arga membalas dengan anggukan kepala.

Viola hampir bersorak gembira, wanita itu lalu berpamitan keluar dari ruangan Arga dengan perasaan yang sangat senang. Tetapi saat baru saja akan melangkah ke arah lift, kaki Viola berhenti, "Di mana gue harus dapatin data soal anak spesial ini?"

"Bego lo Vio! Kenapa baru sekarang kepikirannya?" Viola memukul kepalanya dengan pelan.

Dia melirik ke arah ruangan Arga lalu menghela napas pelan, kaki wanita itu melangkah memasuki lift, baru sedetik yang lalu dia senang karena judul skripsinya diterima Arga, sekarang dibuat bingung lagi.

Viola duduk di dekat Lena yang masih ada di warung pangsit tadi, wanita itu tengah asik memainkan ponselnya, dia melirik Viola yang sedang memasang wajah uring-uringan.

"Kenapa? Judulnya ditolak lagi?"

Viola menggelengkan kepala sebagai jawaban membuat Lena mengerutkan kening, jika judulnya diterima lalu kenapa Viola malah berwajah seperti itu? Apa lagi masalahnya?

"Gue harus cari anak spesial di mana?"

"Lah? Di sekolah luar biasa 'kan ada," ujar Lena membuat Viola menghela napas pelan.

Harusnya memang ada tetapi masalahnya dia membuat judul yang sedikit agak laen agar diterima oleh Arga, memang judulnya ini diterima tetapi ... Dia yang pusing sendiri.

"Anaknya ditinggal ibunya?" beo Lena setelah mendengar penjelasan Viola.

"Iya cuy, jadi kayak anak spesial itu ditinggalin sama ibunya atau enggak diurus oleh ibunya. Jadi bagaimana perkembangan itu anak, nah masalahnya di mana gue harus cari tu anak?"

"Kalo begini gue juga angkat tangan Vi," balas Lena seraya mengangkat tangannya.

Viola menghembuskan napas kasar, dia meminum es teh yang ada di atas meja, keluar dari kamar harimau malah masuk ke kandang hiu, mana dia tidak bisa berenang, bisa mampus 'kan?

"Lagian lo ngasih judul enggak mikir-mikir."

Viola sama sekali tidak mempedulikan ucapan Lena, wanita itu hanya diam sambil melirik ponselnya, sama sekali tidak ada notifikasi dari pria yang dia tunggu membuat Viola semakin menghela napas panjang, kira-kira ke mana pria itu?

"Eh, itu apa?" Jari telunjuk Viola mengarah kepada salah satu postingan di instagram tentang info loker pencarian pengasuh.

"Dicari pengasuh yang mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi untuk mengasuh dua anak. Di sini ditulis salah satu dari dua anak itu, anak spesial," ujar Lena membacakan isi postingan tersebut membuat nyawa dan energi Viola kembali terkumpul.

DIA HARUS DAFTAR UNTUK KEPENTINGAN SKRIPSINYA!

"Len, bacain kontaknya! Gue harus daftar, semoga aja ini rezeki skripsi gue!"

Dengan cepat Lena membacakan kontak yang ada di sana, setelah itu tanpa menunggu banyak waktu, Viola langsung menghubungi nomor tersebut. Satu kali tidak diangkat, dua kali juga tidak, untung saja yang ketiga kalinya diangkat membuat Viola tersenyum lebar.

"Maaf bu, saya Viola, ingin mendaftar menjadi pengasuh anak ibu," ujar Viola dengan lembut dan penuh kesopanan.

"Datang besok jam tujuh pagi ke jalan merpati gang 5, nomor rumah 147!"

"Baik pak," balas Viola lalu panggilan terputus membuat Viola sedikit melongo, suaranya agak tidak asing, tetapi siapa? Bomat lah, yang penting jalannya untuk mengerjakan skripsi sudah sedikit demi sedikit terbuka.

Semoga berjalan dengan lancar!

...****...

Tuhan, Tolong Berikan Viola Ketabahan

"Benar 'kan ini alamatnya?" lirih Viola sambil menatap sebuah rumah yang lumayan besar.

Setelah memastikan jika dia tidak salah, Viola melangkah ke arah gerbang, dia sempat berbincang-bincang dengan satpam di depan sampai akhirnya pintu dibuka. Kaki wanita itu terus melangkah ke arah pintu depan, setelah menyakinkan diri sendiri, Viola memencet bel.

Viola menunggu dengan jantung yang berdebar sangat kencang, dia takut jika majikannya tempat dia bekerja nanti akan galak atau bahkan melakukan KDRT, ini tidak bisa dibiarkan. Atau yang lebih parah, dia jangan-jangan diculik? Lalu ginjal dan matanya diambil begitu saja? Ih serem.

"Ngapain kamu di sini?"

"Eh?"

Viola tersadar dari lamunan konyolnya, di hadapannya sekarang malah berdiri dosen sial ... maksudnya pak Arga, ini dia tidak salah lihat? Seriusan pak Arga?

"Skripsi di kampus saja! bukankah saya sudah bilang saya tidak suka ada mahasiswa ke rumah saya!" tegas Arga dengan nada suara yang tidak suka.

Saat Arga akan menutup pintu, Viola lebih dahulu menahan sambil memanggil nama Arga membuat Arga menatap Viola dengan tatapan muak, mau apa lagi manusia satu ini? Apakah perkataannya tidak jelas? Dia tidak suka ada mahasiswa yang datang ke rumahnya!

"Bukan begitu pak, saya yang melamar mau jadi pengasuh." Viola memperlihatkan bukti panggilan telepon kemarin membuat Arga melirik Viola dengan tatapan sedikit tidak percaya, ini bukan akal-akalan Viola 'kan?

"Kamu tidak saya terima, cari yang lain saja!" ketus Arga tanpa perasaan tetapi Viola segera berlutut di hadapan Arga membuat pria itu melototkan mata.

"Berdiri kamu!"

"Pak, tolong terima saya. Saya tidak punya uang lagi untuk membayar UKT, belum lagi biaya hidup sedangkan skripsi saya belum selesai. Bapak tidak kasihan sama saya? Bapak mau saya berhenti kuliah? Baiklah pak, saya akan ber ...."

"Masuk!" potong Arga.

Viola tersenyum lebar, dia langsung berdiri dan melangkah masuk sedangkan Arga menghela napas, dia segera menutup pintu dan mengajak Viola untuk pergi ke sebuah kamar.

Viola menatap seluruh penjuru rumah Arga, sangat mewah dan elegan. Tetapi saat Arga membuka sebuah kamar, ekspetasi Viola berubah, hancur seratus persen melihat sebuah kamar seperti kapal pecah.

Banyak mainan berantakan, belum lagi coret-coretan di dinding dan bekas makanan di lantai? Jujur ini membuat kepala Viola hampir pecah karena dia tipikal wanita yang suka bersih sehingga melihat kamar berantakan seperti ini membuat dia angkat tangan.

"Itu anak saya, Fino, seperti yang kamu ketahui, dia sedikit spesial," ujar Arga membuat Viola tidak tau akan mengatakan apa.

Dia menatap Arga yang tengah menatap Fino, anak itu tertidur pulas sambil memeluk sebuah boneka beruang. Viola jujur sedikit tidak menyangka jika pria tampan di hadapannya ini sudah menikah, ditambah ... Dia mempunyai anak yang ....

"Papa!"

Belum sempat selesai lamunan Viola, seorang anak perempuan berlari ke arah Arga, anak itu meloncat ke arah Arga membuat Arga langsung mengendongnya.

"Dia adik Fino, mereka kembar. Fela ini kakak Viola, dia yang akan menjadi teman Fela dan Fino." Arga memperkenalkan Viola membuat wanita itu segera tersenyum dan melambaikan tangan dengan ramah ke arah Fela.

Fela malah mengacuhkan Viola, dia menatap Arga dengan senyum lebar membuat Viola menjadi kikuk sendiri, ini dia dicuekin? Serius dia diabaikan?

"Maaf ya Fela memang kurang suka dengan orang baru," ujar Arga yang dibalas anggukan oleh Viola.

Enggak apa-apa asalkan dia bisa menyelesaikan skripsi dan anggap aja bonusnya mudah berinteraksi dengan Arga, orang dia bakalan setiap hari ketemu pria itu.

"Ini semua kerjaan kamu berserta gaji. Kamu boleh mencobanya selama seminggu sebelum menandatangani kertas itu!"

Viola mengambil kertas tersebut, dia mulai membacanya satu persatu, dimulai membersihkan kamar Fino, memandikan anak itu, menyuapinya makan sampai akhirnya anak itu tertidur baru Viola boleh pulang.

Viola juga melihat jadwal makan Fino sampai apa saja alergi anak itu, sangat detail dan Viola rasa tidak ada yang tertinggal satupun.

"Kamu hanya perlu mengurus Fino, tetapi jika Fela butuh bantuan saya harap kamu mau membantunya," ucap Arga.

Viola menganggukan kepala, sebenarnya terlihat mudah jika mengasuh anak-anak kebanyakan, masalahnya dia mengasuh anak spesial, Viola yakin hidupnya sebentar lagi tidak ada aman-amannya.

"Baik pak, saya akan mencobanya selama seminggu. Kapan saya bisa mulai?"

"Jika kamu mau sekarang boleh."

Viola menganggukan kepala, kebetulan hari ini dia tidak ada acara jadi mungkin dia bisa mulai hari ini.

"Maaf pak jika pertanyaan saya cukup lancang, jika boleh tau istri bapak ...."

Belum sempat Viola menyelesaikan ucapannya, suara tangisan terdengar dari kamar Fino membuat Arga berniat melangkah ke arah kamar anak itu tetapi Fela malah membuat ulah.

"Pa, Fela lapar, Fela mau makan!"

"Iya Fela, sebentar ya, papa lihat Fino dulu." Arga mengelus rambut Fela tetapi anak itu malah menggelengkan kepala dan berlari ke arah dapur membuat Arga menghela napas.

Dapat Viola lihat jika Arga kesusahan mengurus dua anaknya, "Biar saya saja yang ke kamar Fino pak."

Arga melirik Viola sebentar lalu melangkah ke dapur, dia tidak bisa membiarkan Fela ke dapur sendirian karena anak itu selalu membuat ulah, entah piring yang pecah, atau bahkan makanan yang tumpah. Fela bahkan pernah melukai tangannya dengan pisau, saat itu Arga tengah mengurus Fino sehingga membiarkan Fela sendirian ke dapur.

Sekarang, Viola melangkah ke arah kamar Fino, wanita itu menguatkan diri sendiri jika dia bisa walau sebenarnya dia tidak punya kepandaian mengurus anak-anak. Anak tetangga saja dia cubit bahkan dia ledeki, intinya Viola lebih seperti anak-anak dan sekarang dia malah mengurus anak spesial? Berharap saja semoga Viola masih waras.

"Hai, Eh, Fino udah bangun."

Viola membuka pintu, dia kikuk sendiri saat Fino malah semakin menangis, dia sama sekali tidak mempedulikan kedatangan Viola membuat wanita itu bingung sendiri, ini bagaimana caranya membuat Fino diam?

"Fino, kenapa sayang? Fino lapar?" Viola mendekat ke arah Fino tetapi belum sempat wanita itu mendekat Fino malah turun dari kasur membuatnya terjatuh ke bawah, jantung Viola berdetak sangat kencang untung saja kasurnya tidak terlalu tinggi.

Tangis Fino semakin kuat, anak itu bahkan melempari Viola dengan mainannya membuat Viola harus menghindar, belum lagi air liur Vino yang mengalir, ini Viola bisa dibuat stres jika terus begini.

"Viola, bagaimana ...."

Viola mengalihkan pandangan ke arah Arga yang sudah datang, pria itu hanya bisa menggelengkan kepala sedangkan Viola memberikan senyuman kaku, dia sama sekali tidak bisa membujuk Fino.

Arga masuk ke dalam, pria itu mendekat ke arah Fino sambil mengendong anak itu. Hanya sebentar, Fino sudah diam mungkin karena sudah melihat ayahnya?

"Fino e'ek ya?"

Arga membawa Fino ke arah kamar mandi dan dengan bodohnya Viola malah mengekor di belakang. Dengan sabar Arga membuka celana Fino, anak itu ternyata memakai pampers. Setelah membuah pampers ke tempat sampah di sana Arga membersihkan pantat Fino membuat Viola segera keluar dari kamar mandi.

Dia menahan diri agar tidak muntah walau Viola tetap mual, ini seriusan dia akan melakukan itu? Membersihkan ... membayangkannya sudah membuat Viola bergidik ngeri.

Apa yang harus dia lakukan? Mundur? Tetapi di mana lagi dia mendapatkan bahan untuk skripsi? Tuhan, tolong berikan dirinya ketabahan untuk menjalani kehidupan.

...****...

Viola Mulai Menerima Fino

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Viola dikejutkan dengan suara Arga yang tengah mengangkat Fino ke atas kasur, anak itu tengah memakai handuk, terlihat dia memainkan dua bebek membuat Viola dengan cekatan menerima anak itu, dia hanya memperlihatkan giginya dan Arga hanya menggelengkan kepala. Pria itu melangkah ke arah lemari, dia berniat mengambil baju untuk anak itu, Fino sendiri yang menyadari hal itu langsung turun dari kasur, dia berlari ke arah Arga.

"Utamen, utamen!" Jari Fino mengarah entah ke mana membuat Viola melongo, apa yang sedang dikatakan oleh anak itu?

Tetapi Arga tampaknya mengerti, dia mengambil sebuah baju yang bergambar ultraman yang langsung dibalas tepuk tangan oleh anak itu. Saat Arga akan memakaikan Fino pakaian, suara pecahan piring terdengar membuat Arga menjadi panik, pria itu melempar baju tersebut ke arah Viola dan langsung berlari keluar. Sekarang Viola dibuat melongo, jadi dia disuruh memakaikan anak itu baju?

"Fino, ayo sini!" ajak Viola karena sekarang Fino tengah asik memainkan mobil-mobilannya, dia bahkan berlari-lari dan ucapan Viola tidak dihiraukan.

"Fino, ayo sini!" Viola berdiri, dia menarik tangan Fino tetapi anak itu malah menundukan kepala dengan air mata yang hampir mengalir, tentu saja Viola menjadi panik, segera wanita itu memberikan pesawat-pesawat dan sebuah dinosaurus kepada Fino, baru Fino kembali tersenyum dan kembali berlari.

Viola sendiri melongo, ini seriusan dia akan menjadi pengasuh Fino? Baru beberapa menit saja dia dibuat frustasi. Tetapi dia acungi jempol kepada Arga yang bisa mengurus dua anaknya, Viola sendiri belum melihat puncak hidung istri pria itu, kira-kira ke mana ibu Fino?

"Mamam." Fino berhenti berlari, sekarang dia tengah memegang perutnya di sudut ruangan sambil mulutnya mengoceh.

"Fino lapar?" Viola bertanya kepada anak itu karena kali ini Viola paham maksud dari anak itu.

"Ayo pakai baju ultraman dulu baru makan," lanjut Viola, dia sudah berniat memasang baju Fino tetapi anak itu kembali membuat ulah, dia menangis dan berguling-guling di sudut kamar tersebut membuat Viola lagi dan lagi menghela napas.

"Mamam, mau mamam. Eyut cakit!"

"Iya, kita makan tapi pakai baju dulu!" bujuk Viola.

Kali ini Fino berdiri membuat Viola tersenyum lebar karena dia kira berhasil membujuk Fino tetapi ternyata tidak! Anak itu malah berlari keluar membuat Viola terpaksa ikut berlari. Saat sampai di dapur dapat Viola lihat Arga tengah mengepel lantai, terlihat juga di sebuah plastik ada pecahan gelas, apakah Fela baru saja memecahkan gelas? Sedangkan Fela malah asik melukis di ruang keluarga. Viola sendiri tidak bisa membayangkan betapa sibuknya Arga padahal ini hari minggu, bagaimana jika hari biasa?

"Mamam!" Fino datang dengan tubuh tanpa memakai apapun membuat Arga yang tengah mengepel melototkan matanya, dia juga menatap Viola seakan butuh penjelasan tetapi Viola hanya bisa memamerkan deretan gigi putihnya. Akhirnya Arga hanya bisa menghela napas, baiklah Arga paham karena mungkin ini pertama kalinya Viola menjadi pengasuh ditambah menjadi pengasuh anak spesial.

"Iya, Fino duduk dulu ya. Ambil roti di atas meja!" tegas Arga kepada Viola, dia juga memberi isyarat agar pakaian Fino diberikan kepadanya saja.

Saat Arga membereskan alat pel dan Viola mengambil roti di atas meja, suara teriakan terdengar di ruang keluarga bersamaan dengan suara tangisan Fino membuat Arga kembali berlari begitu pula dengan Viola, wanita itu bahkan membawa selai cokelat dan dua roti di tangannya.

"Fela, apa yang terjadi?" Arga menatap anak perempuannya itu.

"Dia yang salah datang-datang menganggu! Enggak pakai baju, jauhi Fela!"

Fela mengambil alat-alat lukisnya dan meninggalkan Fino yang tengah menangis sambil menunjuk ke arah Fela. Jiwa kemanusiaan Viola datang, dia menghampiri Fino sambil mengusap air mata Fino dengan bajunya sendiri, wanita itu bahkan mengendong anak itu. Fino mulai mengoceh sesuatu masih dengan air mata yang semakin mengalir.

"Enggak apa-apa, ada kakak Vio di sini biar kakak yang temani Fino main ya! Sekarang hapus air matanya dulu!" ujar Viola dengan penuh kelembutan, wanita itu kembali mengusap air mata Fino dengan bajunya.

Ajaib, Fino dengan patuh menganggukan kepala, bahkan saat Viola memakaikan baju dan menyuapi Fino sarapan, anak itu tidak mereog lagi walau Viola sambil mengambarkan sesuatu di kertas putih tersebut, entah apa tetapi jika boleh Arga berbicara gambar Viola sebelas dua belas miripnya dengan gambar Fino.

"Jangan lihat-lihat pak! Saya tau gambar saya jelek," ketus Viola saat menyadari Arga tengah menatap gambar mereka.

Arkan melangkah pergi, dia kembali ke dapur mengurus sesuatu, Viola hanya melirik pria itu dan kembali asik menggambar, suara tepuk tangan dan ocehan Fino yang Viola tidak paham menjadi kebahagiaan tersendiri untuk wanita itu.

Saat Arga datang lagi, Viola melirik pria yang tengah meletakan sepiring nasi goreng di atas meja, agak jauh dari mereka. Arga mendekat ke arah mereka meminta agar Viola sarapan dulu dan dia yang melihat Fino.

Awalnya Viola melongo tetapi wanita itu menganggukan kepala dengan patuh, dia meminta Fino untuk bermain dengan Arga dulu. Entah Fino mendengar atau tidak tetapi sekarang Fino tengah bermain dengan Arga.

"Wih, masakan bapak enak banget!" Viola berdecak kagum dengan masakan Arga sedangkan Arga sama sekali tidak menggubris ucapan Viola barusan membuat Viola berdecih kesal, nyesal dia memuji.

"Pak, di sini enggak ada pembantu?" Viola bertanya karena sejak tadi dia sama sekali tidak melihat pembantu.

"Ada, mbok Inah tapi lagi sakit."

Viola menganggukan kepala pantas saja Arga yang mengurus semuanya tapi jujur Arga itu suami idaman, ngurus anak bisa, ngurus rumah bisa. Pasti istrinya beruntung memiliki Arga.

"Fela! Main Fela!"

Entah apa yang terjadi Fino kembali mereog, dia menunjuk ke arah kamar Fela membuat Arga mulai membujuk anak itu, dia menggelengkan kepala.

"Adik Fela lagi belajar," ujar Arga dengan lembut dan pengertian, jujur sisi Arga yang ini sangat jarang atau bahkan tidak pernah terlihat saat di kampus. Haruskah Viola beruntung karena dapat melihat sisi yang ini?

Fino menggelengkan kepala sebagai jawaban dari ucapan Arga, dia menangis lagi dan kali ini melempar gambar dan pensil warna ke sembarang arah. Terpaksa Viola meneguk habis air minumnya dan melangkah ke arah mereka.

"Fino, ayo ke kamar main sama kakak Vio!"

Kali ini Fino menatap Viola dengan mata yang berkedip beberapa kali, dia tersenyum dan menghapus air mata begitu cepat. Anak itu berlari ke arah kamarnya membuat Viola yang baru saja selesai makan bahkan belum menghabiskan sarapannya ikut berlari mengejar Fino.

"Hati-hati Fin! Nanti jatuh!" teriak Viola yang perlahan sudah menjelma menjadi emak-emak yang takut anaknya kenapa-kenapa.

Sedangkan Arga yang melihat kelakuan dua orang itu tersenyum, dia membereskan semua yang ada di sana lalu melangkah ke arah kamar Fela, pria itu mengetuk pintu anak perempuannya itu.

"Fela, papa mau bicara!"

...****...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!