NovelToon NovelToon

Mencintai Ibu Sahabatku

Episode 1

...***Jangan lupa untuk memberikan jejak dukungannya sebelum membaca👍...

...Terimakasih🤗***...

"Perkenalkan, beliau adalah Pak Bara Pranaja, presdir baru kita yang akan memimpin perusahaan ini," ucap seorang manajer kepada seluruh karyawan yang berkumpul di ruangan itu untuk memperkenalkan pimpinan baru mereka.

Serentak semua Karyawan yang ada di ruangan itu membungkukkan badan untuk memberi hormat kepada presdir baru mereka.

"Baikalah, kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing dan melanjutkan pekerjaan kalian," perintah manajer tersebut.

Para karyawan pun kembali ke posisi mereka masing-masing. Tapi tidak dengan beberapa karyawan wanita, mereka masih berdiri disanan sambil berbisik antara sesamanya memuji ketampanan presdir baru tersebut.

Mereka masih terpesona dengan ketampanan presdir yang masih terlihat sangat muda dan gagah, dengan postur tubuh yang tinggi dan terlihat kokoh membuat kaum hawa yang melihat semakin terpesona.

"Letak kan dokumen-dokumen itu di mejaku," perintah Bara pada sekretaris yang membawa beberapa dokumen ke ruang kerjanya.

Sekretaris itu pun meletakkan dokumen tersebut di meja kerja atasannya lalu kembali ke ruangannya.

Ponsel Bara berbunyi. Lalu ia pun menggeser layar ponselnya begitu mengetahui siapa penelpon tersebut.

" Iya ma...."

"Gimana, apa kamu suka dengan ruangan kerja kamu?"

"Iya ma... Bara suka koq," Bara melemparkan pandangannya ke setiap sisi ruangan kerjanya.

"Ya sudah, bagus kalau kamu senang. selamat bekerja ya sayang...."

Ini adalah hari pertama Bara bekerja di perusahaan semenjak kepergian Almarhum papanya.

Selama ia kuliah di Amerika, kakak perempuannya lah yang memegang sementara perusahaan tersebut sampai akhirnya ia menyelesaikan pendidikannya.

Kini kakaknya telah menyerahkan tanggung jawab tersebut dengan alasan ingin fokus mengurus anak dan suaminya.

Bara merupakan anak yang sangat penurut dan menghormati orangtuanya. bahkan ia rela mengubur cita-citanya menjadi seorang Tentara demi mengabulkan permintaan keluarganya untuk mengurus perusahaan.

...-------*****-------...

"Ma, Ricky berangkat dulu," pamit Eicky seraya mencium punggung tangan mamanya. "Mama gak sekalian Ricky anterin aja?" Tanya Ricky pada ibunya.

"Nggak perlu, kamu duluan aja entar kamu telat," jawab Raisa pada putra semata wayangnya.

"Hati-hati sayang, jangan lupa pakai helm, jangan ngebut, periksa SIM dulu jangan sampai ketinggalan!"

"Iyaa ma...."

Itulah yang selalu di dengarnya setiap hari, pesan yang sama.

Entah kenapa mama selalu menganggap ku belum dewasa meskipun kini aku sudah kuliah.

Itulah yang selalu ada di dalam pikiran Ricky mengenai mamanya. Tapi ia akui memang dari dulu sampai saat ini ia masih selalu bergantung pada mamanya, baik sebagai tempat curhat maupun sekedar bertukar pendapat.

Sejak kecil ia memang selalu lebih dekat dengan mamanya di banding papanya yang selalu sibuk bekerja di luar daerah karena tuntutan pekerjaan papanya yang sebagai Abdi Negara.

Sampai akhirnya ia menerima kenyataan harus berpisah dengan Papanya untuk selamanya dua tahun yang lalu, kini hanya mamanya lah orang satu-satunya yang paling dekat dengannya.

"Woyy...! Rick buruan, bentar lagi kita ada kelas nih! Teriak Adit pada Ricky yang hampir telat.

"Iya, gue tau!" Sahut Ricky sambil merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

"Lemot sih loe...."

"Loe kan tau sendiri nyokap gue gimana."

"Iya sih..., nyokap loe emang perhatian banget dari dulu, gue salut deh sama nyokap loe," Adit Menepuk pundak Ricky sambil tertawa karena mengingat Ricky yang selalu di perlakukan seperti anak kecil oleh mamanya.

...---***---...

"Rina, tolong kamu cek kembali nama-nama pelanggan yang udah masuk daftar pengiriman hari ini," perintah Raisa pada salah satu pegawainya.

"Iya mbak, tadi udah saya cek apa perlu saya cek ulang?" Sahut Rina sambil membantu Raisa meletakkan barang barang bawaannya.

"Oke, terimakasih...."

"Itu udah tugas saya mbak,harusnya kami yang berterimakasih karena mbak selama ini udah baik banget mau nerima kita kerja di sini, iya gak? Seru Rina pada kedua rekannya yang lain.

"Iya, kita bersyukur banget mbak udah kasi kita pekerjaan dan kita juga betah kerja di sini," sahut Nia.

"Semua itu kan karena saya juga butuh tenaga kalian buat bantu saya disini, kalau gak ada kalian saya bakal kerepotan mengurus semuanya," jelas Raisa dengan senyum ramahnya.

"Kita semua salut sama mbak Raisa, semoga aja mbak semakin sukses."

"Terimakasih do'a nya. Ayo lanjutkan kerjanya," perintah Raisa pada ketiga pegawainya.

Sebelum suaminya meninggal, Raisa memang sudah sibuk mengurus Toko kue tersebut. awalnya ia hanya sekedar untuk mengisi waktu luangnya saja tapi makin hari perkembangan Toko kue tersebut semakin banyak kemajuan,dan para pelanggan pun semakin bertambah. bahkan kadang mereka menerima pesanan dari perusahaan.

Hingga akhirnya ia memutuskan mencari beberapa pegawai untuk membantunya.

Di rumah

"Ma...."

"Iya, kenapa Rick...?" Tanya Raisa mendengar putranya memanggil.

"Ma, boleh ya malam ini Ricky keluar?"

"Mau kemana lagi sih Rick, ini udah malam sebaiknya di rumah aja, emang kamu gak capek? Udah hampir seharian kamu berada di luar, masa malam gini kamu mau jalan lagi," ucap Raisa menasihati putranya.

"Ya beda lah ma, kalau siang kan Ricky keluar buat kuliah, kan Ricky juga pengen keluar seperti teman-teman Ricky yang lain," rengek Ricky pada ibunya.

" Ricky... kan, mama udah sering bilang gak perlu ngikutin kebiasaan teman kamu yang sering keluar malam, kenapa sih kamu gak ngikutin kebiasaan yang baik aja? Kan, masih banyak hal-hal bermanfaat yang bisa kamu lakuin tanpa harus keluar rumah."

"Kenapa sih ma, mama selalu aja nganggap Ricky anak kecil? Padahal kan Ricky udah dewasa," protes Ricky.

"Apa buktinya kalau kamu udah dewasa? Ngebenerin kerah baju kamu aja mama yang sering lakuin, bukain pintu buat teman cewek kamu aja mama juga yang lakuin terus kamu masih mau bilang kalau kamu udah dewasa?"

"Kenapa sih mama selalu aja mengungkit itu? rajuk Ricky sembari meninggalkan kamar ibunya.

* Sampai kapan pun kamu akan mama anggap putra kecil mama *

lima menit kemudian

"Ma, Ricky boleh ya ngajak Adit ke rumah? Ricky menyembulkan kepalanya di pintu kamar mamanya.

"Emang kapan mama ngelarang kamu buat ngajak teman kamu main ke rumah?" Raisa hanya tersenyum melihat tingkah putranya.

Raisa lebih memilih jika Ricky mengajak temannya main ke rumah ketimbang harus membiarkan anaknya keluyuran di luar sana.

Setidaknya ia bisa tetap mengawasi anaknya pikirnya.

**Ada beberapa cerita yang memang benar adanya di kehidupan nyata.

Terutama kasih sayang seorang Ibu yang selalu menganggap anak-anaknya masih kecil meskipun mereka sudah Dewasa.

😍😍**

Beberapa siswa perempuan berkerumun di halaman kampus siang itu. Mereka tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menikmati ketampanan pria yang berdiri di samping mobil mewahnya.

"Siapa ya, koq ganteng banget sihh....??" Ucap salah satu mahasiswi.

..._ 👍...

..._ ❤...

..._ 🎁 Bagi yang berkenan😚...

Episode 2

...***Jangan lupa untuk memberikan jejak dukungannya sebelum membaca👍...

...Terimakasih🤗***...

"Iya, baru liat deh, pasti tuh cpwok tajir banget."

"Dengan melihat pun kita juga udah pada tau, tuh cowok pasti tajir...."

"Apa jangan-jangan dia nyariin gue kali ya?"

"Huhh, kepedean loe."

"Itukan kak Bara, ngapain dia disini?" Ucap salah satu mahasiswi yang ikut menghampiri kerumunan tersebut.

Beberapa saat Ricky dan Adit pun keluar dari kelasnya, sesekali mereka tertawa dan saling merangkul. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Wahh, ada apaan tuh rame-rame?" Tunjuk Adit melihat kerumunan teman-teman sekampusnya.

"Palingan mereka nonton mahasiswi perempuan lagi berantem buat ngerebutin satu cowok," sahut Ricky malas.

"Ah, loe bisa aja, tapi bisa jadi sih ayo kita kesana barangkali gue bisa jadi dewa penyelamat salah satu di antara mereka, lumayan malam minggu gue gak kencan ke rumah loe lagi," ajak Adit.

"Di otak loe cuma perempuan aja yang loe pikirin."

"Loe kan tau gue udah lama banget jomblo, itu juga karena loe gak pernah kasi gue kesempatan buat nyari pacar, setiap malam minggu gue selalu nemenin loe akhirnya gue jadi ikut-ikutan jomblo kayak loe nie...."

"Koq loe jadi nyalahin gue. Kan, loe sendiri yang mau dateng karena pengen numpang WIFI di rumah gue."

"iya iya, gak usah di bahas juga kali, ayo buruan," ajak Adit menggandeng Ricky menuju kerumunan tersebut.

"Wah, kayaknya ada bapak-bapak milyarder mau berkunjung ke kampus kita," ucap Adit begitu melihat sumber dari kerumunan teman sekampusnya.

"Tapi koq aku gak asing ya," sahut Ricky mencoba mengingat.

"Iya, gue juga ngerasa gitu sih...."

"Koq gue ngerasa orang itu mirip Bara ya...?" Ucap Ricky menyebutkan salah satu sahabat mereka waktu jaman sekolah.

"Bener! Gak salah lagi itu Bara!" Sahut Adit membenarkan.

"Serius loe, bukannya Bara kuliah di Amerika?"

"Iya, sebulan yang lalu gue gak sengaja ketemu sama tante Mala, terus gue iseng gitu nanyain kabarnya Bara, dan tante Mala bilang kalau Bara emang bakalan pulang dalam waktu dekat."

"Terus dia ngapain disini, apa dia mau kuliah lagi?"

"Udah, mending kita samperin aja...."

"Hai bro, apa kabar?" Sapa bara mendahului tatkala dua orang yang sudah sangat ia kenal menghampirinya.

"Hai, ini beneran loe Bar? Tanya Adit memperhatikan penampilan Bara dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Yoi...," sahut Bara sembari melepas kacamata hitamnya.

"Apa kabar loe Bar?" Sapa Ricky.

"Gue baik, loe sendiri gimana?" Tanya Bara. Dan mereka pun saling merangkul.

"Yah, gue baik," jawab Ricky.

"Ya jelas dia baik-baik ajalah Bar, secara kan dia punya nyokap super protektif banget. Harusnya loe nanyain kabar gue aja," protes Adit.

"Ya udah, kabar loe gimana? Masih jomblo?"

"Basi loe!" Ketus Adit yang dapat pertanyaan telak dari sahabatnya itu.

"Hahaa...," Ricky dan Bara pun tergelak.

"Ngomong-ngomong loe ngapain kesini?" Tanya Ricky pada Bara.

"Gue denger kalian kuliah di kampus ini jadi gue sekalian mampir. Dan kebetulan hari ini gue gak terlalu sibuk....

"Alah.., sok care loe, palingan juga loe pengen pamer kan?" Sela Adit sambil melirik mobil mewah milik Bara.

"Kalau gue sih mikirnya Bara pengen ngelamar jadi Dosen baru disini," Timpal Ricky terkekeh.

" Okey, tadinya gue mau boong tapi kayaknya loe udah tau rencana gue?" Jawab Bara.

"Sia*an loe!" Ucap Adit sambil menendang ban Mobil milik Bara.

"Woy, hati-hati ini mobil mahal. Kalo ada apa apa sama mobil gue loe mau bayar pake peke apaan!?"

"Dasar tukang pamer loe!"

"Yakin loe gak mau nebeng?" Ucap Bara pada Adit.

"Ogah gue naik mobil orang sok kayak loe!"

"Yakin loe gak mau? Ya udah, gue tunggu di cafe biasa ya, hari ini gue mau traktir loe berdua kalau dalam 15 menit salah satu dari kalian gak datang gue cabut," ucap Bara lalu masuk ke dalam mobilnya.

"Apa, serius loe mau traktir kita berdua?" Tanya Adit. "Bar, loe tau kan gue cuma bercanda tadi, gue nebeng deh," ucap Adit sambil mengetuk jendela mobil.

Bara yang pun membiarkan Adit masuk ke mobilnya setelah ia puas tertawa.

"Loe gak ikut sekalian Rick!?" Tanya Adit pasa Ricky melalui jendela mobil.

"Gue bawa motor, loe duluan aja nikmatin pelayanan mobil mewahnya!"

"Ok, gue duluan!?"

Bara pun melajukan mobilnya menuju cafe tempat mereka nongkrong waktu masa masa sekolah dulu.

Beberapa menit kemudian Ricky pun datang dan ikut bergabung.

"Ngomong-ngomong kalian masih sering maen gak? Tanya Bara memulai obrolan.

"Masih, tapi cuma gue sama Ricky doang yang sering aktif " jawab Adit sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

"Jadi Dimas udah gak gabung kalian lagi?"

"Kadang-kadang aja sih... dia kan sibuk juga ngurusin perusahaan nya."

"Oiya Rick, gue minta maaf banget karena gak tau kalo bokap loe ternyata udah gak ada." ucap Bara seraya menepuk pundak sahabatnya itu.

"Gak apa, gue maklum koq."

Flashback on

"Pak Bara, saya di suruh bagiin paket cemilan," sambil meletakkan kotak cemilan tersebut. "Kebetulan hari ini pak manajer sedang berulang tahun jadi beliau merayakannya dengan membagi-bagikan paket cemilan ke semua karyawan, dan ini barangkali bapak mau nyicipi cemilannya," ucap salah satu OB sambil membungkukkan badannya.

"Oh, terimakasih. Letakkan saja di situ dan sampaikan ucapan selamat dari saya untuk Pak Santo."

"Iya pak akan saya sampaikan. Kalau begitu saya permisi."

Bara masih sibuk dengan beberapa dokumen di meja kerjanya. Namun ia dapat mencium aroma yang keluar dari kotak cemilan di atas mejanya tersebut.

Kebetulan ia belum sempat makan siang jadi ia meraih kotak tersebut lalu membukanya. I sempat melihat merk dari kotak kemasan cemilan tersebut.

" RB CAKE "

"Kalo gak salah nama toko kue nyokap Ricky RB CAKE juga, apa iya kue ini dari toko nyokapnya Ricky?"

Bara bertanya-tanya dalam hatinya. Dan ia pun mencari tau tentang lokasi toko kue tersebut. Tidak butuh lama ia pun mendapatkannya.

Ia sengaja berangkat agak pagi ke kantornya agar bisa melewati tempat tersebut. Ia mengemudikan mobilnya pelan.

Raisa mempercepat langkahnya agar segera sampai ke toko kuenya. Apa lagi beberapa barang bawaannya membuatnya cepat merasa lelah meskipun jarak rumah dan toko kue tidak begitu jauh.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang mensejajari langkahnya. Mobil tersebut berhenti lalu keluar lah seseorang dari dalam mobil tersebut.

"Tante Raisa!"

"Maaf, siapa ya?"

"Saya Bara, teman Ricky."

"Oo, iya saya ingat. Maaf, Tante hampir gak ngenalin kamu tadi," ucap Raisa seraya menyeka keringatnya dengan punggung tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk memegangi barang bawaannya.

"Biar saya anterin sekalian," ucap Bara.

"Tidak perlu, tante bisa sendiri. Sebentar lagi juga udah nyampe."

"Gak apa-apa. Saya juga gak lagi buru buru."

"Baiklah. Terimakasih."

"Sini biar saya bawain," Bara mengambil alih barang bawaan Raisa lalu meletakkannya di kursi belakang mobilnya. Setelah itu ia membukakan pintu mobilnya untuk Raisa dan mempersilahkan masuk.

"Sepertinya kamu sudah bekerja. Kerja dimana?" Tanya Raisa

"Saya melanjutkan usaha milik keluarga." Jawab Bara yang fokus menyetir.

"Milik siapa pun perusahaannya, setidaknya kamu udah ngerti arti dari tanggung jawab. Kalau Ricky dia masih sibuk kuliah," jelas Raisa.

"Saya dengar, Ricky satu kampus sama Adit?"

"Iya mereka sengaja janjian kuliah di kampus yang sama, kamu tau sendiri lah gimana Ricky, kalau udah milih teman gak bakalan dia mau di pisahkan dari temannya. Seandainya kalian seangkatan mungkin dia akan meminta tante buat kuliahin dia di kampus yang sama juga dengan kamu."

"Oiya, om Irwan gimana kabarnya? Tanya Bara menanyakan keadaan papanya Ricky.

"Hmm, posisi Ricky sekarang sama seperti posisi kamu saat ini."

"Maaf, saya kurang paham maksud tante...?" Bara menoleh sekilas.

"Papa Ricky udah meninggal dua tahun yang lalu," jawab Raisa getir.

"Oo, e...maaf saya gak tau soal itu," Bara jadi merasa tidak enak.

"Iya gak apa-apa."

"Sekali lagi saya minta maaf, dan saya turut berdukacita atas kepergian Om Irwan."

"Iya, tante ngerti kamu kan sibuk kuliah di luar, jadi wajar saja kamu tidak tau apa apa."

Raisa pun keluar dari mobil Bara begitu mobil tersebut sudah sampai di depan toko kuenya.

Setelah mengucapkan terimakasih ia pun masuk ke toko kuenya.

flashback off

Episode 3

...***Jangan lupa untuk memberikan jejak dukungannya sebelum membaca👍...

...Terimakasih🤗***...

"Assalamu'alaikum...," ucap Ricky ketika sudah sampai di rumah.

"Wa'alaikumsalam. Kenapa jam segini baru pulang?"

"Ricky tadi mampir dulu ke cafe," jawab Ricky pada ibunya.

"Kamu gak bohong ke mama kan?" Tanya Raisa menginterogasi putranya.

"Mana berani Ricky bohong ke mama. Lagian Ricky gak pernah berhasil juga buat ngebohongin mama," jelas Ricky.

"Ya sudah, buruan mandi," titah Raisa.

Seperti itu lah kebiasaan Raisa pada putra semata wayangnya. Dan Ricky pun seperti sudah kebal degan pertanyaan pertanyaan yang di layangkan ibunya untuknya.

Beberapa saat kemudian Ricky pun sudah terlihat lebih segar saat keluar dari kamarnya. Ia menghampiri ibunya yang sedang meletakkan beberapa menu makan malam di meja.

"Kamu makan aja duluan, mama belum lapar," lalu Raisa kembali ke kamarnya.

Ricky memandangi menu makan di atas meja sejenak lalu ia memasukkan kembali makanan tersebut ke lemari makan. Karena ia juga masih merasa kenyang.

"Ma...," Ricky menengok ke kamar mamanya setelah ia mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Kamu udah selesai makannya?" Tanya Raisa.

"Gak, tadi kan Ricky di traktir makan sama teman di cafe jadi Ricky masih kenyang," ucap Ricky seraya duduk di tepi tempat tidur ibunya.

"Tumben, emang Adit lagi banyak duit ya?" Tanya Raisa seraya tersenyum sambil menatap wajah putranya dari cermin meja riasnya.

"Bukan Adit, tapi Bara. Kalau Adit sih biar sampe lebaran kuda juga gak bakalan."

"Mama baru tau kalau ada hari lebaran kuda." ucap Raisa sambil melanjutkan perawatan malamnya.

"Bukan gitu, tapi itu istilah ma...."

"Terus kamu mau curhat apa ke mama?" Raisa beranjak dari meja riasnya ikut duduk di tepi tempat tidur.

"Ma, apa sebaiknya mama belajar naik motor aja?"

Raisa mengerutkan keningnya tidak mengerti kenapa tiba-tiba Ricky memintanya belajar naik motor.

"Kalau mama bisa naik motor kan enak bisa pulang pergi dari toko kue tanpa harus jalan kaki," jelas Ricky.

"Emang kenapa kalau mama jalan kaki? Kan, jarak rumah kita ke toko kan gak begitu jauh."

"Tapi kan Ricky khawatir ma...."

"Kalo kamu khawatir harusnya kamu bisa bangun lebih pagi dan mengantarkan mama, bukan malah bangun kesiangan dan selalu keburu."

"Apa sebaiknya Ricky cariin langganan ojek aja?" Usul Ricky.

"Itu nggak perlu, biar mama jalan kaki aja sekalian olahraga, biar sehat."

"Baiklah jika itu yang mama mau."

Ricky buru - buru keluar dari kamar ibunya sambil mengangkat panggilan yang masuk di ponselnya.

Lagi - lagi Raisa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya.

"Halo, kenapa Dit?"

"Buruan ke tempat biasa ada Dimas sama Bara juga disini."

"Hmm...,gimana ya...," gumam Ricky sedang berpikir.

"Kenapa, loe gak di izinin sama nyokap loe lagi?"

"Ya gak gitu..., tapi gimana ya?"

"Alahh..., dasar anak mami loe."

"Bukan begitu, tapi...."

"Udah, kita tunggu ya!? Buruan, gak pake lama!"

"Dit, gue bener bener gak bisa! Gue harus jagain nyokap gue...."

"Nyokap loe sakit?"

"Gak sih, tapi kan loe tau di rumah gak ada orang. Jadi gue harus jagain nyokap gue." jelas Ricky memberikan penjelasan pada sahabatnya itu.

"Hihihi," Adit pun terkekeh.

"Kenapa loe ketawa?"

"Makanya cariin nyokap loe suami biar ada yang jagain, jadi loe bisa bebas maen keluar."

"Sialan loe!" Ricky langsung memutuskan panggilan.

"Gimana, bisa gak?" Tanya Bara.

"Gak bisa."

"Kenapa?"

"Kan loe tadi denger sendiri dia jagain nyokapnya, secara kan tante Raisa itu ja*da."

"Apa sebaiknya kita aja yang ke rumah Ricky?" Usul Bara.

"Gue sih gak masalah, tapi setau gue selain hari libur Ricky gak di izinin nyokap nya."

"Terus gimana nih?" Tanya Dimas yang juga ada di sana.

"Udah, kita ke rumah Ricky aja yang penting pulangnya jangan malem banget," ajak Bara.

"Oke, gue setuju!" Ucap Adit.

Akhirnya mereka bertiga pun pergi ke rumah Ricky.

"Selamat malam tante," ucap Adit mewakili teman-temannya.

Raisa pun memanggil Ricky untuk memberitahukan kedatangan teman-temannya.

Tidak lama Ricky keluar. "Hai, tumben gak ngabarin dulu?" Ucap Ricky.

"Noh...,yang ngajakin," sahut Adit menunjuk ke Bara.

"Kirain loe udah pindah rumah," ucap Bara sambil duduk di kursi santai yang ada teras.

"Ya gak lah, yang pindah cuma Toko Kue nyokap gue."

"Ehh Rick, minum nya mana haus nih?" Ucap Adit sambil memainkan kerah bajunya.

"Ah loe Dit, baru juga bokong loe duduk di kursi udah minta minum aja," tukas Bara.

"Iya iya bentar, kalian mau minum apa biar nanti gue ambilin?"

"Apa yang ada keluarin aja deh," sahut Adit.

"Maksud loe gue juga harus bawain air keran, Oke sebentar," Ricky pun masuk ke dalam.

"Jangan lupa camilan nya sekalian!" Teriak Adit.

Ricky membuka kulkas memeriksa barangkali ada sesuatu yang bisa ia berikan untuk teman-teman nya.

"Kamu lagi nyari apa? Tanya Raisa melihat Ricky sedang mengacak-acak isi kulkas.

"Nyari cemilan sama minuman ma, tapi koq gak ketemu?" Jawab Ricky yang masih menengok isi kulkas.

"Ya gak bakalan ketemu Rick..., itu kan kulkas khusus sayur."

"Hehehe..., mana Ricky tau," Ia sambil nyengir.

"Emang sejak kapan kamu peduli urusan dapur, sampai hari ini aja kamu belum pernah bikin teh untuk kamu sendiri.

Setelah di bantu ibunya untuk mempersiapkan minuman dan beberapa jenis jenis cemilan Ricky pun keluar menemui para sahabatnya dengan membawa minuman dan cemilan tersebut.

teras rumah nya memang lumayan luas dengan beberapa kursi dan meja untuk bersantai. Jadi Ricky tidak khawatir mengganggu istirahat ibunya jika sedang bermain game online dengan teman-temannya. Sedangkan jarak rumahnya ke rumah para tetangga pun lumayan jauh.

Setelah itu Ricky kembali pamit karena tiba tiba saja perutnya mules.

"Eh, loe sadar gak sih kalo nyokap Ricky tu dari dulu sampe sekarang gak ada perubahan, malah yang gue liat nyokap Ricky tuh makin cantik," Bisik Adit kepada kedua temannya.

Dimas terus fokus ke layar HP nya.

Sementara Bara hanya melirik sekilas lalu mengambil minumuman dan meminumnya.

"Pantesan aja Ricky gak berani ninggalin nyokapnya di rumah sendirian, orang nyokap nya bening mirip artis drakor gitu," Adit terus saja nyerocos.

"Eh loe kalo ngomong di pikirin dulu...,kalo sampe Ricky denger bisa bisa habis loe!" Ujar Dimas yang kini berfokus pada kata kata Adit.

"Ya kan gue bicara fakta doang..., kan emang bener. Gak salah kan kalo gue muji sesuatu yang memang pantas untuk di puji?" Jelas Adit.

"Fakta ya fakta, tapi loe liat sikonnya juga kalo lagi ngomong. Kalo objeknya sampe denger gimana...?"

"Sorry, gue mules banget tadi jadi agak lama," ucap Ricky setelah usai dengan panggilan alamnya.

..._ 👍...

..._❤...

..._ 🎁 Jika berkenan😚...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!