" Ibu, Salsa punya kabar gembira buat ibu sama ayah. Salsa di terima di perusahaan SV Group. Dan besok Salsa sudah bisa masuk kerja. " ucap gadis cantik berambut lurus tersebut dengan girang.
" Wah Alhamdulillah nak. Mama ikut senang mendengarnya. " ucap Ibu Salsa yang bernama Mega.
" Ayah juga ikut senang mendengarnya. Akhirnya putri Ayah bisa masuk perusahaan impiannya. " Ucap Harto ayah salsa.
Kehangatan keluarga berlangsung selama makan malam. Salsa merasa degdegan untuk masuk bekerja besok pagi. Namun ayah dan ibunya terus menyemangatinya agar tidak gugup dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Salsa sangat bersyukur karena masih memiliki orang tua yang sangat sayang padanya. Salsa adalah anak pertama dan satu satunya sehingga ia amat sangat di manja oleh kedua orang tuanya.
Meskipun dimanjakan, salsa tidak mau menjadi beban kedua orang tuanya, ia berusaha untuk lulus kuliah dengan cepat dan dapat bekerja supaya bisa membantu perekonomian keluarganya.
Ayah salsa mengusahakan apapun yang di inginkan salsa waktu kecil hingga ia kuliah, dan sekarang salsa berusaha untuk melakukan hal itu balik kepada kedua orang tuanya agar apapun yang kedua orang tuanya inginkan dapat ia penuhi.
Ayah salsa hanyalah seorang petani, namun mereka memiliki tanah yang cukup luas sehingga dari hasil bertani tersebut bisa menyekolahkan salsa hingga ia lulus kuliah.
Salsa adalah anak yang cukup pintar, ia selalu mendapatkan juara umum di sekolahnya. salsa juga mendapatkan beasiswa kuliah di universitas ternama dan bergengsi. Salsa hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikan studi S1 nya, kemudian ia pulang kembali ke kampung halaman dan melamar pekerjaan di perusahaan besar yang ia idam idamkan selama ini.
Ujian tes masuk yang di lakukan oleh perusahaan cukup sulit, namun dengan persiapan yang cukup matang, salsa akhirnya bisa lulus dan dinyatakan sebagai karyawan di perusahaan besar tersebut.
Setelah selesai makan malam, Salsa berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk kembali ke kamar. Salsa kemudian berjalan menuju kamarnya dengan perasaan bahagia.
Salsa membaringkan tubuhnya dan menatap langit langit kamar sembari mengkhayalkan dirinya sudah berada di kursi karyawan yang selama ini di impikannya. Menjadi karyawan di perusahaan itu saja sudah sangat membuatnya bersyukur, karena selain perusahaan nya besar, bayarannya juga lumayan besar. Setingkat karyawan biasa saja sudah di jamin hidupnya akan berkecukupan, apalagi orang yang jabatannya setingkat lebih tinggi sudah dipastikan hidupnya akan makmur karena penghasilan yang menjanjikan dari perusahaan tersebut.
Tak berselang lama, Salsa sudah terlelap dan ia hanyut dalam mimpi indahnya.
.
.
Ke esokan paginya Salsa terbangun di jam 5 subuh, ia melaksanakan shalat subuh dan berdoa supaya pekerjaannya di hari pertama dapat di lancarkan dan ia bisa mengerjakannya dengan baik.
Setelah shalat, Salsa merapikan kembali sajadah dan mukenah nya. Kemudian Salsa mandi dan mulai berdandan tipis. Salsa memandangi tubuhnya yang indah saat dibaluti dengan pakaian formal yang kemarin dikirim perusahaan untuknya. Pakaiannya ada tiga pasang dan modelnya berbeda-beda. Pakaian tersebut nantinya akan di pakai dalam satu Minggu secara bergantian. Salsa tidak perlu repot-repot lagi urusan pakaian karena sudah di sediakan oleh pihak perusahaan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06:00 wib. Salsa berpamitan kepada kedua orang tuanya di ruang tamu.
Kedua orang tuanya mengantar Salsa sampai di pintu depan, doa dan nasihat terus saja kedua orang tuanya ucapkan sehingga membuat hati Salsa semakin tenang dan bahagia.
Salsa pergi dengan menggunakan sepeda motor miliknya yang baru saja di beli oleh ayahnya. Sepeda motor tersebut adalah hadiah dari ayahnya karena sudah lulus masuk perusahaan besar impiannya. Salsa sangat senang dan bersyukur.
Selama di perjalanan, Salsa terus menyapa dan tersenyum kepada orang orang yang ia jumpai. Salsa adalah seorang gadis ramah dan di sukai oleh semua orang.
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Salsa sudah tiba di perusahaan SV Group yang sebentar lagi menjadi tempat yang akan ia kunjungi setiap hari.
Salsa memarkirkan motornya di antara motor karyawan yang lain. Ada banyak sekali karyawan di perusahaan tersebut. Salsa jadi penasaran sekaya apa pemilik perusahaan itu.
Salsa kemudian memasuki kantor dan ia kembali kagum dengan keindahan perusahaan tersebut. Salsa masih merasakan suasana tes kemarin.
Kemudian Salsa mulai bergabung dengan karyawan yang lulus kemarin, ia dan teman temannya di tuntun oleh seorang perempuan yang akan menjadi pengawas mereka selama menjalani masa percobaan.
Salsa sangat gugup tapi ia mengingat wajah kedua orang tuanya dan itu membuatnya kembali bersemangat dan berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
Saat selesai berkeliling semua anak baru di minta untuk beristirahat sejenak. Perusahaan yang besar seperti itu membutuhkan tenaga ekstra untuk menyusuri setiap ruangannya. Mereka bahkan baru melihat sebagian dari perusahaan tersebut. Akhirnya perjalanan tersebut dihentikan dan akan dilanjutkan esok pagi.
Saat sedang istirahat di restoran perusahaan, Salsa dihampiri oleh seorang cewek berambut ikal.
" Hy " ucap wanita berkulit sawo matang tersebut.
" Hallo " jawab Salsa dengan senyuman.
Keduanya berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.
Wanita itu kemudian bertanya kepada Salsa mengapa ia hanya duduk sendirian tanpa teman. Sementara yang lain memiliki teman semuanya.
Lalu Salsa menjawab jika ia sudah terbiasa sendirian. Salsa selalu saja tersenyum dan tidak nampak sedih sedikitpun.
" Kalau begitu mulai sekarang aku akan menjadi temanmu. Kamu mau kan berteman denganku?." ucap wanita tersebut yang bernama Eva.
" Tentu saja, saya akan berteman dengan siapapun yang mau berteman. " jawab Salsa. Kemudian keduanya kembali berjabat tangan dan mulai mengobrol sambil minum Cappucino.
Salsa memang sendirian semenjak ia masuk perkuliahan. Salsa tidak punya teman karena itulah ia terbiasa tanpa teman. Sebenarnya ia juga tidak dikucilkan atau sejenisnya, tapi memang Salsa orangnya tidak mau ribet. Jika ada yang ingin berteman boleh tapi jika tidak ada juga tidak masalah baginya.
Akhirnya waktu istrahat selesai, semua anak baru kembali berkumpul di aula yang sebelumnya.
Wanita yang memandu mereka segera membagikan kartu tanda karyawan kepada masing-masing orang. Mereka sangat tampak senang karena sudah menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Apalagi Salsa yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Eva juga ikut bahagia di samping Salsa.
Setelah pembagian kartu tersebut, ada seorang wanita cantik berambut cokelat dengan pakaian sexy yang membuat tubuhnya agak sedikit menonjol, ia mengangkat tangannya tinggi dan bersuara keras sehingga semua mata kini tertuju padanya.
" Tuan muda pemilik perusahaan dimana?." ucap wanita itu tanpa malu.
" Mohon maaf nona Selfi, tuan sedang dalam perjalanan bisnis ia akan tiba Minggu depan. " ucap wanita pemandu.
"Ouhh" ucap wanita itu dengan acuh.
Semua orang tampak heran, kenapa wanita bernama Selfi itu di panggil nona oleh sang pemandu. Padahal mereka hanyalah karyawan biasa tidak sepantasnya seorang pemandu yang memiliki jabatan tinggi berkata seperti itu. Dan wanita itu juga bertanya dengan nada tidak sopan.
Salsa dan Eva saling pandang. Akhirnya keduanya memutuskan untuk tidak perduli dan hanya berfokus pada pekerjaan mereka.
Suasana menjadi ramai saat semua anak baru mulai menduduki kursi masing-masing. Salsa mendapatkan nomor kursi 30 dan Eva mendapatkan kursi nomor 40. Jarak mereka cukup jauh dan itu membuat hati Eva sedih. Padahal Eva ingin berdampingan dengan Salsa.
Sementara Salsa saat ini sedang merapikan mejanya. Salsa sempat melirik meja di sampingnya yang masih kosong.
" Apa anak baru yang duduk di sampingku tidak datang ya. Tapi tidak mungkin ini kan impian semua orang seperti ku." ucap Salsa dalam hati.
Sementara yang Salsa tahu, semua anak baru sudah duduk di kursi dan meja kerja masing-masing sesuai dengan nomor yang tertera.
Namun Salsa tidak mau ambil pusing dan memutuskan untuk fokus dengan tugas yang diberikan pemandu.
Kali ini mereka akan membagi persentase penghasilan perusahaan beberapa bulan yang lalu dan siapa yang jawabannya benar akan mendapatkan poin tinggi dan berkesempatan untuk bertemu dengan CEO perusahaan minggu depan.
Pembagian adalah hal yang sangat mudah bagi seorang Salsa. Hanya membutuhkan waktu 30 menit, ia sudah menyelesaikan hasil persentase penghasilan selama dua bulan.
Salsa cukup tercengang karena penghasilan perusahaan tersebut satu bulan bisa mencapai triliunan apalagi jika bertahun tahun. Hal itu membuat jiwa Salsa semakin meronta ronta.
Perusahaan sengaja memberikan tugas tersebut untuk pertama kalinya kepada para karyawan agar tidak ada yang resign setelah mengetahui jumlah penghasilan perusahaan.
Dapat dipastikan bahwa semua orang saat ini sangat kegirangan dan ada yang bahkan tidak percaya dan berusaha untuk menghitung ulang.
" Waktu habis " ucap wanita pemandu.
Semuanya terdiam dan berharap mendapatkan hasil yang benar.
Bahkan para wanita sudah berdebar debar ingin bertemu dengan CEO perusahaan yang katanya masih lajang dan sangat tampan.
Salsa hanya duduk tenang karena jawabannya sudah pasti benar.
" Saya akan menampilkan hasil kerja kalian di monitor, cek masing-masing siapa yang benar akan berkesempatan berjumpa dengan CEO perusahaan dan yang salah tidak mendapatkan kesempatan. " ucap wanita tersebut.
Salsa langsung mengecek hasilnya dan ternyata jawabannya benar. Salsa tersenyum bahagia karena bisa bertemu dengan bos besar perusahaan ternama itu.
Sementara Eva sedikit kecewa karena ia tidak berkesempatan ikut dalam pertemuan itu.
Ada 50 karyawan dan yang benar jawaban hanya 20 orang.
Salsa kemudian menyemangati Eva untuk jangan patah semangat, bisa saja nanti kedepan ada kesempatan lagi dan Eva hanya perlu belajar lebih giat lagi.
Saat semuanya sudah kembali tenang, Salsa terkejut karena melihat Selfi yang duduk di sampingnya.
" Apa tes nya sudah di mulai?." tanya Selfi sambil melipat kedua tangannya di dada.
" Sudah selesai, kamu darimana saja?." ucap Salsa.
" Kamu tidak perlu tahu urusan ku." ucap Selfi dengan nada jutek.
Salsa memutuskan untuk diam dan tidak meladeni wanita sombong disampingnya itu.
" Kartu apa itu?." tanya Selfi saat melihat kartu akses di tangan Salsa.
" Ini kartu akses untuk masuk keruang kerja CEO perusahaan. Tugasnya sudah selesai dan siapa yang benar jawaban akan berkesempatan bertemu dengan CEO perusahaan. " jawab Salsa dengan sedikit tersenyum.
Sementara Selfi terdiam sejenak lalu sedetik kemudian ia menarik paksa kartu akses itu dari tangan Salsa.
" Coba aku lihat " ucap Selfi dengan sorot mata tajam.
Salsa terkejut dan tidak menyangka jika Selfi memiliki sikap yang tidak sopan seperti itu.
Awalnya Salsa membiarkannya. Tapi sudah 20 menit lebih Selfi memegang kartu akses itu, dan yang tidak disangka ternyata Selfi baru saja memasukkan kartu itu kedalam tasnya.
" Kembalikan kartu saya!." ucap Salsa saat Selfi bangkit dan hendak pergi.
" Apa kartu kamu, aku hampir lupa. Nanti setelah bertemu CEO akan aku kembalikan" ucap Selfi tanpa beban.
Sementara yang Salsa tahu kartu itu hanya memiliki kesempatan satu kali akses saja dan selebihnya sudah tidak bisa digunakan.
" Saya bekerja keras untuk mendapatkan kartu itu, tapi kenapa kamu mengambilnya tanpa izin. Kembalikan" ucap Salsa yang tidak terima.
Selfi tidak menggubris perkataan Salsa dan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya keluar.
Jam sudah menunjukkan waktu pulang bekerja, Salsa merasa kesal dan geram kepada Selfi yang berbuat semau maunya saja di perusahaan.
Salsa kemudian menjumpai wanita pemandu dan memberitahu semua kelakuan Selfi.
Tapi hal yang tidak terduga terjadi, pemandu tersebut malah tidak perduli dan mengatakan jika kartu itu diberikan saja pada Selfi.
Salsa kehabisan kesabaran dan memutuskan untuk pulang. Sekarang Salsa sudah mengetahui jika perusahaan itu sama saja sistemnya dengan perusahaan biasa yang selalu berpihak.
Salsa memilih untuk mengalah dan membiarkan kartu akses itu dimiliki oleh Selfi.
Setelah satu jam perjalanan, Salsa sudah tiba di rumah. Langkahnya yang lemas membuat ibunya bertanya.
Salsa hanya menjawab bahwa dia lelah di perjalanan karena cuaca sangat panas, padahal Salsa masih sedih karena kartunya yang di ambil paksa oleh orang lain.
Salsa kemudian membersihkan diri dan beristirahat di kamarnya. Salsa membuka ponselnya dan terdapat nomor baru yang menelponnya. Ternyata itu adalah Eva.
" Halo" ucap Salsa saat telepon sudah tersambung.
" Salsa, ini aku Eva. Apa benar Selfi sudah mengambil kartu akses kamu?." tanya Eva.
" Iya Eva, dia mengambilnya. " ucap Salsa.
" Kenapa kamu enggak bilang sama aku. Besok kita ambil ya kamu jangan sedih. " ucap Eva dengan amarah.
" Tidak perlu Eva, biarkan saja. Yang penting kita masih bisa bekerja di perusahaan itu. " ucap Salsa yang melarang Eva melakukan masalah.
" Kenapa begitu Salsa, itu hak mu dan kamu pantas mendapatkannya. "ucap Eva yang tidak mengerti dengan pikiran Salsa.
" Aku sudah mengadukan perbuatannya pada pemandu, tapi yang terjadi pemandu itu malah membela Selfi. Jadi percuma saja kita melakukannya Eva, yang ada kita akan membuat masalah." ucap Salsa lagi.
" Kok bisa begitu, ada yang aneh. Apa jangan-jangan Selfi itu anak dari..." ucap Eva berusaha menebak.
" Bisa jadi Eva, mungkin dia anak salah seorang petinggi di perusahaan makannya dia selalu di bela. " ucap Salsa.
Setelah cukup lama berbincang, akhirnya sambungan telepon terputus. Salsa memutuskan untuk segera tidur karena badannya sedikit kelelahan akibat berkeliling di perusahaan tadi pagi.
Salsa tidak mau ambil pusing. Lagipula masih ada kesempatan yang lain untuk pertemuan dengan CEO. yang terpenting melakukan pekerjaan dengan baik agar bisa mendapatkan rekomendasi dari perusahaan dan bisa naik jabatan.
Salsa sangat memimpikan menjadi seorang sekretaris yang memiliki banyak uang. Salsa ingin mempunyai mobil pribadi dan bisa tinggal di apartemen luas yang ia idam idamkan.
" Andai saja aku bisa jadi sekretaris ya. Tapi butuh waktu dan harus bekerja keras untuk mendapatkan posisi itu. Lagipula aku masih menjadi karyawan biasa. Semangat Salsa kamu pasti bisa jadi sekretaris" ucap Salsa menyemangati dirinya sendiri.
Belakangan ini salsa sudah bekerja dengan baik, Salsa melakukan semua pekerjaan dengan cepat karena kepintarannya. Ia juga mengerjakan pekerjaan yang di suruh oleh seniornya yang sudah bekerja selama bertahun tahun di perusahaan itu.
Salsa merasa senang dapat membantu semua orang, tapi semakin hari semakin banyak yang meminta bantuannya sehingga pekerjaannya sendiri tidak sempat lagi untuk di selesaikan.
Pagi itu ada seorang wanita yang berjalan ke arah mejanya sambil membawa setumpuk dokumen di tangannya.
" Salsa, selesaikan dokumen ini ya nanti kirim filenya ke email ku." ucap seorang wanita dewasa yang berpenampilan feminim kepada Salsa. Wanita tersebut kemudian pergi sambil meneguk cappucino di tangannya tanpa memperdulikan jawaban dari Salsa.
" Maaf kak, tapi pekerjaan saya juga sangat banyak dan menumpuk. Sepertinya saya tidak dapat membantu kali ini." ucap Salsa menolak dengan suara pelan dan sopan. Kali ini Salsa mulai bersikap tegas dengan menolak perintah dari seniornya.
Langkah wanita itu terhenti saat mendengar ucapan Salsa. Kemudian ia membalikkan badannya menghadap Salsa dan mulai berjalan mendekat. Matanya terus memandang ke arah Salsa tanpa berkedip sedikitpun.
" Apa yang kamu katakan barusan?. Apa kamu menolak seniormu yang ingin meminta tolong?. Apa kamu sudah hebat sekarang." ucap wanita yang bernama Feni tersebut.
" Bukan begitu kak, tapi sepertinya tidak sempat untuk mengerjakan pekerjaan ini, apalagi pekerjaan Salsa juga sangat banyak karena akhir-akhir ini sering membantu kakak senior yang lain." ucap Salsa mencoba menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
" Dengar ya, kamu cuma anak baru di sini jadi jangan membantah kalau tidak mau di pecat. Yang lain juga bisa mengerjakan apa yang saya suruh dan tidak mengeluh seperti kamu. " Wanita tersebut melipat kedua tangannya di dada saat berbicara dengan Salsa.
Saat ini semua mata mulai tertuju kepada mereka berdua. Eva yang melintas seketika berhenti saat melihat Salsa.
" Bukan begitu kak, tapi..." ucapan Salsa terpotong saat wanita bernama Feni tersebut mengangkat tangannya menandakan agar Salsa diam.
" Kerjakan saja jika kamu tidak mau kena masalah." ucap Feni kemudian ia berlalu pergi meninggalkan salsa yang masih berdiri.
Salsa kemudian menghela nafas berat dan usahanya untuk menolak akhirnya gagal.
" Salsa, kamu tidak apa apa kan?." ucap Eva yang baru saja menghampiri Salsa.
" Aku baik baik saja Eva, seperti yang kamu lihat." ucap Salsa dengan ekspresi lesu.
Eva dan Salsa bekerja di bidang yang berbeda, Salsa bekerja di bagian administrasi dan Eva bekerja di bagian pemasaran. Jadi mereka berdua tidak bisa bersama saat bekerja.
Waktu istirahat tiba dan mereka berdua memutuskan untuk makan siang.
Di restoran perusahaan, Salsa menceritakan semua kejadian yang menimpanya akhir akhir ini kepada Eva. Salsa menyadari jika ia terlalu baik hingga semua orang memanfaatkannya.
Eva yang mendengar hal tersebut merasa kasihan kepada sahabatnya.
" Salsa, jika ada yang menyuruh mu dengan semena-mena katakan padaku ya, aku akan membantumu untuk melawan mereka." ucap Eva sambil menepuk pundak Salsa.
Salsa menatap ke arah sahabatnya yang selalu setia melindunginya itu, namun Salsa tahu jika mereka hanyalah anak baru yang tidak bisa berbuat apa-apa di perusahaan ini.
" Sudahlah Eva, aku yakin ini hanya sementara dan kita bisa menjadi karyawan normal seperti biasa. Hanya saja kita harus melewati hal hal menyebalkan seperti ini sebelum hal menyenangkan kita dapatkan." ucap Salsa sambil menyeruput teh dinginnya.
Eva hanya mengangguk berharap orang orang yang memperlakukan Salsa tidak baik akan segera berhenti.
Kemudian di sela sela makan siang, salsa dan Eva mendengar pembicaraan karyawan di sampingnya.
" Kamu tahu tidak CEO perusahaan akan tiba besok. Tapi sayang aku tidak punya kartu akses untuk bertemu dengannya." ucap seorang wanita kepada teman temannya.
" Aku punya, nanti biar aku ambil gambarnya diam diam supaya kalian bisa melihatnya ya. Makannya belajar yang benar biar bisa dapat kesempatan seperti aku." ucap wanita di sampingnya.
" Janji ya kamu harus ambil foto CEO Tampan itu." ucap wanita yang pertama berbicara.
Salsa dan Eva hanya terdiam saling pandang. Keduanya tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan CEO.
" Sudahlah keberuntungan kita mungkin bukan sekarang." ucap Eva mencoba menyemangati Salsa yang terlihat murung.
" Aku tidak terlalu memperdulikan pertemuan dengan CEO perusahaan, tapi aku sedih karena hasil perjuangan ku akhirnya di ambil orang lain." ucap Salsa yang mengingat kartu aksesnya yang di ambil paksa oleh Selfi.
" Sudah jangan di pikirkan, ayo makan. Sebentar lagi waktu istirahat berakhir." ucap Eva mencoba mengalihkan perhatian Salsa yang mulai bersedih.
Keduanya kemudian melanjutkan makan siang.
.
.
Waktu sudah sore, Salsa masih belum selesai dengan pekerjaannya. Tadi ia menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Feni padanya. Meskipun lelah, Salsa tetap melanjutkan pekerjaannya sampai selesai.
Eva yang sudah menunggu di parkiran mencoba menelpon Salsa.
" Halo Sal, aku nunggu kamu di parkiran ya." ucap Salsa. Hari ini mereka ada janji akan pergi ke mall karena Eva mau membelikan sesuatu kepada pacarnya sebagai hadiah ulang tahun. Eva meminta Salsa untuk pergi menemaninya.
" Ev, kayaknya aku ga selesai ni sampai jam 7, maaf ya aku ga bisa ikut. Pekerjaan masih banyak banget ni kalau gak siap aku kena marah sama kepala ruangan." ucap Salsa menolak karena pekerjaannya belum selesai.
Eva menghela nafas dan akhirnya ia mengiyakan perkataan Salsa.
" Ya udah gak apa apa, aku pergi sama Bian aja. Semangat ya Salsa nanti kalau ada apa apa telepon aku ya. Bye." ucap Eva dan memutuskan sambungan telepon. Eva merasa kasihan kepada Salsa karena ia selalu di tindas oleh kakak senior beberapa hari ini.
Salsa kembali memfokuskan pandangan ke arah komputer, ia sesekali mengucek matanya yang mulai panas karena sudah lelah. Tepat pada pukul 07.30, Salsa selesai dengan pekerjaannya.
Ia membuang nafas lega karena sudah menyelesaikan pekerjaan.
Salsa kemudian bangkit setelah selesai merapikan meja kerjanya. Ia berniat untuk pulang.
Hanya dia yang tersisa di ruangan, yang lain sudah pulang semua. Kecuali di bagian lain masih ada beberapa yang tinggal di kantor.
Ia menaiki lift dan turun ke lantai 1. Salsa keluar dari lift dan berjalan cepat menuju pintu keluar.
Saat sudah keluar, ia tidak menyadari ada yang lewat di hadapannya barusan karena sudah terburu-buru untuk pulang.
Salsa merogoh kunci motor di dalam tasnya dan tidak menemukan kunci tersebut di sana.
Salsa kemudian memegang kepalanya karena mengingat kunci tersebut berada di laci meja kerjanya. Terpaksa Salsa kembali ke lantai 5 untuk mengambilnya.
" Kenapa ceroboh sekali sih. Mana udah sepi gak ada orang. Untung aku orangnya pemberani dan gak takut." gumam Salsa saat di dalam lift.
Sesampainya di lantai 5, ia mengeluarkan kartu aksesnya dan masuk ke dalam ruangan. Ia dengan cepat mengambil kunci motor yang ada di laci. Setelah mendapatkannya, ia keluar dari ruangan tersebut.
Tanpa Salsa sadari, ia sedang di perhatikan oleh seorang pria sedari tadi.
" Ternyata masih sama, ceroboh." ucap pria tersebut sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!