"Lupakan aku Raymon," Nada bicara Via terdengar getir.
Tubuh nya perlahan berbalik hendak meninggalkan Raymon, kekasih nya sendirian.
"Please Via, aku mencintaimu!" Pinta Raymon menahan langkah Via untuk pergi.
Raymon tak ingin Via pergi, ia sangat mencintai Via.
Ucapan Raymon membuat langkah Via terhenti seketika. Via berbalik kembali menatap kearah belakang.
Raymon terlihat lunglai berjalan menghampirinya. Tangan nya terjulur menjangkau bahu Via, dan memegang kedua tangan gadis itu dengan erat.
"Kumohon Via, jangan tinggal kan aku. Aku tak bisa hidup tanpamu Via!" Tutur Raymon penuh pengharapan.
Pandangan matanya nampak redup tak bersinar. Lelaki muda dan tampan itu terlihat sangat menyedihkan di mata Via.
Via sejenak merasa bimbang, ia memandang Raymon dengan perasaan iba. Namun sayangnya hati Via sudah terlanjur hancur dan terluka.
Penghinaan yang di lontarkan Mama Raymon terhadap Via dan keluarga nya, masih terasa menyakitkan. Via sudah tak tahan lagi, ia ingin pergi dari kehidupan Raymon.
"Maaf Ray, aku harus pergi. Cari lah orang lain yang lebih tepat untuk mu." Via menelan ludah nya, sungguh pahit ia rasakan.
Via sadar diri, keluarganya bukan orang kaya. Via cuma seorang anak perempuan biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. Sedangkan Raymon, terlahir dari keluarga yang kaya raya.
"Aku mencintai mu Via, aku cinta kamu!" Lagi-lagi kalimat menyentuh hati dilontarkan Raymon untuk menahan kepergian Via.
Via tak sanggup mendengar kalimat itu. Airmata nya seketika bergulir deras.
Raymon merengkuh tubuh mungil Via dalam pelukannya. Dia tak ingin kekasih yang sangat dicintai nya itu meneteskan airmata. Raymon akui, ia tak berdaya untuk memberi pembelaan pada Via, saat Mama nya memaki-maki Via di tempat umum. Raymon serba salah, kedua perempuan itu adalah orang yang ia sayangi.
Sikap Raymon itu, membuat Via kecewa dan marah. Via menganggap, Raymon tak bisa melindungi Via, dari mulut jahat Mama nya sendiri.
"Jangan pergi Via, aku sayang kamu, kumohon!" Pinta Raymon sekali lagi.
Raymon memeluk tubuh Via erat, seolah tak ingin melepaskan.
Lagi-lagi Via tak berdaya. Ia tak mampu melepaskan diri nya dari jeratan Raymon yang membelenggu hati nya.
"Ayo kita pergi Via, kemanapun kamu mau, aku takkan pulang ke rumah. Aku ingin selalu bersamamu Via." Ucap Raymon tiba-tiba setengah memaksa untuk ikut dengan Via.
Via mendorong tubuh Raymon, melepaskan dirinya dari pelukan lelaki itu.
"Tidak, kamu harus pulang!" jawab Via tegas.
Raymon memegang tangan Via erat.
"Tidak, aku tak kan pulang. Mulai hari ini, aku harus bersamamu setiap hari!" Ucap Raymon keras kepala.
Watak Raymon yang keras kepala, manja dan kekanak-kanakan mulai kumat. Maklum, usia Raymon memang lebih muda 3 tahun dari Via.
HUFFH...!
Via meniup helaian rambut yang menutupi wajahnya. Punya pacar seperti Raymon memang sangat merepotkan.
"Ya sudah, kamu bisa numpang tidur di kos-kosan Dodi temanku!" Via akhirnya menyerah.
Via capek harus berdebat lagi. Perang mulut dengan Mama Raymon sudah cukup menguras tenaganya.
Raymon tersenyum senang dan mencium kening Via mesra.
"Makasih Via sayang." Ucap nya penuh cinta.
Via hanya tersenyum terpaksa, sambil memegangi kepalanya yang terasa berat.
Beban yang baru muncul dalam kehidupannya. Via mengeluh, begitu sulit untuk nya melepaskan diri dari Raymon yang suka menempel kayak perangko.
Sore menjelang malam.
Kos-kosan Dodi terlihat sepi. Saat ditanya pada pemilik kos, katanya Dodi pulang kampung dari tadi siang. Kemungkinan Dodi balik ke kos besok lusa.
Via jadi bingung, kemana dia harus menyuruh Raymon tidur malam ini. Anak manja itu tak punya banyak teman. Meskipun ada, Raymon pasti takkan mau pergi jauh dari Via.
"Bagaimana kalau aku tidur di hotel saja untuk malam ini ? Kebetulan aku masih punya tabungan untuk bayar sewa hotel." Ucap Raymon mengagetkan Via yang sedang melamun.
"Ya udah, yuk kita cari hotel yang murah untuk mu menginap malam ini." Ajak Via cepat, tanpa pikir panjang.
Otaknya mulai buntu. Setidaknya, Via bisa terbebas dari lelaki manja yang sukar di bantah keinginan nya itu.
Raymon terlihat gembira, ia berlari kecil mengikuti langkah kaki Via yang bergegas menuju halte bus. Mungkin karna Via mengingat hari yang semakin gelap menjelang malam.
Sesampai nya di sebuah hotel.
Via duduk dilobi, sambil menunggu Raymon yang sedang berbicara dengan resepsionis hotel.
Beberapa saat kemudian, Raymon tersenyum sumringah menghampiri Via sambil memamerkan kunci kamar.
"Yuk, antarkan aku ke kamar hotel." Raymon menarik tangan Via menuju lift.
Dalam kamar hotel, Raymon begitu senang, ia langsung melempar kan tubuh nya diatas ranjang.
"Akhirnya, bisa tidur nyenyak malam ini!" Ujarnya lega sambil memejamkan mata.
Via memandang Raymon sebal.
"Dasar anak manja!" Batin Via berkata.
"Udah malam, aku pulang dulu ya?" Kata Via seraya berbalik menuju pintu keluar.
Seketika Raymon meloncat duduk dari ranjang. Ia segera memegang tangan Via yang hendak beranjak pergi.
"Kamu temani aku disini ya, please...!" Bujuk Raymon berulah lagi seperti anak kecil.
Via menepuk jidatnya. Ia menarik tangannya pelan dari pegangan Raymon.
"Ray, kita belum nikah. Gak mungkin kan, kita tidur sekamar?" Via coba memberi pengertian.
"Kalau gitu, ayo kita nikah!" Jawab Raymon cepat, dengan mimik wajah serius.
Via tersenyum menahan tawa, menanggapi kalimat Raymon yang terdengar seperti lelucon.
"Aku tidak bercanda Via, ayo kita temui Mama dan dan Papa mu. Kita menikah secepatnya!" Ucap Raymon terlihat gusar.
Sikap Raymon membuat Via langsung terdiam. Wajah Via berubah muram.
"Mau kamu kasih makan apa aku ? kamu kan belum kerja," Ujar Via mendengus kesal.
Raymon sesaat terdiam, lalu merogoh dompet dan mengeluarkan sebuah kartu ATM.
"Aku punya modal. Aku akan buka usaha untuk hidup kita nanti!"Jawab Raymon penuh keyakinan.
Via mencibirkan bibir nya mengejek Raymon. Via yakin, Raymon belum siap untuk itu. Yang Via tau selama ini, Raymon hanyalah anak orang kaya manja yang bisanya menghabiskan harta orang tua.
"Aku belum mau menikah!" Via mengalihkan matanya, Ia tak mau menatap Raymon.
Pemuda tampan itu seketika jadi tersinggung dengan sikap Via yang terlihat menyepelekan nya. Sepertinya Via tak peduli, jika hubungan yang mereka jalin selama ini putus begitu saja.
"Apa Via meragukan ku ?" Batin Raymon bertanya-tanya.
Via menarik nafas panjang.
Jujur, Via ingin sekali menikah di usianya yang hampir 25 tahun. Tapi Raymon masih terlalu muda. Dia bukan tipe suami yang Via dambakan selama ini.
"Apa dia pantas menjadi bapak dari anak-anak ku kelak ?" Batin Via berkecamuk dalam hati.
Raymon memperhatikan gerak gerik Via yang tampak gundah. Ia mengerti, ada keraguan di hati Via pada nya. Hasratnya untuk memiliki Via begitu menggebu-gebu. Raymon tak mau pikir panjang. Bagaimana pun juga, Via harus menjadi istri nya. Masalah pekerjaan bisa ia pikir kan nanti.
Tiba-tiba Raymon mendorong tubuh Via keatas ranjang, dan langsung menindih tubuh Via sehingga Via tak bisa bergerak.
"Ray, apa yang kamu lakukan...!?" Via menjerit panik.
Via tak menyangka, Raymon berbuat senekat itu. Via mencoba melawan dan berteriak. Namun percuma saja. Ruangan itu kedap suara. Dadanya terasa sesak, terhimpit tubuh Raymon yg memegang tangannya dengan kuat.
"Maaf Via, cuan ini yang bisa ku lakukan agar kamu tetap menjadi milikku selamanya." Ucap Raymon dengan nada kecewa.
Via mencoba meronta melepaskan diri.
"Jangan, lepaskan aku Ray! Aw, sakit...!" Jerit Via.
Ia meringis menahan sakit, saat Raymon memaksa membuka pakaian bawahnya.
Meskipun Via berjuang sekuat tenaga mempertahankan kehormatannya, tapi hasrat Raymon yang membabi buta membuat Via kewalahan untuk memberikan perlawanan.
Akhirnya Via hanya bisa pasrah, saat Raymon merenggut kehormatan nya.
Via menangis, inikah pria yang merenggut malam pertamanya ? Malam pertama yang indah yang pernah ia bayangkan. Kesucian yang ingin ia berikan kepada pria yang benar-benar ia cintai sepenuh hati. Kenapa harus Raymon ? Cowok labil, manja yang tak punya kemampuan apa-apa untuk bertahan hidup.
Raymon terbaring lemas disamping Via, jujur ia tak menikmati semua itu. Rasa takut kehilangan Via begitu menghantuinya. Raymon terpaksa melakukan nya pada Via. Ia tak mau Via menjadi milik orang lain.
Egois memang, tapi Raymon sangat mencintai Via. Raymon berjanji dalam hati untuk bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan terhadap Via.
Dengan penuh kasih sayang, Raymon menyelimuti tubuh Via yang setengah terbuka. Raymon hanya diam memeluk tubuh Via dari belakang membiarkan Via menangis sepuas hati nya.
"Maafkan aku sayang!" Bisik Raymon merasa bersalah.
"Aku akan bertanggung jawab Via!" Tutur Raymon sambil membelai rambut Via lembut.
"Besok aku akan menemui kedua orang tua mu untuk melamar mu!" Kata nya lagi.
"Kita akan menikah secepatnya sayang!" Bujuk Raymon ingin meredakan tangisan Via.
"Aku tak sudi menikah denganmu!" Teriak Via keras.
Tiba-tiba Via bangkit dan duduk seraya menatap Raymon dengan tatapan nyalang.
Raymon pun bangkit dan duduk berbalik menatap wajah Via, perempuan yang ia cintai sepenuh hati.
"Aku tak mau jadi istri mu!" Ucap Via getir sambil menggigit bibirnya menahan sakit.
Via benci melihat Raymon. Via jijik dengan wajah yang selalu butuh perhatian itu.
Raymon memandang Via dengan sedih. Hatinya terasa sakit mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut Via.
"Aku benci kamu, aku benci kamu Ray!" Jerit Via sambil menangis keras.
Raymon buru-buru memeluk Via mencoba menenangkan. Namun Via kian histeris.
"Tenang, tenanglah Via !" Bujuk Raymon cemas.
Via mendorong tubuh Raymon keras. Hingga Raymon terjerembab jatuh dari pembaringan.
"Aku jijik sama kamu, jijik! Pergi, pergi sana!" Usir Via sambil menangis tersedu-sedu.
Raymon menatap Via sendu. Raymon sadar, ia sudah berbuat dosa. Dosa yang sangat besar dalam hidupnya. Dan suatu kesalahan besar telah ia lakukan. Ia telah menghancurkan kehidupan Via, perempuan yang ia cintai.
Airmata Raymon pun bergulir jatuh, menyesali perbuatannya. Meskipun ia rela berkorban apa saja untuk bertanggung jawab namun Via tak kan mau menerima semua itu.
Malam ini terasa panjang.
Raymon duduk terdiam di sudut kamar hotel menatap kearah Via yang masih duduk sambil menangis diatas ranjang. Raymon menarik rambutnya, menyesali apa yang telah ia perbuat kepada perempuan malang itu. Bibir nya tiada henti-henti nya bergumam mengucapkan kata maaf pada Via di sepanjang malam yang kian berlalu, seiring waktu yang bergulir pelan.
Tidur enak dan nyaman yang di harapkan Raymon pun berganti dengan tangis dan airmata penyesalan.
Apakah hubungan Raymon dan Via akan terus berlanjut ?
Baca bab selanjutnya ya 🤗
Jangan lupa LIKE & KOMEN Kalau kamu suka novel nya 😍
Kartika, wanita setengah baya yang berpenampilan glamour dengan merk branded di setiap jengkal tubuhnya, seolah enggan turun dari mobil ketika melihat jalanan menuju pekarangan rumah Via yang masih beralaskan tanah dan bebatuan.
Sudut bibirnya terangkat miring menatap bangunan rumah milik keluarga Via yang biasa dan sederhana. Meskipun rumah itu terlihat apik dan bersih, namun Kartika menganggap rumah itu tak berarti apa-apa di banding rumahnya yang besar dan megah bagaikan istana raja.
Wanita angkuh dan sombong yang merupakan ibu kandung Raymon itu, mendadak mengurungkan niatnya untuk menghampiri rumah dimana Via dan keluarga nya tinggal. Ia tak ingin mengotori high heelsnya dengan jejak-jejak tanah. Tangannya pun melambai memanggil sopir pribadinya yang berdiri tak jauh darinya sedari tadi.
"Coba kamu panggil orang tua nya kesini. Suruh mereka temui saya!" Ucap nya angkuh.
Kartika memerintahkan si sopir untuk memanggil orang tua Via keluar dari rumah mereka.
Pak sopir yang usianya masih tiga puluhan itu mengangguk patuh. Ia pun berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah Via yang tanpa pagar pembatas untuk memenuhi perintah majikannya.
Cuaca siang itu lumayan terik, membuat wajah Kartika memerah dan berkeringat. Rasa marah dan jengkel di hatinya makin membara dengan cuaca panas yang menyengat kulitnya.
Batinnya menggerutu panjang mengingat betapa sulitnya ia melakukan perawatan kulit setiap hari namun terpaksa ber panas-panasan karna ulah putra semata wayangnya yang mabuk cinta pada gadis miskin seperti Via.
Bibirnya mengeluh panjang pendek sembari mengibaskan tangannya kehadapan wajahnya. Hingga tak lama kemudian, sudut matanya menangkap sesosok wanita seumuran dengannya terlihat keluar dari rumah mungil itu bersama sopir pribadinya.
Matanya memandang tajam pada sosok wanita yang cuma mengenakan daster panjang dengan rambut di kuncir sanggul ke atas yang terlihat biasa dihadapannya.
Lagak Kartika makin angkuh dengan dagu terangkat ke atas dan kedua tangan dilipat di dada memberi kesan bahwa Kartika ingin menunjukan ia adalah orang berkelas di hadapan orang tua Via.
"Mana Raymon anak ku?" Hardik Kartika bertanya dengan nada kurang menyenangkan.
Kalimat tanya tanpa basa basi yang keluar dari mulut Kartika membuat Sovie, Mama nya Via menjadi gusar.
"Harusnya aku yang bertanya. Mana Via anakku? Dari semalam dia belum pulang. Kemana Raymon membawanya?" Jawab Sovie jengkel.
Mama Via itu mendengus kasar menatap wanita angkuh yang dulu pernah satu sekolahan dengannya diwaktu SMA.
Kartika tertawa sinis, bibirnya menyeringai dengan pandangan mata seolah mencemooh ke arah Sovie. Wanita yang dahulunya idola para pria itu masih terlihat cantik dan awet muda meski tanpa perawatan dan hanya berbalut daster lusuh ditubuh nya.
Rasa iri dan cemburu yang dulu pernah bergayut dihatinya, menyeruak kembali mengingat masa muda nya yang selalu di kalahkan oleh Sovie. Kartika sedikit puas melihat keberadaan Sovie yang kini hidup pas-pas an di rumah kecil dan sederhana itu. Tapi takdir berkata lain, ketika putra semata wayangnya memperkenalkan seorang gadis cantik bernama Via kepadanya.
Kartika sungguh tak menyangka, Via bukan cuma gadis miskin tapi juga anak dari saingan beratnya di masa remaja. Kebencian dan ke tidak sukaan nya pada Via makin berlipat ganda.
Kartika tak kan membiarkan Raymon jatuh dalam pelukan Via, apalagi sampai menikahi gadis itu.
"Jangan berdalih dan mencari alasan. Dimana kau sembunyikan anakku?" Tanya Kartika geram.
Bola mata Kartika yang kecoklatan mendelik besar memandang Sovie dengan garang.
Sovie membalas pandangan mata Kartika dengan tak kalah garangnya. Kedua tangannya mengepal menahan emosi yang mulai naik ke puncak kepalanya.
"Apa kau tuli? Anakmu tak ada disini!" Sovie jadi naik pitam.
Bentakannya yang keras membuat darah Kartika mendidih. Ia tak terima di katakan tuli oleh Sovie.
"Dasar perempuan miskin tak tahu malu! Kau sengaja menjadikan anakmu umpan untuk menggoda pria-pria kaya seperti anakku demi mengangkat derajatmu. Iya kan?" Tuding Kartika berang.
Tuduhan penuh hinaan yang di lontarkan Kartika begitu menyakitkan.
Sovie jadi tak tahan. Emosi yang sedari tadi mengendap di otaknya meledak spontan tanpa bisa di cegah. Tubuh nya yang ramping berisi tanpa lemak mendadak melayang terbang ke arah Kartika yang masih berdiri congkak di luar pekarangan rumahnya.
Tangan Sovie dengan cepat hinggap di tubuh Kartika yang tersurut mundur karna terkejut melihat reaksi Sovie yang menyerangnya tiba-tiba.
Kartika tak bisa mengelak, tubuhnya di pepet Sovie ke pintu mobil.
Wanita itu dengan ganas menarik dan menjambak rambut Kartika yang tak bisa bergerak bebas karna high heels yang ia kenakan di kakinya.
"Kau pikir aku serendah itu hah!" Jerit Sovie.
Bagh ! Rambut Kartika dijambak Sovie kuat.
"Biar miskin, aku masih punya harga diri!" Ucap Sovie geram.
Sovie belum puas hanya menjambak rambut perempuan itu.
Bugh ! Kartika pun didorong jatuh.
"Dasar perempuan gila!" Umpat Kartika ketakutan.
Ia meringis kesakitan saat pantat nya terhempas ke atas tanah.
"Kau yang gila!" Semprot Sovie dengan amarah tingkat tinggi.
Ia menyerang membabi buta, tanpa memberi Kartika sedikit pun kesempatan untuk membalas.
Bag Bugh ! Kartika dijambak didorong lagi sepuas hati Sovie tanpa mempedulikan jeritan Ketika yang menahan sakit.
"Wajar anakku banyak yang suka. Dia cantik! Anakku cantik!" Cecar Sovie tanpa ampun.
Bag bugh ! Bag bugh ! Didorong dan di jambak berulangkali hingga akhirnya Kartika kewalahan. Ia menjerit dan menangis karna tampangnya yang sangat oke, jadi terlihat kusut dan berantakan ulah tangan Sovie yang menyerangnya bagai singa kelaparan.
"Buk...! Udah buk, kasihan nyonya saya. Udah buk, sabar!" Lerai si sopir yang sedari tadi menonton saja.
Ia tak bisa berbuat banyak untuk menengahi perkelahian kedua perempuan itu.
Nafas Sovie tersengal-sengal. Senyuman puas terukir di sudut bibirnya tatkala Kartika duduk bersimpuh tak berdaya diatas tanah pekarangan rumah nya.
Tak ada sedikitpun rasa iba dan kasihan dihatinya melihat wanita angkuh itu menangis sesenggukan. Rasa sakit hatinya terlampiaskan sudah, menyaksikan Kartika yang penuh lagak telah menghina dirinya dan anak gadisnya Via.
"Sekali lagi kau menghina aku dan anakku. Ku cakar-cakar mulut dan wajahmu yang boros produk kecantikan itu. Jika perlu, ku bikin remuk tubuhmu. Biar kau tau siapa yang sedang kau hina!" Kecam Sovie.
Mama Via menudingkan jarinya ke bibir dan wajah serta tubuh Kartika yang tersurut ketakutan melihat sikap Sovie yang seperti monster mengerikan dimatanya.
Mama Via yang sudah terdidik keras di keluarganya semenjak dahulu itu pun beranjak pergi menjauhi Kartika yang mencoba berdiri dengan berpegangan pada sisi mobil.
☘️☘️☘️☘️☘️
"Dasar OKB! Kalo dulu gak ngemis-ngemis cinta sama si Rama yang kaya raya itu, gak bakalan dia bisa jadi nyonya. Hidupnya pasti juga melarat kayak aku ini! Berani-beraninya dia menginjak-injak kepalaku dan mencaci maki aku. Dia lupa, asalnya dulu dari mana." Ceracau Sovie.
Mulut Sovie menggerutu kesal bicara dengan Hp yang ia tempelkan di telinga nya seakan-akan ia tengah berbicara dengan seseorang. Tubuhnya bergerak cepat masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu rumah dengan kasar.
Sejenak ia mengintip Kartika dari balik jendela rumahnya dan menutup gorden yang terbuka tatkala ekor matanya menangkap pandangan Kartika yang masih memandang tajam ke arah rumahnya.
Tak lama kemudian, Kartika terlihat naik ke atas mobilnya dengan perasaan malu dan jengkel setengah mati. Hatinya sangat marah karna dikalahkan sekali lagi oleh Sovie.
"Semua gara-gara Raymon, andai anak itu tidak tergila-gila pada Via, mungkin aku tak perlu berurusan dengan wanita gila itu!" Gerutu Kartika menjerit tak terima.
Ia merasa sangat dipermalukan hari ini.
"Antarkan saya pulang!" Nada bicaranya terdengar sewot memerintahkan sopirnya untuk pergi.
Ia sudah tak betah berlama-lama di tempat itu.
☘️☘️☘️☘️☘️
"Trus, Papa udah ketemu Via belum?" Tanya Sovie lewat handphone.
Sovie ternyata sempat-sempatnya telpon-telponan dengan suaminya.
"Belum ma, ini papa lagi di jalan. Rencananya mau ketemu si Rama." Sahut Benni lewat handphone
Sejak pagi tadi, Benni papa tiri nya Via, sudah keluar rumah untuk mencari keberadaan putrinya yang semalaman tidak pulang ke rumah. Dia sudah berniat ingin mengacak-acak rumah Rama dan Kartika. Rupanya, dia sudah keduluan Kartika yang juga datang untuk mencari anak lelakinya. Perasaan curiga dan was-was mulai meliputi hati pria tua yang hampir berumur empat puluh lima an itu.
Dimanakah putrinya Via sekarang berada ? Benni tampak bingung sepanjang jalan.
.
.
.
BERSAMBUNG
Jangan lupa LIKE & KOMEN YA 🥰🙏
Jika kamu suka novel nya.
Sekalian Subscribe & vote ⭐⭐⭐⭐⭐ gift yang banyak buat othor beli bakso 🤭
Sementara itu di kamar hotel.
Raymon mendadak terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Tubuhnya terasa pegal dan linu karna dari semalam ia tertidur dengan posisi duduk di atas sofa yang tersedia di kamar hotel.
Bola matanya langsung berpendar berkeliling ke setiap penjuru ruangan kamar hotel yang ia tempati mencari sosok Via yang tak terlihat kemanapun matanya memandang.
DEG!
Perasaannya berubah cemas dan curiga. Raymon segera bangkit dari sofa dan berteriak memanggil nama gadis itu seraya berjalan mengecek kamar mandi.
"Via...!" Panggil Raymon panik.
Tangan Raymon mendorong pintu kamar mandi yang tak terkunci dengan mudah. Kosong! Tak ada orang di dalam nya. Raut wajah kecewa disertai penyesalan terpapar di wajah tampannya.
"Dia pasti sudah pergi." Pikir Raymon gundah.
Hatinya mulai di liputi perasaan cemas. Ia membayangkan keadaan Via yang pasti shock berat karna kejadian semalam. Tanpa pikir panjang, Raymon segera keluar dari kamar hotel tanpa mempedulikan penampilannya yang semrawut.
Langkah kakinya berjalan cepat menyusuri lobi hotel untuk melakukan check out di meja resepsionis. Tanpa komentar apapun, lelaki itu bergegas pergi meninggalkan hotel yang menyisakan kenangan buruk pada diri Via dan diri nya.
Tujuan nya saat ini hanya satu, 'Menemui orang tua Via!'.
Dirumah orang tua Via.
Benni terlihat murung diruang tamu memikirkan anak gadisnya yang belum diketahui keberadaannya. Meskipun hanya seorang ayah tiri, namun Benni sangat menyayangi Via seperti anak kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Vino adik lelaki Via yang masih sekolah.
Sejak Benni menikahi Sovie lima belas tahun yang lalu, Via masih berumur sepuluh tahun. Janda beranak dua itu adalah ibu yang hebat. Ia berjuang menghidupi kedua anaknya dengan bekerja serabutan. Selain cantik dan pintar, Sovie adalah perempuan yang kuat dan pekerja keras.
Pertemuannya dengan Sovie membuat Benni yang hanya PNS biasa di kantor pemerintahan itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Awalnya Benni terkejut mendengar kenyataan jika wanita itu adalah janda beranak dua. Namun itu tak menyurutkan keinginan Benni untuk menikahi Sovie.
Meskipun pernikahan mereka berdua menghadapi banyak rintangan dan perdebatan antar keluarga. Benni tetap dengan pendiriannya untuk menikah dengan Sovie. Sehingga dirinya yang sudah berumur tiga puluhan tapi masih berstatus bujangan tersingkirkan dari keluarga besarnya.
Satu-satunya perempuan yang dicintai Benni hanyalah Sovie. Cuma dia yang sangat mengerti Benni. Apalagi disaat Benni di vonis mandul tak bisa memberi keturunan kepada Sovie. Wanita itu selalu memberi support agar Benni tak berkecil hati.
Benni sadar, jika semua adalah kehendak tuhan. Ia menganggap, kehadiran Sovie dan kedua anak nya adalah anugrah yang di berikan tuhan sebagai pelengkap kekurangan nya. Dalam hati kecilnya ia berterimakasih sekali kepada ayah kandungnya Via yang tak tahu dimana rimbanya. Andai saja pria itu masih menjadi suami Sovie dan tidak kabur dengan wanita lain, mungkin hidup Benni belum tentu bahagia seperti ini.
"Pa, Papa dengar gak mama bicara apa?!" Hardik Sovie galak
Nada suara Sovie yang sewot terdengar menegurnya keras.
Lamunan panjang Benni seketika buyar bagaikan kepulan asap. Ia jadi gelagapan menatap wajah istrinya yang masih terlihat awet muda meski sudah berumur empat puluh lima an. Sovie muncul di depan mata nya dengan penampilan yang berbeda. Sovie terlihat cantik dan seksi dengan pakaian yang sedikit ketat membentuk tubuhnya yang ramping.
"Mama mau kemana?" Tanya Benni heran.
Sorot mata Benni terlihat tajam memandangi penampilan istrinya dari atas hingga bawah.
Sovie melengos dan duduk disamping suaminya. Ia berpura-pura tak melihat reaksi suaminya yang terlihat kurang senang dengan penampilan nya.
"Kan mama udah bilang izin keluar, Mama mau nyari Via ke rumah teman-temannya !"
Dengan sikapnya yang cuek seperti biasa, Sovie membuka gulungan rambutnya dan merapikannya dengan sebuah sisir yang sudah ada di tangannya.
"Dengan pakaian seperti itu, nyari anak apa nyari suami baru sih?" Sindir Benni dongkol.
Nada bicara Benni diliputi rasa cemburu.
Penampilan istrinya hari ini agak aneh di mata nya. Ia terlihat seperti perempuan berumur tiga puluhan. Apa gara-gara pertemuannya dengan Kartika tadi siang? Sovie jadi obsesi pengen terlihat lebih muda dan cantik.
"Papa ini kenapa sih? Istri dandan cantik aja rusuh." Bentak Sovie kesal.
Sovie makin sewot dengan mata melotot ke arah Benni.
"Cantik apanya? Bajunya ketat gitu? Tonjolannya depan belakang kelihatan. Papa gak izinkan mama keluar pake baju begitu!" Semprot Benni jengkel.
Meski jauh dalam lubuk hatinya ia mengakui bahwa Sovie memang cantik namun ia tak ingin istrinya keluar rumah dengan pakaian yang tak layak di pandang matanya. Apalagi di luar sana, pria-pria sangat menyukai perempuan yang berdandan seperti itu. Benni tak mau, istrinya itu jadi sorotan para pria hidung belang.
Raut wajah Sovie berubah masam saat mendengar perkataan suaminya.
"Ya udah, mama ganti!" Sovie merajuk kesal.
Dengan memasang wajah cemberut, Sovie bangkit dari duduknya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Senyuman tipis mengembang di bibir Benni saat Sovie yang berwatak keras kepala mau mengikuti saran Benni dengan patuh walau dengan sedikit perdebatan.
"Aku pulang."Via mendadak muncul.
Suara Via di depan pintu masuk mengejutkan Benni. Ada sedikit kelegaan terpancar diwajahnya, anak gadis yang ia tunggu-tunggu dari semalam akhirnya pulang juga tanpa di cari.
Mata Benni pun beralih tajam memandangi Via yang melangkah gontai masuk ke dalam rumah dengan wajah pucat dan kepala tertunduk lesu.
"Darimana saja kamu?" Benni langsung menegur anak tirinya dengan tatapan penuh selidik.
Rasanya ingin sekali ia memarahi Via. Tapi ia tak tega, saat melihat raut wajah Via yang kusut dan kusam tak bergairah. Apalagi tatapan Via yang menatapnya sedih dengan mata memerah seperti habis menangis. Dahi Benni berkerut heran memperhatikan langkah kaki Via yang sedikit terseok-seok. Perasaannya jadi tak enak.
"Ada apa dengan mu? Apa kamu sakit?" Benni menatap anak tirinya itu tajam.
Tak ada jawaban yang ia dengar terucapkan dari Via. Bibir gadis itu bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, namun tak sepatah kata pun mampu ia ucapkan pada Benni. Tubuhnya gemetar, lututnya menggigil takut.
Via tak tahu harus bagaimana menceritakan apa yang terjadi padanya semalam. Dia takut, ayah tirinya itu pasti mengamuk dan akan menghajar Raymon habis-habisan. Apalagi jika ibunya sampai tahu, Via tak bisa membayangkan kehebohan yang akan terjadi.
Hal yang paling tak di inginkan Via justru adalah pernikahan. Via tak ingin kedua orang tua nya meminta pertanggung jawaban Raymon dan memaksa Via menikah dengan lelaki jahat itu.
"Via...! Papamu sedang bertanya padamu. Kenapa kau diam saja?" Bentak Sovie tiba-tiba terdengar.
Sovie bergegas keluar dari kamar saat ia mengetahui anak gadisnya itu sudah pulang.
Suaranya yang lantang menghardik putrinya itu membuat Benni geleng-geleng kepala. Kebiasaan Sovie kalau memarahi anak memang tak ada lembut-lembutnya. Maklum, didikan nya memang keras layaknya prajurit.
"Mama bisa gak sih, ngomongnya pelan-pelan. Gak enak di dengar tetangga." Tegur Benni kurang senang dengan karakter Sovie yang pemarah.
Bukannya melunak, Sovie malah mendelikkan matanya pada Benni.
"Tuh kan, kebiasaan Papa. Anak udah salah di belain terus. Makanya jadi ngelunjak!" Semprot Sovie dengan nada jengkel.
Kehebohan diantara sepasang suami istri itu, membuat Via jadi tambah pusing dan tak bersemangat. Ia pun buru-buru hendak pergi ke kamarnya. Tapi keburu di cegat oleh Sovie.
"Eit, mau kemana kamu? Siapa yang suruh kamu masuk kedalam kamar?" Hardik Sovie melarang Via pergi ke kamar.
Via menghentikan langkahnya dengan posisi tubuh membelakangi ibu kandungnya yang terlihat dongkol dengan sikap Via.
"Sudah lah Ma, biarkan dia tenang dulu di kamarnya, yang penting dia sudah pulang ke rumah." Lagi-lagi Benni berusaha membela Via.
Mata Sovie makin melotot ke arah Benni suaminya. Benni menarik nafas panjang melihat sikap istrinya yang cantik itu berubah bagaikan singa. Ia pun bangkit dari duduknya dan menarik tangan Sovie agar duduk disampingnya.
"Jangan emosi terus, kamu itu sudah berangsur tua. Aku tak mau kamu hipertensi akibat suka marah-marah. Kalau kamu sakit, siapa yang mau ngajakin aku cuci mata ke mall?" Bujuk Benni penuh canda pada istrinya.
Sovie terpaksa patuh mengikuti suaminya duduk di kursi tamu. Seperti biasa, bujukan Benni selalu sukses meredam kemarahan Sovie yang suka meledak-ledak. Ibaratkan Sovie adalah api, Benni selalu menjadi air yang memadamkan kebakaran di hati Sovie.
"Masuk lah ke kamarmu Via, ganti bajumu, jangan lupa makan!" Perintah Benni.
Benni menyuruh Via yang masih berdiri agar lekas masuk ke kamarnya.
Via pun mengangguk patuh pada Benni. Ia pun bergegas masuk ke kamarnya tanpa menoleh sama sekali kepada Mama dan Papanya.
Didalam kamarnya, Via sempat melamun memikirkan kepribadian orang tua nya yang cenderung kebalik. Kesabaran ayah tirinya menghadapi sifat ibunya yang pemarah selalu membuat Via kagum.
Karakter pria seperti ayah tirinya menjadi panutan bagi Via untuk mencari pasangan hidup. Benni adalah pria mapan dengan gaji yang cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Ia pria bertanggung jawab, sabar, penyayang dan masih banyak poin yang tak bisa Via sebutkan satu persatu.
Ibunya adalah wanita yang beruntung karna bisa menikah dengan Benni. Via ingin mendapatkan suami yang mempunyai sifat seperti ayah tirinya itu.
Apakah bisa ? Mungkinkah ada pria lain yang mau menikah dengan nya setelah ia kehilangan keperawanan nya ? Dapatkah Via menemukan pria yang mempunyai karakter yang sama dengan ayah tirinya itu ?
.
.
.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!