KARIN ASKARA gadis cantik berusia 19 tahun yang berasal dari desa terpencil, ia tumbuh dengan kasih sayang orang tuanya, meskipun kehidupannya sederhana tapi Karin tidak pernah merasa kekurangan, namun meskipun begitu Karin tetap tidak ingin membebani kedua orang tuanya, gadis itu memilih untuk membantu kedua orang tuanya di kebun dari pada melanjut kan sekolahnya.
“Karin, ibu dan ayah pulang dulu ya, ada tamu dirumah, kamu kalau mau ikut ayo sekalian pulang.”
Teriak Asri pada putri semata wayangnya itu, Karin yang tengah memetik sayuran pun menoleh ke sang ibu.
“Nanti saja Bu, Karin hampir selesai, nanti Karin menyusul.”
Ucap Karin, sebenarnya ia memang sengaja tidak ikut pulang lantaran sudah punya janji dengan pria desa yang ia kenal, Asri yang mendengar jawaban putrinya itu pun mengangguk lalu segera menyusul suaminya yang sudah pulang lebih dulu, sedangkan Karin kini menoleh menatap ayah dan ibunya yang sudah menjauh.
Tak lama ia mengeluarkan ponsel jadulnya dari dalam saku rok nya lalu segera menghubungi pria yang bernama Aska yang berusia 22 tahun, mereka sudah berjanji akan bertemu di kebun sore ini, tapi mumpung ibu dan ayah Kiran sudah pulang lebih awal, Karin mengambil kesempatan untuk bertemu dengan Aska lebih lama.
“Kang? Dimana? Ibu dan Ayah sudah pulang.”
Ucap Karin.
“Akang kesana sebentar lagi.”
Ucap Aska, Kiran pun segera menutup sambungan telepon lalu segera mempercepat pekerjaannya, tak lama kemudian Aska tiba di kebun milik orang tua Karin, keduanya kemudian duduk di bawah pondok, Aska mengeluarkan sebatang bunga mawar merah yang sejak tadi ia sembunyikan dibalik tubuhnya.
“Karin, ini buat karin.”
Ucap Aska menyerahkan bunga mawar merah itu pada Karin, melihat itu Karin segera mengambilnya lalu memperlihatkan senyumnya pada Aska, Karin mencium aroma wangi bunga mawar itu membuat Aska tersenyum, tak lama pria itu menarik salah satu tangan Karin membuat gadis itu terkejut.
“Akang sudah lama suka dengan Karin, apa Karin mau menerima cinta Akang?”
Tanya pria itu gugup, terlebih saat melihat raut wajah Karin yang mendadak berubah, gadis itu menatap lekat pria dihadapannya lalu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, hal itu tentu membuat Aska terkejut, lagi pria itu menanyakan kejelasan dari jawaban gadis yang ia cintai itu.
“Karin mau? Benarkah?”
Tanya Aska dengan mata berbinar-binar.
“Iya, Karin mau, Karin juga suka sama kang Aska.”
Ucap Karin malu malu, Aska yang mendengar itu pun tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya, pria itu kemudian memeluk Karin membuat gadis itu begitu gugup, pasalnya ini pertama kalinya ia dipeluk oleh seorang pria terlebih pria yang ia cintai, Aska yang juga baru menyadari perbuatannya langsung melepaskan pelukannya.
“Maaf, Akang terlalu bahagia jadi kelepasan.”
Ucap Aska gugup, Karin juga hanya mengangguk seraya memalingkan wajahnya lantaran tak ingin jika Aska melihat wajahnya yang memerah karena merasa malu, sore pun tiba keduanya akhirnya memilih pulang, Aska juga mengantar Karin pulang meskipun hanya sampai persimpangan lantaran Karin tak ingin jika orang tuanya melihat ia bersama pria.
Lantaran ayah Karin melarang dirinya untuk berhubungan dengan pria apalagi menjalin hubungan, pasalnya ayah Karin menganggap jika Karin masih sangat muda, Karin juga tidak ingin membuat ayahnya marah itulah sebabnya ia meminta pada Aska untuk merahasiakan hubungan mereka sampai orang tua Karin mengizinkan nya untuk berpacaran.
“Sampai sini saja kang, terima kasih ya.”
Ucap Karin pada Aska, pria itu kemudian menggenggam tangan Karin seolah belum ingin berpisah namun dengan cepat Karin menepisnya lantaran takut dilihat oleh orang lain, bagaimana jika ada yang mengadu pada Ayahnya nanti? Aska mengerti dengan situasi Karin dan akhirnya memilih untuk pulang.
“Akang pulang dulu ya, sampai jumpa besok Karin sayang.”
Blush, memerah sudah wajah Karin mendengar Aska memanggil nya dengan sebutan sayang, dengan malu malu Karin melambaikan tangan pada Aska lalu segera berjalan menuju rumahnya, seketika keningnya berkerut kala melihat sebuah mobil mewah terparkir didepan rumahnya.
“Siapa yang datang?”
Gumam Karin lalu segera masuk kedalam rumahnya, setelah mengucapkan salam Karin pun masuk, gadis itu sedikit terkejut melihat semua orang yang menatapnya.
“Ini dia Karin.”
Ucap Retno pada tamu tamunya.
“Dia Karin? Sudah besar ya dan sangat cantik.”
Ucap Erika Herlando, anak perempuan pertama dari Wita Herlando dan Bambang Herlando, ketiga orang itu berasal dari kota, Bambang dan Retno berteman sejak kecil hingga sekarang, mereka juga merintis bisnis bersama, namun sayangnya bisnis yang Retno perjuangkan justru bangkrut di tengah tengah masa kejayaannya hingga akhirnya ia memilih untuk hidup di desa saja bersama istri dan anaknya masih berusia 6 tahun.
Sedangkan Karin yang mendengar wanita itu berbicara seolah olah sudah mengenalnya hanya bisa tersenyum canggung, jujur ia tidak tahu siapa ketiga orang itu.
“Karin, ayo kesini, mereka teman ayah, dulu waktu kamu masih kecil, kamu sering bermain dengan kak Erika ini,”
Ucap Retno membuat Karin akhirnya ikut nimbrung disana.
“Hai kak Erika, perkenalkan saya Karin, maaf kalau Karin tidak ingat dengan kak Erika dan om, juga tante.”
Ucap Erika merasa sedikit tidak enak lantaran tidak mengingat semuanya, semuanya tersenyum mendengar tutur lembut Karin.
“Tidak apa apa sayang, toh kamu dulu masih umur 6 tahun jadi tentu tidak ingat apapun.”
Ucap Wita tersenyum pada Karin, Karin pun menganggukkan kepalanya.
“Baiklah Retno, berhubung sudah sore kami pamit pulang dulu, dan jangan lupa dengan kesepakatan yang kita buat tadi.”
Ucap Bambang pada sahabatnya itu, Retno pun menganggukkan kepalanya lalu segera mengantar tamunya itu keluar, setelah kepergian keluarga Herlando, Retno segera masuk lalu memanggil Karin untuk membicarakan sesuatu.
”Karin, ada yang ingin ayah katakan padamu.”
Ucap Retno pada anak satu satunya itu.
“Apa yah?”
Tanya Karin.
“Ayah ingin Karin menikah dengan anak pak Bambang.”
Deg!
“Apa?!!”
Pekik Karin terkejut mendengar permintaan sang ayah, apa maksudnya Karin harus menikah dengan anak pak Bambang yang bahkan tidak dikenal, melihat wajahnya saja belum.
“Tapi Yah, kenapa? Karin masih sangat muda, bukankah Ayah tidak mengizinkan Karin menjalin hubungan dengan pria manapun? Tapi kenapa sekarang ayah justru meminta Karin untuk menikah dengan pria yang tidak Karin kenal?”
Ucap Karin tidak terima jika ia tiba tiba dijodohkan tanpa bertanya pada nya terlebih dahulu.
“Karin tidak perlu mengenal anak pak Bambang lebih jauh, Ayah yakin anak pak Bambang baik, karena Ayah sudah mengenal pak Bambang sejak kecil.”
Jelas Retno, Bambang dan dirinya sudah mengenal sejak kecil, jadi ia yakin sifat anak laki laki Bambang juga sama dengan Bambang meskipun ia sudah lama tidak melihat anak Bambang.
“Tapi yah...”
“Kalian juga sudah mengenal sejak kecil, kalian sering bermain dulu, tidak ada alasan untuk menolak!”
Ucap Retno lalu segera masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Karin yang terdiam di tempat.
.
.
.
Hai jangan lupa support Author ya, terima kasih😍
“Bu, Karin tidak mau dijodohkan.”
Ucap Karin memeluk sang ibu, Asri hanya bisa menenangkan Karin, jujur saja ia sangat suka jika putrinya dijodohkan dengan pria yang asal usulnya sudah diketahui oleh ia dan suami nya namun ia juga tidak tega jika putri satu satunya harus terpaksa menikah, tapi ia juga tidak mungkin menentang keinginan suaminya.
“Nak, ibu tahu Karin tidak mau karena Karin belum pernah bertemu dengan anak pak Bambang, tapi sayang asal kamu tahu, dulu saat kalian masih kecil, ayahmu dan pak Bambang sudah berjanji akan menikahkan kalian jika kalian sudah dewasa.”
Ucap Asri mengusap lembut rambut Karin, Karin hanya menggelengkan kepalanya, sudah tahun 2024 tapi kenapa mereka masih saja memakai sistem perjodohan? Lalu bagaimana dengan kang Aska jika Karin menikah dengan pria yang tidak Karin kenal? Karin benar benar pusing saat ini, ia harus menerima permintaan sang ayah atau justru memilih cintanya?
“Kau tahu kan, dulu ayah juga sempat punya masa kejayaan, kita juga dulu hidup bergelimang harta, nah disaat itulah Karin, Erika dan anak laki laki pak Bambang sering bermain bersama, kau juga sangat dekat dengan anak laki laki pak Bambang, tapi karena ayahmu bangkrut, dia memilih untuk mengasingkan diri bahkan tidak ada satupun teman ayah yang tahu tentang kita, tapi pak Bambang tidak pernah putus asa dan terus mencari informasi tentang kita hingga ia menemukan kita di sini, dia rela datang jauh jauh hanya agar janjinya dengan ayahmu terpenuhi.”
Ucap Asri benar benar membuat Karin semakin bingung, Tanpa di sadari airmata nya jatuh, menyadari hal itu Asri mulai menatap putrinya itu lalu mengusap wajah Karin yang mulai basah.
“Sayang, setidaknya jangan kecewakan ayahmu, selama ini ayahmu selalu menuruti semua kemauan mu, jadi tolong pikirkan tentang ini.”
Ucap Asri, Karin menatap ibu nya dengan lekat lalu menganggukkan kepalanya, melihat itu Asri pun tersenyum manis lalu meminta putrinya untuk segera beristirahat, sedangkan Asri segera masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan suaminya itu, Karin pun segera masuk ke dalam kamarnya namun air matanya masih saja mengalir.
Mau sekuat apa ibunya mencoba untuk menenangkan nya Karin benar benar masih bingung dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini, gadis itu kemudian merogoh ponsel dari saku roknya lalu segera menghubungi Aska diam diam.
“Kang, ada yang ingin katakan.”
Ucap Karin.
“Apa sayang?”
Tanya Aska.
“Begini, Sebenarnya Karin..”
Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, ponsel Karin tiba tiba saja direbut oleh sang Ayah yang entah kapan masuk ke dalam kamarnya, melihat itu Karin benar benar terkejut dan takut terlebih ketika sang Ayah mulai mendekatkan ponsel ke telinganya, seketika Retno membelalakkan matanya kala mendengar suara pria.
“A-ayah..”
Ucap Karin gugup.
Brak!!
Ponsel milik Karin pun hancur seketika kala sang ayah melempar nya dengan kasar di lantai, Karin begitu terkejut hingga menutup kedua telinganya dengan tangannya, dan yang lebih mengejutkan ketika ia membuka mata, Ponselnya sudah benar benar hancur lebur, sedangkan tatapan sang ayah masih tertuju padanya.
“Jadi ini alasan mu menolak perjodohan dengan anak pak Bambang?!! Kau sudah menjalin hubungan dengan pria lain tanpa sepengetahuan ayah? Kau benar benar mengecewakan ayah, Karin!”
Sentak Retno membuat Karin menunduk terdiam, sedangkan Asri yang mendengar suara berisik dari kamar putrinya pun segera menghampiri, wanita itu terkejut ketika melihat suaminya yang memarahi putrinya yang sedang menangis.
“Mas, ada apa? Kenapa memarahi Karin seperti itu?"
Ucap Asri menghampiri Karin lalu memeluk putrinya itu seraya menenangkan nya.
“Tanyakan saja pada putrimu bagaimana dia mengecewakan ayahnya sendiri!”
Ucap Retno lalu pergi meninggalkan anak dan istrinya, sedang Asri mulai bertanya pada Karin hal yang menyebabkan ayahnya menjadi marah seperti itu.
“Kenapa Karin? Kenapa ayahmu jadi marah marah?”
Ucap Asri.
“Ka-karin ketahuan berpacaran, bu.”
Ucap Karin sontak membuat Asri terkejut.
“Apa? Karin berpacaran? Dengan siapa?”
”Dengan kang Aska.”
Ucap Karin singkat, Asri mulai mengingat nama yang tak asing di telinganya itu.
“Aska yang anak pak Ari itu?”
Tanya Asri, Karin pun menganggukkan kepalanya.
“Astaga sayang, kau lupa? Jika ayah Aska tidak suka dengan Ayahmu, dia menganggap Ayahmu sebagai saingan karena penjual sayur lebih banyak mengambil sayuran dari ayahmu.”
Ucap Asri tak percaya jika putri nya berpacaran dengan anak pria yang menganggap suaminya sebagai saingan.
“Tapi kang Aska tidak jahat bu, dia sangat baik dengan Karin.”
Ucap Karin yang memang merasa jika Aska tidak seperti ayahnya, ia benar benar berbeda dari ayahnya yang sedikit tamak dan tidak mau tersaingi.
“Sayang, ibu tau kalau Aska anak yang baik, tapi belum tentu orang tuanya suka padamu, zaman sekarang tak hanya anaknya tapi orang tua nya juga harus menerima mu dengan baik di keluarga mereka.”
Jelas Asri pada putri nya itu.
“Sekarang istirahat lah, lalu bicarakan dengan baik baik pada ayahmu besok.”
Ucap Asri dan dijawab anggukan kepala oleh Karin, gadis itu akhirnya memilih untuk beristirahat sedangkan Aska di dalam kamarnya mencoba untuk menghubungi Karin namun sayang sekali ponsel Karin tidak bisa dihubungi membuatnya benar benar merasa khawatir.
“Apa terjadi sesuatu padanya? Bagaimana jika ayahnya tahu?”
Gumam Aska.
Keesokan paginya, Karin bangun lebih awal lalu membantu sang ibu untuk memasak, setiap hari Karin memang selalu membantu ibunya memasak, namun kali ini sedikit spesial karena Karin ingin membujuk sang ayah.
“A-ayah makanan sudah siap.”
Ucap Karin memanggil sang ayah yang sedang duduk di kursi depan seraya membaca koran, Retno menoleh lalu menganggukkan kepalanya lalu segera bergerak dari kursi duduknya menuju meja makan, pria itu menatap meja makan yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan yang sangat ia sukai.
“Sebagai permintaan maaf Karin.”
Ucap Karin kala sang ayah menatap dirinya, Retno pun menganggukkan kepalanya lalu segera duduk membuat Amara sedikit lega, Amara kemudian melayani sang ayah dengan sangat baik membuat sang ayah sedikit luluh.
“Terima kasih putri kesayangan ayah.”
Ucap Reno mengusap lembut rambut Karin membuat Karin tersenyum, Asri juga hanya bisa tersenyum melihat anak dan ayah itu.
“Ayah, untuk masalah perjodohan, bisa Karin minta beberapa waktu untuk berpikir dulu?”
Tanya Karin hati hati, Retno yang mendengar itu kemudian menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, ayah akan memberikan Karin waktu 3 hariz tapi Ayah berharap Karin untuk setuju dengan perjodohan ini, tapi jika Karin tidak setuju, Karin harus memiliki alasan yang jelas.”
Ucap Retno dan disetujui oleh Karin, namun baru saja merasa tenang, tiba tiba suara yang tidak asing terdengar memanggil nama Karin membuat Karin membelalakkan matanya.
“Permisi, apa saya boleh bertemu dengan Karin?”
Deg!
“Kang Aska?!!”
Retno yang mendengar suara yang berteriak memanggil nama putrinya itu pun segera bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu, Karin dan Asri pun menyusul sang ayah yang sudah berdiri di ambang pintu menatap orang yang berada di depan rumahnya.
“Kau? Apa yang kau lakukan disini?”
Tanya Retno pada pria yang ia kenali itu, bagaimana tidak? Ayah pria itu selalu mencari masalah dengannya dan menganggap nya sebagai saingan padahal mereka sempat berteman baik, namun karena para penjual lebih banyak mengambil sayur darinya, Ayah pria itu menjadi marah dan selalu memfitnah dirinya.
“Pak, saya ingin bertemu dengan Karin? Apa Karin baik baik saja?”
Ucap Aska lembut, namun Retno hanya mengerutkan keningnya, kenapa tiba tiba pria itu mencari putri nya? padahal selama ini Retno tidak pernah melihat Karin berbicara dengan Aska, mereka hanya beberapa kali bertemu di pasar, tapi kenapa Aska seolah olah mengenal Karin, apa mereka berteman? Atau jangan jangan?
Retno menoleh kebelakang menatap putrinya itu yang tengah gugup, merasa ada yang tidak beres, Retno kemudian kembali menatap Aska.
“Karin baik baik saja, kau pulang lah sebelum ayahmu datang mencari mu ke sini.”
Ucap Retno seraya menutup pintu rumahnya namun Aska segera menahannya, pria itu tak mungkin pulang begitu saja tanpa bertemu dengan Karin, sedangkan Karin di dalam rumahnya berharap jika Aska menurut pada ucapan ayahnya dan pulang saja sebelum ayahnya mengetahui lebih banyak tentang mereka.
“Izinkan saya bertemu dengan Karin pak, saya mohon.”
Ucap Aska namun tentu di tolak oleh Retno, ia tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi mengingat ia begitu tahu bagaimana ayah Aska sangat membencinya dan keluarganya, Retno lagi lagi meminta Aska untuk pulang sebelum sesuatu yang buruk terjadi, namun Aska benar benar keras kepala membuat Retno juga semakin kesal.
“Sudah saya bilang tidak bisa! pulang lah!”
Ucap Retno namun Aska terus saja memaksa bahkan memeluk kaki Retno agar pria itu mengizinkannya bertemu dengan Karin hingga tak lama suara yang tidak asing terdengar lantang memanggil nama Aska membuat semua orang menoleh.
“ASKA ABDIAN! apa yang kau lakukan hah?!!”
Ucap Ari yang tak sengaja lewat di depan rumah Retno dan melihat putranya sedang memohon pada Retno, Ari tentu saja tidak terima melihat putranya memohon seperti itu pada saingannya meskipun ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Ari kemudian menarik Aska untuk berdiri.
“Kau sedang apa? Kenapa kau ada disini? Ayo pulang!”
Ucap Ari pada putranya tapi Aska menolak dan menepis tangan Ayahnya, Aska kembali berlari menuju Retno dan kembali memohon untuk dipertemukan dengan Karin, hingga tak lama Ari kembali menarik tangan putranya lalu menamparnya dengan cukup keras.
“Kang Aska!”
Ucap Karin yang melihat Aska di tampar oleh Ayahnya, Karin segera keluar dari rumah lalu menghampiri Aska, Aska yang melihat keberadaan Karin sontak memeluk gadis itu membuat kedua pria yang berstatus sebagai ayah dari keduanya menatap tajam kala melihat kedua anak mereka saling berpelukan.
“Aska!”
“Karin!”
Pekik Retno dan Ari bersamaan, Ari segera menarik tangan Aska sedangkan Retno segera menarik tangan Karin menjauh dari Aska, Retno benar benar murka melihat perbuatan putrinya itu hingga menggenggam tangan Karin dengan sangat keras membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Ayah lepaskan, sakit!”
Ucap Karin namun tidak dihiraukan oleh Retno, sedangkan Asri hanya bisa menenangkan suaminya agar tidak terjadi hal hal yang buruk.
“Berani sekali kau memeluk putriku di hadapanku!”
Sentak Retno pada Aska.
“Hei! Jaga ucapanmu! putri mu yang berlari ke arah putraku dan memeluknya, seharusnya kau mengajari putri sopan santun agar tidak sembarangan memeluk pria lain yang bukan suaminya! Atau mungkin dia sudah terbiasa melakukan itu pada semua pria yang ada di desa ini!”
“Jaga ucapan mu Ari!”
Sentak Retno yang tidak terima jika putrinya di katai yang tidak tidak, ia tidak mungkin salah dalam mendidik putrinya, dan ia yakin putrinya terpengaruh oleh pria itu hingga berani memeluk pria yang bukan suaminya.
“Putramu yang mempengaruhi putriku! Lihat saja dia berani datang ke rumahku pagi pagi begini!”
Ucap Retno membuat Ari terdiam, sialnya Aska memang datang kerumah Retno pagi pagi begini membuat Ari benar benar malu, Ari yang sudah kelewat malu pun menarik tangan Aska untuk pergi namun Aska memberontak.
“Aska tidak mau pergi yah! Aska mau menemui kekasih Aska yaitu Karin!”
Deg!
Kedua kepala keluarga itu terdiam menatap tak percaya, terlebih Retno yang langsung menatap tajam pada Karin, jadi ini alasan Karin tidak mau menerima perjodohan dengan anak pak Bambang? Karena dia sudah memiliki kekasih?
“Apa katamu? kekasih? Aku tidak Sudi harus berbesanan dengan Retno! dan aku tidak Sudi punya menantu seperti gadis itu, gadis yang tidak tahu malu, yang tidak bisa menjaga martabat nya sebagai seorang wanita!”
“Ari!!”
Bugh!
Satu pukulan mendarat di wajah Ari membuat pria itu terhuyung, Ari pun membalas pukulan Retno membuat keduanya bertengkar hingga beberapa warga harus datang dan melerai keduanya.
“Ku pastikan putriku tidak akan menikah dengan putramu!”
Pekik Retno kala melihat Ari yang mulai dibawa pergi oleh warga sana, sedangkan Karin dan Asri segera menutup pintu rumah mereka dan membawa Retno masuk, sedangkan di dalam rumahnya Retno duduk di kursi yang terbuat dari kayu lalu menatap putrinya dengan tajam.
“Duduklah Karin!”
Ucap Retno membuat Karin tersentak lalu segera duduk di hadapan sang ayah, Karin hanya bisa menundukkan kepalanya tak berani menatap ayahnya.
“Sejak kapan kau berhubungan dengan pria itu?!”
Sentak Retno membuat Karin terkejut, Karin tak kunjung menjawab gadis itu hanya bisa menangis ketakutan.
“Jawab Ayah!”
Lagi Retno meninggikan suaranya membuat Asri juga terkejut.
“Yah, jangan keras keras, Karin ketakutan.”
Ucap Asri sebenarnya juga sedikit takut melihat bagaimana marahnya suaminya saat ini.
“Dia sudah mempermalukan kita Bu! Padahal ayah sudah melarangnya untuk berhubungan dengan pria lain karena dia masih sangat muda, dia mudah terpengaruh diusia nya yang belum mencapai kepala dua!”
Ucap Retno mengeluarkan semua keluh kesahnya, ia takut jika nanti putrinya terpengaruh dengan dunia luar lalu melakukan hal hal yang akan memalukan keluarga mereka.
“Ayah melarang Karin untuk berhubungan dengan pria lain, tapi di sisi lain Ayah menjodohkan Karin dengan pria yang bahkan belum pernah bertemu dengan Karin!”
Ucap Karin tak terima dengan penjelasan sang ayah, Retno kemudian menatap sang istri.
“Lihat Bu, lihat pengaruh pria itu padanya, dia berani menentang ayahnya sekarang.”
Ucap Retno yang merasa kecewa pada Karin, padahal putrinya itu tidak pernah menentang apapun ucapan ayahnya, tapi sekarang hanya karena pria itu, Karin sampai melawannya.
“Karin! Dia ayahmu!”
Ucap Asri pada putrinya membuat Karin terdiam.
“Ayah tidak peduli, kau harus menerima perjodohan itu!”
Ucap Retno bangkit dari duduknya.
“Karin tidak mau yah! Karin hanya mencintai kang Aska! Karin tidak mau pria lain!”
Tentang Karin membuat Retno yang hampir meninggalkan tempat itu kembali menatap Karin.
“Apa kalian hanya sekedar bertemu? Atau jangan jangan kalian sudah..”
“Ayah!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!