NovelToon NovelToon

Serious? I'M Not A Hero!

Kebangkitan yang Terlambat

Aku berjalan di sepanjang trotoar Seoul, di bawah matahari yang terik. Keringat mulai mengalir dari dahiku. Rasanya seperti aku sedang disiksa oleh cuaca dan bosku pada saat yang bersamaan. Kalau saja aku bisa menggunakan kekuatan game-ku di dunia nyata untuk teleport ke kantor, hidup pasti akan jauh lebih mudah.

"Rapat jam berapa?" bisikku sambil membaca pesan dari bosku.

Oh, tentu saja, jangan terlambat. Dia pasti merasa penting banget dengan semua rapatnya yang penuh omong kosong itu. Tapi aku? Aku lebih memilih bertempur dengan naga daripada harus mendengarkan presentasi tentang angka-angka yang tak pernah masuk akal.

Jujur saja, aku nggak pernah mengira hidup akan jadi begini. Di dalam game, aku ini dewa. Level 9999, semua item legendaris, dan kekuatan yang bisa menghancurkan apa pun dengan satu tebasan pedang.

Tapi di dunia nyata? Ya ampun, aku cuma pegawai kantoran biasa yang bahkan nggak bisa melawan kemacetan kota, apalagi monster raksasa.

Ding!

Eh? Apa itu? Bunyi suara familiar tiba-tiba muncul di telinga, seperti suara notifikasi game MMORPG-ku. Tunggu, apa? Status window?

Aku menatap lurus ke depan, dan di hadapanku, muncul sebuah jendela biru transparan yang melayang di udara. Oh, ayolah! Serius?

Apa aku mulai berhalusinasi karena stres kerja? Tapi saat aku melihat isi jendela itu, aku langsung sadar bahwa ini bukan mimpi buruk, tapi mungkin takdir paling aneh yang bisa terjadi.

[Status Window]

Nama: Kim Tae-min

Level: 9999

Class: Berserker

HP: 999,999

MP: 999,999

Strength: 50,000

Agility: 45,000

Intelligence: 48,000

Dexterity: 44,500

Luck: 100

Skill Points: Maxed Out

Titles:

The Eternal Champion

Slayer of a Thousand Beasts

Shadow of Destruction

"Ah, ini sih gila!" Aku tertawa. "Author, serius nih? Kamu bikin aku jadi karakter overpower di dunia nyata sekarang? Kenapa nggak dari dulu aja?"

Aku menatap layar biru itu dengan campuran perasaan kagum dan bingung. Ini semua adalah status dan statistik dari karakternya di game online-ku. Setiap angka, setiap atribut, semua persis seperti yang kupunya di dunia game.

"Yah, terima kasih, tapi kenapa sekarang, pas aku lagi buru-buru ke kantor?" kataku sambil melirik ke langit, berharap ada jawaban dari ‘sang pengendali cerita’. Tentu saja, tidak ada jawaban. Cuma aku yang gila, bicara sendiri dengan... diriku sendiri.

Tapi sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, jendela Inventory muncul di depanku.

[Inventory]

Heavenly Sword of Ragnarok (Legendary)Attack: +50,000

Special Effect: Increases critical hit chance by 25%.

Armor of the Immortal King (Mythic)Defense: +45,000

Special Effect: Reduces all incoming damage by 50%.

Pendant of ConcealmentEffect: Hides the user’s status from external detection.

Ring of Mana OverflowEffect: Increases MP regeneration rate by 500%.

Potion of Full Recovery (x10)

Teleportation Scroll (x5)

Aku mendapati Inventory penuh dengan perlengkapan overpower yang dulu kubeli di game dengan menghabiskan seluruh gajiku.

"Oh, ya ampun. Semua ada di sini." Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil memandangi senjata-senjata itu. "Pedang legendaris? Armor mitos? Ini kayak surga bagi gamer mana pun."

Tapi yang paling penting, ada item yang menyelamatkanku dari semua potensi masalah di dunia nyata ini: Pendant of Concealment. Kalung ini bisa menyembunyikan statusku dari deteksi.

Bagus, karena setelah awakening, semua orang diwajibkan untuk melakukan evaluasi rank di Asosiasi Awakener. Dan kalau mereka tahu aku ini level 9999? Bisa-bisa aku jadi bahan eksperimen.

"Serius, Author, kamu sengaja bikin aku harus berurusan dengan masalah sebesar ini?" Aku memasang kalung itu sambil mendesah. Ya, kalau aku ketahuan terlalu kuat, hidupku pasti berakhir. Dan sekarang, aku harus sembunyi.

Tiba-tiba, di kejauhan, aku mendengar suara ledakan keras. Tanah bergetar, dan orang-orang mulai berlarian panik. Aku menengok ke arah sumber suara, dan yang kulihat membuatku hampir memuntahkan sarapan tadi pagi. Monster raksasa setinggi lima meter sedang mengamuk, menghancurkan bangunan seperti mainan.

"Serius? Harus banget sekarang?" Aku melihat sekelompok awakener sedang mencoba melawan monster itu, tapi jelas mereka kewalahan. Salah satunya, Choi Seok-jin, tampak memimpin serangan, tapi... yah, rasanya mereka nggak akan bertahan lama.

Aku bisa saja berpura-pura tidak melihat. Aku bisa saja pergi begitu saja. Tapi kalau monster ini terus mengamuk, aku yang akan terlambat ke kantor, dan bosku akan lebih menakutkan dari monster itu.

"Aduh, author, serius? Kamu benar-benar bikin aku harus bertindak sekarang?" Aku menarik napas panjang, mengeluarkan Heavenly Sword of Ragnarok dari Inventory. Pedang itu bersinar terang, terasa lebih berat di tangan daripada yang kukira. Tapi entah bagaimana, tubuhku langsung beradaptasi. Ya, aku sudah level 9999. Ini harusnya gampang.

Aku melangkah ke depan, dan dengan satu gerakan sederhana, aku mengangkat pedang itu.

"Divine Slash!" teriakku, lebih karena kebiasaan game daripada kebutuhan sebenarnya.

Swish! Boom! Tebasan pedang itu membelah udara, dan suara ledakan menyusul setelahnya. Monster itu langsung terpotong menjadi dua, tanpa ada perlawanan. Tubuhnya terjatuh ke tanah, membuat suara gemuruh yang membuat bumi bergetar.

Aku menghela napas, memandangi bangkai monster yang mulai menguap menjadi asap hitam. "Selesai. Satu tebasan. Sekarang, apa kita bisa kembali ke alur hidup yang tenang?"

Tentu saja, orang-orang di sekitarku menatap dengan bingung. Aku menarik tudung jaketku lebih dalam dan segera kabur dari tempat kejadian sebelum ada yang mencoba mendekat. Sungguh, aku hanya mau menyelesaikan hari ini dengan tenang, tanpa drama.

Saat akhirnya aku kembali ke apartemen, aku menjatuhkan diriku di sofa, memandangi langit-langit. "Serius, hidup jadi karakter utama itu melelahkan. Author, gimana kalau kita buat aku cuti sebentar?"

Tapi sebelum aku sempat memejamkan mata, suara familiar itu muncul lagi.

Ding!

[Quest Unlocked]

Main Quest: Survive the New World

Reward: ???

Aku menatap layar biru itu dengan ekspresi kosong. "Survive the New World? Penulis, apa kamu lagi bercanda?"

Dengan senyum sinis, aku menutup quest window tersebut. "Baiklah, kalau memang begini permainannya, ayo kita mulai."

Pertarungan Pertama dan Sosok Misterius

Hari ini seharusnya menjadi hari yang biasa, seperti biasanya kerja, pulang, tidur, ulangi. Tapi nyatanya? Aku malah terjebak di tengah-tengah kerusuhan yang disebabkan oleh monster. Lagi.

Kereta Seoul pagi itu padat, seperti biasa. Orang-orang sibuk dengan urusan mereka sendiri, sementara aku? Yah, di dalam benakku aku masih tidak percaya dunia ini berubah begitu cepat. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba awakening, monster, guild. Dan yang paling mengejutkan adalah aku, seorang pegawai kantoran biasa, sekarang punya kekuatan yang bahkan tidak bisa dijelaskan dengan logika.

Tapi yang paling mengganggu? Aku harus tetap merahasiakan semuanya.

"Astaga, author... Kamu pikir ini lucu?" Aku menggerutu kecil, tapi ya, tentu saja, nggak ada jawaban. Lagi-lagi aku terjebak dalam dunia yang kamu buat ini.

Ding!

Ah, suara yang lagi-lagi mengganggu hari-hariku. Sebuah notifikasi muncul di depan mataku. Setiap kali notifikasi ini muncul, aku tahu pasti ini nggak akan berakhir baik.

[Quest Unlocked]

Side Quest: Defeat the Rogue Awakener

Location: Seoul Central District

Time Limit: 1 Hour

Reward: Random Legendary Item

"Serius nih? Baru jam delapan pagi, belum sarapan, dan kamu suruh aku bunuh rogue awakener?" Aku mendengus sambil menutup quest window. Tapi suara sirine dan keributan mulai terdengar di luar. Warga berlarian menjauh dari pusat kota.

Kali ini, aku melihatnya dari jauh: monster yang hampir dua kali lipat ukuran manusia biasa, dengan tubuh yang dipenuhi otot dan kulit berwarna gelap. Di sekitarnya, beberapa awakener sedang berusaha menahan makhluk itu. Mereka tampaknya dari Asosiasi. Ada satu tank dengan tameng besar yang langsung dihancurkan oleh monster itu dengan satu pukulan.

"Jelas mereka nggak bakal bisa menang..." gumamku sambil mempercepat langkah. Tapi sebelum aku bisa kabur, seseorang jatuh di depanku seorang awakener yang terluka parah. "Tolong... Kami butuh bantuan..."

Kalung di leherku bergetar, seakan memperingatkan agar aku tetap low profile. Tak ada yang boleh tahu siapa aku. Kalau sampai identitasku terbongkar, semua akan kacau.

Aku menghela napas panjang. "Author, serius? Lagi-lagi kamu jebak aku di situasi kayak gini?" Meski mengeluh, aku tetap membuka Inventory.

Heavenly Sword of Ragnarok, Armor of the Immortal King, semua perlengkapan overpower milikku siap digunakan. Dengan sekali akses, semua statusku dari dunia MMORPG tersinkronisasi di sini. Tapi aku harus hati-hati. Aku nggak boleh menunjukkan kekuatan ini terlalu jelas.

Aku melangkah maju, menghunus pedang legendarisku yang tersembunyi di bawah jubah biasa. Tak ada yang tahu siapa aku, dan begitulah seharusnya. Monster itu beralih menatapku, mengaum penuh amarah. Aku bisa merasakan tatapan penuh harap dari awakener di sekitarku, tetapi aku mengabaikannya. Bagiku, ini hanyalah quest biasa sama seperti di game.

"Baiklah, ayo kita mulai."

Boom!

Dengan sekali tebas, monster itu terbelah dua. Suara ledakan menggelegar di sepanjang jalan. Aku segera menyembunyikan pedangku kembali, memastikan tak ada yang melihat detail kekuatanku. Tubuh monster itu terjatuh, dan orang-orang mulai bersorak.

Tapi aku langsung memalingkan wajah dan berlalu pergi. Ini bukan saatnya untuk jadi pusat perhatian.

Sementara itu, di markas Asosiasi, seorang pria berjas hitam memperhatikan rekaman CCTV dari kejadian tadi. Matanya menyipit saat melihat sosok misterius yang muncul entah dari mana, mengalahkan monster dengan mudah, lalu menghilang begitu saja.

"Siapa dia?" gumamnya. "Tak ada catatan tentang orang ini... Dia bukan dari guild mana pun."

Sosok misterius itu mulai menyebar di kalangan awakener dan asosiasi. Sebagian besar menganggapnya sebagai legenda baru yang belum terungkap, sementara yang lain mulai mencari-cari informasi tentang siapa dia sebenarnya.

Sementara itu, aku sudah di kantor, duduk dengan santai di mejaku. "Serius, author? Aku sudah menang lawan monster raksasa, dan sekarang kamu bikin aku menghadapi file laporan ini?"

Aku mengeluh lagi, meskipun tahu tak ada yang mendengarnya. Aku, Kim Tae-min, level 9999, dengan perlengkapan paling overpower di dunia, dan di sini aku duduk... di depan komputer, mengetik laporan.

"Kalau aku ini protagonis, kenapa hidupku nggak seseru yang di film-film?"

Duduk di depan komputer sambil mengetik laporan rasanya jauh lebih melelahkan daripada bertarung melawan monster raksasa. Jari-jariku bahkan terasa kaku, dan aku mulai berpikir, apa sebenarnya yang lebih melelahkan melawan boss di game atau bos di kantor?

“Taemin-ah, sudah selesaikan laporannya?” tanya seorang rekan kerja dari meja sebelah. Aku menoleh sebentar dan memberikan senyum kaku. Sebenarnya aku lebih fokus memantau perkembangan ‘dunia baru’ ini, yang terus berubah dengan cepat.

“Sebentar lagi,” jawabku sambil memaksakan senyum.

Padahal di belakang layar laptopku, ada window status yang terus berkedip-kedip. System Window yang hanya bisa aku lihat, menampilkan berbagai macam data yang bikin kepala pusing. Status, skill, item, semuanya tersinkronisasi dari MMORPG yang dulu kumainkan. Dan parahnya, semua itu sekarang nyata.

Status

Name: Kim Tae-min

Level: 9999

HP: 10,000,000

MP: 8,500,000

Strength: 750,000

Agility: 720,000

Intelligence: 800,000

Dexterity: 695,000

"Well, author, ini nggak kelihatan seperti stats manusia biasa, kan?" gumamku sambil memutar mataku. Aku tahu aku terlalu overpower untuk standar dunia ini. Semua statusku sudah terlalu tinggi, dan bahkan aku belum mengeluarkan semua skill yang kumiliki.

Skills

Ragnarok Slash: Mengeluarkan serangan energi yang dapat menghancurkan apa pun.

Divine Shield: Memanggil pelindung ilahi yang memblokir semua jenis serangan selama 10 detik.

Heavenly Judgment: Memanggil hujan pedang dari langit yang membasmi musuh.

Shadow Step: Berpindah dengan kecepatan kilat ke mana pun dalam jarak 100 meter.

Aku menatap skill list itu dan menghela napas panjang. Dunia ini tidak siap menghadapi seseorang seperti aku. Tapi sayangnya, nggak ada opsi untuk menurunkan statusku. Kalung yang kupakai ini adalah satu-satunya yang bisa menyembunyikan statusku dari orang lain.

"Kalau mereka sampai tahu kekuatanku, tamat sudah. Nggak ada istilahnya hidup damai lagi," pikirku sambil melanjutkan mengetik laporan yang sudah setengah selesai. Setidaknya, hidup damai di kantor masih jadi prioritas sekarang.

Di sisi lain kota, para awakener mulai membicarakan tentang sosok misterius yang mengalahkan monster raksasa di pusat kota. Mereka berusaha melacaknya, tetapi tak ada jejak, tak ada petunjuk tentang siapa dia.

“Hei, apa kau dengar soal orang misterius itu?” tanya seorang awakener muda kepada temannya di guild bar mereka. “Katanya dia menyelesaikan monster itu dalam satu tebasan. Gila, kan?”

“Iya, tapi aneh. Siapa yang punya kekuatan sebesar itu? Bahkan guild elit pun butuh beberapa orang untuk menundukkan monster sebesar itu.”

“Gue nggak tahu, tapi gue penasaran siapa orang ini. Kita harus cari tahu.”

Kembali ke kantor, aku merasa ada yang nggak beres. Kalung penyembunyi statusku biasanya berfungsi dengan baik, tapi kali ini ada sedikit gangguan. Ding! Sebuah notifikasi baru muncul di hadapanku.

Warning!

Sistem Deteksi Kalung Terganggu. Seseorang sedang mencoba memindai status Anda.

Mata menyipit, aku segera memeriksa sekeliling. Tak ada yang mencurigakan di kantor, tapi sistem kalungku tidak mungkin salah. "Siapa yang berani-berani mencoba memindai statusku?"

Aku berusaha tetap tenang, namun pikiranku langsung berpacu. Mungkin ini hanya masalah teknis, atau mungkin ada yang lebih dari itu. Aku harus segera mencari solusi, dan jika seseorang benar-benar memindai, aku harus siap menghadapi konsekuensinya.

“Tenang, Taemin,” kataku pada diri sendiri, mencoba menenangkan detak jantung yang mulai tak beraturan. “Ini mungkin cuma gangguan kecil... atau mungkin author lagi iseng.”

Namun, di sisi lain, firasatku mengatakan ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu. Aku tahu cepat atau lambat, identitasku bisa terbongkar. Dan kalau itu terjadi… well, aku hanya bisa berharap aku siap menghadapi kekacauan yang akan datang.

Sementara itu, di ruangan gelap yang tak jauh dari sana, seorang pria dengan peralatan canggih tampak serius menatap layar komputernya. Data-data berputar, dan ekspresi wajahnya semakin muram.

“Orang ini... siapa sebenarnya dia? Statusnya... tidak masuk akal!” Pria itu menggumam pelan sebelum tersenyum tipis. “Menarik... sangat menarik.”

Setelah menyelesaikan sebagian besar laporan, aku melirik ke window sistem yang masih terbuka. Quest untuk mengalahkan rogue awakener tadi sudah diselesaikan, tapi aku belum sempat memeriksa reward-nya. Ah, ini salah satu bagian paling seru. Di game, reward biasanya lumayan. Di dunia nyata? Aku hanya berharap itu nggak berubah jadi sesuatu yang aneh.

Ding!

[Quest Completed]

Side Quest: Defeat the Rogue Awakener

Reward: Random Legendary Item

Oke, mari kita lihat hadiah kali ini. Aku membuka jendela inventori dan melihat item baru yang muncul di dalamnya. Satu kotak emas kecil berkilau.

“Legendary item, huh? Apa kali ini hadiahnya sesuai?” Aku mengklik kotak itu, dan cahaya terang menyilaukan mataku. Beberapa detik kemudian, sebuah item baru muncul di daftar inventori.

[Phantom Cloak of Shadow]

Type: Armor

Effect: Menyembunyikan penggunanya dari semua jenis deteksi. Termasuk pemindai status, pendeteksi aura, dan kemampuan penginderaan lainnya. Durasi: 24 jam setelah aktivasi, cooldown: 48 jam.

"Hah, author! Kali ini kamu benar-benar memberi sesuatu yang berguna." Aku tertawa kecil sambil memandangi cloak baru yang muncul di daftar. Ini bakal sangat membantuku untuk tetap low profile. Meskipun kalung penyembunyi statusku sudah bekerja dengan baik, cloak ini bisa jadi lapisan pertahanan tambahan kalau ada yang benar-benar mencoba menelusuri identitasku lebih jauh.

“Dengan ini, aku bisa lebih bebas bertindak tanpa takut ketahuan.”

Aku menutup jendela inventori dan kembali melirik ke laporan yang harus diselesaikan. Tapi pikiranku sudah teralihkan. Aku masih merasakan getaran aneh di kalungku, pertanda bahwa gangguan tadi bukanlah hal sepele.

Di sisi lain, orang yang berusaha memindai statusku tadi mungkin sekarang sedang frustrasi. Kalungku masih bisa menyembunyikan sebagian besar statusku, meskipun ada beberapa celah. Dengan adanya Phantom Cloak, aku yakin bisa lolos dari semua jenis pemindai untuk sementara waktu.

“Baiklah, sepertinya ini waktu yang tepat untuk uji coba cloak ini,” gumamku sambil berdiri dari kursiku.

Beberapa awakener elit di sebuah ruang bawah tanah rahasia sibuk memantau layar-layar mereka, mencari jejak dari rogue awakener yang baru saja dikalahkan.

"Tidak mungkin. Data menunjukkan ada seseorang yang kekuatannya jauh melebihi batas manusia biasa," kata salah satu dari mereka sambil memandangi layar. "Tapi setiap kali kami mencoba memindai, sistemnya selalu gagal."

"Siapa pun itu, dia tidak seperti awakener lain," kata pemimpin mereka, pria berjas hitam yang tampak serius. "Kita perlu mencari tahu lebih banyak. Sosok misterius ini bisa menjadi ancaman... atau mungkin sekutu kuat."

Kembali di kantor, aku sudah mengenakan cloak baruku dan bersiap-siap menghilang dari radar siapa pun yang mencoba mendeteksi keberadaanku. Sebelum itu, aku kembali duduk, menatap layar komputer.

"Author, kalau kamu terus-terusan bikin masalah kayak gini, aku bisa resign kapan saja, lho. Tapi sayangnya, dunia ini lebih butuh aku daripada aku butuh kamu."

Aku menghela napas panjang dan perlahan menyelinap keluar dari kantor. Phantom Cloak mulai bekerja. Sekarang aku benar-benar tak terlihat, bahkan bagi orang-orang yang paling jeli sekalipun. Aku bisa bergerak tanpa khawatir ada yang menyadari siapa aku sebenarnya.

“Baiklah, mari kita lihat siapa yang berani-berani memindai statusku tadi.”

Dengan Phantom Cloak yang aktif, aku menuju lokasi di mana aku merasakan gangguan deteksi tadi. Orang-orang yang ada di sekitarku tidak sadar kalau aku berjalan di antara mereka. Mungkin bagi mereka aku hanya angin lalu.

Setelah beberapa menit berjalan, aku sampai di sebuah gedung yang tampak biasa dari luar. Tapi sesuatu tentang gedung ini memberiku firasat buruk. Naluriku memberitahu, orang yang berusaha memindai statusku ada di sini.

“Ah, author, kamu benar-benar membuat hidupku ribet. Tapi ya, ini jauh lebih seru daripada duduk di meja kantor,” gumamku sambil menatap gedung di depanku. Ini baru permulaan. Dan sepertinya, aku akan segera menemukan siapa yang memburuku.

Pertarungan Melawan "Raksasa Hijau Aneh"

Keluar dari kantor dengan Phantom Cloak masih aktif, aku bisa merasakan kebebasan yang selama ini jarang kurasakan. Tidak ada yang bisa melihatku, aku seperti ninja, atau lebih tepatnya... hantu OP. Tapi kegembiraanku tak berlangsung lama, karena tiba-tiba terdengar ledakan besar di ujung jalan. Seperti gedung yang baru saja diratakan dengan tanah.

"Oke, author, apa lagi nih?" Aku melirik ke arah ledakan itu.

Dan di sana, melayang di atas reruntuhan gedung, ada sosok raksasa hijau dengan antena di kepalanya. Serius, aku nggak bercanda. Ini Picolo versi raksasa! Atau, paling tidak, monster yang sangat mirip dengannya. Tapi kalau kita bikin plesetan, kita aman dari copyright, kan?

"Ah, author... serius? Ini yang kamu kasih buatku?"

Monster itu mendongak, memperhatikan sekitarnya seperti mencoba mencari sesuatu. Atau mungkin dia lapar. Wajahnya yang hijau pucat, dengan antena yang bergoyang di kepalanya, makin bikin aku pengen ketawa. Ini Picolo KW dari dunia paralel yang gagal total!

"Aku udah lawan boss-boss yang lebih keren di game, tapi sekarang lawanku... Picolo wannabe?"

Monster itu tiba-tiba berteriak, memecah keheningan dengan suara yang... jujur aja, mirip suara bayi nangis ketemu Godzilla.

"Oi, oi! Santai bro! Kau nggak perlu ngamuk gitu, aku cuma lewat!"

Tapi sayangnya, dia tidak mendengarkanku. Bola energi raksasa mulai terbentuk di tangannya. Ah, klasik. Serangan bola energi. Sangat Dragon Ball sekali.

"Serius, author? Nggak ada variasi lain selain Kamehameha KW?"

Monster itu melempar bola energi ke arahku, dan dalam sekejap, aku menggunakan skill Shadow Step, menghilang dari pandangan dan muncul di sebelah kanan monster itu.

Ding!

[Quest Started: Defeat the Rogue Dragon Clan General]

Objective: Defeat the rogue general who resembles a famous anime character.

Reward: Dragon Scale Armor (Legendary)

Aku tertawa kecil sambil membaca quest itu. "Kamu bahkan nggak mau nyebut namanya, ya, author? Plesetan segitunya."

Monster itu tidak menyadari aku sudah pindah, tapi aku tetap perlu waspada. Bola energinya melesat melewati bangunan, menghancurkan beberapa blok kota.

"Oke, bro, kalau mau main kasar, aku siap!" Aku mengeluarkan pedang legendarisku, Void Edge. Pedang ini bukan senjata biasa. Ini bisa memotong apa pun, termasuk... yah, Picolo wannabe raksasa ini.

Dengan lompatan cepat, aku menyerang menggunakan skill Ragnarok Slash. Tebasan energi besar melesat dari pedangku, langsung memotong bola energi raksasa itu menjadi dua bagian.

"BAM!" teriakku saat tebasanku menghantam monster hijau itu tepat di dadanya. Seranganku membuatnya mundur beberapa langkah, tapi belum cukup untuk menjatuhkannya.

"Bro, kamu lebih keras kepala dari yang aku kira," gerutuku sambil berusaha menjaga keseimbangan. "Tapi, serius deh, kamu punya antena buat apa? Nyari sinyal Wi-Fi?"

Monster itu berteriak lebih keras dan melemparkan serangan bertubi-tubi. Bola energi, laser mata, bahkan dia meludah. Ya, meludah. Aku harus loncat ke kiri, kanan, dan bersembunyi di balik gedung yang tersisa.

"Ludah? Beneran? Kamu serius meludahin aku?"

Sadar bahwa aku harus mengambil inisiatif, aku mengaktifkan skill Divine Shield, menciptakan perisai emas berkilauan di sekelilingku. Serangan-serangan monster hijau itu sekarang memantul dari perisaiku. Saat dia sedang sibuk melempar serangan, aku melesat ke arah kepalanya dan memanggil pedang besar lainnya, Eternal Blade.

"Alright, bro, waktunya ngeberesin ini!" teriakku sambil menghujamkan pedang itu ke tengkorak si raksasa.

Serangan itu menghantam tepat sasaran, tapi bukannya tumbang, monster itu malah berubah. Tubuhnya semakin besar, otot-ototnya menggembung. Antenanya semakin panjang, sekarang sampai ke punggungnya. Ini berubah jadi lebih... konyol.

"Oi, author! Kau bercanda, kan? Apa-apaan ini? Picolo-Hulk?!"

Monster hijau itu mengeluarkan teriakan lebih keras, tangannya mulai bersinar merah menyala, seperti siap meninju bumi sampai hancur.

“Jangan-jangan dia beneran mau nuklir bumi nih...” Aku mundur sedikit, mempersiapkan serangan final. Aku tahu satu hal pasti: aku harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan kota.

"Ayo, bro! Kamu nggak bakal bisa ngalahin aku dengan pose ala-ala Goku begitu!"

Dengan satu tarikan napas, aku mengaktifkan ultimate skill-ku, Heavenly Judgment. Dari langit, pedang-pedang ilahi turun dalam hujan cahaya, menghantam tubuh monster itu berkali-kali. Setiap serangan menimbulkan dentuman besar dan ledakan di sekelilingnya.

"Satu... dua... tiga... boom! Boom! BOOM! Meriam gue emang kuat, bro!"

Serangan bertubi-tubi ini akhirnya membuat monster itu jatuh tersungkur ke tanah, tubuhnya hancur berkeping-keping. Aku berdiri di depannya, terengah-engah.

"Tolong, lain kali kasih aku lawan yang lebih pintar, author," kataku sambil melihat monster itu menghilang secara perlahan, meninggalkan hanya reruntuhan gedung di sekitarnya.

Ding!

[Quest Complete]

Reward Acquired: Dragon Scale Armor

Akhirnya, aku membuka sistem inventori lagi. Armor baruku muncul di daftar.

[Dragon Scale Armor]

Type: Armor

Effect: Membuat penggunanya kebal terhadap serangan sihir elemen api dan mampu menambah regenerasi HP secara signifikan saat digunakan.

"Oh, armor ini kelihatan keren! Thanks, author! Ini pertama kalinya kamu ngasih aku sesuatu yang nggak jelek."

Aku memandangi armor itu sebentar sebelum memakainya. Sekarang, aku jauh lebih siap menghadapi masalah apapun yang datang. Tapi, sebelum aku bisa menikmati momen itu, suara alarm dari kejauhan mulai terdengar. Awakener mulai berdatangan, memeriksa lokasi.

Aku buru-buru mengaktifkan Phantom Cloak lagi dan menyelinap pergi sebelum ada yang bisa melihatku.

“Hei, siapa yang ngalahin monster ini?!” teriak salah satu awakener dengan wajah bingung.

Aku tertawa kecil di balik bayangan. "Yah, mungkin suatu hari kalian akan tahu... atau mungkin nggak."

Aku berjalan santai menjauh, meninggalkan kekacauan itu di belakang. Kota ini baru saja diselamatkan oleh sosok misterius yang... yah, masih misterius. Setidaknya, buat mereka. Buatku? Aku cuma menikmati hariku dengan mengolok-olok author-ku sendiri.

"Tapi, author, serius, lain kali kasih aku sesuatu yang lebih orisinal, ya? Kalo nggak, gue bakal kirim Picolo versi KW ini ke pengacara."

Sementara itu suasana di markas Crimson Lotus selalu dipenuhi dengan aura sihir yang intens. Guild ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para penyihir terkuat di Korea, dan Hye-Rin adalah yang terkuat di antara mereka. Duduk di singgasana yang dipenuhi ornamen emas dan rubi, Lee Hye-Rin memandangi laporan misi di tangannya dengan tatapan tajam.

"Apa ini yang terbaik yang bisa mereka lakukan?" gumamnya, jari-jarinya dengan anggun memegang laporan tersebut. "Misi kelas S gagal... lagi. Mereka ini apa tidak punya kemampuan?"

Salah satu anggota tim elitnya, Kang Woo-Jin, berdiri di depan meja besar, wajahnya tegang. "Maaf, Hye-Rin. Informasi yang kami terima tentang monster itu tidak akurat. Mereka lebih kuat dari yang kami perkirakan."

Tatapan dingin Hye-Rin menyapu ruangan. "Tentu saja mereka kuat. Itu sebabnya kita dikirim ke sana, bukan? Atau kau lupa apa tugas kita di guild ini?"

Woo-Jin menelan ludah, gugup. "Tidak, tentu saja tidak. Kami hanya..."

"Sudah cukup!" potong Hye-Rin. "Kau tahu, Woo-Jin, alasan mengapa Crimson Lotus berada di puncak adalah karena kita tidak menerima kegagalan. Jika kau tidak bisa menyelesaikan misi ini, mungkin aku harus mencari orang lain yang bisa."

Ruangan sunyi. Tidak ada yang berani menatap langsung ke matanya. Semua orang tahu betapa mengerikan Hye-Rin ketika dia marah, dan tidak ada yang ingin berada di pihak yang salah dari si penyihir api ini.

Tiba-tiba, pintu besar ruang pertemuan terbuka. Seorang prajurit berpakaian besi masuk dengan langkah cepat, wajahnya pucat. "Nona Hye-Rin, ada kabar penting!"

Hye-Rin mengangkat satu alis, tidak terkesan dengan penampilan prajurit yang gelisah itu. "Apa itu?"

"Ada desas-desus tentang awakener baru yang muncul di Seoul. Kami mendapat informasi bahwa status dan kekuatannya... tidak biasa. Dan ada kemungkinan dia tidak terdaftar di asosiasi."

Hye-Rin mendengarkan dengan seksama, tatapannya berubah menjadi lebih serius. "Sumber?"

"Sumber terpercaya dari asosiasi. Mereka mengatakan kekuatannya belum terlihat sebelumnya, tapi dia belum melakukan evaluasi rank."

Hye-Rin tersenyum tipis. "Menarik. Mungkin sudah saatnya aku menyelidiki ini sendiri. Aku ingin tahu, apakah ada awakener baru yang cukup kuat untuk menggoyahkan posisi kita?"

Woo-Jin tampak terkejut. "Nona, apakah perlu untuk anda turun tangan langsung? Kami bisa mengirim tim pengintai..."

"Tidak perlu. Ini masalah yang menarik, dan aku tidak ingin ada kesalahan lagi. Aku akan melakukannya sendiri." Hye-Rin berdiri, membiarkan pancaran aura api di sekelilingnya semakin mengintimidasi semua yang hadir. "Persiapkan transportasi. Aku ingin berangkat secepatnya."

Setelah pertemuan itu, Hye-Rin bersiap untuk menuju Seoul. Dia selalu merasa bahwa dunia ini adalah tempat yang membosankan kecuali ada sesuatu yang menantang. Dan awakener misterius ini... mungkin bisa mengusir kebosanannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!