Moon High School adalah sebuah sekolah bergengsi para konglomerat. Di sekolah ini kalian akan melihat bagaimana warna kartu identitas siswa ditentukan oleh level kekayaan orang tua mereka, kartu berwarna hitam berada di level satu yang artinya kekayaan orang tua mereka yang paling tinggi, level dua berwarna merah, level tiga berwarna biru, dan level empat berwarna hijau.
Sudah menjadi hal yang biasa jika mereka yang berada di level lebih tinggi akan menindas orang yang berada di bawah level mereka. Hanya dua cara untuk lulus di sekolah ini dengan aman, yaitu dengan cara diam dan tidak mencari perhatian, seolah hiduplah di sekolah ini seperti pemeran figuran. Cara yang kedua adalah jika kalian mendapatkan pasangan yang levelnya lebih tinggi maka status kartu identitas itu akan diubah menjadi level yang sama tingginya.
Seperti yang dialami oleh siswi pindahan bernama Fiona, saat ia masuk ke sekolah ini pada saat kenaikan kelas dua, kartu yang ia miliki saat awal pindah ke Moon High School adalah berwarna biru, yang artinya dia berada di level tiga. Tapi pada saat minggu kedua dia disini, seorang murid laki-laki dengan kartu identitas level satu, yang artinya kartu yang ia miliki berwarna hitam mengajaknya berpacaran, dan alhasil sekarang kartu yang ia miliki adalah kartu berwarna hitam.
Awalnya Fiona hanya akan diam di sekolah ini sampai ia lulus, tetapi seorang pria bernama Leon yang memiliki kartu berwarna hitam mulai mengejarnya dan menjadikan Fiona kekasih, dan saat itu membuat satu sekolah heboh, karena yang mengajak Fiona berpacaran adalah seorang idola sekolah! Kedua orang tuanya memiliki perusahaan besar di negara ini, ibunya adalah seorang dokter dan dia sendiri adalah Atlet Voli yang profesional.
Nama lengkapnya Leonardo biasa dipanggil Leon, tingginya 196 Cm dan wajahnya sangat tampan. Seperti tidak ada celah untuk sekedar mencari kekurangan pria itu, Fiona yang seperti hanya modal cantik seolah tidak percaya bahwa seorang Leon yang notabene Idola di Moon High School akan menjadikannya kekasih.
Tentu saja banyak celaan dan hinaan yang Fiona terima saat pertama kali Leon menggandeng tangan nya di gerbang sekolah sampai ia mengantar Fiona masuk ke kelasnya, tetapi beberapa hari kemudian Leon memberikan kartu berwarna hitamnya untuk menjadikan Fiona anggota level satu. Sehingga sejak saat itu tidak ada yang berani mengganggu Fiona.
Seperti sekarang Fiona sesekali mencuri-curi pandang kepada lelaki yang belum lama ini menjadi kekasihnya, berada di dalam satu mobil dengan seorang Leonardo seperti sebuah mimpi bagi Fiona, ia hanya masih belum mengerti kenapa wajah Leon tidak menunjukan kegembiraan saat ia sedang bersamanya, lelaki itu hanya menatap Fiona tanpa ekspresi dan sorot matanya sama sekali seperti tidak ada cinta untuk Fiona.
Mobil pun sampai tepat di depan pintu masuk sekolah, Leon keluar dari mobil bersamaan dengan Fiona, lelaki itu hanya diam sembari mengulurkan tanganya untuk menggandeng Fiona masuk kedalam sekolah, sudah satu minggu Leon selalu mengantarkan Fiona ke kelasnya.
Fiona diam, dia tidak berani berbicara dengan kekasihnya itu, bahkan dalam seminggu ini bisa dihitung jumlah kata yang pria itu keluarkan saat bersamanya, Leon sikapnya sangatlah dingin dan sedikit menakutkan. Jika ditanya kenapa Fiona dengan gampangnya setuju menjadi kekasih Leon? Maka jawabanya adalah, tentu mau! Siapa yang tidak mau bersama dengan seorang Leonardo! Bahkan untuk pertama kalinya Fiona sudah terpesona terlebih dahulu dengan pria itu, saat ia melihat sebuah pertandingan voli yang berada di gedung olahraga sekolah ini.
“Sampai nanti” ucap pria bernama Leon itu dan langsung pergi meninggalkan Fiona, bahkan belum sempat Fiona membalas ucapan itu, tapi pria itu langsung pergi seolah seperti tidak butuh jawaban dari Fiona.
“Tidak apa, ini hanya awal” ucap Fiona yang berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Fiona mulai masuk kedalam kelasnya, teman satu kelasnya seperti takut walau hanya berbicara kepadanya, akibatnya ia tidak mempunyai banyak teman di kelas ini. Mereka takut dengan Leon, Fiona hanya mencoba untuk bersikap seperti biasa, ia tidak akan melepaskan Leon hanya karena ia ingin banyak teman. Sedikit egois tetapi Fiona tidak ingin munafik, dia menyukai pria dingin itu.
“Apa kau Fiona? Kekasih Leon?” Ucap guru yang baru saja masuk kedalam kelas.
“Iya bu” jawab Fiona sembari mengangguk.
“Bagus, kau beruntung” ucap guru itu dan mulai mengajar seperti biasa.
Fiona melihat tatapan iri dari teman sekelasnya, mereka juga menyukai Leon, siapa yang tidak mengenal pemain voli yang tampan itu. Bahkan mereka tidak segan untuk memusuhi Fiona dan tidak mau berbicara denganya, bahkan untuk membuat kelompok belajar saja Fiona merasa kesulitan.
Jam istirahat pertama tiba, dan sebagian siswa memilih untuk membeli makan di kantin. Tetapi Fiona, dia hanya berdiam diri di mejanya, tidak ada yang mengajaknya untuk sekedar membeli makanan bersama. Jadi sudah bisa diputuskan bahwa Fiona hanya akan makan sore ini saat sepulang sekolah.
Lima belas menit berlalu, sebuah kotak makan yang berisikan Burger besar dan satu minuman soda mendarat di depan matanya. Sontak Fiona melihat siapa orang yang memberinya makanan, dan kemudian terlihat lah wajah kekasihnya itu Leon.
“Kau harus makan, jangan sampai tidak makan” ucapnya sembari duduk di kursi yang berada di samping Fiona.
“Makasih L-Leon “ ucap Fiona dengan nada canggung, pria itu hanya mengangguk dan mulai membuka ponsel mahal nya.
“Makanlah, aku akan menunggu disini sampai makanan itu habis” ucapnya, dan Fiona mengangguk setuju.
Fiona makan dengan keheningan, tidak ada topik pembicaraan diantara mereka. Leon hanya sibuk memainkan ponselnya, dan sesekali ia memberikan tisu kepada Fiona yang makan dengan berantakan.
Untuk memecah keheningan akhirnya Fiona membuka topik pembicaraan untuk yang pertama kalinya, “ponselmu bagus, itu adalah keluaran terbaru bukan?” Ucap Fiona.
“Ini? kau mau? Aku bisa membelikanmu sepulang sekolah nanti” ucap Leon, dengan cepat Fiona menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak setuju, bukan maksud Fiona untuk meminta barang kepada pria itu.
“Aku akan membelikannya untukmu nanti” ucap Leon.
Fiona hanya diam sembari menatap pria itu sedikit lebih lama, apakah pria yang menjadi kekasihnya ini memang sekaya itu? Benarkah rumor yang beredar? Jika benar bukankah Fiona sangat beruntung mendapatkan kesempatan menjadi kekasih seorang Leonardo?
Jam masuk kembali dimulai nya pelajaran dimulai, dengan ditandai oleh bunyi bell sekolah yang dapat didengar di seluruh bagian sekolah ini. Teman kelas Fiona satu persatu mulai masuk kembali ke dalam kelas, sesekali mereka terkejut dengan adanya Leon yang berada di dalam kelas mereka.
“Kurasa kau harus kembali Leon” ucap Fiona yang mulai tidak nyaman menjadi pusat perhatian.
“Baiklah, sampai nanti” ucap Leon sembari mengusap puncak kepala Fiona, dan seketika membuat wajah Fiona berubah menjadi semerah tomat.
Sementara Leon yang sudah berada di lorong kelas musik ia menghentikan langkahnya, tangan nya mengeluarkan hand sanitizer dari dalam sakunya. Dia menyemprotkan cairan itu ke telapak tangan, dan tak lama kedua teman kelasnya mulai menghampirinya.
“Hei kawan!” Ucap pria dengan rambut berwarna merah yang bernama Rio, dia adalah teman dekat Leon yang juga pemain voli.
“Leon? Apa kau sudah menghampiri kekasih baru mu itu?” Ucap pria berambut hitam keriting yang bernama Dave yang juga merupakan pemain voli.
“Persetan dengan gadis yang kau sebut kekasih itu” ucap Leon dengan wajah datarnya.
“Leon! Jika kau terus memasang ekspresi wajah seperti itu di depanya maka dia akan tau bahwa kau hanya berpura-pura menyukainya” ucap Rio sembari terkekeh.
“Gadis yang malang, padahal dia hanya menyukai seorang Leonardo “ ucap Dave sembari tertawa dengan keras.
“Aku hanya mempunyai satu kekasih, yaitu Liana” ucap Leon.
“Ya, aku memang mendekatinya hanya karena dia adalah adik dari seorang pria brengsek bernama Rey. Pria brengsek yang pergi dengan Liana saat itu, dimana hari itu terjadi kecelakaan yang sangat tragis” ucap Leon dengan sorot matanya yang penuh kebencian.
Sebuah fakta yang terkuak, fakta tentang Leon yang tidak pernah mencintai Fiona. Dia hanya ingin membalaskan dendam seseorang yang berharga baginya, Kakak dari Fiona yang bernama Rey itu adalah orang yang menyebabkan Liana kecelakaan, kejadian tragis itu
Menyebabkan gadis bernama Liana hanya bisa duduk di kursi roda sampai sekarang. Bahkan untuk menggerakkan jarinya saja dia tidak bisa.
“Fiona adalah bidak yang kumiliki untuk membalaskan dendam” ucap Leon.
“AKHH!
Fiona menjerit saat seorang wanita berambut pirang sedang menjambaknya dengan sangat kuat, bahkan Fiona berusaha untuk melepaskan tangan itu dari rambutnya, tetapi wanita bernama Sofia enggan melepaskan jambakan itu.
“Fiona! Kau pikir kau siapa Hah! Dengan beraninya kau menjadi kekasih Leonardo!” Ucap Sofia sembari memelototkan matanya.
Fiona hanya diam sembari berusaha melepaskan tangan Sofia dari rambutnya, sudah bukan hal baru ia diperlakukan seperti ini, jika teman kelasnya tidak berani mengganggu Fiona maka hal ini tidak berlaku bagi Sofia. Dia adalah siswi yang berasal dari kalangan atas, bahkan dia terkenal dengan kesombongan dan keangkuhnya, Sofia sangat menyukai Leon sejak lama, maka sudah bisa ditebak jika Sofia akan terus menjadikan Fiona sasaran kemarahannya.
Sofia selalu menarik Fiona ke belakang ruang perpustakaan, yang selanjutnya Fiona akan di perlakukan seperti Ini, Sofia bersama dengan kedua temannya itu terus mengganggu Fiona tanpa henti, bisa saja Fiona meminta bantuan kepada kekasihnya itu, tetapi dia tidak mau bergantung kepadanya.
“Sofia hentikan!, ini sangat menyakitkan” ucap Fiona memohon.
“Tidak, aku tidak akan berhenti sebelum kau menangis” ucap Sofia.
“Tolong” ucap Fiona sembari meringis kesakitan.
Sementara di sisi lain, di sebuah jendela yang berada di lantai dua, seorang pria sedang melihat pemandangan yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Sembari merokok, ia melihat kejadian itu sejak lima menit yang lalu, dia hanya diam sembari sesekali memainkan ponselnya.
“Leon! Apa kau tidak berniat untuk membantunya?” Ucap Dave sembari menepuk pundak temanya itu.
“Bukankah pertunjukan seru itu baru dimulai? Untuk apa aku menghentikannya” ucap Leon.
“Sikapmu ini sangat jahat bukan?” Ucap Dave sembari terkekeh.
Pria bernama Leon itu hanya diam sembari melihat pertengkaran yang terjadi di belakang gedung perpustakaan, ia melihat Fiona yang meringis kesakitan bahkan wajahnya terlihat sangat menderita, tetapi Leon sama sekali tidak merasa iba melihat gadis itu kesakitan. Tentu saja karena dia sama sekali tidak menyukai atau bahkan mencintai gadis bernama Fiona itu, menjadikannya kekasih adalah sebuah langkah awal dari balas dendam nya kepada seseorang yang telah menghancurkan masa depan Liana kekasihnya.
Mengingat bagaimana Liana hanya bisa duduk di kursi roda dan rasa trauma yang dialami gadisnya itu membuat Leon tersiksa. Satu tahun yang lalu saat sebuah kabar tentang kecelakaan Liana, seolah seperti sebuah mimpi buruk baginya. Saat ia sedang mengikuti pertandingan voli di luar kota tiba-tiba ia mendapatkan sebuah kabar buruk, saat itu ia segera datang ke tempat dimana Liana berada.
Hatinya sangat sakit saat mendengar Dokter mengatakan bahwa Liana akan lumpuh seumur hidupnya, fakta itu membuat dirinya benar-benar hancur, impian dan rencana masa depan yang mereka buat seolah telah dihancurkan dalam sekejap.
Leon selalu merawat Liana pada saat itu, dia tidak pernah absen untuk datang sekedar membawakan Liana bunga.
Sampai pada saat itu, hari dimana lelaki bernama Rey yang telah menyebabkan Liana kecelakaan akan disidang dan dijatuhi hukuman. Dengan kesadaran penuh Leon mengepalkan tanganya dengan kuat, dan pada saat pria bernama Rey itu berada di dekatnya, Leon segera melayangkan pukulan untuknya. Pria itu terjatuh dengan luka di sudut bibirnya, dia memandang wajah Leon yang sedang menatapnya penuh kebencian.
“Kakak!”
Saat setelah ia memukul pria bernama Rey itu datanglah gadis berambut panjang berwarna hitam berlari menghampiri Rey dengan berlinang air mata, gadis yang memanggil Rey dengan sebutan kakak itu menangis sembari memeluk pria itu yang terjatuh. Sementara Leon, dia segera memakai kacamata hitam nya dan pergi meninggalkan ruang sidang itu, tetapi sejak saat itu ia sangat mengingat wajah gadis itu.
Bukan hanya kebetulan Fiona pindah ke sekolah ini, tetapi dengan banyak cara Leon lah yang telah mengatur dan merencanakan semuanya, dan tujuan utamanya adalah agar Fiona berada di dekatnya.
“F I O N A” ucap Leon sembari menunjukan senyum smirk nya. Ia sangat tidak sabar untuk segera menghancurkan gadis itu dengan perlahan, bukan hanya dihancurkan dengan kejahatan, tetapi juga dihancurkan dengan kebaikan.
“Kurasa aku harus datang untuk menjadi pahlawan nya, bukan begitu Dave?” Ucapnya kepada Dave yang tersenyum menyeringai.
Leon segera mematikan rokoknya dan mulai menuruni tangga untuk datang ke tempat dimana Fiona berada, ia menyemprotkan sedikit parfume ke tubuhnya agar bisa menyamarkan bau rokok yang berada tubuhnya.
“Sofia hentikan!” Ucap Leon dengan tatapan tajamnya.
Sofia yang melihat Leon datang pun segera melepaskan genggaman tanganya dari rambut Fiona, ia salah tingkah dan ketakutan. Dia segera memperlihatkan senyum nya untuk menutupi rasa takutnya.
Leon segera menarik tangan Fiona dan menuntunya untuk berdiri di dekatnya, dia menatap tajam Sofia yang ketakutan, bahkan Sofia seperti sangat ingin menangis sekarang.
“Cepat pergi! Atau aku akan menamparmu” ucap Leon, Sofia pun langsung pergi dengan terbirit-birit.
“Astaga bagaimana bisa dia melakukan ini padamu?” Ucap Leon sembari merapikan rambut Fiona yang berantakan.
“Hiks, hiks, dia sudah sering melakukan ini padaku” ucap Fiona sembari terisak. Dia sudah sangat menderita untuk menutupi hal ini dari kekasihnya, mulai sekarang ia harus meminta perlindungan kepada Leon!
“Kau sampai menangis karenanya, apa aku harus menjambak rambutnya juga untukmu?” Ucap Leon, dan dengan cepat Fiona menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan ucapannya.
Fiona meringkuk memeluk Leon, tubuh mereka seketika bersentuhan, tindakan tiba-tiba yang dilakukan Fiona berhasil membuat Leon diam membeku. Dia, Leon sangat terkejut dengan apa yang sedang terjadi pada saat ini, Fiona sedang memeluknya dengan sangat erat, dan hal ini sangat canggung baginya, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang, apakah harus membalas pelukanya? Tapi dengan keras Leon menolak tindakan itu.
Tangan Leon segera melepaskan pelukan itu dengan perlahan, lalu ia memegang tangan Fiona.
“Fiona dengarkan aku” ucapnya .
“Ada apa?” Ucap Fiona yang masih terisak.
“Aku adalah pelindungmu, aku akan menjagamu dari orang yang berniat jahat” ucap Leon sembari menatap wajah Fiona, tanganya sembari mengusap air mata kekasihnya itu.
“Benarkah?” Ucap Fiona.
“Tentu! Aku akan selalu berpihak padamu” ucap Leon sembari mengusap puncak kepala Fiona.
Fiona pun mulai tersenyum kepada pria di depanya itu, ia merasa sangat bahagia karena mempunyai kekasih sepertinya, baginya Leon adalah sosok yang bisa ia andalkan untuk sekarang bahkan masa depanya, perlakuan baik pria itu membuatnya sangat merasa nyaman berada di dekatnya.
•••
Jam pulang sekolah sudah tiba, tepat pukul 17.30 Fiona masuk kedalam mobil bersama Leon dan supir pribadinya. Leon akan selalu mengantarnya pulang kerumah. Tetapi setiap Fiona mengajaknya untuk mampir sebentar, Leon selalu menolaknya, Fiona hanya berpikir bahwa kekasihnya itu memang sedikit pemalu.
“Tuan muda, baru saja saya menerima kabar jika nona Liana mulai bisa berbicara kembali” ucap supir pribadi Leon.
“Benarkah!” Ucap Leon, senyum di wajahnya sangat terlihat berbeda saat ini, mengetahui kabar itu membuatnya sangat bahagia! Bahkan ia tidak sadar jika supirnya itu menyebutkan nama Liana di depan Fiona.
“Siapa Liana?” Ucap Fiona yang merasa penasaran, karena dia baru pertama kali melihat senyuman itu di wajah kekasihnya, sebelumnya ia hanya bisa melihat wajah datar tanpa ekspresi Leon setiap berada di dekatnya, tentu saja Fiona merasa ingin tau siapa orang yang bernama Liana, nama yang bisa membuat kekasihnya tersenyum seperti itu.
“Liana? Dia temanku” ucap Leon, dia segera menetralkan ekspresinya saat sadar bahwa masih ada Fiona disampingnya.
“Leon?” Ucap Fiona sembari menatap wajah kekasihnya itu.
“Iya?” Jawabnya.
“Kenapa kau tidak pernah tersenyum seperti itu kepadaku?” Ucap Fiona.
“Apakah harus?” Ucap Leon, ia sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan memojokkan yang Fiona lontarkan kepadanya.
“Tentu, kita adalah sepasang kekasih” ucap Fiona.
Leon tersenyum, tetapi kali ini senyum yang terlihat di wajahnya hanyalah satu ujung bibirnya saja yang tertarik, bagi siapapun yang melihatnya pasti akan merasa bahwa Leon sedang tersenyum dengan terpaksa.
“Apa kau sungguh mencintaiku Leon?” Ucap Fiona saat setelah ia melihat ekspresi wajah Leon kepadanya.
“Apa kau sungguh mencintaiku Leon?” Ucap Fiona.
“Tentu, kau tidak usah banyak berpikir, yang jelas aku milikmu sekarang” ucap Leon sembari meraih tangan Fiona dan menggenggam nya.
Fiona Hanya diam sembari melihat tangan kekasihnya itu yang sedang menggenggam tanganya. Ia mulai mencoba untuk mempercayai pria di sampingnya ini, bagaimanapun ia sudah sangat menyukai Leon lebih dari apapun, bahkan ia rela di pukuli atau dijambak oleh Sofia demi tetap bersamanya.
Jujur dia memang mengagumi wajah tampannya, dia menyukai tubuh tinggi tegap miliknya. Dan saat dimana ia hanya bisa menyukai pria itu dalam diam, tiba-tiba semesta seperti memberikan jalan baginya untuk menjadi kekasih pria itu. Sebenarnya ia sedikit tidak mengerti pada saat itu, darimana sisi menarik yang ia miliki sampai Leon tertarik padanya, apakah karena ia cantik? Bukankah cantik saja tidak cukup mungkin?
“Baiklah sudah sampai, aku pulang dulu” ucap Fiona saat mobil itu sampai kedepan rumah nya.
“Sampai bertemu lagi” ucap Leon sembari melambaikan tanganya.
Fiona memutuskan untuk berdiri di depan rumahnya sedikit lebih lama, ia menunggu mobil yang Leon tumpangi benar-benar sudah menghilang dari pandangan matanya.
Lalu ia segera masuk kedalam rumahnya, sebuah rumah berlantai dua dengan pagar tinggi di depan nya.
Fiona masuk sembari melepaskan sepatunya dan meletakanya di rak sepatu yang berada di sudut ruangan. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah tentang bagaimana ayahnya yang sedang memangku seorang wanita muda di sofa ruang tamu, Fiona hanya memandangnya sekilas dan pergi menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Sudah menjadi hal biasa baginya, sejak ibunya bercerai dengan ayahnya, saat itu hidupnya mulai menjadi berantakan. Ibunya yang menikah lagi dengan pria lain, ayahnya yang seringkali membawa wanita malam kerumahnya, dan yang belum lama ini terjadi adalah Kakak laki-laki nya masuk penjara.
Hidup Fiona seperti tanpa arah dan jauh dari kasih sayang keluarganya, bahkan seringkali wanita yang dibawa oleh ayahnya itu kerap memukuli Fiona yang menyebabkan tubuh Fiona lebam.
Ayahnya yang melihat hal itu hanya bisa diam dan tidak berniat menolong Fiona.
Karena ayahnya sering mengatakan bahwa wajah Fiona sangat mirip dengan ibunya, dan akibatnya ayah Fiona sangat membenci wajah Fiona sampai sekarang.
Entah Fiona salah apa sampai ia mempunyai hidup yang menyedihkan seperti ini.
Beruntung Leon hadir dalam hidupnya yang sepi, dia datang saat Fiona tidak mempunyai tempat untuk sekedar berlindung, tempat bercerita, tempat Fiona tertawa, tempat Fiona beristirahat dari kerasnya kehidupan ini.
“Kring!”
Sebuah pesan masuk, dan menyadarkan Fiona dari lamunan nya. Ia segera membuka isi pesan itu. “Fiona ini aku Rose, aku adalah pacar dari Dave teman Leon, kita pernah bertemu sebelumnya, aku berniat mengajakmu untuk pergi ke pertandingan voli” ucap Fiona membacakan isi pesan di ponselnya.
“Rose? Ahhh dia” ucap Fiona setelah mengingat siapa itu Rose.
“Tapi Leon tidak mengajakku sebelumnya” tulis Fiona dalam pesan dan segera mengirimkannya.
“Tidak apa, anggap saja kejutan, aku akan menjemputmu besok pagi, ingat! Kau harus cantik!” Tulis Rose.
Fiona tertawa membaca isi pesan Rose kepadanya, ia sangat mengingat bagaimana wanita itu sangat ramah dan cerewet. Dia sangat mudah bergaul dan mudah mendapatkan teman, sangat berbeda dengan Fiona yang pemalu.
•••
Keesokan harinya.
Fiona bercermin sembari menyisir rambut panjangnya yang lurus, ia memakai rok pendek berwarna pink yang dipadukan dengan kaos pendek berwarna putih. Untuk sepatunya ia memilih warna putih juga agar serasi dengan baju yang ia pakai, tak lupa ia sedikit memakai model
Make up yang berbeda dari biasanya, yang membuat Fiona terlihat lebih cantik dari biasanya.
“Aku hanya mengikuti apa yang Rose katakan padaku, bahwa aku harus cantik!” Ucap Fiona kepada dirinya sendiri.
Saat melihat dirinya dicermin Fiona merasa ada yang kurang dari penampilannya, ia berpikir untuk mengubah model rambutnya, mungkin ia harus mencatok blow rambutnya agar terlihat berbeda hari ini. Tentu saja ia harus cantik karena ia akan bertemu dengan kekasihnya, ia tidak akan mengabari kekasihnya itu, seperti yang Rose katakan sebelumnya bahwa ini adalah kejutan!
Fiona segera menuruni tangga dan sedikit berlari keluar dari rumahnya, terlihat Rose yang sudah menaiki mobilnya dan sedang menunggunya di depan rumahnya. Ia segera masuk kedalam mobil dan segera memakai sabuk pengaman.
“Wow! Kau sangat berbeda hari ini” ucap Rose.
“Apakah rambut ini sangat cocok denganku?”
Ucap Fiona bertanya pendapat tentang model rambutnya yang baru.
“Cocok! Bahkan kau lebih cocok seperti ini daripada rambut lurusmu itu” ucap Rose sembari terkekeh.
“Benarkah!” Ucap Fiona merasa senang dengan komentar positif yang Rose berikan.
“Baiklah ayo kita berangkat!” Ucap Rose sembari melajukan mobilnya.
“Apa kau sudah pernah melihat Leon bertanding sebelumnya?” Tanya Rose yang penasaran.
“Sudah, saat di sekolah” jawab Fiona.
“Astaga, bagaimana bisa kau tidak pernah melihat Leon bertanding di luar sekolah sebelumnya” ucap Rose tak percaya.
“Memang ada apa dengan pertandingan diluar sekolah?” Ucap Fiona.
“Pacarmu lebih tampan jika berada disana, bahkan penonton wanita yang datang bukan sekedar melihat pertandingan, tetapi juga ingin melihat kekasihmu itu” ucap Rose.
“Kau akan melihatnya sendiri nanti” ucap Rose.
Fiona semakin dibuat penasaran dengan ucapan Rose, benarkah Leon seterkenal itu? Ia makin tak sabar berada ditempat pertandingan itu. Lalu Ia melihat ponselnya dan Leon sama sekali tidak mengiriminya pesan, Fiona berpikir bahwa mungkin Leon sedang sibuk menyiapkan diri untuk pertandingan itu.
“Sampai!!!” Ucap Rose antusias.
Mobil yang mereka naiki sudah sampai ditempat parkir dimana pertandingan itu dilaksanakan, mereka sampai di sebuah gedung olahraga yang berjarak sekitar 30 menit dari rumah Fiona, gedungnya sangat besar dan mewah.
“Astaga cantik sekali kau hari ini” ucap Rose saat melihat Fiona keluar dari mobilnya.
“Kau membuatku malu Rose” ucap Fiona sembari tersenyum malu.
“Ayo cepat, sepertinya kita telat” ucap Rose dan segera menarik tangan Fiona.
Fiona dan Rose segera memasuki area pertandingan itu, Rose mengajak Fiona untuk duduk di barisan paling depan, Rose mengatakan bahwa Dave telah memesankan tempat duduk untuknya, beruntung Dave memesankan dua kursi sehingga bisa Fiona tempati.
Fiona melihat lapangan voli itu dengan takjub, ia melihat Leon yang berada disana, ia tau jika Leon berada di posisi sebagai Outside Hitter, yang tugasnya melakukan serangan dan pertahanan.
“Rose benar! Leon terlihat lebih tampan sekarang ini” ucapnya lirih nyaris tak terdengar.
Pertandingan yang sebelumnya telah dimulai pun selesai dan tim Leon memenangkan pertandingan ini, Fiona dan Rose bersorak merayakan kemenangan itu. Rose meneriakan nama Dave dengan keras, Fiona yang melihat itupun segera meneriakan nama Leon juga.
“Leon!!! Kau hebat!!!” Teriak Fiona. Suaranya itu berhasil membuat Leon melihat kearahnya, Fiona mengernyitkan dahinya saat melihat Leon yang seperti tidak senang Fiona datang ke tempat ini.
“Apa kau temannya Leon?” Ucap perempuan yang berada di samping Fiona, ia memakai kursi roda dan tubuhnya cukup kurus dengan rambut sebahunya itu.
“Aku? Aku kekasihnya, apa kau temannya Leon?” Jawab Fiona sembari mendekatkan dirinya untuk sedikit menunduk karena perempuan itu memakai kursi roda.
“Kekasih?” Ucap perempuan itu dengan raut wajahnya yang terlihat sedikit terkejut.
“Em, aku kekasihnya” ucap Fiona lagi.
Sementara Leon wajahnya terlihat sangat panik saat melihat Fiona berada di tempat ini, ditambah lagi Fiona duduk tepat di samping dimana Liana berada. Ia sungguh ingin menyalahkan siapa saja yang mengajak Fiona kemari tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
“Dave, bisa kau bantu aku untuk memberitahu Rose untuk membawa Fiona ke ruang istirahat tim?” Ucap Leon sembari berbisik kepada Dave.
“Kenapa? Ada apa?” Jawab Dave penasaran.
“Kau tidak lihat siapa yang berada disamping Fiona?” Ucap Leon.
Dave pun mengerti dengan maksud Leon, ia tau jika akan sangat berbahaya jika Fiona dan Liana berada di tempat yang sama, mengingat Leon yang selalu mengajak Liana untuk menonton pertandingan, bahkan sebelum Liana bisa berbicara kembali Leon selalu mengajak gadis itu.
Dan sekarang masalah sedang menimpanya, dimana kekasih lama nya dan kekasih pura-pura nya itu berada dalam satu tempat yang sama. Tentu Dave mengerti bagaimana bingung nya Leon sekarang.
Dave pun segera menghampiri Rose yang berada tak jauh dari tempatnya, ia berbisik sesuatu di telinga Rose dan kekasihnya itu segera mengangguk tanda mengerti dengan apa yang dikatakan Dave.
Rose segera menarik tangan Fiona untuk pergi dari tempat duduknya itu, “ kau membawaku kemana Rose?” Ucap Fiona penasaran.
“Leon ingin bertemu denganmu” ucap Rose singkat.
Leon yang sedang menunggu Fiona datang pun terus mondar mandir tanpa henti, ia sangat panik dengan keadaan seperti ini. Tak lama Fiona pun datang dengan Rose yang menarik tanganya.
Seperti sebuah adegan film dimana pemeran utama pria yang terpesona dengan kecantikan pemeran wanita, maka itulah yang sedang terjadi saat ini. Seperti waktu yang berjalan lebih lambat dari biasanya, Leon melihat penampilan Fiona yang sangat berbeda dari biasanya. Ia terpaku dan terpesona saat melihat Fiona yang semakin mendekat kearahnya. “Apakah dia memang secantik ini?” Ucapnya dalam hati.
“Leon! Selamat!” Ucap Fiona yang berlari dan segera memeluk Leon dengan erat.
Leon yang terkejut dengan pelukan tiba- tiba itupun hanya bisa diam membeku, sedetik yang lalu ia merasa terpesona dengan Fiona, dan sekarang gadis itu sedang memeluknya dengan sangat erat.
Sudah kedua kalinya Fiona memeluknya, yang pertama kali adalah di sekolah.
Tanpa sadar kedua tangan Leon terangkat dan mulai membalas pelukan Fiona.
Ini adalah pertama kalinya bagi Leon untuk membalas pelukan itu, sebelumnya ia hanya diam dan dengan cepat melepaskan pelukan Fiona, tetapi entah kenapa sekarang ia malah memeluk Fiona dengan erat.
“Maafkan aku Liana, aku memeluk perempuan lain”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!