NovelToon NovelToon

Rockmantic Of Love

Ep. 1

*****

Malam itu, di apartemen mewah yang mereka tinggali di Los Angeles, kesunyian terasa menghantui meski kota di luar sana sedang bersiap menyambut tahun baru. Suara ketikan keyboard terdengar berirama dari meja kerja Grey. "Tik... tik... tik..." Keyboardnya bekerja keras di bawah jemari cepatnya, sementara di sisi lain, White sibuk menatap layar monitornya. Sesekali, White menghela napas panjang, mengusir kelelahan yang menumpuk di dadanya. "Huff..."

Grey akhirnya menyelesaikan ketikan terakhirnya. "Klik." Sebuah pesan muncul di layar komputer, menandakan bahwa proyek musik besar mereka untuk sebuah band K-Pop telah rampung. Grey menyandarkan punggung ke kursinya, napasnya terhembus perlahan. "Ssshhh..."

"Selesai sudah," katanya dengan suara rendah dan dingin.

White segera berdiri, peregangan tubuhnya memecahkan kebekuan ruangan. "Krek... krek..." Sebuah senyum puas menghiasi wajahnya. "Akhirnya selesai juga!" serunya, sementara tangannya terangkat ke atas. Dia berjalan menghampiri jendela besar di sudut ruangan. "Lega sekali... project terakhir di tahun 2024."

Grey tetap di kursinya, hanya mengangguk kecil dengan senyum tipis di wajahnya. "Kau selalu begitu bersemangat," gumam Grey dalam hati, merasa sedikit geli melihat antusiasme White yang kontras dengan dirinya. "Srek..." Kursinya bergeser perlahan saat ia bangkit berdiri, berjalan menuju jendela besar.

White menoleh dan tertawa kecil. "Waaah.... Kembang apinya sudah mulai," ujarnya sambil menunjuk ke langit yang sudah dipenuhi warna-warni kembang api. "Boom! Flash! Crack!" Langit malam tahun baru itu dipenuhi suara ledakan yang menggemuruh, menciptakan cahaya cerah yang menghiasi seluruh kota.

Grey berdiri di sampingnya, diam tanpa ekspresi. "haaaah..... Ini mungkin tahun terakhirku di dunia musik," ujarnya tiba-tiba, suaranya tetap dingin.

White, yang sedang menikmati pemandangan, berhenti sejenak. Tangan yang tadinya berada di sakunya terangkat, menahan diri dari keterkejutan. "Hee? Maksudmu apa?" Dia menoleh cepat, matanya membulat. "Serius?" tanyanya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Grey menoleh sedikit, menatap sahabatnya. "hmmmm," jawabnya, tenang namun mantap. "Aku sudah menghasilkan cukup uang, selama tujuh tahun ini. aku bisa hidup nyaman dengan uang itu." Matanya kembali ke luar, memandangi kembang api yang terus menghiasi langit. "Boom! Flash!"

White menggeleng pelan, mencoba memproses kata-kata Grey. "Hah... kau benar-benar berpikir bisa hidup tanpa musik?" tanyanya, suaranya penuh keheranan. Dia menyelipkan tangan ke dalam saku, sementara senyumnya sedikit berkurang. "Heh... tak mungkin."

Grey tetap tenang, tatapannya kosong menatap luar jendela. "Aku mulai jenuh dengan kehidupan seperti ini.... Musik bukan lagi sesuatu yang kuinginkan... Aku hanya ingin hidup santai," katanya dalam hati. "Klik..." jemarinya tanpa sadar mengetuk pelan kaca jendela, menciptakan suara lembut di tengah gemuruh kembang api. "Boom! Crackle!"

White, yang mendengar penjelasan itu, kembali tersenyum lembut. "Aku tidak yakin kau bisa melakukannya..... Aku berani bertaruh untuk itu." ujarnya pelan. Dia menoleh, menatap wajah Grey dengan tatapan penuh pengertian. "Aku tahu betul tentang dirimu. jadi kurasa itu tidak mungkin."

Grey tak memberikan tanggapan, tapi dalam hatinya, ada sedikit keraguan yang muncul.

White menatap langit yang berkilauan oleh kembang api, matanya menerawang. "Selama ini.... aku hanya memiliki satu harapan saja ...... Aku hanya ingin kembali seperti delapan tahun yang lalu," katanya tiba-tiba, suaranya sedikit bergetar dengan nada nostalgia.

Grey menoleh, alisnya berkerut mendengar ucapan itu. "Maksudmu?" tanyanya, kali ini lebih tertarik. "Tuk... tuk..." jemarinya kembali mengetuk pelan bingkai jendela.

White tersenyum, mengingat masa lalu mereka. "Delapan tahun yang lalu, saat kita bisa bersenang-senang bersama,..... melihat keramaian dan antusias yang sangat hebat." ujarnya lembut, dengan mata yang penuh dengan kenangan.Grey terdiam sejenak, menatap White dengan tatapan serius. "Itu hanya kenangan yang tak mungkin terulang kembali. lupakan saja," katanya dengan suara lebih pelan, seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Semua sudah berakhir."

White tertawa kecil. "Aku yakin semua akan terjadi kembali......., kebahagian itu.........., kebersamaan itu........... Aku yakin itu........." Ucapannya penuh keyakinan, meski ia tahu betapa sulitnya meyakinkan Grey."Boom!" Sebuah kembang api besar meledak di langit, membuat Grey terdiam sejenak, merenungkan kata-kata White. "Dasar.... Pollyana...... ," pikir Grey, merasa terganggu oleh harapan yang terus hidup dalam diri White.

Namun, Grey tak bisa membiarkan dirinya terlalu lama terjebak dalam perasaan itu. Ia berbalik, langkah kakinya terdengar pelan di lantai. "Tap... tap... tap..." Dengan gerakan lambat, ia berjalan menuju kamarnya.

Sebelum membuka pintu, Grey berhenti sejenak, tanpa menoleh ke arah White. "Kau terlalu berharap pada sesuatu yang mustahil," katanya singkat. "Ctak..." Suara pintu kamar tertutup, meninggalkan White sendirian di dekat jendela.

White menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup, lalu kembali memandang langit. Kembang api semakin jarang terdengar, namun senyum tipis masih bertahan di wajahnya. "Aku tahu kau tidak bisa menghindar selamanya, Grey," gumamnya dalam hati, yakin bahwa suatu hari sahabatnya akan kembali pada musik yang mereka cintai.

Di tengah keheningan malam yang mulai kembali setelah pesta kembang api, dua sahabat itu terdiam dalam pikirannya masing-masing. "Boom... hiss..." Ledakan terakhir kembang api menutup malam itu, dan mungkin membuka harapan baru di tahun yang akan datang.

*****

Malam itu, di atas rooftop gedung termewah di Beijing, perayaan Tahun Baru 2025 berlangsung dengan meriah. Langit malam yang cerah dipenuhi oleh ledakan warna-warni kembang api. "Boom! Crackle! Flash!" Suara-suara kembang api mengisi udara, menggetarkan suasana pesta yang dikelilingi para selebriti dan produser ternama. Di antara gemerlap pesta, Natalia Lee berdiri di dekat meja panjang, tangannya menggenggam gelas wine yang terus diputar perlahan di antara jemarinya. "Srek... srek..." Matanya menatap kosong ke langit, pikirannya melayang jauh.

"Hmm... apa yang akan kulakukan tahun ini?" gumam Natalia dalam hati sambil menatap letupan kembang api di atas. "Aku sudah bekerja keras, tapi apakah cukup? Apa yang bisa kucapai di 2025 ini?" Ia menghela napas panjang, menundukkan kepalanya sedikit, sebelum mengangkat gelas wine-nya dan menatapnya dalam-dalam. Namun, ia tak segera meminumnya. "Huff..."

Di belakangnya, Manajer Lu berjalan mendekat, tumit sepatunya yang halus menimbulkan suara ringan di lantai rooftop yang mengkilap. "Tap... tap... tap..." Langkahnya perlahan, seakan tak ingin mengganggu lamunan Natalia.

Manajer Lu akhirnya tiba di samping Natalia dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu penyanyi muda itu. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya dengan suara lembut, tatapannya penuh perhatian saat ia menatap wajah Natalia dari samping. "Kau kelihatan sangat serius."

Natalia sedikit terkejut, tapi segera merespons. Ia menurunkan gelas wine dari tangannya dan menatap Manajer Lu sejenak sebelum kembali memandang langit. "Haah.... Aku sedang memikirkan apa yang akan ku harapkan di tahun 2025," jawabnya pelan. Suaranya terdengar datar, namun sarat dengan keinginan untuk mencapai sesuatu yang besar. "Boom! Flash!" Kembang api terus menerangi langit di atas mereka.

Manajer Lu tersenyum kecil, memiringkan kepalanya sedikit, menatap Natalia dengan rasa penasaran. "Memangnya apa yang kamu harapkan?" tanyanya lagi, nadanya tetap lembut dan penuh perhatian.

Natalia meletakkan gelas wine-nya di atas meja dengan hati-hati. "Clink..." Suara lembut terdengar saat dasar gelas bersentuhan dengan permukaan meja. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab. "Harapanku?...... Aku ingin lebih terkenal lagi..... Aku ingin menjadi lebih terkenal lagi..... Aku ingin membuat karya yang lebih baik dan berkualitas......," katanya sambil menatap cermin besar di dekat meja, melihat pantulan dirinya yang serius.

Sebuah senyum kecil tersungging di wajahnya. "Dan, semoga aku tidak menerima banyak skandal!" katanya dengan nada bercanda, diiringi tawa ringan. "Hehehe..."

Manajer Lu ikut terkekeh, menutup mulutnya dengan punggung tangan. "Hehehe..." Tawanya lembut tapi penuh pengertian. "Hmm, yang terakhir itu sepertinya akan sulit terkabulkan," balasnya sambil mengedipkan mata, menyiratkan candaan yang sejalan dengan harapan Natalia.

Natalia tertawa kecil, bahunya terangkat sedikit saat ia menghadap Manajer Lu. "Ya... aku tahu," katanya sambil tersenyum, lalu kembali ke ekspresi serius. "Tapi kalau memang sulit terkabul, aku akan berdoa lebih keras lagi agar dikabulkan."

Manajer Lu tersenyum mendengar jawabannya, tatapannya penuh rasa sayang. "Teruslah berdoa. hahaha," ujarnya sambil mengusap lembut bahu Natalia.

Natalia mengangguk pelan, kemudian kembali menatap langit yang terus diterangi kembang api. "Boom! Crackle!" Letupan kembang api menciptakan pola indah di langit malam yang gelap. "Aku selalu berharap itu" gumam Natalia dalam hati.

Manajer Lu menepuk bahu Natalia sekali lagi sebelum perlahan beranjak pergi. "Aku akan berbicara dengan beberapa produser," katanya, sambil melangkah mundur dengan perlahan. "Tap... tap... tap..." Langkahnya terdengar menjauh di tengah gemerlap pesta, sementara Natalia tetap diam di tempatnya.

Sendirian lagi, Natalia mengangkat gelas wine-nya sekali lagi dan menatapnya. "Srek... srek..." Anggurnya berputar perlahan di dalam gelas, memantulkan cahaya kembang api di atas. "Tahun ini... akan menjadi tahun yang besar. Aku bisa merasakannya," gumamnya dalam hati, yakin bahwa tahun 2025 akan menjadi langkah besar dalam kariernya.

Ia menyentuh bibir gelas dengan ujung jarinya. "Tuk..." "Aku harus lebih berani. Aku harus lebih kuat." Tekad itu tumbuh semakin kuat dalam dirinya seiring hilangnya kembang api terakhir di langit. "Hiss..."

Natalia akhirnya meneguk sedikit wine dari gelasnya. "Slurp..." Rasanya dingin dan lembut di tenggorokannya, memberikan sedikit kehangatan di tengah malam yang dingin. Gelas itu kembali diturunkannya dengan pelan, sementara tatapannya tetap terarah pada langit yang mulai sunyi. "Ini baru awal... semuanya pasti akan lebih berat. Tapi aku siap."

Dengan senyuman terakhir, Natalia menyandarkan tubuhnya ke meja, matanya menatap ke kejauhan. "Semoga tahun ini... semua yang kuimpikan akan terwujud," bisiknya pelan, menyerahkan seluruh mimpinya pada langit malam yang gelap dan tenang di atas kota Beijing. "Boom... hiss..."

*****

Ep. 2

*****

Langit Beijing mulai tenang, menyisakan hanya bintang-bintang dan lampu kota setelah ledakan kembang api mereda. "Hiss... crackle..." Sisa percikan terakhir menghilang di antara kegelapan malam. Natalia Lee berdiri sendiri di rooftop gedung mewah itu, tangannya menggenggam gelas wine yang terus ia putar perlahan. "Srek... srek..." Matanya memandang kosong ke langit, sementara pikirannya tenggelam dalam ambisi dan tekadnya untuk tahun 2025.

"Malam yang panjang... ," gumam Natalia dalam hati, mencoba menata pikiran dan menyusun rencana di tengah keheningan pesta yang mulai mereda.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. "Tap... tap... tap..." Natalia langsung mengenali ritme langkah itu. Dia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang. Angelina, saingannya, dengan angkuh muncul di sampingnya, membawa segelas wine di tangan. "Klik... klik..." Suara sepatu hak tinggi Angelina terdengar jelas saat ia berhenti tepat di sebelah Natalia.

Natalia menahan napas sejenak. "sepertinya masalah akan datang," pikirnya, tetap berusaha mengendalikan diri agar tidak bereaksi terlalu cepat. Dia tahu bahwa Angelina tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk menyindirnya.

Angelina memutar gelas wine-nya dengan perlahan, senyum sinis muncul di wajahnya. "Heh..." Dia meneguk sedikit wine sebelum membuka percakapan, nadanya jelas menunjukkan kesombongan.

"Apakah kau sedang memikirkan masa depanmu, Natalia Lee?" tanya Angelina, suaranya terdengar halus namun penuh sindiran. "Kau tampak begitu... tenggelam dalam pikiran..... Mungkin... sedang memikirkan apakah kau masih punya tempat di industri ini, hmm?" lanjutnya dengan tatapan meremehkan, sambil memandang Natalia dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Natalia menggenggam gelas wine-nya lebih erat. "Clink..." Suara kecil terdengar saat gelasnya bergetar di genggaman tangannya. "Dasar wanita sombong," gumamnya dalam hati, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Thump... thump..." Namun, dia tetap diam, memilih untuk tidak menanggapi sindiran itu secara langsung.

Angelina tersenyum puas, menikmati bagaimana Natalia menahan diri. Dia kembali meneguk wine-nya, matanya memicing saat ia mendekatkan wajahnya sedikit ke arah Natalia. "Kau bisa berhenti sekarang, kalau kau mau," katanya dengan nada rendah namun tajam. "Dan aku beritahu satu hal bahwa kau tidak akan pernah bisa menyaingiku. Jujur saja, kau hanya akan buang-buang waktu."

Natalia bisa merasakan panas di dadanya meningkat. "Aku ingin sekali menamparnya," pikirnya. Tapi, dia tetap bertahan, menahan emosi yang bergolak. "Aku harus bisa menahan diri.... Dia hanya ingin memancingku," gumamnya lagi dalam hati, menegaskan agar dirinya tetap tenang. "Srek..." Natalia merapikan gaunnya dengan gerakan kecil, berusaha menjaga wibawa.

Namun, Angelina belum selesai. Dia tersenyum lebih lebar, nadanya semakin menusuk. "Aku akan memastikan karirmu berakhir di tahun 2025," katanya pelan namun penuh ancaman, matanya berkilat-kilat dengan niat jahat.

"Boom!" Suara kembang api terakhir meledak di langit, seolah menegaskan ancaman Angelina. Wajahnya tetap dingin dan puas, yakin bahwa Natalia tidak akan mampu menjawab tantangan ini.

Natalia akhirnya memalingkan wajahnya, menatap Angelina dengan senyum tipis, tatapannya tajam dan penuh ejekan. "Heh... kau mengatakan itu karena kau takut, kan?" ucapnya dengan suara rendah namun penuh makna. "Takut bersaing denganku," tambahnya, senyumnya semakin melebar, penuh keyakinan. "Takut aku akan mengalahkanmu."

Angelina terdiam sejenak, terkejut dengan balasan Natalia yang penuh keyakinan. "Apa? Apa yang dia katakan barusan? Dia menantangku?" pikirnya, merasa terganggu oleh keberanian Natalia. Namun, ia segera menutupi keterkejutannya, meski hatinya sudah sedikit terguncang.

Dengan gerakan anggun, Natalia mengangkat tangannya, seolah memberikan isyarat perpisahan dengan penuh kemenangan. "Srek..." Ia berbalik dan melangkah pergi dengan tenang, langkahnya mantap dan penuh kepercayaan diri. "Tap... tap... tap..." Suara sepatu haknya bergema, meninggalkan Angelina yang masih terpaku di tempat.

"Aku yakin. Dia takkan membiarkan ini berakhir begitu saja," gumam Natalia dalam hati, merasa puas namun tetap waspada. "Aku tahu dia pasti akan mencoba sesuatu... aku harus siap."

Angelina menatap punggung Natalia yang semakin menjauh, wajahnya berubah masam. "Awas kau natalia....," gumamnya dengan suara rendah, meneguk wine di tangannya dengan keras. "Slurp..." Rasa wine yang dingin tidak mampu meredakan kemarahannya.

Beberapa saat kemudian, Manajer Chen muncul di samping Angelina. "Tap... tap... tap..." Dia menatap Natalia yang semakin menjauh, lalu kembali memandang Angelina dengan senyum sinis."Apakah dia menantangmu?" tanya Manajer Chen, nadanya penuh sindiran. "Penyanyi rendahan seperti dia tidak pantas berada disini."

Angelina mendengus, tatapannya penuh kebencian. "Ya, lihat saja nanti. Dia akan tahu akibatnya," katanya dingin, menatap kosong gelas wine yang kini kosong di tangannya. "Aku akan pastikan dia akan menyesal."

Manajer Chen tersenyum puas. "Kita akan lihat bagaimana dia nanti," katanya dengan nada percaya diri.

Angelina mengangkat gelas wine-nya yang kosong, seolah-olah memberikan salam peringatan kepada malam. "Clink..." Suara lembut dari kaca itu menjadi janji terselubung untuk tahun yang baru—tahun yang akan dipenuhi rencana untuk menghancurkan karier Natalia.

"Dia akan tahu siapa aku sebenarnya," pikir Angelina dengan penuh kebencian, tatapannya tajam menembus kegelapan malam di atas kota Beijing.

*****

Natalia Lee berjalan dengan langkah yang stabil, meninggalkan percakapan yang penuh ketegangan dengan Angelina. "Tap... tap... tap..." Suara sepatunya terdengar di lantai rooftop, pikirannya berputar-putar dengan kemarahan dan ketegangan dari kata-kata Angelina yang menyakitkan tadi. Saat dia mendekati Manajer Lu, yang sedang berdiri mengamati beberapa produser musik, Natalia merasa sedikit lebih tenang. Manajer Lu selalu bisa memberikan ketenangan dalam situasi apa pun.

"Tap... tap..." Langkah terakhir Natalia berhenti di samping Manajer Lu. Manajer Lu meliriknya, menyambut dengan senyuman kecil, tetapi mata tajamnya memancarkan perhatian yang penuh.

"Dia mengusikmu lagi?" tanya Manajer Lu dengan lembut, matanya menelusuri ekspresi wajah Natalia, ingin tahu apakah percakapan dengan Angelina membawa sesuatu yang serius.

"Ah... seperti biasa, hanya hal sepele saja," jawab Natalia sambil tersenyum tipis. "Aku tidak ingin memperpanjang drama itu." Huff... Dia menghela napas, mencoba menghilangkan sisa ketegangan dari tubuhnya. Dalam hatinya, dia berusaha menahan rasa jengkel yang masih tersisa. "ga ada capek capeknya nenek sihir itu...."

Manajer Lu tersenyum, terlihat mengerti. "Natalia sudah bisa menahan dirinya," pikir Manajer Lu sambil meneguk sedikit wine dari gelasnya. "Srek..." Suara lembut wine yang berputar di dalam gelas menciptakan momen singkat keheningan di antara mereka.

Manajer Lu mengalihkan pandangannya ke arah seorang pria yang berdiri tak jauh di seberang ruangan, berbicara dengan beberapa orang. "Lihat laki-laki di depan itu," katanya dengan nada pelan, sedikit berbisik, "Dia adalah Produser Zhang."

Natalia mengikuti arah pandangan Manajer Lu. Di seberang ruangan, dia melihat seorang pria tampan dengan jas hitam yang sangat elegan. "Klik..." Suara sepatunya terdengar pelan saat dia menggeser posisinya, memberikan perhatian penuh kepada orang-orang yang diajaknya bicara. 

Pria itu tampak karismatik, penuh percaya diri, dan memancarkan aura seorang pemimpin.

"Hmm... dia memang tampan," gumam Natalia dalam hati. Dia tak bisa mengabaikan kehadiran pria itu. Sosoknya tampak begitu berwibawa, dan jelas dia adalah seseorang yang berpengaruh.

"Dia pemilik Heaven Music, label rekaman yang sedang populer sekarang," lanjut Manajer Lu, sedikit bersemangat. "Banyak penyanyi yang ingin berkontrak dengannya."

Natalia mendengarkan dengan seksama. Matanya terus tertuju pada Produser Zhang yang tampak sangat nyaman di lingkungannya. "Heaven Music... bisa jadi kesempatan yang bagus," pikir Natalia sambil merenung. Dalam hatinya, dia mulai mempertimbangkan potensi besar yang bisa dibawa oleh label tersebut.

Manajer Lu menatap Natalia dengan senyum kecil. Dia tahu bahwa Natalia mendengarkan dengan penuh perhatian. "Oh, kamu tau ngga?," tambah Manajer Lu dengan nada penuh rahasia, "Produser Zhang itu bertunangan dengan Angelina."

"Eh? Apa?" Natalia terkejut, matanya langsung melebar. "Tunangannya Angelina?" tanyanya sambil menatap Manajer Lu, ingin memastikan dia mendengar dengan benar.

Manajer Lu mengangguk sambil tersenyum kecil. "Ya, orang tua mereka teman sejak kecil. Jadi, mereka sudah dijodohkan sejak lama," jelasnya. Srek... srek... Wine di dalam gelasnya terus bergerak pelan, memberikan kesan seolah cerita ini sudah sering dia dengar.

Natalia terdiam, memproses informasi itu dengan cepat. "Angelina... bertunangan dengan produser sebesar Zhang? Ini... sungguh tak terduga," pikirnya, merasa situasi ini semakin rumit. 

Meski demikian, dia berusaha untuk tetap tenang. "Tapi..... Kenapa mereka belum mengumumkan tanggal pernikahannya ya....?" gumam Natalia dalam hati, penuh rasa penasaran.

Manajer Lu tersenyum, melanjutkan ceritanya. "ntahlah, Nat."

Natalia hanya mengangguk, mencoba mencerna semua ini. "Jadi, mereka punya hubungan seperti itu...." pikirnya sambil terus meneguk wine dari gelasnya. Slurp...

Lalu, Manajer Lu kembali bertanya, kali ini suaranya lebih lembut. "Natalia, apakah kau tertarik untuk berkontrak dengan Heaven Music?"

Natalia berpikir sejenak, mengarahkan kembali pandangannya ke Produser Zhang yang masih terlihat sibuk berbicara dengan orang-orang di sekelilingnya. "Ntah lah. Aku belum tahu pasti," jawabnya hati-hati. "Tapi jika ada kesempatan, aku juga ingin bergabung. Heaven Music adalah label besar, dan itu bisa menjadi kesempatan yang bagus untuk karierku."

Manajer Lu tersenyum, tampak puas dengan jawaban Natalia. Namun, dia belum selesai. "Tapi kau tahu, kalau kau bergabung dengan Heaven Music, itu berarti kau akan sering bertemu dengan Angelina," tambahnya dengan nada bercanda, sambil memandangi Natalia dengan ekspresi yang sedikit nakal.

Natalia hanya tersenyum kecil, meski dalam hatinya ada sedikit rasa bergejolak. "Heh..." Tawa kecil keluar dari bibirnya. "itulah yang aku tidak suka," jawabnya mantap. "Namun tujuanku hanya untuk berkarir di dunia musik, Musik adalah prioritas utamaku."

Manajer Lu menatapnya, kagum dengan ketenangan dan kedewasaan Natalia. "Semoga saja, Nat," katanya sambil menepuk pundaknya pelan, penuh rasa bangga.

Natalia tersenyum, mengangkat gelas wine-nya dan menyentuhkan gelasnya dengan Manajer Lu. "Kling..." Suara lembut gelas yang bertemu mengisi udara, menandai persahabatan dan kerja sama mereka yang kuat.

Mereka berdua meneguk wine bersama-sama. "Slurp..." Anggur dingin itu mengalir dengan lembut di tenggorokan, memberikan rasa hangat di tengah malam yang mulai semakin sepi. Suara angin berdesir lembut di antara gedung-gedung di sekitar mereka. "Wussh..."

Natalia menatap lurus ke depan, merasakan perasaannya semakin mantap. "Aku siap menghadapi apapun yang terjadi," gumamnya dalam hati. "Persaingan atau drama... itu bukan fokusku. Musik adalah segalanya."

*****

Ep. 3

*****

Di tengah perbincangan hangat dengan para produser, Produser Zhang tak bisa mengalihkan pandangannya dari Natalia Lee. Di bawah lampu rooftop yang berkilauan, Natalia tampak anggun dan memancarkan aura profesionalisme. Zhang memperhatikan gerak-geriknya yang halus, bagaimana gaun merahnya bergoyang lembut saat tertiup angin malam. "Srek... srek..." Suara angin yang membawa ujung gaunnya terdengar samar, disertai dengan kilauan sisa-sisa kembang api di langit, "Boom... hiss..."

"Dia benar-benar memiliki potensi yang besar," pikir Zhang sambil menyesap wine-nya. "Kariernya selalu menanjak, namun kontraknya akan segera habis. Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini." Zhang merasa waktunya sangat tepat untuk bergerak.

Setelah beberapa saat, Zhang memutuskan untuk meninggalkan percakapan dengan para produser. "Maaf, aku pergi sebentar," katanya sopan, menggeser gelas wine-nya ke meja dengan hati-hati. "Srek..." Suara halus saat gelas itu diletakkan. "Tap... tap... tap..." Langkah kakinya yang mantap dan percaya diri membawa Zhang mendekati Natalia, dengan senyum tipis yang penuh ambisi di bibirnya.

Di sisi lain, beberapa produser yang ditinggalkan Zhang mulai saling bertukar pandang dan berbisik. "Dia pasti ingin mendekati Natalia," kata salah satu dari mereka. "Ya, Zhang memang sangat ambisius," tambah yang lain, matanya terus mengawasi pergerakan Zhang. "Dia selalu tahu mana yang berpotensi baginya."

Sementara itu, Angelina memperhatikan semua ini dari kejauhan. Mata cemburunya tajam menatap Zhang yang semakin dekat dengan Natalia. "Kemana dia? ...... Apa dia akan mendekati Natalia?" pikir Angelina, hatinya membara dengan rasa tidak nyaman. Wajahnya berubah tegang, penuh amarah. Manajer Chen, yang berdiri di sampingnya, menyadari perubahan itu.

"Sepertinya dia tertarik pada Natalia," kata Manajer Chen sambil tersenyum tipis. "Mungkin dia ingin merekrutnya ke Heaven Music."

Mendengar itu, mata Angelina semakin berkilat. "tidak.... tidak mungkin!" batinnya. "Zhang seharusnya hanya fokus padaku. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi," gumamnya dalam hati, sambil terus menatap dengan tatapan marah ke arah Natalia dan Zhang yang mulai berbincang.

Kembali ke Natalia, Produser Zhang sudah tiba di hadapannya. Dengan senyum hangat, Zhang menyapa Natalia. "Selamat malam, Natalia Lee. Senang sekali bisa bertemu denganmu malam ini."

Natalia yang sedang asyik berbicara dengan Manajer Lu terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Zhang. "Oh..." pikirnya, tapi dia dengan cepat menutupi keterkejutannya dan merespons dengan senyum profesional. "Selamat malam, Produser Zhang," balas Natalia anggun, sedikit memiringkan kepalanya tanda hormat. "Apa yang dia inginkannya?"

Zhang tidak membuang waktu, dia langsung melanjutkan, "Aku selalu memperhatikanmu, dan aku harus katakan, kau benar-benar luar biasa. Kariermu sungguh cemerlang, dan aku sangat terkesan dengan kesuksesanmu."

Natalia tersenyum, meski dalam hatinya dia merasa ini hanya basa-basi. "Terima kasih, Produser Zhang," balasnya sopan. "apa tujuan dia sebenarnya?" gumamnya dalam hati. "Aku harus tetap profesional."

Zhang tersenyum lebih lebar, tatapannya intens. "Kau memiliki potensi besar, Natalia. Aku yakin kau bisa mencapai lebih dari ini."

Natalia mengangguk pelan, tetap menjaga sikap tenangnya. "Apakah dia akan merekrutku?," pikirnya dalam hati, sambil memindahkan sedikit posisi berdirinya. "Klik... klik..." Suara sepatu hak tingginya bergema halus saat ia mengubah posisi.

Produser Zhang melangkah sedikit lebih dekat, suaranya berubah lebih serius. "Aku dengar kontrakmu dengan label lamamu sebentar lagi akan berakhir," katanya sambil memandang mata Natalia. "Jadi, aku ingin tahu, apa rencanamu di tahun 2025? Dan....... Apakah kau sudah memutuskan dengan label mana kau akan bekerja sama?"

Natalia tetap tenang, meski pertanyaan itu cukup mendalam dan langsung. "Oh..... Aku masih meninjau beberapa penawaran kerja sama dari beberapa label," jawabnya hati-hati, senyumnya tetap terjaga. "Jadi Aku belum bisa memutuskan apa pun untuk saat ini."

Zhang tersenyum lega mendengar jawaban Natalia. "Belum ada keputusan... Ini kesempatan bagus," pikirnya, merasa bahwa ini waktu yang tepat. "Kalau begitu," lanjutnya tanpa ragu, "bagaimana kalau kau bergabung dengan Heaven Music? Kami akan sangat senang jika kau menjadi bagian dari tim kami."

Mendengar tawaran langsung ini, Natalia sedikit terkejut. "Dia benar-benar menawarkanku begitu cepat?" pikirnya, tetapi dia segera menutup keterkejutannya dengan senyum profesional. "Itu tawaran yang sangat menarik," jawab Natalia dengan senyum sopan. "Aku pasti akan mempertimbangkannya dengan serius." Srek... srek... Jarinya dengan lembut menyentuh permukaan gelas wine-nya, menjaga sikap tetap anggun.

Zhang tampak puas dengan respon tersebut. "Aku yakin Heaven Music akan menjadi tempat yang tepat untukmu," kata Zhang sambil tersenyum lebar. "Kami akan selalu menunggu dengan tangan terbuka jika kau memutuskan untuk bergabung."

"Dia sangat serius dengan ini... tapi aku harus mempertimbangkannya matang-matang," gumam Natalia dalam hati. "Heaven Music memang besar, tapi aku tidak bisa terburu-buru membuat keputusan."

Setelah percakapan itu, Zhang mengangkat gelasnya, tersenyum ke arah Natalia. "Bagaimana kalau kita cheers untuk masa depan yang cerah?" ajaknya dengan nada bersahabat.

Natalia mengangguk dan mengangkat gelasnya juga. "Cheers," jawabnya dengan tenang. "Kling..." Suara lembut dari gelas mereka yang saling bersentuhan mengisi udara malam itu. Keduanya sama-sama meneguk wine mereka dengan perlahan. Slurp... Rasa anggur dingin itu terasa menyegarkan di tengah malam yang semakin dingin dan tenang.

Setelah itu, Zhang menurunkan gelasnya dan tersenyum lagi. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku harus kembali bergabung dengan para produser lainnya. Senang bisa berbicara denganmu, Natalia."

"Sama-sama, Produser Zhang. Terima kasih kembali," balas Natalia anggun, menjaga tatapan profesionalnya.

"Tap... tap... tap..." Langkah Zhang terdengar jelas saat ia berjalan kembali bergabung dengan para produser. Natalia tetap berdiri dengan senyum tipis di wajahnya. "Tawaran dari Heaven Music... sangat menarik, tapi aku harus berhati-hati," pikirnya sambil menatap langit malam yang mulai gelap tanpa kembang api. "Hiss... crackle..."

Dari kejauhan, Angelina masih mengamati Natalia dan Zhang dengan mata penuh kebencian. Wajahnya memerah karena marah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Aku tidak akan membiarkan itu/ terjadi," pikir Angelina, merasa terancam. "Dia tidak akan merebut Zhang dan Heaven Music dariku!" gumamnya dalam hati, sementara Manajer Chen hanya tersenyum kecil di sampingnya, menyadari seberapa dalam kecemburuan Angelina malam itu.

*****

Setelah Produser Zhang meninggalkan mereka, Manajer Lu menatap Natalia dengan senyum hangat. Raut wajahnya memancarkan rasa kagum yang mendalam. "Kau luar biasa, Nat," katanya sambil sedikit mendekat. "Kau tetap anggun dan profesional sepanjang percakapan itu."

Natalia tertawa kecil, meski napasnya terasa sedikit sesak. "Sebenarnya," katanya pelan sambil mengusap pelan dadanya, "jantungku juga hampir copot!" Huff... Suara tawa ringan keluar dari bibirnya, meski di dalam hati dia merasa lega karena berhasil mengendalikan situasi. "Menghadapi Produser Zhang seperti itu... bukan hal yang mudah," pikirnya sambil menghembuskan napas panjang.

Manajer Lu tertawa sambil menutup mulutnya, berusaha menahan tawa lebih keras. "Hehehe... Aku tahu kau pasti tegang. Tapi kau berhasil menyembunyikannya dengan baik," ucapnya sambil menepuk lembut bahu Natalia.

Namun, dari kejauhan, Angelina memperhatikan Natalia dengan tatapan penuh kebencian. "Dia merasa bisa dengan mudah menarik perhatian Zhang, huh?" pikirnya, rahangnya mengeras. Dengan langkah cepat dan penuh determinasi, dia mulai mendekati Natalia, ditemani oleh Manajer Chen di sisinya. "Tap... tap... tap..." Suara sepatu Angelina terdengar semakin dekat, menciptakan ketegangan yang tak terelakkan.

Manajer Lu yang pertama kali menyadari kedatangan mereka, segera membisikkan peringatan ke Natalia. "Dia datang," katanya pelan, namun cukup jelas.

Mendengar itu, Natalia menghela napas panjang. "Srek..." Dia membetulkan posisi gaunnya, mempersiapkan diri secara mental. "Baiklah, ocehan apalagi yang akan dia lontarkan kali ini?" pikirnya sambil berusaha tetap tenang. "Aku harus menghadapi ini dengan kepala dingin."

Begitu Angelina sampai di depan Natalia, dengan sikap angkuh dan penuh arogansi, dia langsung menyerang dengan kata-kata tajam. "Kau pikir kau bisa masuk ke Heaven Music? Jangan harap! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi," kata Angelina dengan nada penuh kebencian. Senyum sinisnya melebar, seolah dia telah memenangkan pertempuran yang belum dimulai.

Natalia menatap Angelina dengan senyum tipis, tetap tenang di luar meskipun hatinya bergejolak. "Lihat saja nanti," jawabnya pendek, namun sarat makna. "Dia benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti," pikir Natalia sambil menghela napas dalam hati, menahan dorongan untuk bereaksi lebih jauh. Srek... Jemarinya menyusuri sisi gaunnya, berusaha menenangkan diri.

Angelina terdiam sejenak, terkejut dengan balasan dingin Natalia. Namun, sebelum dia bisa menambah serangan verbalnya, Natalia dan Manajer Lu memutuskan untuk pergi, meninggalkan Angelina di belakang. "Tap... tap... tap..." Langkah mereka cepat dan tegas, seolah mereka ingin secepat mungkin keluar dari lingkaran drama itu.

"Dasar...... !" gumam Angelina dalam hati, wajahnya semakin memerah karena marah. "Aku tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja." Manajer Chen di sampingnya ikut mendengus, matanya memperhatikan Natalia dengan penuh benci. "Dia sangat sombong. Kita harus membalasnya" bisik Manajer Chen dengan nada penuh dendam. "Tunggu saja," balas Angelina, suaranya penuh tekad.

Sementara itu, Natalia dan Manajer Lu berjalan menuju lift, berusaha meredakan ketegangan yang baru saja mereka alami. "Aku sudah tak nyaman lagi di sini," ucap Natalia pelan. "Aku rasa lebih baik kita pulang lebih awal."

Manajer Lu mengangguk setuju. "Aku juga merasakan hal yang sama," jawabnya. Mereka tiba di depan lift. "Ding..." Pintu lift terbuka, dan mereka masuk dengan langkah mantap. Begitu pintu lift hampir menutup, tiba-tiba sebuah tangan menghentikannya. "Srek..." Pintu lift terbuka kembali, memperlihatkan sosok Produser Zhang.

"Selamat malam," sapa Zhang dengan senyum hangat.

Natalia dan Manajer Lu terkejut, tetapi mereka dengan cepat menyapa balik. "Oh, selamat malam, Produser Zhang," balas Natalia sambil tersenyum, meski dalam hatinya dia sedikit gugup. 

Zhang masuk ke dalam lift dan berdiri bersama mereka. "Apakah kamu akan pulang.?" katanya, matanya menatap Natalia dengan penuh perhatian. 

Natalia menghela napas pelan, berusaha tetap tenang. "Iya... Produser Zhang" jawabnya dengan sopan. Huff... Suaranya terdengar ringan, meski dalam hatinya dia ingin cepat-cepat mengakhiri malam ini.

Zhang tersenyum mengerti. "eeeeh.... bagaimana jika aku mengantarmu pulang?" tawar Zhang dengan nada ramah, meski terdengar cukup serius.

Natalia sedikit terkejut mendengar tawaran itu, tapi dia dengan cepat menolaknya dengan halus. "Oh Terima kasih, Produser Zhang, tapi Manajer Lu yang akan mengantarku pulang," katanya sambil melirik ke arah Manajer Lu yang juga tersenyum ramah.

Manajer Lu menambahkan, "Benar Produser Zhang, saya akan mengantarkannya pulang. Terima kasih atas tawarannya."

Zhang tersenyum kembali, menoleh ke Manajer Lu dan mengangguk. "Baiklah kalau begitu."

Lift terus turun perlahan, menciptakan suasana hening yang sedikit canggung. Ssst... Suara mesin lift bergerak halus, memecah kesunyian di antara mereka. Namun, Zhang kembali memecah keheningan dengan pertanyaan. "Apa rencanamu besok, Natalia? Ada proyek yang sedang kau kerjakan?"

Natalia berpikir sejenak sebelum menjawab. "Besok aku ada pemotretan yang akan berlangsung sampai sore," jawabnya sambil tersenyum kecil.

Zhang mengangguk, tampak mempertimbangkan sesuatu. "Kalau begitu, bagaimana jika kita makan siang bersama setelah pemotretan? Aku ingin mendiskusikan beberapa hal lebih lanjut," tawarnya dengan nada yang ramah namun langsung.

Natalia terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran itu. "Hmm, tawaran yang cukup menarik..." pikirnya. Akhirnya, dia menjawab, "Aku akan mempertimbangkannya, Produser Zhang. Terima kasih atas tawarannya."

Zhang tampak puas dengan jawaban itu, lalu menambahkan, "Baik, kita bisa berkoordinasi nanti. Boleh aku meminta nomor teleponmu?"

Natalia sedikit terkejut dengan permintaan langsung itu, namun dengan sikap profesional, dia menjawab, "Tentu," sambil mengambil ponselnya. Mereka bertukar nomor dengan cepat. "Srek... srek..." Jari-jarinya bergerak lincah di atas layar ponsel, menyimpan kontak Zhang.

Akhirnya, lift sampai di lobby. "Ding..." Pintu lift terbuka, dan mereka bertiga keluar bersama. "Tap... tap... tap..." Suara langkah kaki mereka terdengar di lantai marmer lobby.

Setelah tiba di luar, Natalia dan Manajer Lu berpamitan. "Terima kasih Produser Zhang. Sampai bertemu lagi," kata Natalia dengan sopan.

"Sampai bertemu lagi, Natalia." jawab Zhang sambil tersenyum hangat.

Mereka berpisah, dan Natalia serta Manajer Lu berjalan menuju mobil mereka. "Klik..." Manajer Lu membuka pintu mobil dan masuk ke kursi pengemudi, sementara Natalia duduk di bangku baris kedua. Huff... Natalia menghela napas panjang, merasa lega setelah melewati malam yang cukup panjang dan penuh ketegangan.

"Srek..." Mobil mulai melaju pelan keluar dari parkiran, meninggalkan gedung yang gemerlap di belakang mereka.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!