"Tuuuu,,yah pulang."dengan mata membulat sempurna dan bibir meruncing, bayi berusia hampir memasuki dua tahun beberapa bulan lagi itu melompat bahagia, padahal hanya mendengar suara sepeda motor sang ayah dari kejauhan.Dia yakin sekali jika itu adalah orang yang tadi pagi mencium pipi dan menggosok punggung sambil sesekali menepuk bokongnya lembut sebelum berangkat kerja."Ma,,,,yayah"memukul ibunya yang pura-pura tidak mendengar panggilan bayi mungil itu.
"Ya nak, kenapa sayang?"menghentikan aktifitasnya sejenak lalu menoleh kepada bayi mungil ber lesung Pipit didepannya,Mita juga mendengar suara yang dimaksudkan oleh anak,hanya dia belum yakin itu sang suami,yang memiliki sepeda motor pasti bukan hanya mereka.Setiap keluarga disekitar tempat tinggal mereka seluruhnya memiliki motor dua bahkan lebih,jadi Mita mengira itu bukan suaminya, karena saat melihat jam dinding, jarum panjangnya masih menunjukkan diangka dua puluh, biasa dia sampai dirumah hampir jam enam.Karena Andi akan beristirahat sebentar di kantin sebelum pulang.meskipun tanpa minum atau makan,hanya akan mengobrol sambil bercanda dengan teman teman seperjuangan tempat mereka mengais rejeki yang halal untuk anak dan istri di rumah.
"Yayah,"lagi lagi ekspresinya yang sangat menggemaskan dengan tangan telunjuk mengarah kejalan yang selalu mereka lalui menuju rumah paling pojok.Rumah yang mereka diami sudah tiga belas tahun lamanya berada paling pojok,dari parkiran membutuhkan waktu hampir lima menit agar sampai kerumah sederhana mereka.
Rumah ini mereka beli saat Roy anak keduanya berumur satu tahun.Sekarang sudah berumur tiga belas tahun.Sebenarnya Mita sangat menginginkan sebuah rumah dipinggir jalan, dengan demikian dia bisa menyambi berjualan dirumah sambil menjaga anak anaknya, karena Andi tidak pernah mengijinkan Mita kembali bekerja semenjak menikah.
"Ehh ia,yuk kita sembunyi."Saat tangan kecil itu mengarah kejalan mata Mita ikut menoleh.Sambil membereskan semua pekerjaan yang tengah dia lakukan tadi, sedangkan di bayi sudah lari dan bersembunyi di balik galon air,dengan menutup wajah dengan kedua belah telapak tangan.
Bersembunyi ditempat yang dia kira tidak diketahui oleh Andi, padahal dari jauh saja pasti sudah terlihat, tetapi demi menyenangkan hati si anak,Andi dan mita berpura-pura tidak melihat dan mengikuti permainan si bocah.Dengan begitu dia akan senang dan tidak akan menuntut untuk bermain lebih lama,tapi hari ini tidak.
Mita kembali kedepan dengan membawakan segelas air minum dengan kening yang mengerut bertanda heran.Tidak seperti biasanya sang suami pulang tidak memanggil bocil nya.Diteras Andi berbaring dilantai dengan mata memandang atap rumah yang sudah mulai terlihat bocor.Terlihat jelas seperti dia sedang memikirkan sesuatu masalah yang berat.
"Yah lelah banget, minum dulu."menyodorkan segelas air yang dia bawa dari dapur, tidak ada ucapan apapun dari Andi, mengambil air itu saja tidak, tatapan matanya kosong, tidak salah lagi,pasti dia sedang mempunyai masalah dan akan dia simpan tanpa memberitahu kepada Mita.
"Baaa"Mungkin lelah menunggu, bocil yang sedang aktif aktifnya itu keluar dari persembunyian dengan sendirinya karena ayahnya tidak mencari dirinya seperti biasa.
"Jangan dekat ayah nak,badan ayah gatal tadi habis dari area perkuburan bakar kabel."Mita gerak cepat mengambil Dirga sebelum menggapai tubuh Andi.Tubuh bayi pastinya sangat sensitif, pekerjaan Andi yang mencakup supir disebuah penampungan besi tua pastinya banyak debu,besi karatan ataupun seperti yang dia sebutkan tadi, membakar kabel diarea perkuburan.Andi tidak mau, tubuh Dirga menjadi gatal gatal karena di baju dan celana kerja yang dia gunakan banyak serpihan scrab dan abu sisa sisa pembakaran.
"Mandilah sebentar biar bisa pegang dia"Mita memberi saran,tapi andi tidak bergeming sedikitpun,bahkan menoleh pun tidak,hal itu membuat Mita semakin yakin jika suaminya sedang memiliki masalah,dari dulu Andi tidak pernah menceritakan apapun masalah dia ditempat kerja,Mita akan tau dikemudian hari atau bahkan saat ada orang yang bercerita padanya."Yahh",sambil meraih Dirga lalu menggendong bayi yang masih berusaha meraih tubuh sang ayah.Bayi itu mana tau jika baju dan celana kerja ayah nya kotor.
"Belikan aku rokok," merogoh saku celana yang lututnya sudah sobek.merapikan beberapa lembar rupiah dan menyerahkan pada Mita setelah menghitung jumlah sesuai harga sebungkus rokok.Dengan begitu dia bisa istirahat sesaat,tanpa diganggu sebelum pergi membersihkan diri kekamar mandi.
"Ihh kok pas banget sih yah,kami tidak jajan ya"Mita meraih uang dengan bibir meruncing seperti bibir Dirga.Andi menggeleng perlahan sambil menyarankan lagi selembar lagi pecahan lima ribuan kepada istrinya.Mita mana mau pergi kewarung tanpa mendapat jajanan, paling tidak sebungkus kerupuk sebagai upah jalan kewarung.
"Mak mak pun masih mau jajan,makan yang banyak biar gemuk sedikit, lihat itu muka kecil banget."Andi mendekat kan telapak tangannya yang lebar kearah wajah Mita yang semakin tirus sejak melahirkan Dirga dua tahun lalu.
Meskipun kehidupan mereka bisa dibilang pas pasan,tapi jarang terjadi keributan antara mereka.Mita akan diam saat tidak memiliki uang diakhir bulan,mengutang diwarung adalah solusi agar didapur tetap ada makanan dan di dandang ada nasi untuk disantap bersama keluarganya.
Tidak jauh dari rumah mereka ada sebuah warung, ditempat itu Mita bisa mengambil kebutuhan dapur yang dia perlukan dan akan dibayar setelah Andi gajian.Bukan hanya mereka yang melakukan hal seperti itu.Semua tetangganya bahkan Mita melakukan hal itu juga karena saran dari para senior.
"Hai adek, beli apa? sudah tau jajan kamu ya,baru saja ayahmu pulang sudah langsung kewarung."Pemilik warung yang ramah menyapa Dirga sambil mencubit pipinya geram.
Tanpa perduli dengan perkataan pemilik warung, tujuan pertama Dirga adalah kaleng tempat penyimpanan gula.Isinya akan dia keluarkan dan dipindahkan ke kaleng lain.Itu sudah kegiatan rutin Dirga jika sudah datang ketempat ini.
"Mulai lagi anak si Andi ini.Apa kurang rapi lagi aku menyimpan gula itu? Setiap kemari itu saja yang kamu berantakin,"Pemilik warung mendekat tetapi disambut teriakan oleh Dirga, karena tidak ingin pekerjaan yang dia lakukan diganggu, meskipun oleh pemilik warung itu sendiri.
Mita hanya bisa tertawa melihat tingkah anak bungsu itu.Membiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan selama tidak menghancurkan atau melemparkan barang isi warung kelantai.Puas disana baru dia berpindah ketempat jajanan dan mengambil apa yang menarik perhatiannya.
Tugas Mita sekarang adalah merapikan kembali gula yang telah Dirga keluarkan dari kaleng, setelahnya baru mengajak bayi itu pulang karena hari sudah semakin sore dan sebentar lagi akan magrib.
"Dek, ayah kebawah sebentar,nanti kita main nya"Andi mencium pipi Dirga lalu mengusap kepala mita sebelum pergi ke masjid disekitar tempat tinggal mereka.Hal itu akan selalu Andi lakukan setiap sore,jadi bayi mungil itu tidak pernah menangis jika dia tinggalkan dirumah berdua.kedua kakak dan abang dirga sudah berangkat lebih dulu,jadwal mereka mengaji adalah pada sore hari dan akan kembali selepas isya.
Mita dan Andi selama ini sangat mengutamakan pendidikan untuk kedua anaknya,begitu pula dalam pendidikan agama, mereka sudah berjanji ingin memberikan pendidikan yang layak kepada ketiga anaknya,hal itu dilakukan agar kelak mereka bisa sukses dunia dan akhirat tidak seperti kedua orang tuanya yang minim pendidikan umum juga agama.
Cukup dia saja yang selama ini abai terhadap pendidikan.Itu bukan keinginannya,sejak kecil Mita sudah ditinggal pergi untuk selamanya oleh sang ibu.Tinggal dengan sang kakek dan harus membiayai sekolahnya sendiri.Sejak itu Mita mengutamakan sekolah daripada ibadah.Dan dia tidak ingin anaknya seperti dirinya dulu, mereka harus diberi pendidikan sejak dini.
Selama ini Mita tidak pernah mengeluh untuk mengantar atau menjemput putra putrinya secara bergantian,itu dilakukannya agar anaknya bisa fokus belajar,hujan dan panas diabaikan demi masa depan mereka.Apa lagi anak tertua mereka sudah berkeinginan untuk berkuliah setelah tamat sekolah SMA padahal sekarang dia masih duduk di kelas satu SMA.
Andi dan Mita tentu sangat antusias dan mendukung sekali keinginan putrinya untuk menjadi seorang Dokter."Do'akan ayah dan mama sehat dan panjang umur agar keinginan kalian bisa terwujud"ucap andi waktu mereka sedang berkumpul diruang tamu sambil bercengkrama.
Adzan Maghrib berkumandang, lantunan ayat suci untuk memanggil umat muslim agar secepatnya menghentikan aktifitasnya sementara,waktu sholat telah tiba saatnya kita meminta keridhaan atas yang telah kita dapatkan hari ini. Suara itu begitu merdu ditelinga Mita, senyumnya terukir jelas menikmati lantunan ayat demi ayat sampai selesai.Bagaimana dia tidak tersenyum, suara itu adalah suara sang suami, Andi sering menjadi Muazin Dimasjid setiap dia ada kesempatan.
Suara merdunya juga turun kepada Roy, mereka bergantian mengumandangkan azan saat magrib dan isya,bahkan Roy juga pernah menjuarai sebuah perlombaan untuk mengumandangkan adzan se Kelurahan.Begitu bangganya Mita melihat kemajuan anaknya,itu membuat dia mengesampingkan rasa lelahnya untuk tetap semangat mengantar maupun menjemput anaknya saat bersekolah.
Walaupun Andi tidak tamat sekolah saat sekolah menengah pertama, tetapi dilingkungan tempat tinggal dan keluarga sangat mengutamakan agama,jadi sholat dan mengaji tidak boleh lalai apalagi dia adalah seorang laki-laki,akan menjadi kepala keluarga dan tentunya jadi seorang imam untuk istrinya.Itu juga berlaku untuk putra nya kelak.
"Assalamualaikum ayaku,"Bayi mungil yang sedari tadi sudah tidak sabar digendong sang ayah turun dari kasur dan berlari menuju pintu,Mita akan menyusul dari belakang sambil berteriak kecil seakan ingin merebut ayahnya.Dengan begitu Dirga akan berlari sambil tertawa.
"Yayah adek"kaki kecilnya berlari begitu semangat dengan tangan yang sudah terulur kedepan agar andi segera meraihnya, sehingga dia adalah pemenang hari ini untuk memeluk tubuh tegap sang ayah lebih dulu dari pada Mita.
"Ayah mama juga."Mita tidak kalah usil mencium pipi suaminya setelah mencium punggung tangan Andi terlebih dahulu.Diga tidak marah,dia malah tertawa riang saat mereka sudah berpelukan seperti itu.
Mita sungguh beruntung memiliki keluarga seperti ini.Harapanya adalah semoga mereka bisa tetap bersama menjalani biduk rumah tangga,seperti yang mereka doakan sehabis sholat.
"cama cama ya"kepala nya mengangguk perlahan selaras dengan bibir yang begitu imut dan tipis.Andi dan Mita terkekeh, membuka peci dari kepala nya dan memakaikannya kepada Dirga.Meletakkan diatas kasur berukuran sedang dan memberi nya dengan ciuman berulangkali sampai si bayi teriak minta tolong pada mita.Dirga memang paling tidak suka dicium, sehingga dia akan mendorong wajah siapa saja yang menciumnya,apalagi seperti yang dilakukan Andi saat ini mencium dengan gemasnya.
"mama,,mama"mengulurkan tangan pada mita yang ikut berbaring disebelah Andi.Hanya itu jurus satu satunya agar bisa lepas dari Andi,Dia yakin Mita akan membantu melepaskan dia dari dekapan ayahnya.
"Yah,ada panggilan masuk nih"Mita memberikan ponsel pada Andi, keningnya mengerut, biasanya andi akan menerima panggilan masuk dekat Mita, tapi tidak kali ini, dia pergi keluar,sebelum ia keluar masih sempat mencium bibir Mita dan disambut pukulan dilengan andi, karena disana ada bayi mungil.rasanya tidak pantas jika andi melakukan hal itu meskipun didepan anak sendiri."Mau kemana? serius banget sih sampai harus menjauh!"tapi Andi meletakkan telunjuk dibibirnya,memberi kode agar mita diam.
Mita bukan orang yang suka ikut campur dalam urusan suaminya.Terkadang ada juga rasa penasaran dengan keseharian Andi ditempat kerja,tetapi Andi tidak akan pernah mau bercerita.Menunggu Andi selesai menelpon diluar sambil menemani Dirga bermain.Dengan begitu telinganya tidak akan penasaran dengan apapun yang Andi bicarakan melalui sambungan telepon didepan rumahnya.
Awal mereka menikah,Mita pernah bertanya dengan pekerjaan yang Andi lakukan,saat itu dia masih sebagai tukang pikul di pelabuhan.Mungkin saat itu Mita bertanya pada saat yang kurang tepat, sehingga Andi menjadi marah.
Niat Mita hanya ingin tau bagaimana pekerjaan suaminya,apa yang harus dia lakukan agar beban dipundaknya bisa berkurang.Andi malah menganggap Mita sepele dengan pekerjaannya.Sejak saat itu Mita tidak mau menanyakan tentang pekerjaannya.Mencari topik lain tapi ada saatnya nanti Andi bercerita dengan masalah pekerjaan yang dia anggap lucu.
"Kakak, kalian Tidak ada tugas ya?"Melirik kepada kedua anaknya, mereka serius menatap layar televisi, sesekali terdengar suara tawa keduanya saat ada adegan lucu yang mereka lihat.
Saat mereka tertawa seperti itu,Dirga akan keluar dan mengganggu mereka dengan duduk diatas perut sambil memukul-mukul wajah abangnya Roy.
"Sudah siap ma, sepulang sekolah tadi langsung aku kerjakan."Aku sang kakak, dengan demikian dia tidak akan dilarang menonton televisi sampai jam sepuluh malam.
"kamu dek?"Kembali pertanyaan ditujukan pada Roy,panggilan dek sudah tersemat untuknya selama ini, Meski dia sudah memiliki seorang adik.Namanya juga sudah kebiasaan dan itu sudah terjadi lebih dari sepuluh tahun lamanya.
"Tidak ada ma, besok kami praktek olahraga saja.Lagian kami kan sebentar lagi mau ujian, guru jarang masuk kelas karena sibuk mempersiapkan soal."Berbicara pada Mita dari depan pintu kamar, jarak keduanya tidak terlalu jauh sehingga Roy tidak perlu masuk ke kamarnya untuk bicara.
Ruang tamu rumah mereka akan berubah riuh jika semua pasukan sudah berkumpul,anak kedua sangat usil,dia suka sekali memeluk Mita,sehingga Dirga akan marah dan menaikkan tubuhnya diatas tubuh Roy sambil memukul.Aida anak pertama lebih suka menyendiri dengan tugas sekolah dikamar, walaupun tak jarang juga akan ikut bergabung saat tugasnya tidak banyak dan itu terjadi saat ini.Ketiganya sibuk menghadapi satu bocah aktif yang tidak mau kalah.
"Siapa yang nelpon tadi, bahas apa kok serius banget yah,"Setiap malam Andi akan bershalawat agar Dirga cepat tidur,saat seperti itu juga adalah waktu yang nyaman buat Mita masuk kedalam dada laki laki yang sudah member samai dirinya lebih enam belas tahun.Lengan Andi adalah tempat ternyaman buat Mita.
"Teman"ucap Andi singkat.sebelah tangan mengayunkan Dirga sebelah lagi mengelus kepala mita dengan lembut.Apa pun yang Andi alami saat ditempat kerja tidak akan dia bahas dirumah, itulah prinsip andi dari dulu.Tapi saat ada kabar dari luar barulah andi akan cerita meskipun tidak semuanya dia ungkapkan pada istrinya itu.Aku tidak mau kamu kepikiran, itulah alasan Andi supaya Mita tidak terlalu ingin tau alias kepo urusan kerja Andi.
"Jangan aneh aneh diluar sana yah,cukup yang lalu lalu menjadi pelajaran buat kita.Aku ini sudah tua,jika terjadi apa-apa sama kamu bagaimana dengan kami,mana ada perusahaan yang mau menerima aku yang sudah tuek begini,dulu saat Roy kecil aku mau kerja kamu tidak mengizinkan,ehh dapat izin aku malah hamil Dirga"Mita bukan tanpa alasan bicara seperti itu, persaingan ditempat kerja pasti ada dan mereka sudah merasakan hal tidak menyenangkan kala itu.
Mita ingin Andi bekerja dengan jujur, sehingga uang dia peroleh menjadi berkah bagi keluarganya.Dia tidak ingin kejadian itu terulang lagi, menjatuhkan sesama teman kerja agar dia bisa naik jabatan.Bukan hanya menjatuhkan,Andi bahkan harus dipecat karena ikutan membela temannya.
"kamu ngomong apa sih dek, doakan ayah sehat dan panjang umur, ayah pun tau yang ayah lakukan, tidak mungkin ayah mau melakukan hal yang bisa merugikan diri sendiri, cukup sekali saja seperti itu dek."Andi mengulum bibir mita sesaat,hal itu sering andi lakukan buat mita, terkadang keusilannya membuat Mita geram sehingga lengannya menjadi tempat gigi Mita berlabuh.
"Mereka sudah tidur belum ya"melirik sebentar ke ruang tamu, dari pintu yang terbuka,masih terlihat Roy membaca buku, padahal tadi katanya tidak ada tugas.Mita yakin Roy lupa jika ada tugas yang harus dia kumpulkan besok pagi, sehingga saat teringat dia langsung mengerjakan tugasnya tersebut.
"Masih jam sembilan dedek saja baru bobok,"ucap Mita sambil masuk kedalam ketiak Andi yang berbulu.Aneh memang tapi mita senang banget masuk kedalam tempat itu, beruntung ketiak andi tidak bau padahal pekerjaan yang dia lakukan sangat berat.Lain pula dengan mita, meskipun dia hanya dirumah saja terkadang akan mengeluarkan aroma tidak sedap. Hal ringan seperti itu tidak luput dari obrolan kedua nya di saat sedang ngobrol berdua.Andi sering membuat Mita geram dengan menyebut ketek mama bau.Mita pernah bertanya pada Andi, apakah beneran dia bau ketek, karena selama ini dia selalu rajin mandi.Andi bilang terkadang.Mita yakin itu sebagian dari pengaruh hormon,juga saat beraktifitas berat sehingga keringat yang keluar dari tubuhnya berlebihan.
"Semoga kita bisa selamanya begini ya dek,nggak nyangka anak kita sudah SMA dan SMP tapi kok mesra terus seperti ini, ayah ingin kita bisa menua bersama."Andi memeluk tubuh kurus Mita, mengecup kening dan singgah dibibir.
"Yah,nanti mereka lihat."Mendorong wajah andi agar menjauh dan masuk kedalam dada bidangnya, sambil tertawa.Andi sering kali seperti itu, perlakuan manisnya malah akan membuat Mita geram sendiri.Jujur sebenarnya Mita sangat suka diperlakukan seperti itu.Tetapi takut jika anaknya yang beranjak remaja akan melihat kelakuan tengil ayah mereka.
"Kenapa emangnya kalo mereka lihat, lagian disini kan gelap,mana lah mereka lihat dari luar."lampu dikamar ini akan dipadamkan jika mereka tidur,jika tidak,bocil yang sudah tidur di dalam ayunan tidak akan bisa tidur. walaupun sudah satu album lagu shalawat andi nyanyikan.Tak jarang juga Dirga akan ikut bernyanyi dengan kata kata diujung lagu saja.Tak ayal Dirga akan kembali mendapat ciuman bertubi-tubi sampai dia lelah dan akhirnya tidur nyenyak seperti saat ini.
Mengingat hal itu Mita jadi tersenyum sendiri.Sejak kehadiran bocil yang didalam ayunan itu,rumah mereka menjadi lebih bersinar,jika biasanya kedua anak lebih banyak memegang buku dan ponsel, sekarang ada mainan baru untuk mereka.
"Ya sudah,kalo begitu aku kewarung dulu di sini juga gak bisa cium."menarik tangan yang Mita timpa, menggunakan kepalanya,mengambil baju yang tergantung dibalik pintu."Jangan tidur dulu dek,nanti kamu susah lagi dibangunin."Meraih ponsel dan rokok dilemari dan keluar.masih disempatkan mengetuk jendela luar sambil berkata"jangan tidur aku tidak lama."
"Aku mau tidur"Mita berteriak dari dalam kamar, disusul tawa andi dari depan rumah menuju warung kopi yang tidak jauh dari rumah mereka.Mita pasti sudah tau apa tujuan Andi berkata seperti itu.Mita selalu marah jika baru saja matanya terpejam, Andi mengganggu karena menginginkan sesuatu.Jadi saat Andi pulang tak jarang pula,Mita akan berpura pura sudah tidur demi bisa terbebas dari dinginnya air ditengah malam.Mita paling tidak bisa tidur jika sudah melakukan kewajibannya sebagai istri,mau hujan tengah malam pun,dia akan segera mandi,walau sehabis mandi tubuhnya akan menggigil kedinginan.
Melihat istrinya Andi hanya akan berkata."Sudah dibilang mandi besok tidak mau, sudah kedinginan begini mau diapain coba."Dengan geram Mita akan menggigit Andi sampai barisan gigi terlihat jelas dilengan nya.
"Kenapa sih mama"Pergi ayahnya datang pula anak lajang yang akan mencuri kesempatan tidur didekat mita,hal itu terjadi setiap hari. Roy akan berpindah setelah dibangunin andi agar kembali kekamarnya sendiri.
Rumah mereka terdapat tiga kamar,satu AIDA,Roy dan kamar yang lebih besar adalah kamar mereka bertiga.Roy pisah kamar dengan Mita sejak masuk SD.Tetapi setiap hari akan masuk kekamar mita dan tidur disana sampai Andi kembali dari warung.Dia tidak datang jika Andi tidak kewarung,baru saja masuk kedalam kamar Andi lebih dulu menghalangi dengan berkata."Hehh, tidur kamarmu sana, tidak malu suda su nat masih tidur sama mama,gak malu."
Terkadang Roy tidak perduli jika Andi mengoloknya tidak merasa malu padahal sudah besar atau alasan suda su nat,dia tetap akan menyempatkan walau sebentar saja memeluk Mita dari belakang,Barulah akan kembali kekamarnya dengan merajuk sambil menghempaskan tubuhnya di sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!