Di sebuah ruang tamu yang sangat luas, seorang anak dan ayah sedang bertengkar sangat hebat dan di saksikan oleh wanita dewasa.
Plaaakkk!
Suara tamparan mendarat di pipi gadis berambut pendek sebahu yang bernama Claudia Ghia Rossa. Ia merupakan salah satu keturunan keluarga mafia terkejam di bagian eropa. Ayahnya merupakan seorang ketua mafia terkejam di eropa yang bernama Carlos Marquel Leon dan sedangkan nama grup mafianya dikenal sebagai keluarga Corleone. Ia juga mempunyai musuh dari grup mafia lainnya. Selain itu dia ternyata juga sebagai buronan para polisi sampai saat ini. Akan tetapi, dia bersembunyi sejak lama semenjak sebelum kelahiran Claudia sambil membangun bisnis yang sudah berkembang dan sukses menjadi sebuah perusahaan Global Investor.
Carlos menatap tajam terhadap putrinya sambil berkata. "Beraninya kau membuat calon ibu sambungmu menangis!" bentak Carlos terhadap putrinya yang sudah ia tampar secara kasar membuat pipi putrinya yang dulu ia manjakan kini bercap merah bekas tamparan darinya.
Karena bentakkan tersebut, Claudia menatap balik secara tajam dan berkata. "Calon ibu?" gumamnya. "Aku tidak butuh wanita ini menjadi ibu sambungku. Ibuku hanya satu ayah!" seru Claudia secara beruntun dan sangat menolak wanita yang di anggap oleh Carlos sebagai calon ibu sambungnya.
Kemudian Claudia mulai mengeluarkan air matanya sambil berkata. "Apa ayah tidak mencintai ibu ku lagi?" ujar Claudia dengan terisak-isak.
Dengan cepat Carlos menyambar perkataan putrinya. "Tidak!" seru Carlos. "Jangan kau bahas Isabella disini!" gumamnya. "Aku sudah tidak mencintainya!" tegas Carlos membuat Claudia tidak percaya atas perkataan yang telah keluar dari mulut ayahnya.
Isabella adalah ibu kandungnya Claudia, kedua orang tua mereka baru bercerai sekitar 1 tahun lalu.
Claudia mendengarkan itu langsung menyahut dengan isakan tangisan yang terus membanjiri pipinya dan berkata "Tidak mungkin ayah tidak mencintai ibu! Ayah berbohong!" gumamnya. "Hanya karena perempuan jal*ng brengs*k ini, ayah berani menceraikan ibu?!" ucap Claudia sambil mengumpat.
"KAU!!"
Carlos mengangkat tangannya yang memang sangat ringan untuk melakukan kekerasan, dia ingin menampar putrinya lagi tapi pergelangan tangannya itu di tahan oleh calon istri barunya dan berkata. "Sudahlah sayang, biarkan saja anak ini. Aku pantas untuk di hina!" ucap Violetta namanya yang sebagai pacar Carlos dan akan di nikahinya segera mungkin.
Mendengarkan ucapan Violetta. Claudia menepuk tangannya sambil berdecak dan berkata. "Ck, dasar wanita bermulut ular!" gumam Claudia. "Pintar sekali kau merayu ayah ku!" ucap Claudia menatap Violetta dengan tatapan tak menyukainya. Violetta mendengarkan perkataan Claudia hanya bisa berpura-pura tersenyum tipis.
Ia mencoba mendekati Claudia sambil mengelus kepalanya dan memanggil namanya dengan nada lembut. "Claudia!" seru Violetta. Akan tetapi, Claudia langsung mejatuhkan tangan Violetta secara kasar dan menjauh dari sisinya. "Tidak perlu kau bersandiwara seperti ini jal*ng!" umpat Claudia sambil mendelikkan bola matanya yang sudah memerah akibat tangisan dirinya sendiri.
Sementara Carlos mendengarkan umpatan putrinya yang mulai kurang ajar itu kini membuat emosinya meningkat, lalu berkata. "CLAUDIA!! CUKUP!!" bentak Carlos. "Jika kau memang tidak menyukai Violetta, tolong jangan hina dia. Dia akan tetap menjadi ibu sambung mu!" Tegas Carlos. "Kasihan perasaannya karena hinaanmu yang kurang ajar itu!" timpal Carlos yang terus membela Violetta.
Sementara Violetta yang telah mendengarkan pembelaan dari kekasihnya itu langsung mengukirkan sebuah senyuman kemenangannya dan seketika senyuman tersebut berubah menjadi sedih dalam waktu yang sangat cepat.
Claudia yang menyadari perubahan ekspresi wajah Violetta berubah dalam hitungan detik. Ia hanya bisa tersenyum miring sambil berkata. "Kenapa aku harus kasihan dengan wanita ini!" gumam Claudia. "bukankah dia telah merebut kebahagiaan ibu bahkan kebahagiaanku?" seru Claudia menatap lekat ke arah Violetta.
Kemudian ia menoleh ke arah ayahnya sambil berkata. "Apa ayah tidak kasihan dengan diriku yang sebagai anak darah dagingmu?" ujar Claudia melangkah maju ke arah Carlos dan menatap lekat mata ayahnya dengan tatapan yang sangat sendu serta menepuk dadanya.
Lalu ia berkata lagi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Violetta karena semua ini terjadi atas kehadiran dirinya yang telah masuk ke dalam kehidupan keluarga Carlos sebagai pelakor. "Apa ayah pernah tau gimana perasaanku setelah kalian memutuskan untuk bercerai hanya karena wanita ini!" ucap Claudia.
Mendengarkan itu, Carlos masih mencoba membela Violetta dan berkata. "Ini bukan salah Violetta, tapi ini salah ibumu yang sudah duluan berselingkuh kepadaku!" gumam Carlos. "Yang sebenarnya jal*ng itu adala ibumu, bukan Violetta!" ucap Carlos.
Sementara Claudia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan perasaan yang sangat kecewa atas ucapan ayahnya karena telah menghina ibunya dan tiba-tiba ia berkata. "Aku tidak menyangka ayah mengatakan seperti ini kepada ibu. Aku benci sama ayah!" ucap Claudia.
Ia langsung pergi meninggalkan Carlos dengan perasaan kecewa, sedih dan emosi yang sudah sangat menyatu di hati dan pikirannya.
Karena kepergian putrinya secara mendadak dan tanpa pamit. Carlos hendak menahan dan mengejar anaknya sambil berteriak. "Claudia!" ucap Carlos.
Sementara Violetta melihat kekasihnya yang hendak mengejar putrinya tersebut. Ia menahan tangan Carlos sambil berkata. "Sayang!" seru Violetta. "Biarkan saja Claudia seperti itu. Aku yakin dia tidak akan melakukan yang aneh. Aku bisa mengerti perasaan dia seperti apa walaupun dia belum bisa menerima kenyataan ini bahkan diriku!" ucap Violetta mencoba menghipnotis dengan kata-kata manisnya dan merasa paling tersakiti serta dibenci oleh Claudia.
Carlos mendengarkan ucapan kekasihnya tersebut langsung menghelakan nafasnya dengan sangat dalam dan berkata. "Hmm, sepertinya aku sudah sangat salah cara mendidik putriku. Sekarang dia sangat nakal dan membangkang!" ucap Carlos mengusap wajahnya dan langsung mendaratkan pantatnya dikursi sofa rumah mewah miliknya.
Sedangkan Violetta, masih terus bersandiwara dan mengeluarkan kata-kata manis dari mulutnya tersebut. "Tidak masalah sayang, aku akan berusaha membujuk dan mengambil hati Claudia supaya dia bisa menerimaku" seru Violetta mengelus pundak Carlos dengan lembut.
Carlos meraih tangan Violetta yang berada di pundaknya, lalu berkata. "Semoga berhasil!" gumamnya. "Tapi aku takut soal pergaulan putriku satu-satunya ini. Apa lagi jika musuhku mengatahui bahwa dia adalah putriku. Pasti semua akan kacau dan kehidupan Claudia juga bisa terancam!" lirih Carlos yang ternyata mengkhawatirkan hal lain yang akan terjadi pada putrinya.
Violetta mendengarkan kata musuh, tiba-tiba dirinya merasa bingung dan mencoba bertanya kepada Carlos. "Musuh? Kamu punya musuh sayang?" seru Violetta.
Sementara Carlos langsung menganggukkan kepala dan menjawab pertanyaan Violetta. "Iya, maafkan aku belum sempat memberi taumu tentang identitas asliku!" ucap Carlos yang memang dari awal kenal dengan Violetta, dia enggan menceritakan bahwa dirinya adalah sebagai ketua mafia yang memiliki banyak musuh.
Karena mendengarkan jawaban yang belum bisa ia cerna. Violetta mencoba duduk di atas pangkuannya sambil menggoda Carlos dan berkata. "Memangnya kamu siapa sayang? Bukannya kamu ini sebagai CEO perusahaan dan aku sekretarisnya, tuan Carlos!" ucap Violetta terhadap Carlos dan membuat pria dewasa itu tiba-tiba panas dingin karena godaan Violetta yang sangat vulgar.
Akibat godaan Violetta, Carlos ternyata sudah mulai terpancing dan berkata. "Kau memang sangat pintar menggoda diriku, Violetta" gumam Carlos mencoba mencium Violetta.
Namun Violetta menolak tubuh Carlos secara kasar. "Hem ... Sayang!" gumamnya.
Carlos menyadari penolakan aksinya, mulai bertanya sambil menatap bola mata Violetta. "Kenapa?" ucap Carlos. "Kita lanjutkan di kamar mu saja!" seru Violetta. "Bagaimana jika Claudia memergoki kita berdua, sedangkan kita saja belum terikat dalam hubungan yang sah!" ucap Violetta sedikit ragu melanjutkan aksi ini.
Sementara Carlos tidak terlalu menanggapi alasan Violetta karena kini gejolak gairahnya tidak bisa terkendalikan lagi dan sambil berkata. "Bukankah anak itu sudah pergi tanpa pamit?" gumamnya. "Dia tidak akan kembali lagi ke rumah ini!" timpal Carlos yang hendak mencium leher jenjang Violetta, tapi dirinya menahan wajah Carlos agar tidak melanjutkan aksi vulgar mereka. "Stop Carlos!" seru Violetta. "Jika kau tidak ingin mendengarkanku, maka aku tidak akan memuaskan dirimu!" ucap Violetta sedikit mengancam dan membuat Carlos harus menuruti perkataan Violetta.
Lalu Carlos berdiri dan langsung menggendong tubuh Violetta yang sangat ringan serta ramping, tetapi memiliki dada dan bokong yang besar bahkan padat sambil berkata. "Baiklah, ayo kita ke kamar sayang!" gumamnya. "Aku sudah tidak sabar lagi bermesraan bersama mu" ucap Carlos.
Mereka pun kini telah masuk ke kamar. Carlos tidak lupa mengunci pintunya. Sementara Violetta tiba-tiba membuka mini dress yang masih melekat di tubuhnya dengan gerakan lambat dan membuat Carlos semakin bergairah saat melihat gerakan indah dari tubuh Violetta. Mereka pun langsung melakukan aksi tak senonoh itu dengan berbagai gaya dalam beberapa ronde.
Ternyata selama ini Carlos dan Violetta sering melakukan hal tak senonoh tersebut, diruangan kantornya dalam keadaan sepi dan juga disebuah hotel. Bahkan Isabella pernah memergoki mereka berdua, tapi Violetta merasa bangga karena telah berhasil merebut suami orang dengan cara tak lazim.
Aksi mereka pun telah selesai malam ini, Violetta yang langsung merebahkan tubuhnya di atas tubuh Carlos sambil dipeluk manja.
Carlos tiba-tiba membuka pembicaraan sambil membelai rambut kekasihnya karena menyadari jika aksi tak senonoh yang sering mereka lakukan ini, sangatlah salah. "Violetta!" seru Carlos. "Aku akan menikahimu segera mungkin. Aku juga sangat lelah jika terus menerus kita melakukan hal seperti ini tanpa ada ikatan sah!" ucapnya. "Jika kau hamil, aku akan bertanggung jawab!" timpal Carlos.
Karena mendengarkan tutur kata Carlos, Isabella menatap wajahnya dan mencoba menjawab ucapan Carlos. "Aku akan tunggu kepastian yang sudah kau katakan dari mulutmu itu Carlos!" sahutnya. "Aku tidak ingin hanya di jadikan simpanan kekasih gelapmu!" ujar Violetta yang berharap pernikahan itu akan terjadi.
Sementara Carlos berusaha meyakinkan Violetta sambil mencium pipi Violetta dan berkata. "Tenang lah sayang!" gumamnya. "Aku dan Isabella juga sudah bercerai, bukankah itu sudah sedikit mudah untuk kita segera mengatur pernikahan. Hanya saja, Claudia yang belum menerima ini semua!" ucapnya.
Walaupun begitu, Carlos masih mencoba memikirkan gimana caranya mengambil hati anaknya yang begitu keras menolak Violetta sebagai calon ibu sambungnya. "Hmm, biar itu urusanku sayang. Karena aku akan menjadi ibu sambungnya, jadi itu adalah tantanganku untuk mencari cara agar dapat meluluhkan hati anakmu yang sedikit keras kepala itu!" timpal Violetta.
Carlos hanya menghela nafasnya berharap kekasihnya ini berhasil meluluhkan hati anaknya yang sudah beranjak dewasa juga.
...****************...
Pov : Claudia
...-------Di Sebuah Markas-------...
"Brengs*k! Dasar wanita jal*ng!" umpat Claudia memukul samsak tinju di sebuah markas miliknya yang sering di jadikan tempat nongkrong.
"Kamu kenapa sayang? Ribut lagi sama ayah mu?" tanya seorang pria yang sedang duduk sambil mengeluarkan asap rokok dari mulut nya. Pria iru merupakan kekasih Claudia bernama Alvin Marin.
"Iya!"
"Ayah masih membela wanita itu!"
"Kenapa sih ayah lebih memilih wanita itu, padahal ibu lebih cantik dan baik di banding dia!" ucap Claudia meninju lagi samsak tersebut dengan penuh emosi.
Alvin pun bangun dari duduknya dan membuang puntung rokok itu di asbak yang terletak di atas meja. Dia mendekati Claudia yang sedang meninju samsak dan berkata. "Clau ... Jika ayahmu tidak mencintai ibumu lagi bahkan melupakan dirimu. Masih ada aku disini sebagai kekasihmu yang sangat tampan dan setia!" ucap Alvin memuji dirinya sendiri.
"Apa kau benar mencintai ku?" tanya Claudia membalikkan punggungnya menoleh ke arah Alvin yang sudah berdiri di dekat diri nya dari tadi.
"Apa kau meragukan cinta ku?" tanya alvin balik kepada nya.
"Tidak!"
"Aku hanya takut kau meninggalkan diriku seperti ayah ku!" lirih Claudia dengan nada sedikit kecewa mengingat perkataan ayah nya tadi.
"Aku tidak akan meninggalkan mu sayang!"
"Aku janji!" Alvin langsung memeluk claudia dengan hangat, membuat claudia sangat nyaman dekat pelukan dari kekasih nya.
"Apa kau mau minum bersama ku sayang?" Alvin menawarkan bir yang sedang dia tuang kan di gelas, setelah selesai memeluk Claudia.
"Tidak! Aku sedang tidak ingin meminum itu malam ini!" Claudia menolak tawaran tersebut serta mendarat kan pantat nya di sofa.
"Baik lah, Jika kau tidak ingin meminum ini..., bagaimana dengan minuman yang satu ini?"
Alvin berjalan ke arah kulkas yang ada di markas milik widya sangat lengkap perabotan rumah tangga, dari kulkas, telivisi, lemari baju, kamar beserta isi nya dan juga sofa.
Alvin mengeluarkan satu botol minuman jus wortel kesukaan Claudia.
"Kau membuat kan jus untuk ku?" ucap Claudia yang tak percaya bahwa kekasih nya sangat perhatian kepada diri nya.
"Hu um!" Alvin mengangguk,
"Jika kau tidak ingin minum bersama ku, mari kita minum jus bersama!" Alvin menuang kan jus tersebut ke dalam gelas lain nya, lalu di beri kan kepada Claudia.
"Minum lah!"
"Aku membuat kan ini spesial untuk mu, ketika yang lain sudah pulang dari markas ini!" ucap Alvin yang mengatakan jika teman nongkrong mereka sudah duluan pulang dari markas milik Claudia.
Claudia pemilik markas ini, dia dulu meminta ayah nya membeli sebuah rumah untuk diri nya yang jauh dari pusat perkotaan serta tidak memiliki tetangga sedikit pun serta di jadikan pangkalan tempat dia nongkrong bersama teman dan kekasih nya.
"Terimakasih Alvin!" Claudia langsung meneguk kan jus tersebut sampai habis.
Alvin yang melihat gelas milik Claudia sudah kosong, dia tersenyum dengan bahagia. Di balik senyum bahagia nya, ada niat yang sudah dia rencana kan sejak lama.
"Mau tambah lagi?" tawaran Alvin yang ingin memberikan jus yang masih penuh di gelas milik nya.
"Tidak perlu Alvin, aku sudah kenyang!" Ucap Claudia yang bangun dari duduk nya.
"Apa kau mau pulang? Kenapa tidak tinggal di markas saja!" Alvin yang menahan lengan Claudia.
"Iya!"
"Aku mau pulang ke rumah ibu ku, kasian dirinya sendirian di rumah".
"Apa kamu tidak pulang juga atau tinggal di markas ku ini?". ujar Claudia yang memberi pertanyaan balik kepada Alvin.
"Hmm, jika kau pulang"
"Aku akan pulang juga, tapi aku lebih suka tinggal disini. Lagian aku juga benci sama ayah ku!" jawab Alvin yang enggan untuk pulang ke rumah nya, karena dia juga hampir sering bertengkar dengan ayah nya.
Ia di anggap nakal juga oleh ayah nya, karena Alvin sudah beberapa kali keluar masuk penjara akibat mengguna kan obat terlarang.
"Kalau kau ingin tinggal disini!"
"Tinggal lah, lagian kau juga punya kunci cadangan markas ku kan!" ucap Claudia sedikit judes.
"Hmm...!" Alvin tidak tau harus mengatakan apa lagi, karena dia memang sudah sering mendengar kan jawaban yang sama dari kekasih nya.
"Aku pulang du-...!"
Tiba tiba Claudia terjatuh lemas saat melangkah pergi, dia merasa kan kepala nya ling lung dan puyeng secara mendadak.
"Ada apa dengan kepala ku!"
"Dan kenapa penglihatan mata ku remang begini!" gumam Claudia yang berusaha bangun tapi tubuhnya terasa sangat lemas.
"Clau, Are you okay baby?" Alvin mencoba mengangkat dan menopang tubuh Claudia yang sudah terduduk lemas di lantai.
"Kepala ku sakit...."
"Kenapa semua nya kelihatan berputar ya?" ucap Claudia yang merasa kan kepala nya seperti oyong dan terasa dunia sedang berputar sangat kencang.
"Gimana kalau kamu tidur disini saja. Biar aku temanin kamu disini!" ucap Alvin tanpa pikir panjang.
"Apa?"
"Tapi... Nanti ibu ku-!"
kata-kata Claudia terhenti kan, kini diri nya pingsan. Alvin melihat itu tidak terlalu panik.
"Clau..., kau beneran pingsan?" panggil Alvin melambaikan tangan nya ke arah wajah Claudia yang sedang pingsan.
"Apa obat itu berhasil? Secepat inikah efek obat itu?" gumam Alvin.
Alvin ternyata sudah memberi kan sebuah obat tidur di campur nya dalam jus yang dia bikin sebelum Claudia sampai ke markas, ternyata rencana dan niat nya berhasil. Karena sejak lama dia sudah berniat untuk memiliki tubuh Claudia.
"Akhirnya rencana ku berhasil!"
"Tidak sia-sia aku campurkan obat itu!"
Senyum licik terukir di bibir Alvin, dia langsung menggendong tubuh sang kekasih dan merebah kan di ranjang itu.
...----------------...
...Bersambung.........
Akan ku nikmati diri mu malam ini sayang!" Gumam Alvin, di langsung menguncikan kamar tersebut dan meletak kan sebuah camera kecil untuk dia rekam aksi tak senonoh nya itu kepada sang kekasih.
Alvin dari dulu tak pernah menyentuh kekasih nya secara vulgar. Dia hanya bisa memeluk Claudia sangat sedang terpuruk karena masalah keluarga nya.
"Aku yakin kau masih Peraw*n sayang... jadi biar kan aku yang mengambil nya malam ini!"
Alvin membelai wajah sang kekasih yang masih pingsan seperti tertidur pulas itu.
Alvin langsung memp*rk*sa Claudia yang masih menutup mata , tak lupa dia merekam aksi nya. Tanpa perlawanan dari sang kekasih, dia sangat puas dan bebas melampiaskan n*fsu nya yang sudah lama dia pendam terhadap Claudia.
Di saat dia memp*rk*sa sang kekasih, tenyata ada dar*h yang mendesir di bawah sana. Arti nya Claudia masih Peraw4n.
"Tubuh mu sangat membuat ku candu sayang!" Ucap Alvin mengatur nafas nya itu.
Alvin yang telah merobek sel*put dara milik kekasih nya itu, tersenyum dengan penuh kemenangan.
"Andai dari dulu kau mau menuruti keinginan ku ini!. Pasti aku tak akan repot-repot membuat rencana jahat ini sayang!" Gumam Alvin.
"Maafin aku sayang!"
"Tapi tenang, aku akan bertanggung jawab!" Bisik alvin ke telinga Claudia, tapi kekasih nya itu tidak menjawab perkataan Alvin karena masih terpengaruh efek obat tidur itu.
Pelepasan pun terjadi pada tubuh alvin, dia mendes*h merasakan kenikmatan dan lega sekaligus.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...------Awal Kehancuran Claudia------...
Fajar menyingsing dinginnya udara sejuk membuat tubuh Claudia menggigil.
"Eeemm ... kenapa tubuhku letih sekali!" lirih Claudia dalam hatinya.
Claudia merasakan ada tangan seseorang sedang memeluk tubuhnya, ia mencoba membuka kelopak matanya secara perlahan, yang dipenuhi bulu mata lentik dan lebat itu.
Di bawah rintik cahaya yang menghiasi kamar markasnya itu. manik mata Claudia menyapu ruangan di sekitar sebelum akhirnya jatuh pada sosok pria yang saat ini sedang memeluk tubuhnya. Dan betapa terkejut dia, saat melihat bahwa saat ini dia tidak menggunakan pakaian apapun.
"Kenapa aku dan Alvin sama-sama tel*nj*ng?"
"Apa yang kami lakukan semalam?" gumam Claudia mencoba mengingat dan mencerna situasi apa yang sedang mereka alami.
Claudia memindahkan tangan Alvin dari tubuhnya secara perlahan sambil mencoba bangkit dari tempat itu.
Namun, saat dia akan menggerakkan tubuhnya, dia tiba-tiba merasakan perih di bagian miliknya, "Aaoowww ... kenapa milikku begitu perih?" lirihnya.
Kemudian dia berbalik untuk melihat tempat tidur di sampingnya. Lalu tiba-tiba wajahnya berubah pucat saat melihat noda darah di atas sprei.
"AAAKKKHHH!" pekik Claudia yang membuat Alvin secara spontan membuka matanya.
"Kenapa sayang?" tanya Alvin sambil menatap wanita di depannya dengan heran.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA KU ALVIN?" seru Claudia dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa yang aku lakukan?" Alvin menatap Claudia dengan bingung, setelah itu berkata.
"Apa kamu lupa sayang? Kita sudah melakukannya, lihat noda darah itu sekarang kamu sudah menjadi milikku!" sahut Alvin yang tidak merasa bersalah telah merenggut mahkota Claudia tanpa persetujuan darinya.
"Kau sangat tega Alvin!" Claudia memukul dada alvin sekuat tenaganya walau bagi Alvin itu tidak terasa sakit.
"Maaf sayang..., aku akan bertanggung jawab jika kau h*mil!"
"Lagian kita semalam sama-sama khilaf, bahkan kamu sendiri yang meminta ku untuk menemani mu tidur disini!" Ucap Alvin membohongi fakta sebenarnya.
"Apa?"
"Aku mengatakan seperti itu?" Claudia dia mencoba mengingat kejadian semalam, tapi ingatan tersebut sama sekali tidak muncul di benak nya.
"Iya sayang, aku awal nya ragu menyentuh mu"
"Tapi kamu terus memaksa ku, dan terjadilah khilaf di antara kita berdua". Alvin membual tentang ucapan nya.
"Bagaimana mungkin ini ter-....,!" Buncah Claudia terhentikan karena Alvin menaruh satu jari ke bibir Claudia.
"Sss....!"
"Tidak perlu di pikir kan lagi sayang, semua nya sudah terjadi. Apa kau mau aku membuat dejavu itu lagi?" Timpal Alvin, yang kini sudah memegangi dagu Claudia.
Tatapan hazel Claudia kini bertemu dengan sorotan mata alvin yang terbilang sedang nafsu sambil membelai bibir s*ksi merah muda nya menggunakan jari Alvin.
"Apa maksudmu Alvin?"
"Aku tidak akan melakukan hal tak senonoh itu lagi!" Tegas Claudia.
"Apa kau yakin sayang!"
Alvin menunjuk kan sebuah rekaman video aksi mereka tadi malam yang sama sekali tidak Claudia ingat dan tak sadar.
"Ka-kamu..., kenapa kamu merekam nya?" Tanya Claudia dengan gagap.
"Jika kau tidak ingin melakukan ini...."
"Maka kau akan tau frekuensi nya!"
Ancaman Alvin membuat Claudia menggeleng tak percaya, jika kekasih nya sejahat itu.
"Kau jahat Alvin!"
"Jahat!" Ucap Claudia dengan air mata yang sudah terjatuh.
"Jika kau tak mendengar kan ku..., maka akan ku sebar video ini kepada yang lain!" Ujar Alvin tersenyum licik kepada Claudia.
"Apa yang kau ingin kan Alvin?" Tanya Claudia berharap ada keringanan dan berhenti mengancam diri nya.
"Bagaimana dengan ini!" Alvin menyentuh milik Claudia dengan tak wajar.
"Apa maksud mu?" Claudia yang belum mengerti ucapan Alvin.
"Aku ingin kau menuruti semua keinginan ku seperti... Memuaskan Nafsu ku sayang!" Ujar Alvin.
"Tapi aku tidak bisa melakukan nya lagi Alvin!" Claudia berusaha menolak dengan halus.
"Baik lah jika kau tak mau..., maka semua orang harus tau bahwa kau adalah j*lang ku!" Ucap Alvin yang mengancam balik.
"Oke!"
"Akan ku turuti!"
"Tapi jangan sebarkan itu kepada yang lain!" Pinta Claudia dengan terpaksa menuruti keingin Alvin tak wajar itu.
"Baik lah sayang!"
Kini Alvin dan Claudia kembali melakukan hal tak senonoh itu lagi, Claudia terpaksa menuruti keinginan sang kekasih. Ternyata Alvin mencintai diri nya hanya karena Nafsu semata.
Membuat diri nya kecewa, karena baru kali ini dia melihat dan mendapat kan sifat asli Alvin terbongkar yang sangat jahat penuh ancaman dan nafsuan.
Alvin terus membabi buta melakukan hal tak senonoh itu lagi terhadap Claudia. Dia berusaha menahan rasa sakit itu lagi.
"Alvin cukup....!" Pekik Claudia yang tak tahan menahan rasa sakit itu lagi, walau pun miliknya sudah di renggut tadi malam ketika dia tidak sadar.
Alvin tak mendengar kan nya, dia terus melanjut kan aksi tak senonoh nya itu serta merekam nya lagi. Dalam waktu 45 menit, kini Alvin dan Claudia sama sama terkapar karena sudah selesai mendapat kan pelapasan secara bersama serta merasa lelah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...--------Janji Palsu Alvin--------...
"Apa kau benar mencintai ku?" Claudia melempar kan pertanyaan kepada alvin.
"Kenapa kau mengancam ku seperti ini?"
"Dan sebenarnya apa yang terjadi, jujur aku tidak terlalu mengingat kejadian semalam!" Lirih Claudia lagi.
"Maaf kan aku sayang..., aku terpaksa mengancam mu karena kau tak pernah menuruti keinginan ku!" Jawab alvin.
"Sebenarnya aku tak berniat mengancam, tapi aku harus melakukan ini karena aku sangat mencintaimu. jika tidak cinta, maka aku tidak akan terlalu menginginkan aksi panas ini bersama mu!"
"Aku juga sudah berjanji pada mu bukan?" kalau aku akan bertanggung jawab saat mata mu terlelap tadi malam" Ujar Alvin mengelus perut Claudia yang masih rata.
"Bertanggung jawab? Maksud mu apa?" Tanya Claudia lagi yang begitu polos, karena diri nya sama sekali belum pernah melakukan hal tak senonoh ini bahkan tidak pernah menonton adegan dewasa.
"Kau bakalan hamil anak ku! Aku sudah menanam ben*h ku di dalam ini beberapa kali!" Ucap Alvin dengan enteng nya merasa tak bersalah telah merenggut keper*wanan milik nya.
"A-apa? Aku bakalan hamil?" Lirih Claudia menepis kan tangan alvin yang dari tadi mengelus perut nya, dia mencoba memegang perut nya yang masih rata serta membayang kan gimana kondisi dan bentuk perut nya jika hamil.
"Sayang... Jangan takut!"
"Aku tidak akan meninggalkan mu. Aku janji akan bertanggung jawab, bahkan kita akan merawat anak ini secara bersama!"
"Aku juga janji tidak akan menyebar kan video rekaman kita tadi!" Alvin yang berusaha meyakinkan Claudia, tetapi diri nya hanya terdiam terpaku karena merasa menyesal telah berlamaan di markas berdua dengan Alvin.
Claudia yang masih ragu dan menyesal, kini diri nya diam terpaku.
"Kenapa harus seperti ini? Bagaimana jika ayah tau, jika diriku sudah tidak per*wan akibat kebodohan ku ini. Sedang kan Alvin juga tidak tau, jika ayah ku seorang mafia yang selama ini di incar polisi juga. Aku takut ayah membunuh alvin karena telah mengh*mili ku. Jika Alvin mati, aku tak sanggup merawat anak ini sendirian!" Lirih Claudia di dalam hati nya yang sangat khawatir serta memikir kan masa depan yang akan dia jalanin semakin buruk.
"Claudia!" Alvin memanggil nama nya.
"Ah iya Alvin, semoga kau benar akan bertanggung jawab!" Buncah Claudia.
"Alvin, Aku mau pulang ke rumah ibu!"
"Pasti ibu sangat khawatir tentang ku!" Claudia bangkit dari kasur itu, dia langsung mengutip pakaian nya yang sudah berserakan di lantai akibat ulah Alvin saat diri nya terpengaruh obat tidur itu.
Setelah diri nya sudah berpakaian kini dia melihat Alvin ternyata sudah memakai pakaian nya juga dan sedang membuka seprei bekas noda d*rah serta bau amis yang bercampur disitu.
"Aku akan membuang sprei ini dan mengganti kan yang baru!"
"Jika anak-anak lain lihat, pasti mereka akan tau kalau kita habis melakukan nya!"
"Bukan kah kau tidak ingin mereka mengetahui hal ini?" Ucap Alvin sambil mengganti kan sprei baru yang sudah dia ambil di dalam lemari.
"Iya!" Ucap Claudia dia singkat.
"Apa kau mau aku antar kan sayang?" Tawaran Alvin setelah selesai membereskan kasur tersebut.
"Tidak perlu!"
"Aku bisa mengendarai motor ku sendiri!" Claudia langsung meninggalkan Alvin tanpa pamit, karena pikiran dia kini menjadi sangat kacau bahkan dia menambah kan beban hidup nya sendiri atas ulah kekhilafan diri nya.
Claudia mencoba menaiki motor nya dalam keadaan milik nya terasa masih perih. Dia menaiki motor gede jenis Cruiser, berbeda dengan Alvin menaiki motor jenis Sport.
Claudia pun pulang dengan kecepatan sangat kencang ke rumah ibu nya yang berada di perumahan biasa, berbeda dengan ayah nya memiliki rumah mewah serta banyak barang berharga dan fasilitas disana.
"Seharus nya aku tak menuruti keinginan Alvin!"
Claudia menangis di balik helm yang dia pakai sambil menancap gas motor nya.
Kehidupan nya kini terasa benar-benar sangat hancur.
"Aku harus apa ibu...?" Claudia menangis sangat kencang dia menepi sebentar di jalanan yang sangat sepi.
"Kenapa dunia ini tak adil bagi ku?" Tanya Claudia pada diri nya sendiri.
"Ya tuhan, aku ingin kehidupan ku seperti dulu!"
"Bersama ayah dan ibu yang masih sangat harmonis!" Doa Claudia dengan perasaan yang mendalam.
"Jika aku bisa mengubah waktu, pasti akan ku cegah aksi tak senonoh itu dan ayah ibu juga tak akan bisa bercerai semudah itu!" Claudia menepis kan air mata nya.
Kini dia melanjut kan perjalanan untuk segera pulang dengan selamat.
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...~ Flashback Masa Kecil Claudia ~...
...Saat itu Claudia berusia 5 tahun....
"Clau sayang.... lihat ini! Ayah bawa pulang apa?" Carlos memberikan sebuah paper bag berisi mainan dan boneka.
"Waahhh...ada boneka kelinci dan juga pistol maian!". Claudia mengeluarkan barang tersebut.
Dor! Dor! Dor!
Claudia mengarah kan pistol mainan itu kearah Carlos.
"Kalau ayah nakal dan jahat..., bikin ibu nangis. Nanti aku akan tangkap ayah dan menembak ayah seperti ini!" Ucap Claudia dengan memperagakan cara menembak yang masih labil.
"Hahaha...kamu lucu banget sih Putri ayah ini gemesin selalu!"
"Mana mungkin ayah membuat ibu mu menangis. Karena ayah sangat menyayangi kalian berdua" Carlos mengelus pucuk kepala Claudia dengan penuh rasa sayang.
"Ayah janji?" Claudia memberi jari kelingking kepada sang ayah. Carlos pun meraih jari kelingking yang masih sangat kecil putri nya itu.
"Janji!" Carlos tersenyum simpul kepada sang putri.
"Ayah..., kenapa ayah membelikan ku boneka kelinci?"
"Ayah kan tau aku kurang suka dengan boneka?" Tanya Claudia.
"Eum gimana ya..., seperti nya arti dari boneka kelinci itu sebagai bahan percobaan!"
"Tapi ayah membelikan ini untuk mu karena kelihatan lucu gigi nya persis mirip gigi kelinci mu yang imut itu!" Carlos mencolek hidung sang putri dengan gemas.
"ihhh ayah...., tapi kenapa kelinci di anggap seperti bahan percobaan ayah?" Tanya Claudia lagi yang membutuhkan wawasan.
"Karena apa yaa... , karena juga hidup ini harus di cobain semua rintangan nya sayang!" Jawab Carlos.
"Ooo...gitu!"
"Sayang!"
"Kamu sudah pulang?" Isabella yang baru selesai dengan urusan dapur nya, melangkah menuju ruang tamu saat mendengar kan suara Claudia yang sedang mengobrol dengan Carlos.
"Iya sayang!"
"Aku hanya membawakan hadiah untuk putri kesayangan ku ini. Tapi, aku harus segera pergi lagi sebelum polisi melihat ku!" Kata Carlos dengan harus tetap berwaspada.
"Hem.... sampai kapan kamu harus bersembunyi sayang!"
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" Lirih Isabella.
"Entahlah sayang, aku tak sengaja membunuh nya. Bagaimana pun aku harus sembunyi bersama seluruh anak buah ku!"
"Tolong jaga Claudia ya sayang!" Pinta Carlos menggenggam tangan Isabella.
Isabella hanya bisa mengangguk kan kepala nya.
"Ayah kenapa berkata seperti itu dengan ibu?"
"Memang nya ayah mau pergi kemana?" Tanya Claudia yang mendengarkan obrolan sang ayah dan ibu yang masih belum dia mengerti saat itu.
"Ayah harus pergi sebentar sayang bersama teman-teman ayah sekalian mencari pekerjaan!"
"Kamu sama ibu ya sementara ini, jangan nakal. Ayah pasti akan kembali!"
"Jika kau rindu ayah, peluk saja boneka kelinci ini. Anggap kalau ini adalah ayah!" Ujar Carlos menatap putri nya dengan tatapan sendu. Diri nya tidak tega meninggalkan anak dan istri nya, tapi demi keselamatan dia harus bersembunyi sementara waktu.
"Baik ayah....!" Jawab Claudia dengan sedih.
Carlos memeluk Isabella dan Claudia secara bersamaan dengan hangat.
Kini diri nya melangkah pergi dari rumah sederhana yang mereka tepati saat itu.
"Bu..., ayah sebenarnya kenapa?" Tanya Claudia yang rasa penasaran nya belum terpecahkan.
"Ayah mu itu mafia sayang!"
"Karena polisi mengejar nya, jadi ayah dan teman nya harus bersembunyi!" Jawab Isabella berkata jujur.
"Mafia itu apa bu?"
"Kenapa polisi malah mengejar ayah?" Claudia yang masih belum terlalu mengerti arti kata mafia itu.
"Mafia itu...., nanti jika sudah besar, pasti kau akan tau sayang!"
"Sekarang ayo tidur!" Isabella yang susah untuk menjabarkan arti kata mafia kepada sang putri yang masih terlalu kecil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
...bersambung.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!