HAPPY READING
Susana tegang dan hening mengisi ruangan, terlihat pria tampan bak dewa yunani sedang duduk di kursi kebesaran nya sambil memijat pelipisnya.
"Apa kalian tidak bisa menyadari pengelapan dana sebesar ini!" Aura dingin begitu kental dalam ucapan pria tadi, dengan kilatan marah yang membuat dua kepala divisi bergetar ketakutan.
"M-ma-maaf pak, ini semua keteledoran kami" Dengan segenap keberanian perempuan berkemeja pink meminta maaf.
"Kalian saya rekrut untuk membatu memajukan perusahaan ini, bukan membuat bangkrut perusahaan ini!" sentaknya dengan amarah.
"Sekarang kalian bereskan semua ini dalam waktu tiga hari! Atau karir kalian tinggal mimpi! Paham?" Perintah sambil menatap tajam kedua karyawan perempuan nya.
"B-baik pak, kami paham!" Kini giliran Perempuan berambut coklat sebahu yang menjawab. Dalam hatinya ia sangat amat mengakui ketampanan dan kejeniusan atasannya ini bahkan ia juga sangat mengagumi nya, namun itu semua tak sebanding dengan sifat dingin dan kejam yang tak pandang bulu.
"Sekarang cepat keluar!" Kedua Karyawan tersebut segera mengambil langkah lebar agar bisa secepat nya keluar dari Rungan iblis tersebut.
"Ck , nyusahin!" umpat nya geram.
Pria tersebut mengambil benda pipih berlogo apel lalu menempelkan nya ke telinga kanannya.
"Cari tau siapa pelakunya!"
".........."
"Malam ini"
"........."
Tut
Terdengar panggilan yang diputuskan sepihak. Lalu pria tersebut duduk kembali di kursi kebesaran nya, matanya memandang indahnya pemandangan kota Jakarta. Dengan banyaknya gedung gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, lalu jalanan yang tak pernah sepi oleh para pengendara.
Tok tok tokkk
"Masuk!" jawabnya.
"Pak Deral?" Panggil Naomi perempuan muda yang menjabat sebagai sekertaris nya.
Alderaldo Abercio, atau biasa dipanggil Deral itupun menoleh ke arah sekertaris nya. "Ada apa?".
"Nona Valerine ingin mengajak anda makan siang bersama diluar pak" Jelas nya.
Mendengar penuturan dari Naomi Deral hanya memutar bola matanya jengah. Ayolah..... Ia sudah lelah puluhan kali menolak dan menghindari manusia bernama Valerine ini.
"Apa jadwal siang nanti?" Tanya Deral.
"Maaf pak tapi jadwal anda siang nanti kosong. Karena pak Zahir memundurkan pertemuan nya ,sebab beliau tidak enak badan" Tutur perempuan dengan kemeja putih dan Rok hitam tersebut.
Ck, sial! Kenapa harus kosong saat aku butuh! Deral mengumpat dalam hati, kenapa jadwalnya kosong saat yang tidak tepat.
"Bilang saja saya ada urusan lain diluar" Suruh Deral.
"Baik pak" Jawab Naomi dengan patuh lalu menunduk hormat dan melangkah pergi.
Deral pun pergi keluar dari Rungan nya, lalu memasuki mobil Bugatti merah favorit nya. Entah mau kemana dia intinya tidak dikantor, ia tak mau ditempeli oleh linta penggoda tersebut.
Saat di persimpangan jalan terlihat macet karena ada segerombolan remaja berbaju putih abu bau sedang melaksanakan aktivitas baku hantam, tawuran.
"Ck, apalagi cobak ini!" decakan kesal Deral saat didepannya terpampang nyata aksi saling mukul memukul.
Brakk
Seorang pemuda terjatuh dibagian depan mobil Deral, awalnya Deral ingin mengumpat remaja tersebut namun ia tiba tiba ada seorang gadis dengan rambut hitam sepunggung yang ternyata sengaja menjatuhkan remaja laki laki tadi diatas mobil Deral.
Deral heran mengapa ada seorang gadis ikut tawuran, namun Deral mengamati gerak gerik gadis tersebut bahkan ia menggeleng tak percaya saat gadis tersebut dengan barbar nya meninju wajah remaja laki laki.
Cantik tapi barbar kalimat pertama yang terlintas di otak Deral saat melihat gadis tersebut.
Dapat ia lihat sudut bibir yang tersebut mengeluarkan darah, seragam nya tak bisa dibilang rapi, iris mata hitam pekat yang sama sekali tak menunjukan rasa takut walaupun berada ditengah tengah aksi baku hantam justru ia dengan lihai memukul meninju bahkan menendang musuhnya, seperti sudah biasa melakukan hal tersebut.
Saat suara sirine polisi terdengar gadis itu dengan cepat mengode yang lain agar berpencar sementara dirinya langsung berlari kearah gang sempit.
"Tapi kenapa gw mikirin dia cobak? Aneh ah" guma Deral lalu melajukan kembali mobilnya saat para remaja tawuran tadi sudah bubar.
---
"Layraaa!!!" Teriak laki laki bertubuh jakung, yang diberi nama Ayres oleh kedua orang tua nya.
Sementara yang dipanggil Layra atau dengan nama lengkapnya Navya Alayyra Nabeena . Sedang mengatur nafas akibat berlari menghindari polisi.
Layra gadis cantik dengan wajah bak bidadari khayangan. Dengan sejuta pesona nya ia bisa menjadi pusat perhatian dimanapun keberadaan nya, namun dibalik wajah cantik itu terdapat sejuta tingkat barbar dan nakal pada dirinya, belum lgi ditambah sifat datar dan cuek nya.
"Yaowoh aya lo gila banget sih! Kan udh dibilangin jangan tawuran dijalan mending di lapangan!" cerca Ayres sahabat karib Layra yang hobi ngomel.
Layra hanya memutar bola mata hitamnya jengah. "Yah mana gua tau bakalan ada polisi! Lgian si cokicoki nantangin mulu!? Kesel kan gue!!!".
"Ceky Dugong" koreksi Ayres.
"Serah ah lah entah cokicoki entah boneka chucky lah, serah" Kesalnya lalu menuju kedalam gang sempit tersebut.
Ternyata disana sudah terdapat terdapat warung dengan sebuah gazebo disebelah nya, warung yang sudah menjadi markas bagi Layra dan kawan kawan.
"Woi Layra lo tuh mau tawuran kagak ajak ajak! Ga solid amat lo" Teriak Farooq, panggil aja Faro laki laki keturunan jawa yang menjujung tinggi solidaritas dan mie ayam makanan terlopee baginya.
"Gue juga ga nyangka bakalan tawuran ****!" Sahut Layra sambil merebahkan diri disebelah Aliza Pratistha anak mami Fany, yang tak entah absen dalam mewarnai kukunya dengan berbagai warna dan pola, lihat saja sekarang kukunya berwarna biru tua gradasi hitam.
"Ck lo tuh tawuran mulu, noh lihat sudut bibir lo keluar darah kan! Obatin sono kek aya" Saran Liza yang selalu care pada semua sahabat nya.
"Gini dong aja kok, tuh ilang" Layra mengusapkan tangannya secara kasar pada luka disudut bibirnya.
Hal itu membuat Liza menepuk kening mulus nya. "Ga gitu zeyengg! Pakek kapas dan rivanol kek".
"Kelamaan ah, udh deh gua kau bocan ga ush ganggu" Layra pun mencari posisi nyaman dan mulai menjelajahi alam mimpinya
----
***Thanks For Reading
jangan lupa like, comment dan tambah ke favorit, okeyy
see you next chapter***!
"Woi rel! Sini!" panggil seorang pria dengan style jas formal warna abu abu.
Deral yang baru sampai langsung menghampiri kedua sahabat nya tersebut, sahabat lama dari jaman SMA.
Yang berpakaian jas formal abu abu adalah Galaxy Bahardika, putra sulung dari keluarga terkenal Bahardika yang menguasai area pertambangan di seluruh negri bahkan mulai merambat ke manca negara. Dan yang paling playboy diantar kedua sahabat nya.
Dan disebelah nya seorang pria dengan pakaian kasual santai tengah asik bermain game online dia adalah Zayn Alister, seorang arsitektur yang namanya tak asing lgi seluruh dunia dan ia juga bergelut di bidang properti. Laki laki cool penyuka novel horor dan paling tak suka novel genre percintaan.
"Lo tumben amat rel ngajakin kita ngumpul pakek maksa lagi, biasanya kan kita yang maksa lo buat ngumpul?" heran Galaxy. "Lo kangen kita kahh??".
"Huwekk seorang Deral kangen! Palingan menghindar dari rapat ato engga dari Valerine? Yah kan?" Tanya Zayn, yang hanya dibalas anggukan oleh Deral.
"Jahad lo *****! Mempergunakan teman demi kepentingan pribadi dan bukan bersama" Ucap Galaxy dengan alay nya. "Asal lo tau yh, gue tuh tadi rela batalin jadwal nge date gue bareng Nabila demi elo!".
"Nabila? Mantan keberapa tuh?" Tanya Zayn dengan nada tak kalah alay, seketika kesan cool pada diri Zayn langsung musnah bila berkumpul dengan sekelompok orang yang ia sebut bestfriend ini.
"Ke tujuh dibulan ini, eh tujuh ape delapan yh? Lupa ah" sekarang kalian bisa menilai tingkat berapa ke playboy an seorang Galaxy, yang dengan ketampanannya mau memikat semua wanita.
"Dasar playboy cap kaki tiga" Ejek Zayn lalu menyeruput jus alpukat nya.
"Daripada elo homo" Balas Galaxy dengan lantang nya.
"Gue ga homo nyet, cuman belom menemukan yang tepat saja. Klo masalah homo tanya ke pria itu?" telunjuk Zayn dengan santai nya menunjuk ke arah Deral yang dati tadi hanya asik dengan handphone nya.
"Apa?" Tanya nya yang tiba tiba ditunjuk.
"Lo maho kan?" Tanya Zayn dan Galaxy secara serempak.
"Gue normal ****!" Sentak Deral tak terima, walaupun ia tak pernah dan tak minat berhubungan dengan wanita selain keluarga nya ia tetap normal.
"Masa---" Ucapan Zayn terputus oleh dering telfon di handphone nya.
"Halo, ada apa?"
".........."
"Ha? Kok bisa?"
".........."
"Besok saya akan kesana, sekarang saya sedang ada rapat"
"........."
"Saya mau besok kumpulkan semua murid yang ikut tawuran tadi, paham?"
"........"
"Yah."
Zayn pun menutup panggil tersebut laku kembali sibuk dengan game online nya.
"Sibuk rapat konon, bilang aja mager kesana, kan?" Tanya Galaxy yang sangat faham dengan kemalasan sahabat nya.
"Udah tau ngapa nanya, lgian punya aset sekolah satu, muridnya pinter pinter tapi barbar semua tadi pakek acara tauwar segala sama sekolah tetangga!" Ucap Zayn frustasi.
"Yaelah kyk masa remaja lo ga pernah tawuran aja"
"Yah pernah sih"
Tawuran , kata yang mengingatkan Deral akan gadis cantik namun barbar tadi. Ia masih tak percaya gadis dengan rupa secantik bidadari tersebut ternyata jago baku hantam.
"Woi ngelamun apaan lo, diem diem bae dari tdi" Ucap Zayn sambil memukul bahu Deral.
Deral yang kaget pun sontak menoleh ke Zayn dan menatap nya horor. "Hehhe maap, lo sih dipanggil ga nyaut. Mikirin apaan sih? Mikirin kerjaan? Ato mikirin perempuan lo yhh? Ngaku hayo!". Tebak Zayn yang tepat sasaran.
"Wow seorang Deral memikirkan perempuan! Ternyata dia tidak homo pemirsa" Ejek Galaxy yang langsung disambut tawa dari Zayn.
"Bacod lo berdua!" Elaknya.
Namun dipikiran nya juga terasa aneh mengapa ia memikirkan gadis itu, gadis yang bahkan tidak ia kenal karena baru bertemu beberapa jam yang lalu, aneh.
---
Pukul tujuh malam Layra baru saja sampai didepan rumah mewah bergaya Eropa dengan warna putih dan gold yang mendominasi.
Layra segera turun dari mobil dan membuka pintu rumah, lalu melangkahkan kaki nya masuk.
"Ekhem!" Tiba tiba suara dari ruang tengah membuat Layra menghentikan langkahnya laku menoleh ke sumber suara.
Layra membulatkan mata hitamnya karena melihat kehadiran sosok yang membuat alarm tanda bahaya nya berbunyi. "Eh papa, kok udh pulang? Pulang kapan pah?" Tanya nya pada Sang papa dengan gaya semanis dan selembut mungkin.
Sementara Clovis Agler , Ayah dari Layra hanya menatap datar putri tunggal nya. "Kamu ini apa apa Aya! Ini udh jam tujuh dan kamu baru pulang? Masih pakek baju sekolah pula! Dan lihat itu seragam kamu udh ga berbentuk! Dan itu kenapa sudut bibirnya merah dan itu juga kenapa jidat kamu biru?" Pertanyaan bertubi tubi terlantarkan oleh Clovis, ia heran dengan putri nya yang cantik namun jiwa nya barbar dan tak ada kesan lembut dan anggun nya sama sekali.
"Emm itu pa, tadi Aya habis tawuran trus ga sengaja ke tonjok bibirnya dan jidat Aya juga ga sengaja kena kayu, tapi ada sirine polis trus bubar deh. Trus juga Aya pergi nongkrong ama temen temen trus ketiduran deh bangun bangun udh malem trus pulang dan sampailah disini" Jelas Layra panjang lebar, ia bukan tipe gadis yang berbohong demi menutupi kesalahan, baginya jujur itu utama.
"Astaga dragon! Kamu itu perempuan sayang, bukan Lucinta Luna yang masih diragukan jenis nya" Colvis menatap heran putrinya.
"Hehehehe tadi gabut pa, ga ada kerjaan yaudah tawuran aja" Ucap Layra sambil duduk disebelah papa terlove nya, walaupun klo udh ngomel ngalahin bundanya.
"Aya kok baru pulang?" Tanya wanita paru baya yang notabene sebagai bunda nya.
Gauri Nabeena , wanita anggun luarnya namun dalamnya sebelas dua belas dengan Layra, seperti kata pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' .
"Tawuran dia bun" Jawab Colvis sambil menyeruput kopi panas buat istrinya.
"Gapap bagus kok, itung itung olahraga ya kan sayang" Mendengar pernyataan Gauri Colvis hanya menggelengkan kepalanya, Colvis juga masih sangat ingat betapa barbar istrinya dulu.
"Ih bunda pengertian banget sih! Sayang dehh" Layra langsung memeluk bundanya.
"Yaudah sekarang kamu mandi trus pakek dress dikasur yang udh bunda siapin" Titah Gauri.
Mendadak firasat Layra tak enak. "Ha ngapain tidur pakek dress?" .
"Kmu harus ikut papa sama bunda ke acara ulang tahun temen bisnis papa!" Layra membulatkan mata mendengar kata pesta.
Pesta adalah suatu acara yang selalu Layra hindari dari dulu, ia benci memakai dress apalagi yang ketat dan ribet, oh itu mimpi buruk baginya. Dan yah jangan lupakan make up yang menempel diwajahnya. Lalu harus bersikap anggun dan elegan, itu sangat amat bukan dirinya.
Mulut Layra hendak terbuka akan melontar penolakan, namun Bundanya sudah terlebih dulu meletakkan jari telunjuk nya di mulut sang putri.
"Tidak ada penolakan atau mobil dan motor kamu Bunda sita selama satu bulan plus ga boleh nongkrong apalagi balapan!" ancaman Gauri membuat Layra menganggukkan kepalanya pasrah.
HAPPY READING
"Ya ampun anak bunda cantik banget sih" Puji Gauri saat melihat putri semata wayang nya. Sementara Gauri sendiri menggunakan dress putih panjang dengan rambut di sanggul serta diberi jepitan bunga disamping kiri kanan nya.
Layra nampak bak putri khayangan dengan Dress warna dusty pink, tanpa lengan. Dress yang simple namun memberikan kesan anggun dan feminin pada dirinya. Dan tatanan rambut nya juga disanggul rapi menyisakan beberapa helai di pelipis wajahnya.
"Nah ini baru Alayyra anak perempuan papa satu satunya, bukan kayak lucinta luna yang jenis nya masih diragukan" Layra hanya mendengus lelah, papanya ini memuji atau menghina cobak.
"Layra yang anggun dan feminin sudah siap" ucapnya dramatis menahan kesal.
"Yaudah ayo berangkat" Ajak Gauri. Sambil mengandeng lengan suaminya yang nampak tampan dengan jas hitam dan kemeja putih sebagai dalaman.
Mereka pun menempuh perjalanan hampir setengah jam hingga sampai lah disebua gedung mewah bernuansa gold.
Saat pertama kali masuk terlihat dekorasi pesta yang simple namun terkesan mewah, dengan campuran warna putih dan biru langit yang mendominasi.
Kedua orang tua Layra langsung menuju ke segerombolan orang yang sedang berbincang bincang dan mau tak mau Layra mengikuti mereka.
"Selina happy birthday too you!" Ucap Gauri sambil memeluk wanita cantik yang kelihat begitu anggun dengan dress biru laut nya, masih nampak segar walaupun sudah berumur.
"Gauri terimah kasih loh!" Jawab Selina saat Gauri menyerahkan paper back biru.
"Sama sama, eh aku lupa kenalin, dia anakku" Gauri menarik Layra ke sampai nya, membuat Layra yang hendak protes namun langsung reflek tersenyum pada Selina.
"Wah cantik nya kayak mama nya yah" puji Selina saat melihat Layra. "Siapa namanya ini?" Tanya Selina sambil tersenyum.
"Layra tante" Jawab Layra dengan sopan dan senyuman manis nya. " ngomong ngomong selamat ulang tahun ya te".
"Ah terimakasih ucapannya, kamu kelas berapa?" Tanya Selina lagi.
"Kelas 11 dia lin" bukan Layra melainkan Gauri yang menjawab.
"Udah gede yah aku kira masih smp tadi" mendengar penuturan Selina Layra hanya tersenyum kikuk.
"Yaudah Layra kesana dulu yah tan bun" Pamit Layra sopan. Lalu dijawab anggukan oleh kedua nya.
Layra pun memilih duduk disalah atu bangku dipojok, lalu memakan cake coklat yang tadi ia ambil. "Kenapa gue harus disini cobak sih! Papa sama bunda sibuk ama temen temennya dan gue disini kek orang kehilangan ingatan!" Gerutnya kesal.
"Enakan juga ke sirkuit bareng Faro klo ga Ayres! Ah bete gue!" Layra hanya bisa pasrah lalu memakan cake nya dengan rasa kesal diubun ubun.
Lalu tiba tiba saat tengah menggerutu kesal, Layra mendapatkan ide cemerlang agar ia bisa keluar dari tempat menyebalkan ini tanpa ketahuan oleh papa maupun bundanya. Ia segera mengeluarkan handphone putih berlogo apel, lalu mengetik kan pesan pada seseorang.
Layra pun pergi menuju area belakang gedung yang ternyata terdapat taman kecil yang di tumbuhi pohon yang rindang.
---
Deral menatap pantulan dirinya dicermin, lalu merapikan jas hitam yang ia kenakan, tak lupa ia menata rambut hitamnya dan terakhir ia menyemprot kan parfum ke tubuhnya.
Lalu Deral segera menuju ke lantai bawa dimana pesta ulang tahun mama kesayangan nya sedang diselenggarakan. Jujur saja ia malas dengan segala hal berbau keramaian dan ribet, namun apa daya nya ini pesta ulang tahun mamanya ia tak mau menjadi anak durhaka.
"Paa!" panggil Deral saat melihat pria tua sedang berjalan menuju aula pesta.
"Apaan? Kenapa masih disini? Mau kena marah mamamu lalu dikutuk jadi batu!?" Tanya Devon Abercio, atau sering dipanggil papa oleh Deral.
"Yah papa sendiri ngapain disini? Mau kena marah mama lalu tidur di luar?" Tanya balik Deral sambil mengikuti gaya bicara Devon tadi.
"Tanya balik nanya, udah ah ayo!" Devon pun menarik lengan Deral.
"Happy birthday mom!" Ucap Deral sambil memberikan kotak putih berlogo merk terkenal.
"Eh anak kesayangan mama! Makasih kadonya sayang" Ucap Selina lalu mengecup kedua pipi anaknya.
"Mama jangan rusak image Deral!" Pinta Deral sambil menatap sekeliling, untung tak banyak yang melihat adegan tadi, bisa terjun payung harga dirinya yang dingin dan bengis ini.
"Dasar kamu anak durhaka! Udah deh mending kenalin ini temen mama sekaligus patner bisnis papa kamu, tante Gauri!" Selina dengan semangat mengenalkan Gauri pada Deral, Gauri pun tersenyum melihat anak sahabatnya tersebut.
"Saya Deral te" Ucap Deral sopan.
"Perkenalkan saya tante Gauri" Bakas Gauri dengan senyum manisnya.
"Yaudah mama sama tante Gauri mau kesana dulu bayy!" Selina dan Gauri pun menghampiri segerombolan perempuan lain, lalu yah biasa lah kalau pada perempuan ngumpul ngapain lgi klo engga ngerumpi.
Mata hazel Deral pun menyapu seluruh aula pesta, tiba tiba matanya menangkap sosok yang tak asing.
Ia melihat sosok gadis dengan dress pink, ia duduk di bangku pojok sambil memakan sepiring cake coklat dan memperlihatkan raut wajah kesal.
Seketika ia sadar bahwa itu adalah gadis yang sama, yang tadi siang ikut tawuran. Namun Deral lagi lagi dibuat terpanah oleh nya.
Yang tadi siang menggunakan seragam sekolah gaya anak urakan sekarang nampak anggun dengan dress dusty pink. Yang tadi siang rambut panjangnya tergerai liar sekarang disanggul rapi. Yang tadi siang nampak barbar saat meninju lawanya sekarang nampak menggemaskan dengan raut wajah kesal dan bibir yang dimajukan.
Sungguh hatinya yang tadi siang sudah aneh bertambah sejuta kali lipat lebih aneh sekarang, ia merasakan ada gejolak aneh saat melihat gadis tersebut, ia juga merasa ingin memilikinya, ingin memberikan nya segala yang ia punya, ia ingin melindungi nya dan menyayangi nya.
Apakah itu cinta? Deral benar benar tak tahu.
"Pa!" panggil Deral pada papanya yang sedang asik mengobrol bersama rekan bisnisnya.
"Apaan sih?" Jawab Devon kesal.
"Itu sapa?" Tunjuk Deral pada gadis tersebut.
"Mana? Oh itu anaknya Clovis sama Gauri, rekan bisnis papa sekaligus anaknya sahabat mama kmu" jelas Devon. "Napa suka? Sikat aja sekarang keburu diambil orang entar nangis kamu" Saran Devon yang membuat Deral memandang kesal papanya.
Ternyata papanya dingin dingin nyebelin, pikir Deral. Devon pun menepuk pundak putra nya lalu melangkah pergi menuju istri tercinta nya.
Deral pun terus mengamati gerak gerik gadis yang telah mencuri hatinya tersebut. Lalu saat selesai mengetik sesuatu di hpnya gadis tersebut menuju taman belakang, Deral pun mengikuti nya walau dalam pikiran nya bertanya buat apa dia kesana?.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!