NovelToon NovelToon

My Cute Nanny

Bayi siapa ini ?

Moses Elruno

Ray, asistennya Moses berlari lari menuju ke depan gerbang rumah besarnya Moses Elruno. Ray, mendengar bel rumah sebesar istana itu berbunyi beberapa kali.

Ray membuka pintu gerbang dan langsung mengernyitkan dahinya, Ray menoleh ke kanan dan ke kiri, saat melihat seorang bayi di dalam sebuah keranjang, terpampang nyata di hadapannya.

Ada tulisannya special delivery. Bayi perempuan sepertinya. Ray, langsung mengangkat keranjang yang berisi bayi tersebut dan melangkah masuk ke dalam rumahnya Moses.

Ray, menaruh keranjang tersebut di atas meja sofa mewah miliknya Moses. Ray, mengambil amplop yang bertuliskan spesial delivery tersebut.

Ray, mulai membaca surat yang ada di dalam amplop tersebut.

Isi surat tersebut : Ini adalah anak kamu, Moses Elruno brengsek! kamu meniduri aku lalu, mencampakkan aku dan pada akhirnya aku hamil, dan melahirkan anak ini. Aku tidak mau membesarkannya, Aku lebih mementingkan karirku maka, besarkanlah anak ini! bertanggung jawablah! dan jangan pernah mencari aku!

Ray, mengernyitkan dahinya. Bayi tersebut sangat manis, cantik, dan wangi. Batin Ray.

"Apa benar ini anaknya tuan Moses?" gumam Ray.

"Bagaimana bisa seorang ibu meninggalkan anaknya begitu saja dan memilih karirnya? lalu siapa ibu bayi ini, ya?" gumam Ray sambil terus menatap bayi manis itu yang, tengah tertidur sangat pulas.

"Apa itu Ray?" tanya Moses sambil menuruni anak tangga "

"Aahh ini, seorang bayi tuan " jawab Ray dengan polosnya.

Moses melangkah mendekati keranjang bayi yang terletak di atas meja sofanya. Moses melongok untuk melihat isi keranjang tersebut.

"Hah? beneran bayi? bayi siapa ini?" tanya Moses heran.

"Bayinya tuan " jawab Ray dengan santainya.

"Hah?" Moses langsung ternganga sambil menatap Ray.

"Hahahahaha, jangan bercanda kamu! Bercanda di pagi hari begini, nggak baik untuk kesehatan jantung" ucap Moses masih bingung dengan ucapannya Ray tadi.

Ray, menatap tuannya dengan pandangan serius. Ray lalu menyerahkan surat yang dia baca tadi, kepada tuan besarnya.

Moses meraih surat yang disodorkan oleh Ray, mulai membuka surat tersebut dan membacanya.

"Aaahhh, shit!" Moses langsung meremas remas surat tersebut.

"Siapa ibunya?" tanya Moses kepada Ray.

"Lho, kok nanya sama saya sih tuan, ya, mana saya tahu, kan tuan yang berbuat " kata Ray.

"Aahh, iya, benar juga ya" ucap Moses kemudian.

"Kamu kan tahu kalau aku selalu berganti ganti cewek, bagaimana aku bisa tahu ibu dari bayi ini? dan aku selalu pakai pengaman lho, bagaimana bisa ada bayi?" Moses masih merasa heran dan kaget.

"Siapa tahu pas membuat bayi ini, pas tuan mabuk berat" sahut Ray dengan santainya.

"Kita ke rumah sakit sekarang, ayok!" kata Moses tiba tiba.

Ray langsung mengekor langkahnya Moses.

Moses menoleh dan menatap tajam ke Ray "bawa bayinya!"

Ray langsung meraih keranjang yang berisi bayi tersebut. Ray, tergopoh gopoh mengikuti langkah lebarnya Moses yang sudah keluar menuju ke salah satu mobil mewahnya.

Ray, membuka pintu belakang mobil mewah tersebut dan menaruh keranjang yang berisi bayi tersebut di jok belakang.

Moses melangkah ke pintu depan, berniat untuk duduk di sampingnya Ray.

Ray menoleh ke arah Moses dan berkata "emm, maaf tuan, bayinya bisa jatuh kalau tidak dipegangi dan dijaga"

"Cih!" Moses mendengus kesal lalu pindah duduk di jok belakang untuk, memegangi keranjang yang berisi bayi tersebut.

Ray, langsung meluncurkan mobilnya menuju ke rumah sakit.

"Maaf tuan, untuk apa kita ke rumah sakit?" tanya Ray.

"Kita tes DNA, siapa tahu ini bukan anak aku" jawab Moses dengan santainya.

Sesampainya di sebuah rumah sakit terbesar di kota J, Moses langsung naik lift menuju ke ruang direktur. Direktur rumah sakit tersebut adalah teman dekat almarhum papanya Moses. Nama.direktur rumah sakit tersebut adalah dokter Erlangga.

Dokter Erlangga juga merupakan walinya Moses, menggantikan kedua orang tuanya Moses yang meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat, sewaktu Moses masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Dokter Erlangga tidak mempunyai istri dan anak, itulah kenapa dia sangat memanjakan Moses, sudah menganggap Moses seperti anak kandungnya sendiri.

Karena sayangnya pada sahabatnya, yaitu papanya Moses, Dokter Erlangga rela tidak menikah hanya untuk fokus pada karirnya dan fokus membesarkan Moses.

Ceklek

Moses dan Ray, langsung melangkah masuk ke dalam ruangannya Dokter Erlangga.

"Ada apa?" tanya Dokter Erlangga kaget, kenapa Moses datang pagi pagi sekali ke kantornya.

"Om, tolong suruh salah seorang dokter ke sini, aku mau melakukan tes DNA" kata Moses dengan santainya sambil duduk di atas sofa yang ada di dalam ruangannya Dokter Erlangga.

"Hah?" Dokter Erlangga langsung berdiri dari meja kerjanya dan langsung melangkah mendekati Moses.

Dokter Erlangga langsung duduk di depannya Moses lalu menatap Ray, dan bertanya "untuk apa mengadakan tes DNA ?"

"Aku dapat paket mengejutkan pagi ini " jawab Moses tanpa ekspresi.

"Paket apa?" tanya Dokter Erlangga.

"Itu " tunjuk Moses ke keranjang yang masih ditenteng sama Ray.

Dokter Erlangga melongok ke dalam keranjang tersebut untuk melihat isinya.

"Hah, bayi ?!" Dokter Erlangga langsung kaget.

"Bayi siapa ini ?" tanya Dokter Erlangga kemudian.

"Nah, itulah kenapa, aku ingin melakukan test DNA, Om" jawab Moses.

"Jangan bilang, kalau ini anak kamu " ucap Dokter Erlangga.

"Ya, semoga bukan Om, secara aku kan juga tidak tahu caranya merawat seorang bayi kalau, ini beneran anak aku" ucap Moses.

Dokter Erlangga lalu melangkah kembali ke meja kerjanya, menyuruh salah seorang dokter kepala lab dan petugas labnya, untuk datang ke ruangannya.

Dokter Erlangga kembali melangkah untuk duduk di atas sofa.

Tidak begitu lama, dokter kepala lab dan petugas labnya masuk kedalam ruangannya Dokter Erlangga.

Mereka dengan segera mengambil darahnya Moses lalu mereka menusuk mata kaki bayi tersebut untuk mengambil sampel darah dari bayi perempuan tersebut.

Langsung terdengar suara tangis bayi tersebut yang, memekakkan gendang telinga mereka semua yang saat ini berada di dalam ruangannya Dokter Erlangga.

"Bagaimana ini?" tanya Moses, bingung.

"Ya, harus digendong pak" jawab petugas lab yang kebetulan seorang cewek.

Petugas lab tersebut meraih bayi tersebut ke dalam gendongannya. Dengan ajaibnya, bayi tersebut langsung terdiam.

"Bawa aja!" kata Moses dengan santainya.

"Apa pak? mana bisa saya bawa, ini bukan anak saya" sahut si petugas lab ambil menggeleng nggelengkan kepalanya lalu menaruh kembali bayi tersebut ke dalam.keranjangnya.

"Bapak bisa pulang sekarang" kata dokter kepala lab.

"Kok pulang, aku mau nunggu hasilnya keluar dulu dong " kata Moses.

"Pak, hasil dari sebuah test DNA itu paling cepat keluarnya dua Minggu lagi" kata dokter kepala lab tersebut.

"Hah?" Moses langsung ternganga kaget.

"Saya permisi, pak " kata dokter kepala lab sambil berdiri dan pergi meninggalkan ruangannya Dokter Erlangga dengan diikuti petugas labnya.

"Om, gimana ini ?" tanya Moses mulai kebingungan.

"Ya, Om nggak tahu, Om juga belum pernah merawat bayi" jawab Dokter Erlangga tidak kalah bingungnya.

"Dua Minggu itu lama lho, aku harus merawat bayi ini selama dua Minggu, Cih!?" Moses mulai mengumpat kesal.

"Aku nitip di sini saja ya Om?" ucap Moses dengan polosnya.

"Nggak boleh!" Om dokter Erlangga langsung menjawab dengan sangat tegasnya.

"Om, please??" Moses mulai memohon dengan ekspresi khasnya, biasanya kalau Moses memasang ekspresi seperti ini maka, Dokter Erlangga akan luluh dan mengiyakan semua permintaannya Moses.

Dokter Erlangga hampir saja luluh, kalau tidak mengingat niat dia sendiri untuk mulai melatih Moses menjadi pribadi yang bertanggung jawab sama hidupnya, tidak lagi keluar malam, berganti ganti cewek dan pergi ke klub malam.

"Baiklah Om, kalau Om tidak mau membantu, Moses pamit" Moses pun bangkit berdiri dan keluar meninggalkan ruangannya Dokter Erlangga.

Moses dan Ray pun akhirnya meluncur pulang ke rumahnya Moses. Hari ini karena kaget dan bingung, mereka tidak berniat untuk ke kantor.

Sesampainya di rumah, Moses dan Ray menatap secara bersamaan bayi perempuan tersebut. Bayi tersebut masih tertidur.

Tiba tiba bayi tersebut melek, menatap Moses dan Ray, sambil menggerak nggerakkan semua kaki dan tangan mungilnya.

"Dia melihat kamu tuh Ray, ayok gendong!" kata Moses.

"Mana ada, kalau saya perhatikan, dia melihat tuan, dia mulai mengenali papanya tuh" kata Ray.

"Mana ada papa, belum tentu juga aku papanya" kata Moses.

"Bukankah kita harus memberi dia susu, kamu sudah beli susu untuk bayi ini belum?" tanya Moses.

"Sudah tuan, tadi saya kan keluar sebentar dari ruangannya Dokter Erlangga, saya nanya nanya di ruang bayi, susu apa yang terbaik, akhirnya saya dikasih tahu salah satu merk susu dan saya langsung membelinya di mini maket rumah sakit tadi, sekalian sama botol susunya, saya beli Lima sekalian tadi tuan, mumpung ada diskon heee" jawab Ray.

"Ya sudah bikin susu sana!" perintah Moses dengan santainya.

"Lha kok saya?" protes Ray.

"Lalu siapa? aku?" sahut Moses mulai kesal.

" Iya tuan, baik" Ray langsung menuju ke dapur untuk mulai membikin susu untuk bayi tersebut. Agak lama Ray membuatnya karena, dia harus membaca dulu cara membuatnya. Dia tadi sekalian nanya nanya cara bikin susu dan tidak lupa untuk mencatatnya.

"Dia yang bikin tuh bayi, Gue yang repot nih, dia yang dapat enaknya, Gue dapat enegnya" gumam Ray mulai kesal sambil mencuci botol susu yang tadi dia beli. Setelah mencuci botol susunya, dia langsung membuat susu tersebut, sesuai petunjuk yang dia dapat dari suster BKIA tadi.

Butuh pengasuh bayi

Ray, akhirnya nongol kembali di ruang tamu sambil membawa botol susu.

Ray, menghampiri Moses yang tengah duduk diatas sofa mewahnya sambil bersedekap.

"Ini tuan susunya" kata Ray sambil menyodorkan botol susunya ke Moses.

Moses mendongakan kepalanya, menatap Ray dengan sorot mata kesal "untuk apa kamu kasih aku botol susu ?"

"Untuk dikasih ke bayinya dong tuan, masak mau tuan minum?" jawab Ray tidak kalah kesalnya

"Enak aja, aku nggak tahu cara kasih dot ke bayi, kamu aja sana yang kasih dotnya" perintah Moses seenaknya.

"Saya juga tidak tahu caranya tuan, saya kan masih jomblo dan belum pernah menikah, apalagi punya bayi" jawab Ray kesal.

"Oooooeeeeekkk......oooooeekkkkk" bayi cantik tersebut mulai menangis.

"Aaaahhh, bawa pergi bayi itu Ray, berisik sekali!" perintah Moses sambil menutup telinganya.

"Tapi tuan, ini susunya, tuan kasih susunya nih, dia kayanya haus dan lapar, tuan" kata Ray sambil menyodorkan kembali botol susunya.

"Kamu kasih sana, berani ngebantah kamu, hah!" Moses mulai melotot dan berteriak.

"Iya, baik tuan, saya akan mencoba memberinya susu" jawab Ray sambil melangkah menuju ke keranjang bayi tersebut,

Pelan pelan Ray menaruh dot tersebut di bibir mungil bayi cantik itu, bayi itu langsung mengedot susu tersebut. Ray, terus memegangi botol susu tersebut, menunggu si bayi mengedotnya sampai habis.

Ray, menatap bayi tersebut. Cantik dan imut banget. Batin Ray.

Ray, melirik bosnya, tampaklah si bos yang kaku dan galak itu sedang menelepon seseorang melalui ponsel mewahnya.

"Halo, Cindy ya, kamu cepat ke rumahku, nggak pakai lama, aku tunggu!" Moses langsung memutus sambungan teleponnya.

Cindy adalah pacar tetapnya Moses, mereka sudah berhubungan cukup lama, dan Cindy harus memahami hobinya Moses yang suka berganti ganti cewek karena, Cindy sangat mencintai hartanya Moses, dia takut kalau dia protes akan hobinya Moses tersebut maka, Moses akan meninggalkannya.

Cindy seorang model lokal, belum begitu tenar, dan belum go internasional. Oleh karena itu dia merayu seorang Moses Elruno dan berhasil menjadi pacarnya seorang Moses Elruno selama tiga tahun belakangan ini. Cindy bertahan sekuat tenaga untuk terus berperan sebagai pacarnya Moses demi, harta, dia berharap suatu saat nanti, Moses akan menikahinya.

Bayi tersebut kembali tertidur setelah mengedot dan menghabiskan semua susunya.

Ray, menarik pelan botol susu tersebut dari hisapan bibir mungil bayi cantik itu.

Ray, menutup kembali botol susunya dan meletakkannya di atas meja.

Ray, mengelus pelan kening bayi itu.

Anak pintar, nggak rewel, dan imut. Batin Ray.

Selang setengah jam, Cindy pun nongol.

"Ada apa?" tanya Cindy sambil melangkah lebar mendekati Moses dan langsung duduk di sampingnya Moses.

Moses menoleh ke arah Cindy dan langsung memberikan morning kissnya untuk pacar seksinya itu.

Ray, hanya bisa menatap kelakuan bosnya dan menggeleng nggelengkan kepalanya.

"Kamu bawa pulang keranjang itu!" kata Moses setelah melepas morning kissnya.

"Keranjang itu?" tanya Cindy sambil bangkit berdiri dan melangkah mendekati keranjang yang ditunjuk sama Moses

Cindy melongok untuk melihat ke dalam keranjang tersebut "Hah, bayi?!"

"Bayi siapa ini?" tanya Cindy heran.

"Bayinya tuan Moses" jawab Ray dengan santainya.

Cindy langsung membalikkan badannya dan berkacak pinggang, melotot ke arah Moses "Kamu memang brengsek, kamu berjanji sama aku kalau kamu akan selalu berhati hati dan tidak akan pernah menghamili salah satu dari wanita wanitamu!!"

Cindy merasa kecewa, marah, dan cemburu saat ini. Kalau ada bayi maka, posisi dia akan kalah dengan ibu dari bayi ini. Otomatis Moses akan menikahi ibu dari bayi ini. Batinnya penuh amarah.

"Apa arti aku bagimu selama ini, hah?! aku selalu mendampingi kamu, selalu mengerti kamu, selalu setia sama kamu, dan ini balasannya, hah!?" teriak Cindy masih berkacak pinggang di depannya Moses.

'Nona, maaf jangan terlalu keras teriaknya! kasihan baby-nya" kata Ray.

Cindy menoleh ke Ray sambil mendengus kesal.

Moses langsung bangkit berdiri dan berkata "Belum tentu juga itu bayiku, aku sudah test DNA barusan, hasilnya keluar dua Minggu lagi, kita tunggu dulu hasilnya, jangan marah marah dulu ya, sayang"

Moses mendekati Cindy dan memeluk Cindy.

Moses mencoba menenangkan Cindy, mencoba merayu Cindy, dan bersikap manis sama Cindy saat ini karena, ada maunya.

Moses berharap, Cindy bersedia membawa bayi ini ke rumah Cindy lalu, merawatnya sampai, hasil test DNA-nya keluar.

Cindy melepaskan diri dari pelukannya Moses secara paksa.

Moses menatap Cindy dan dengan santainya berkata "tolong aku ya, bawa pulang bayi ini ke rumah kamu, rawatlah dia selama dua Minggu ini, sampai hasil test DNA-nya keluar!"

Cindy langsung melangkah pergi meninggalkan Moses, sambil berkata "urus saja sendiri!"

"Cindy!" teriak Moses.

"Tuan, jangan teriak teriak, anak tuan nanti terbangun, kasihan!" kata Ray.

Moses langsung melotot ke Ray.

Cindy terus melangkah meninggalkan Moses tanpa merespon teriakannya Moses.

"Aaahh, shit! terus bagaimana ini?" tanya Moses.

"Sebentar tuan, saya telepon sepupu saya dulu ya, siapa tahu dia punya teman yang mau bekerja sebagai pengasuh bayi ini" kata Ra, sambil duduk dan mulai menelepon sepupunya, memakai ponselnya.

"Halo, Rin, kamu punya teman yang butuh kerjaan nggak, ini ada lowongan sebagai pengasuh bayi, gajinya........." Ray menatap Moses, saat mengatakan soal gaji.

"Aku akan bayar dengan sangat besar, diatas rata rata gaji pengasuh pada umumnya" kata Moses, merespon tatapan penuh tanyanya Ray.

"Gajinya sangat besar" tambah Ray kemudian.

"Oke kak, nanti aku carikan, emm, kapan mulai masuk kerjanya?" tanya Rini, sepupunya Moses.

"Kalau bisa hari ini, kamu bawa ke sini kalau bisa secepatnya ya, paling lambat malam ini!" kata Ray, kemudian.

"Baik kak" Rini langsung menutup sambungan teleponnya.

"Sudah beres tuan" kata Ray sambil tersenyum lega menatap tuan mudanya.

"Ya sudah, aku mau ke kamar dulu " kata Moses dengan santainya.

"Tapi tuan, siapa yang jaga bayi ini?" tanya Ray.

"Ya kamu lah!" jawab Moses dengan santainya sambil bangkit berdiri hendak melangkah menuju ke kamarnya.

"Tuan, saya mau keluar dulu untuk membeli baju, popok, celana, dan keperluan bayi lainnya, nah yang jaga bayi ini siapa?" tanya Ray kemudian.

"Kamu ajak saja bayi itu!" kata Moses dengan santainya sambil melanjutkan langkahnya memasuki lift yang ada di dalam rumahnya, untuk menuju ke lantai 4, menuju ke kamarnya.

Ting

Lift terbuka dan dengan santainya Moses melangkah masuk lalu dengan segera menutup pintu liftnya.

"Aaarrggh derita seorang asisten ya, seperti ini, mirip sama derita anak tiri, tidak bersalah, tapi harus menanggung akibatnya, hiks hiks hiks" Ray mulai mewek.

Ray akhirnya menelepon kepala pengurus rumah tersebut melalui intern phone yang ada di atas meja, di samping sofa.

"Kamu, tolong ke ruang tamu secepatnya, ya!" perintah Ray.

Selang seperempat jam, kepala pengurus rumah tersebut nongol di ruang tamu.

"Ada apa tuan?" tanya Sri, kepala pengurus rumahnya Moses.

"Kamu tolong bersihkan sebuah kamar, tata dengan rapi dan bawa bayi itu ke kamar tersebut ya!" perintah Ray.

"Bayi, mana bayinya, tuan?" tanya Sri.

"Itu, di dalam keranjang itu" tunjuk Ray.

Sri melangkah mendekati keranjang yang ditunjuk sama Ray.

Sri langsung menenteng keranjang tersebut dan bertanya "maaf tuan, ini bayinya siapa?"

"Bayinya tuan Moses, kamu tolong jaga sebentar ya, aku mau keluar sebentar untuk, membeli beberapa keperluan bayi" jawab Moses.

"Baik tuan, tapi jangan lama lama ya, saya masih punya banyak pekerjaan" ucap Sri.

"Iya, aku usahakan secepatnya aku sudah balik lagi ke sini, dan kalau bayi itu nangis kamu bikinkan susu, emm susunya ada di dapur bersih situ, waktu bikin susu kamu gendong bayinya, jangan kamu tinggalkan sendirian di kamar, aku akan secepatnya pulang!" perintah Ray.

" Baik Tuan" jawab Sri.

Raymond langsung melangkah lebar menuju ke mobil dan langsung meluncur ke baby shop terdekat, untuk membeli beberapa keperluan bayi.

"Memang gila ya tuan Moses Elruno, selalu saja bertingkah seenaknya, kena batunya kan sekarang, ada salah satu wanitanya yang hamil dan mempunyai seorang anak, semoga dengan adanya bayi ini, tuan Moses bisa berubah untuk, tidak lagi keluar malam, mabuk mabukan, pergi ke klub malam, dan berganti ganti cewek" kata Ray, kepada dirinya sendiri sambil fokus menyetir.

Pertemuan perdana dengan Moses Elruno

Melati Arumi Putri

Awan Herlambang

Melati Arumi Putri sudah memiliki seorang pacar, yang bernama Awan Herlambang. Mereka sudah berpacaran sejak pertama kali mereka masuk kuliah. Awan sangat mencintai Melati tapi, ada satu hal yang selalu membuat Awan merasa hambar dalam hubungan mereka. Mereka sudah berpacaran selama kurang lebih tiga tahun tapi, Melati belum pernah sekali pun mengijinkan Awan mencium bibirnya, mengecupnya pun tidak pernah.

"Mel, apa kamu benar benar mencintai aku?" tanya Awan serius.

Mereka sedang menikmati makan siang mereka, di warung sederhana yang terletak di belakang kampus tercinta mereka.

"Kalau tidak sayang, ngapain aku kenalkan kamu sama ibu aku bulan kemarin, dan ibu juga sudah menyetujui hubungan kita" jawab Melati sambil memegang pipinya Awan lalu mengelusnya pelan.

Awan meraih tangannya Melati dari pipinya lalu, mencium telapak tangan tersebut dan berkata "Cinta Mel bukan sayang"

"Bukannya sama aja " kata Melati dengan santainya.

Awan, menghembuskan napasnya pelan pelan, lalu berkata "kenapa kalau cinta, kamu tidak pernah mengijinkan aku untuk mencium bibir kamu"

"Apa itu penting, bukankah yang terpenting dari sebuah hubungan itu adalah kesetiaan dan kepercayaan?" Melly berkata sambil menatap Awan dengan sorot mata serius.

"Huffft, iya sih itu penting tapi, Mel, aku cowok normal, aku terkadang ada rasa sayang yang berlebihan sama kamu, dan itu membuat aku pengen banget mencium kamu" kata Awan tidak kalah seriusnya menatap matanya Melati.

"Cium di pipi atau di tangan kan sudah sering kita lakukan" protes Melati.

"Mel, please ijinkan aku sekali saja mencium bibir kamu, ya, emm, pas kamu lulus ujian aja gimana, atau pas kamu dapat sesuatu yang spesial dalam hidup kamu, gimana?" tanya Awan dengan mata berbinar binar.

"Enggak, ciuman di bibir itu, dapatnya ya pas nikah, pas kita sudah resmi jadi suami isteri" jawab Melati santai sambil kembali memasukan satu sendok makanannya, ke dalam mulut.

Awan hanya bisa menghela napas kembali. Kapan kita nikah Mel, lulus aja masih lama, hiks hiks hiks, lulus masih setahun lagi kalau cepat, terus cari kerja, hiks hiks hiks masih lama banget. Batin Awan merana kecewa.

Melati kembali menoleh ke Awan sambil mengunyah makanannya "Wan, ciuman itu kata ibu bisa berbahaya, bisa bikin kita lupa daratan. Nah, kalau sampai kebablasan dan aku hamil, gimana?" ucap Melly serius.

"Aku janji hanya ciuman Mel, nggak lebih, kalau khilaf dan kamu hamil, aku akan bertanggung jawab, aku janji" jawab Awan dengan sorot mata serius.

"Kalau aku hamil, kita belum lulus kuliah Wan, terus anak kita mau dikasih makan apa, kalau kita nggak kerja?" tambah Melly sambil menyuapi Awan, satu sendok penuh nasi dan lauknya.

"Kamu kan sudah kerja, aku juga sudah mulai bantu bantu kerjaannya papa aku di kantor, kalau kamu sampai hamil, aku akan bertanggung jawab tapi, aku janji aku nggak akan khilaf Mel, satu ciuman saja, ya" kata Awan penuh harap.

Tiba tiba percakapan mereka terpotong, ponselnya Melati berbunyi dengan sangat nyaringnya.

"Mel, kamu bersedia nggak, bekerja sebagai pengasuh bayi, gajinya sangat besar lho, lebih besar dari penghasilan kamu selama ini" kata Rini, yang merupakan sahabatnya Melati dan sepupunya Raymond.

"Benarkah?" tanya Melati mulai tertarik.

"Iya aku serius nih, aku nggak bohong" jawab Rini di seberang sana.

"Mau, aku mau banget, kapan kerjanya?" tanya Melati.

"Kalau kamu beneran mau, aku ajak kamu sekarang ke sana, kamu di mana sekarang?" tanya Rini.

"Aku di warung Mbok Sri, di belakang kampus, lagi makan siang nih, sama Awan" jawab Melati.

"Oke, aku jemput kamu ya, kita langsung berangkat ke tempat tujuan" jawab Rini sambil memutuskan sambungan teleponnya.

"Ada apa?" tanya Awan.

"Ada kerjaan baru, sebagai pengasuh bayi, gajinya sangat besar" jawab Melati.

"Benarkah, dimana tempatnya?" tanya Awan.

"Belum tahu, sebentar lagi Rini ke sini jemput aku" jawab Melati.

"Aku ikut, aku antarkan kamu, nanti naik mobil aku aja, nggak usah naik mobilnya Rini" Awan berkata dengan sangat tegas.

"Iya, baik Awanku" kata Melati sambil memegang pipinya Awan dan mengusap usapnya pelan.

Awan lalu berdiri "Sebentar aku bayar dulu makanannya"

Setelah membayar makanannya, Awan kembali duduk di sampingnya Melati, meraih tangannya Melati, dia genggam dan dia taruh tangannya Melati di atas bibirnya.

Melati melirik Awan, kasihan sebenarnya Awan ya, apa aku ijinkan saja dia untuk mengecup bibirku sekali saja.

Tiba tiba "Haaai, lama ya?" Rini nongol.

"Nggak kok, kita berangkat sekarang, atau kamu mau makan dulu ?" tanya Melati.

"Aku sudah makan, kita berangkat sekarang aja, ya" ajak Rini.

"Melati biar aku antar naik mobil aku Rin, kamu duluan gih, aku mengekor mobil kamu nanti" kata Awan sambil berdiri dan menggenggam erat tangannya Melati.

"Ooo gitu, oke deh, aku duluan ya" kata Rini sambil ngeloyor pergi untuk masuk ke dalam mobilnya kembali.

"Tapi jangan ngebut!" teriak Awan.

"Oke bos!" jawab Rini sambil tersenyum lebar.

Selang satu jam, sampailah mereka di kediamannya Moses Elruno. Sebuah rumah super mewah yang berada di kawasan elit. Rumah megah bak istana.

Rino,Melati, dan Awan, turun dari mobil.

"Bukankah ini, rumahnya tuan Moses Elruno?" ucap Awan.

"Iya, kamu benar" jawab Rini.

Rini memencet bel rumah tersebut. Tidak begitu lama keluarlah Raymond.

"Haiii kak, ini teman aku yang mau jadi pengasuh bayi" kata Rini dengan senyum cerianya.

"Masuklah dulu, ayo mari silakan!" kata Raymond dengan senyum ramahnya.

Mereka bertiga pun langsung masuk, mengikuti langkahnya Raymond.

"Duduk dulu sebentar ya" kata Raymond.

Raymond lalu melangkah menuju ke lift yang ada di ujung selatan dari ruang tamu tersebut liftnya terletak di luar rumah utama.

Raymond masuk ke dalam lift, menutup pintunya menuju ke lantai empat, ke kamar tuan besarnya.

"Kok kamu bisa kenal sama tuan Moses Elruno?" tanya Melati ke Awan.

"Siapa yang tidak tahu siapa tuan Moses Elruno, konglomerat muda, dan playboy kelas kakap" jawab Awan sedikit kesal.

"Kok kamu tahu dia playboy?" sahut Rini.

"Papa aku partner bisnisnya, papa aku sering melihat Moses Elruno berganti ganti cewek" jawab Awan.

"Iya, kamu benar, kakak sepupu aku tadi, kak Ray, juga bilang kalau bosnya itu seorang playboy kelas kakap" kata Rini.

"Ssstt, dia datang" sahut Melati.

Mereka bertiga lalu bangun dari tempat duduk mereka.

"Duduklah!"Perintah Moses sambil duduk di depan mereka bertiga.

"Yang mana yang bersedia untuk jadi pengasuh bayi?" tanya Moses membuka suaranya.

Sangat tampan, tegas suaranya, berwibawa, dan sepertinya sopan tapi, sayangnya playboy. Batin Melati.

"Emm, yang pakai kaos hijau tuan" jawab Ray.

"Oooo" Moses mulai menatap Melati dengan tajam.

Moses mulai mengamati Melati, cantik, polos, masih sangat muda kelihatannya, tapi sayangnya kerempeng, nggak seksi sama sekali, cih! mirip cowok bodinya. Batin Moses.

"Tuan maaf, jaga mata anda" kata Awan mulai kesal saat melihat Moses mengamat amati pacarnya.

"Kamu siapa?" tanya Moses dengan tatapan datar.

"Saya pacarnya" jawab Awan dengan santainya tanpa gentar menatap Moses.

"Berapa umur kamu? kamu besedia jadi pengasuh bayi?" tanya Moses masih menatap Melati, tanpa merespon ucapan dan tatapannya Awan.

Melati gelagapan menjawabnya "Saya dua puluh tiga tahun tuan, dan saya bersedia menjadi pengasuh bayi"

"Bagus, urus semuanya Ray!" Moses berucap sambil berdiri dari tempat dia duduk, lalu melangkah pergi meninggalkan mereka berempat.

Ray, langsung duduk dan mulai menerangkan peraturan peraturan yang dibuat oleh Moses tadi.

Melati harus tinggal di rumah itu,mengasuh dan menjaga bayi tersebut selama dua puluh empat jam penuh, untuk kuliah, Moses akan mendatangkan guru khusus, Melati harus mau homeschooling, Moses menyediakan guru homeschooling untuk Melati secara gratis ditambah gaji yang ditawarkan benar benar sangat besar, lima kali lipat dari penghasilannya Melati selama ini, sebagai guru privat dan karyawan butik.

Yang jadi permasalahanya adalah, Melati harus tinggal di rumahnya Moses Elruno.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!