Anirdiṣṭa
Prologue
Langit sore Yogyakarta memancarkan gradasi jingga dan ungu saat Kenneth Alexander Sadipta menuruni tangga pesawat, menghirup udara kota yang sudah delapan tahun ditinggalkannya.
Bau lembab tanah yang khas, semilir angin yang membawa kenangan masa lalu, dan suara bising kendaraan di kejauhan menyambutnya seperti seorang teman lama.
Namun, meski pemandangan ini terasa familier, ada yang berbeda di dalam diri Kenneth.
Ia bukan lagi pemuda nakal yang meninggalkan kota ini bertahun-tahun lalu. Kini, ia seorang dokter, seseorang yang dihormati, dan seseorang yang seharusnya lebih bijaksana.
Ia berjalan menuju pintu keluar bandara dengan langkah mantap, membawa hanya satu koper dan pikiran yang penuh tentang rencana hidupnya ke depan.
Sebuah jeda singkat di Yogyakarta sebelum ia kembali ke rutinitas sibuk sebagai dokter yang tengah bersiap mengambil spesialisasi.
Bagaimanapun, liburan kali ini seharusnya jadi waktu untuk istirahat. Setidaknya itu yang ia bayangkan. Namun, seperti biasa, hidup memiliki cara untuk mengejutkannya.
Di depan bandara, sebuah mobil sudah menunggunya.
Keluarganya, yang tahu tentang kedatangannya, mengirim seorang sopir untuk menjemputnya.
panggil sopir itu, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah.
Kenneth Alexander Sadipta
Eh! Pak Eko.
Pak Eko
Maaf ya mas, tadi mas Darren minta jemput.
Kenneth Alexander Sadipta
Oh? Ada mas Darren di sini?
Pak Eko
Ada mas, baru aja ke rumah eyang.
Kenneth Alexander Sadipta
Yaudah, antar saya ke sana dulu.
Kenneth Alexander Sadipta
Mama masih meeting, kan?
Sopir itu segera membuka pintu belakang, dan Kenneth pun masuk.
Perjalanan menuju rumah keluarga besar dimulai dengan tenang, tetapi pikiran Kenneth tak bisa lepas dari satu hal: keputusan untuk pulang ini tidak murni soal liburan.
Ada alasan lain yang lebih dalam, sesuatu yang membuat dadanya sedikit sesak.
Kenneth menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
Semua ini terasa seperti mimpi yang tak ia inginkan, tapi tak bisa dihindari.
Sejak ibunya memberi tahu soal rencana pernikahan ini, Kenneth selalu merasa ada yang aneh.
Ia, yang dulu begitu bebas memilih siapa saja untuk diajak keluar, kini mendapati dirinya harus menuruti kehendak keluarga besar.
Pak Eko
Liburan berapa lama, mas?
Kenneth Alexander Sadipta
Sebulan, pak.
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya ia tiba di rumah keluarganya.
Pintu gerbang terbuka lebar, dan keluarganya sudah menunggunya di teras.
Eyangnya, dengan senyum bahagia, segera menghampiri.
Kenneth Alexander Sadipta
Eyang, apa kabar?
Raden Ayu Gayatri
Baik sayangku.
Raden Ayu Gayatri
Landing kapan?
Kenneth Alexander Sadipta
Sejam yang lalu, eyang.
Raden Ayu Gayatri
Itu Darren di dalam, masuk dan makan.
Kenneth mengangguk pelan berjalan menuju ruang makan
Kenneth Alexander Sadipta
Mas.
Darren Hartono
Eh, kamu baru datang?
Kenneth Alexander Sadipta
Baru, mas.
Kenneth Alexander Sadipta
Sendirian?
Darren Hartono
Iya, cuma negok proyek.
Raden Ayu Gayatri
Selamat ya udah depat gelar dokter.
Raden Ayu Gayatri
Eyang selalu bangga.
Gayatri jalan menghampiri menepuk bahu Kenneth.
Kenneth Alexander Sadipta
Iya eyang, makasih.
Darren Hartono
Rencana mau ambil spesialis apa, Ken?
Kenneth Alexander Sadipta
Paru, tapi keterima jalur undangan UI spesialis anak.
Raden Ayu Gayatri
Apapun itu, asal nanti jadi dokter yang amanah dan bisa membawa kesehatan bagi keluarga serta orang lain.
Kenneth Alexander Sadipta
Iya eyang, makasih.
Kenneth Alexander Sadipta
Mas, Kamari udah bisa apa?
Raden Ayu Gayatri
Woah! Kamari cucu eyang udah bisa jalan.
Kenneth Alexander Sadipta
Oh ya!?
Kenneth Alexander Sadipta
Enak mas?
Raden Ayu Gayatri
Tentu enak.
Raden Ayu Gayatri
Kamu mau menikah seperti Darren?
Di ruang tengah yang hangat, Kenneth duduk di sofa berwarna krem, membetulkan posisi duduknya seolah mencari kenyamanan sebelum melanjutkan percakapan dengan Darren.
Cahaya sore yang masuk melalui jendela besar menambah suasana santai, menciptakan bayangan lembut di lantai kayu.
Di depannya, Darren duduk tegak, tangannya terlipat di pangkuan, mendengarkan dengan serius.
Mereka tengah membahas topik yang tak pernah luput dari perhatian orang tua mereka—perjodohan.
Kenneth menarik napas panjang sebelum berbicara lagi, pandangannya beralih ke jendela, seakan mencari kata-kata yang tepat.
Kenneth Alexander Sadipta
Gimana ya, mas.
Kenneth Alexander Sadipta
Aku tau emang mau nikah, tapi bukan dijodohkan.
Darren Hartono
Bukannya tante Melani bilang ga dijodohkan?
Darren Hartono
Kalau emang kamu mau setelah ketemu, yaudah dilanjutkan ke tahap pernikahaan.
Kenneth Alexander Sadipta
Iya, cuma tetap aja aku ga enak mau nolak.
Darren mengangguk, memahami kegelisahan yang terasa dalam nada bicara temannya.
Kenneth Alexander Sadipta
Waktu mas dengan Anna gimana?
Darren terdiam sejenak, pikirannya tiba-tiba melayang jauh ke masa lalu, mengingat awal pernikahannya dengan Anna.
Ia mengingat betapa dingin hubungan mereka dulu, seperti dua orang asing yang dipaksa hidup bersama.
Mereka hampir menyerah, hampir membiarkan segalanya berakhir.
Sekarang, ketika Darren tersenyum mengingat semua itu, Bunga yang dulu hampir layu di hatinya, kini mekar dengan indah, memenuhi ruang hatinya dengan cinta yang sejati.
Darren Hartono
Kalau saya pribadi, ga terpaksa karena memang saya yang minta nikah dijodohkan.
Darren Hartono
Tapi… susah, seperti dipaksa.
Darren Hartono
Cuma balik lagi, perlahan akan tau pilihan keluarga baik buat kita.
Darren Hartono
Ya, mas bicara gini karena mas merasakan menikah dengan Anna jauh lebih baik.
Darren Hartono
Semua dilayani sama dia, maksud ini bukan soal pekerjaan rumah.
Darren Hartono
Perhatian istri kepada suami.
Darren Hartono
Kasih sayang istri kepada suami.
Kenneth Alexander Sadipta
Anna udah dewasa mas.
Kenneth Alexander Sadipta
Sedangkan Kiran? Dia masih terlihat…
Darren Hartono
Loh? Kata siapa Anna udah dewasa.
Darren Hartono
Sampai Kemari udah ada aja, masih suka seperti anak kecil.
Darren Hartono
Mas kalau udah di rumah, harus hadapi dua anak kecil.
Kenneth Alexander Sadipta
Hahaha.
Darren Hartono
Menurut mas, terima aja.
Darren Hartono
Ga ada salahnya juga, dikenalkan sama anaknya teman tante Melani.
Darren Hartono
Kalau emang ga suka, bicara baik-baik.
Kenneth Alexander Sadipta
Mas dulu sama Anna ketemu dulu?
Darren Hartono
Ketemu beberapa kali.
Darren Hartono
Tapi mas langsung ambil keputusan.
Kenneth Alexander Sadipta
Bukan Anna?
Darren Hartono
Mas yang ambil keputusan untuk langsung urus pernikahaan.
Kenneth Alexander Sadipta
Karena Anna cantik, kan?
Kenneth Alexander Sadipta
Tipe mu banget, mas.
Darren Hartono
Iya itu point kedua.
Darren Hartono
Untuk point utama, karena mas emang udah siap mau berkeluarga.
Kenneth terdiam, mencerna setiap kata Darren.
Meski ia belum menemukan jawabannya, ada sesuatu dalam nasihat itu yang mulai menggugah hatinya, seolah ada harapan bahwa cinta bisa tumbuh bahkan dari hal yang tak terduga.
The Day
Di kamar yang temaram, Darren baru saja kembali dari luar, melepas jaketnya dan meletakkannya di gantungan.
Ia berdiri di depan cermin, mengganti pakaiannya sambil sesekali melirik pintu yang terbuka.
Suara hujan tipis di luar jendela membuat suasana terasa damai
Anna, yang sedang duduk di tepi ranjang, menutup buku yang dibacanya dan menatap Darren dengan senyum lembut.
Anna Putri
By, katanya Kenny baru pulang ya?
Darren Hartono
Kayaknya sih, tapi mau nikah.
Anna Putri
Nikah? Maksudnya dijodohin?!
Darren Hartono
Saya sih ga tahu dijodohin atau gimana.
Darren Hartono
Yang saya tau memang mau nikah.
Anna Putri
Hahaha kayak kamu dululah, by.
Anna Putri
Iya dulu selesai kuliah mau nikah.
Darren Hartono
Kalau itu memang saya yang mau.
Darren jalan menghampiri Anna.
Darren Hartono
Kamari tidur di sini?
Anna Putri
Biarkan di kamar sendiri, by.
Darren Hartono
Padahal saya kangen sama dia.
Anna Putri
Ga kangen sama aku?
Darren Hartono
Kangen sama kamu.
Darren menunduk sedikit, mendekat ke arah Anna
Sejenak, mata mereka bertemu, penuh dengan kehangatan dan pengertian.
Tanpa kata, Darren lalu mengecup bibir Anna dengan lembut, penuh kasih sayang. Ciuman itu singkat, namun menyimpan banyak cinta.
Anna membalas dengan senyum kecil di bibirnya, matanya masih menatap Darren dengan cinta yang mendalam.
Anna Putri
Jadi ingat dulu ya?
Melani Sloane
Jadi gimana? Mau?
Kenneth mengangguk pelan, meskipun hatinya belum sepenuhnya yakin.
Melani Sloane
Beneran? Ga ada paksaan ya?
Melani Sloane
Maksud mami, ini cuma kenalkan kamu.
Kenneth Alexander Sadipta
Iya, mi.
Kenneth Alexander Sadipta
Kenny mau menikah, ga ada paksaan apapun.
Melani Sloane
Puji Tuhan kalau gitu.
Semua terasa begitu cepat. Perjalanan hidupnya, pernikahan yang diatur, dan Kiran—wanita yang akan menjadi istrinya.
duduk dalam keheningan, bertanya-tanya apakah hidup ini benar-benar bisa dijalani seperti sebuah janji yang belum tertulis atau dalam bahasa sansakerta (Anirdista)
Esoknya, segalanya berubah.
Hari pernikahan Kenneth tiba, namun suasana terasa jauh dari hingar-bingar pesta pernikahan besar.
Seperti yang ia minta, acara ini dibuat sederhana dan privat, hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat.
Gedung pernikahan tidak mewah, namun elegan, dikelilingi oleh taman kecil yang asri dengan bunga-bunga yang bermekaran.
Hanya suara lembut musik klasik yang terdengar mengiringi saat-saat penting itu, menciptakan nuansa tenang dan hangat, seolah menghormati keinginan Kenneth untuk tidak membuat pernikahan ini jadi sorotan.
Di altar, Kenneth berdiri dengan tenang.
Dengan setelan jas hitam yang sederhana namun berkelas, ia tampak matang dan bijaksana, sangat berbeda dengan Kenneth delapan tahun yang lalu.
Di sebelahnya, Ayana. Wanita muda itu tampak cantik dalam balutan gaun putih yang elegan, rambut panjangnya terurai indah.
Meskipun senyumnya manis, ada kilatan ketidaksabaran di matanya. Baginya, pernikahan ini terasa seperti jebakan.
Kiran Jade
(Gue harus nikah sama culun ini?)
Kiran Jade
(Lucu banget hidup gue lol)
Kiran Jade
(Look gue merasa gendut dengan gaun ini)
Kiran Jade
(Segala nanti ada gaun adat lagi)
Tepuk tangan dari keluarga dan kerabat dekat mengisi ruangan, namun di hati Kenneth, ia tahu bahwa pernikahan ini baru saja dimulai—dan belum ada yang benar-benar dimengerti
Setelah acara pernikahan yang sederhana berakhir, malam itu suasana terasa lebih sunyi daripada yang biasanya diharapkan dari malam pertama pasangan yang baru menikah.
Kenneth dan Kiran akhirnya pulang ke rumah keluarga besar yang telah disiapkan untuk mereka menghabiskan malam pertama bersama.
Ketika mereka memasuki kamar yang telah dihias dengan rapi, Kenneth menutup pintu dengan perlahan dan melepas jasnya, sementara Kiran hanya berdiri di dekat jendela, memeluk tubuhnya sendiri, terlihat jelas bahwa ia sedang tidak nyaman.
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu ngga mau ganti baju?
Kenneth Alexander Sadipta
Nyaman seperti itu?
Kiran Jade
Lo pikir dari tadi gue nyaman?!
Kiran Jade
Dari tadi gue ga menikmati apapun!
Kenneth Alexander Sadipta
Okey, saya paham kamu ga suka dengan pernikahan ini.
Kiran Jade
So? Kenapa lo malah terima?!
Kiran Jade
Kenapa ga lo tolak aja?!
Kenneth, meskipun tidak terlalu ekspresif, merasakan adanya ketegangan. Ia menghela napas pelan dan mencoba mengajak bicara.
Kiran Jade
Apa karena bokap gue terlalu banyak utang?!
Kenneth Alexander Sadipta
Saya ga tau soal urusan itu.
Kiran Jade
Gue ga suka sama lo!
Kenneth Alexander Sadipta
Yaudah saya akan buat kamu suka.
Kiran Jade
Hahaha! Lo pikir gampang?
Kiran Jade
Lo bukan tipe gue.
Kenneth, yang dikenal sebagai mantan buaya dan playboy di kalangan teman-temannya, kini menemukan ketertarikan yang tak terduga pada wanita dengan karakter yang berbeda.
Kiran, dengan sifat galak dan moodyan, menarik perhatiannya dengan cara yang tak bisa dijelaskan.
Setiap kali Kiran melontarkan komentar tajam atau memperlihatkan sisi moody-nya, Kenneth justru semakin penasaran.
Ada keindahan dalam ketidakpastian itu, seolah Kiran adalah sebuah teka-teki yang ingin ia pecahkan.
Kenneth Alexander Sadipta
Yaudah, kamu mau apa?
Kenneth Alexander Sadipta
Kalau itu ga akan pernah terjadi, Jade
Kiran Jade
Stop calling me like that!
Kenneth Alexander Sadipta
Cepat ganti baju, saya tau kamu nyaman.
Kenneth Alexander Sadipta
Saya ga akan ngapain-ngapain kamu.
Kemudian Kiran menghentakan kaki langkah pergi ke kamar mandi.
Mad
Pagi yang cerah menyinari kamar Kenneth.
Dia terbangun dengan rasa lelah di matanya, mengingat semalam yang penuh dengan emosi berdiskusi dengan Kiran.
Begitu membuka mata, ada yang terasa aneh. Ia menoleh ke sisi tempat tidur yang biasanya diisi oleh Kiran, namun mendapati ruangan itu kosong.
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu di mana?
Kenneth Alexander Sadipta
Bukannya kamu izin libur?
Kiran Jade
Gue ga mau liburan sama lo!
Kiran Jade
Tugas kampus gue juga banyak.
Kenneth Alexander Sadipta
Ah! Begitu ya?
Kenneth Alexander Sadipta
Padahal baru kemarin nikah, saya rasa ga etis aja pengantin baru keluar tanpa izin suami
Kiran Jade
Gausah bacot bisa?
Kenneth Alexander Sadipta
Oke.
Kiran Jade
Gapapa! Gue kesel sama si cupu!
Kiran Jade
*Rolling eyes* males banget gue anggap dia suami!
Kiran Jade
Halah! Udah deh!
Kiran Jade
Gue kan pergi ke kampus ga izin.
Kiran Jade
Ya soalnya buat apa gue izin? Dia juga tau gue kuliah!
Lia
Yeee! Tetap aja lo salah.
Lia
Eh! Itu kakak ipar lo kan?
Kiran Jade
*melihat Anna* hmm.
Lia
Ga nyangka ya, kak Anna putri itu jadi kakak ipar lo.
Anna Putri
Kamu kok ke kampus? Emang ga izin cuti?
Kiran Jade
Hehe ga masuk kok, kak.
Kiran Jade
Ini Lia curhat urgent.
Anna Putri
Oh iya, kebetulan kamu disini, mau ikut aku?
Lia
Kak Anna, Kamari ga ikut?
Anna Putri
Hehe, ngga nih aku repot kalau ajak dia.
Anna Putri
Yuk, mau ga, Kiran?
Anna Putri
Darren sih ajak aku sarapan, dia ada parkiran.
Anna Putri
Kenny udah di pagi sore.
Lia
Udah gih sana! Lo kan laper dari tadi.
Kiran Jade
Yaudah boleh kak.
Darren Hartono
Oh ada Kiran? Ga libur?
Kiran Jade
Cuma ketemu sama teman.
Anna Putri
By, Kamari aman kan sama Kenny?
Darren Hartono
Aman sayang.
Kiran Jade
(Kalau suami gye kayak pak Darren its okay)
Kiran Jade
(Ini cupu banget, sebel gue)
Tidak lama sampai di depan rumah makan Pagi Sore.
Kiran melihat Kenneth sibuk bermain bersama Kamari.
Kenneth Alexander Sadipta
Tuh mami.
Kenneth Alexander Sadipta
Ngga kok.
Kenneth Alexander Sadipta
Kamari lucu.
Kiran pura-pura menghampiri Kenneth agar tidak dicuragi.
Selesai makan, Anna dan Darren pamit untuk pulang lalu masuk ke dalam mobil.
Anna Putri
Lucu ya mereka.
Anna Putri
Kayak ada jarak, hahaha.
Darren Hartono
Ya kayak gitu dulu, pura-pura di depan orang baik.
Anna Putri
Itu mah kamu aja, aku baik beneran kok.
Darren Hartono
Saya juga ga pura-pura mencintai kamu, Anna.
Kenneth Alexander Sadipta
…
Kiran Jade
Lo marah sama gue?
Kenneth Alexander Sadipta
…
Kiran Jade
Oh yaudah gue pulang sendiri!
Kiran Jade
Dipikir gue takut gitu?!
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu berdiri aja, saya tinggal besok ke aussie.
Kiran Jade
Lo berani ancam gue?!
Tatapan Kenneth sangat dingin dan tajam, mencerminkan kemarahan yang masih membara di dalam dirinya.
Kenneth Alexander Sadipta
Saya suami kamu.
Kenneth Alexander Sadipta
Saya ga masalah kamu ga suka dengan pernikahan ini.
Kenneth Alexander Sadipta
Tapi kamu harus hargai saya sebagai suami.
Dia berusaha menahan diri, tetapi setiap detak jantungnya dipenuhi dengan kekecewaan.
Kenneth Alexander Sadipta
Ga diajarin sopan santun sama orang tua? Hum?
Kiran Jade
Oke! Fine! Gue minta maaf!
Kenneth Alexander Sadipta
Emang dengan kamu minta maaf semua selesai?
Kiran Jade
Terus lo maunya apa sih?!
Kiran Jade
Repot banget lo
Kenneth Alexander Sadipta
Abis dari mana?
Kiran Jade
Gue udah bilang, kan?
Kenneth Alexander Sadipta
Bilangnya gausah ngegas ke saya.
Kenneth Alexander Sadipta
Gausah berdecak gitu!
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu bicara dengan siapa?
Kenneth Alexander Sadipta
Saya tanya sekali lagi.
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu ke mana?
Kenneth Alexander Sadipta
Ngapain?
Kiran Jade
Menurut lo ngapain?
Kenneth Alexander Sadipta
Jawabnya yang benar.
Kiran Jade
Gue mau ketemu Lia.
Kenneth Alexander Sadipta
Kenapa ga izin?
Kenneth Alexander Sadipta
Kenapa ga izin?
Kenneth Alexander Sadipta
Sejak saya berucap sumpah, kamu udah tanggung jawab saya.
Kenneth Alexander Sadipta
Saya harus tau kamu ngapain aja.
Kiran Jade
Oh god! Terlalu banyak aturan!
Kenneth Alexander Sadipta
Bukan terlalu banyak aturan.
Kenneth Alexander Sadipta
Kamu harus tau posisinya kita udah menikah.
Kiran Jade
Yaudah iya, gue minta maaf.
Kiran Jade
Gue cuma mau curhat sama Lia.
Kenneth menghela napas panjang.
Kenneth tahu, ia perlu menghadapi perasaannya ini. Namun, saat ini, ia hanya bisa berdiri dengan tatapan tajam
Kenneth Alexander Sadipta
Besok lain kali, pergi ke manapun, izin sama saya.
Kenneth Alexander Sadipta
Saya perlu tahu kamu dengan siapa, dan kalau ada apa-apa saya ga bingung.
Kenneth Alexander Sadipta
Mau pulang?
Kiran Jade
(Ternyata dia galak kalau marah)
Kenneth berdiri mengulurkan tangan.
Kiran genggam dan mereka pergi keluar dari rumah makan padang itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!