NovelToon NovelToon

Pasukan Penjagal Dan Puteri Yang Hilang

BAB 1

Dominic.

Di sebuah kamar penginapan, dengan penerangan dari celah jendela yang sedikit buram. Seorang wanita dengan gincu tebal dan gaun merah terang terlihat kesal. Ia duduk dengan kaki terlipat dan kedua tangan terlipat di dadanya, memandangi pria tampan bertubuh kekar yang tengah tidur tengkurap.

Beberapa saat setelah si wanita berdehem agak keras, barulah pria tampan itu membuka matanya.

“Ahh, kau masih disini Sherly?” ucap pria tampan itu dengan suara malas tanpa merubah posisi tengkurapnya.

“Apa-apaan kau Dom, aku sudah menunggumu lama, kukira kita akan bercinta, ternyata aku hanya menjadi penunggu pria tidur, menyebalkan!” dengus si wanita kesal.

“Hey, siapa yang mengajakmu bercinta? Aku hanya katakan padamu temani aku minum, hanya itu kan?” pria yang bernama Dominic mencoba berkilah.

Pria itu bangkit dari tidurnya, kini ia duduk di pinggir ranjang sambil memakai pakaiannya.

“Apa kau tidak punya selera pada wanita?, atau jangan-jangan kau berpenyakit!” ucap wanita itu kasar.

“Hey! jaga bicaramu Sherly. Aku masih normal dan sehat. Hanya saja aku belum menemukan wanita yang membuatku benar-benar bergairah” ucap Dominic.

“Apa aku kurang menggairahkan?” ucap Sherly sedikit kecewa dengan pernyataan pria didepannya.

“Kau menggairahkan untuk pria lain, tapi tidak untukku” Dominic bangkit dan mengambil peralatan perangnya yang berada di atas meja kayu.

“Baiklah Sherly, terimakasih telah menemaniku minum malam tadi. Oya aku tidak menyentuhmu sedikitpun, kau yang menggodaku semalam, jadi aku hanya perlu membayar mu setengah bukan?, aku pergi dulu!” Dominic melangkah santai mendahului wanita itu yang wajahnya masih terlihat kesal.

“Sialan kau Dom!” decak Sherly yang juga berdiri dari duduknya. “Mau kemana kau?”

“Ke Guild. Sekedar mengendorkan ototku. Axon! Siapkan kuda, ayo kita mencari pekerjaan!” teriakan Dominic segera menghilang dengan menghilangnya tubuh pria itu.

* * *

Di sebuah bangunan kayu agak besar. Diatasnya terpampang tulisan ‘ Gill Guild Petualang’. -Guild Petualang adalah tempat para Petualang mencari pekerjaan dengan bayaran sesuai tingkat kesulitan pekerjaan tersebut-

Dominic, pria kekar yang di juluki ‘Si Penjagal dari Curtburgh’ terkenal karena kekuatan dan ketampanannya. Ia memasuki pintu kayu di iringi Axon di belakangnya sambil melangkah santai kedalam ruangan Guild.

Para pria di dalam Guild yang menoleh kearah Dominic, seolah melihat sosok yang menyeramkan. Mereka sesekali menunduk seolah memberi hormat. Ada juga pria yang tengah duduk di depan meja pendaftaran Guild, kemudian mempersilahkan kursinya untuk di duduki Dominic.

“Terimakasih, Hals” sapa Dominic sambil menepuk pundak pria yang memberinya kursi.

“Pagi, Pak tua, Gill. Apa ada pekerjaan bagus untukku?” tanya Dominic santai.

“Ayolah, Dom. Semua pekerjaan di Guild ini seolah milikmu jika kau datang. Lihatlah disana, pemuda-pemuda itu. Mereka adalah petualang baru, berilah kesempatan pada mereka untuk mendapat pekerjaan” kata Gill si pemilik Guild.

“Bawahanku juga perlu makan, Gill. Aku juga petualang disini” ucap Dominic sambil menoleh kearah para pemuda dengan pakaian petualang yang tengah duduk di kursi kayu panjang.

“Hey, apa-apaan itu, kenapa kau sembunyikan kertas pengumuman itu. Apa ini belum di tempel?” Dominic merebut kertas yang dilipat dari tangan Gill yang buru-buru akan disembunyikan.

“Dominic, ini cuma pekerjaan ringan. Carilah pekerjaan yang berat untukmu. Kau terlalu hebat untuk pekerjaan remeh seperti ini. Ini ha-”

Memburu Makhluk Hutan Deprez … 1030 Koin Emas.

Mengalahkan bandit di Desa Ark … 1000 Koin Emas

Pengawal Bayaran Bangsawan/Duke … 1200 Koin Emas

Mencari Puteri Raja yang hilang …. -

Berperang bergabung dengan Prajurit Kerajaan Sparen … 5000 Koin Emas

“Nah! Sepertinya aku cocok bergabung dengan Sparen!” ujar Dominic tanpa memperdulikan kata-kata Gill.

“Tolonglah Dom. Bukankah belum lama kalian telah menang mengalahkan Pasukan musuh di Graffin?, bayarannya pasti besar dan masih cukup untuk membiayai makan anak buahmu” tukas Gil, pria paruh baya berjanggut tebal.

Ingatan Dominic selintas …

Sebuah pertempuran tangah terjadi di tanah Graffin, pertempuran yang seolah tak imbang kekuatannya, sekelompok pasukan perang dengan tanda tengkorak berwarna merah marun di punggung zirah pakaian mereka terlihat ganas membantai pasukan lawannya. Itu adalah pasukan didikan Dominic. Mereka lagi-lagi menang dalam pertarungan.

Dominic diam sambil menghela nafas kasar. “Yah, baiklah Gill. Aku berikan kesempatan ini untuk pemuda disana”

“Hey, Dom. Tapi ada satu pekerjaan yang mungkin kau mau. Pekerjaan ini belum ada yang sanggup menjalaninya. Bayarannya sangat tinggi” ujar Gill pada Dominic.

“Apa itu pekerjaan nomer empat?” tanya Dominic sambil mengangkat alisnya.

“Ya, mencari Puteri Raja yang hilang”

“Aku tidak tertarik” tukas Dom seolah malas sambil meneguk minumannya.

Tak lama berselang, datang beberapa pria berpakaian bangsawan. Seorang pria yang terlihat sedikit paling rapih menuju kursi disebelah Dominic.

Hampir semua orang di sana memandang kearah pria bangsawan itu. Dia duduk di kursi sebelah Dominic, kemudian menoleh kearahnya.

“Hey!. Ada apa melihatku seperti itu!. Aku utusan Kerajaan Franca, mana sopan santunmu! Setidaknya beri hormat dan tundukkan kepalamu” ujar si pria bangsawan dengan tiba-tiba sambil memandang rendah kearah Dominic.

Dominic yang terlihat santai kemudian tersenyum dengan sudut bibirnya sinis. Tapi tidak dengan pria lain di sana. Mereka yang tahu karakter brutal dan kekuatan Dominic seolah tidak ingin melihat apa yang akan terjadi pada si pria bangsawan itu.

Ada pria yang sengaja menutup wajahnya dengan tangan seolah tidak tahu apa-apa. Ada yang berbisik-bisik. Ada yang menepuk jidatnya, -kau tidak tahu berurusan dengan siapa- seolah ingin ia sampaikan pada pria bangsawan itu.

“Sebaiknya kau menyingkir dari sampingku. Orang-orangku akan duduk disitu!” ujar pria bangsawan lagi pada Dominic.

Axon yang melihat hal tersebut hanya berdiri santai di pinggir meja sambil menikmati minumannya.

“Apa kau ti-”

BUG!

“Ugh!, k-kau!” Pria bangsawan itu mendapat tendangan tiba-tiba dari Dominic. Kursi yang di duduki nya ditendang keras oleh Dominic. Ia jatuh tersungkur di lantai. Ketika akan bangkit, ujung mata pedang Dominic sudah berada di tengah lehernya. Dominic bangkit lebih cepat dari kawan-kawan pria bangsawan itu.

“Sebaiknya kau perbaiki kelakuanmu, Tuan bangsawan! Atau pedangku akan sarapan leher manusia pagi ini” ancaman Dominic membuat semua pria disana terdiam bagai batu. “Axon! Tiba-tiba aku mual melihat para belatung ini. Ayo pergi!” pekik Dominic sambil melangkahi tubuh pria bangsawan yang masih tergeletak di lantai sambil gemetar ketakutan.

Dominic sudah berlalu pergi dari sana.

“S-siapa pria itu” tanya pria bangsawan yang sudah berdiri.

“Ada perlu apa anda kesini Tuan?” Gill tidak menjawab pertanyaannya.

“Aku mencari pasukan terkuat yang di juluki Penjagal dari Curtburgh. Pemimpinnya bernama Dominic. Apa kau tahu dimana mereka?” jawab pria bangsawan.

Gill menurunkan bahunya sambil menghempas nafas panjang.

“Kau baru saja bertemu dengannya, Tuan”

“A-apa tadi pria yang menendang kursiku?” tanya pria itu lagi.

“Ya, betul. Dia Dominic”

“Sial!” gerutu si pria bangsawan.

“Jika ingin menemuinya mereka berada di kedai sebrang bangunan besar tua yang paling ujung disana” Gill mengarahkan jemarinya kearah sebuah bangunan tua.

...* * *...

...Hai kakak. Terimakasih sudah mau mampir di cerita baru saya ya ......

...Mudah2an gak bosen sama karya saya. ...

...Minta supportnya ya kak...biar othor tetep semangat berkarya. ...

...Saran dan kritik yang membangun othor tampung ya......

BAB 2

Pekerjaan.

...* * *...

Sebuah kedai agak besar di wilayah Curtburgh, menjadi ‘Base Camp’ (markas) tempat berkumpulnya anggota Pasukan Penjagal pimpinan Dominic. Pasukan sewaan yang terkenal kuat, ditakuti dan selalu memenangkan semua pertempuran, namun pasukan ini juga dikenal bar-bar dan sedikit keras.

Mereka juga sering mengikuti Guild Petualang jika tidak ada pekerjaan besar.

Di sebuah lorong himpitan bangunan yang sepi. Dominic bertemu seseorang yang mengenakan pakaian seorang Duke. Ia menghampiri Dominic sembunyi-sembunyi.

"Tuan Dom. Ini bayaranmu yang kemarin. Terimakasih, kerjamu bagus"

"Baik, sama-sama. Senang juga bekerjasama dengan anda" ujar Dominic.

Dominic menerima beberapa kantung koin emas darinya.

Kemudian mereka berpisah.

"Tuan, apa itu bayaran untuk pria gendut yang kita bunuh dua hari lalu?" tanya Axon sambil berbisik.

"Ya"

"Lalu pria yang tewas anda patahkan lehernya? apa sudah di bayar?" tanya Axon lagi.

"Sudah! Kau berisik sekali" ucap Dominic sambil mengantongi kantung koin emas itu.

Di hari yang sama,

Utusan dari kerajaan Franca yang datang menghampiri kedai milik pasukan Dominic seolah ragu untuk masuk dan bertemu kembali dengan pria yang tadi di temuinya. Kuda-kuda yang mereka tambatkan sedikit meringkik, seolah tahu disana adalah tempat para pria beringas.

Dua orang prajurit Kerajaan berjaga di luar kedai, sedangkan dua orang lainnya masuk dengan keringat melintasi dahi-dahi mereka.

Dibukalah pintu kedai. Pria bangsawan utusan kerajaan tersebut menelan sesuatu di tenggorokannya.

Dengan sedikit ragu mereka berdua berdiri di depan pintu masuk, diam bagai batang pohon, melihat suasana kedai yang lebih mirip ‘sarang bandit’.

Hampir semua pria disana berbadan besar, sebagian memegang gelas berisi minuman yang sedikit tumpah karena guncangan tubuhnya yang sempoyongan.

Beberapa bangku di depan meja sudah penuh terisi para pria yang hampir semua bertampang sangar menyeramkan. Mereka berdua memasuki kengerian tersebut.

Sontak semua yang berada di dalam kedai diam dan menoleh kearah dua utusan kerajaan tersebut.

“Maaf, kami ingin bicara dengan Tuan Dominic” ucap pria bangsawan tersebut dengan suara seolah sedang diintimidasi.

Seorang pria berambut coklat berbadan besar, Broody- menghampiri kedua utusan itu. “Ada perlu apa? Apa kalian dari Kerajaan?” tanya Broody yang sama sekali tidak sungkan dengan pakaian kerajaan yang dikenakan utusan tersebut.

“Ya, kami dari Kerajaan Franca. Kami ingin menawarkan sebuah pekerj-Emph…” tiba-tiba sang utusan tercekik ketika Broody menarik kerah baju pria itu sedikit keatas.

“Apa kalian yang diceritakan Axon di Guildnya Gill?!” tanya Broody menyeramkan.

“A-a..ti..”

“Broody!. Bukan begitu menyambut utusan Kerajaan. Lepaskan dia!”

Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah pintu masuk kedai, dan membuat Broody seperti penurut. Pria berbadan besar itu langsung menurunkan sang utusan Kerajaan ketika melihat seorang pria melewati Broody.

“Kau harus sopan dan memberi sambutan yang layak pada utusan Kerajaan” ujar si pria yang ternyata adalah Dominic.“Maafkan anak buahku, Tuan utusan. Mari silakan duduk. Sepertinya kita sudah pernah bertemu” Sindir Dominic dengan senyuman di sudut bibirnya sambil menggeser kursi kayu untuk tamunya dan ia juga mulai duduk di hadapannya.

Si pria bangsawan dengan wajahnya yang sangat malu sekaligus takut, berusaha menenangkan diri. “Maafkan aku tadi Tuan Dominic. Aku tidak tahu ka-”

“Sudahlah Tuan utusan. Aku biasa mendapat hinaan dari cacing-cacing seperti kalian. Jangan terlalu dipikirkan” ucap Dominic membuat wajah sang bangsawan kecut.

“Hack, tolong minumannya untuk tamu kita!” perintah Dominic pada pria pelayan di balik meja pesan minuman. “Segera, Tuan!” jawab Hack semangat.

Beberapa saat berlalu …

Utusan Kerajaan yang seharusnya bicara pada Dominic saat itu tengah memegang gelas besar berisi minuman yang sebagiannya berhamburan tercecer di lantai. Ia bernyanyi-nyanyi sambil tertawa dengan wajah merah dan berantakan. Pria setengah baya itu merangkul wanita penghibur di dalam kedai. Semua anak buah Dominic tertawa terpingkal melihat pemandangan tersebut.

Alhasil utusan satunya yang tidak mabuk memijit keningnya sambil menggeleng melihat rekannya mabuk hingga tidak mampu menjelaskan maksud kedatangan mereka.

“Kalian dari Kerajaan Franca yang di sebelah timur sana kan?. Bisa memakan waktu lima hari perjalanan kesini” ucap Dominic sambil bersandar santai pada sandaran kursi kayu dan menikmati minuman di depannya.

“Ya benar, Tuan. Walaupun Kerajaan kami cukup jauh, tapi nama anda sudah terdengar sampai Franca”

“Benarkah? Yah walaupun aku sudah tahu, tapi aku cukup senang mengetahuinya. Lalu, apa yang membuat kalian kesini?”

“Begini, Tuan, um-Tuan Dominic. Kerajaan kami sedang mencari Puteri Elisa yang pergi diri dari Istana. Kemungkinan dia menolak untuk di jodohkan dengan Pangeran yang akan dinikahkan dengannya tahun depan. Kami ingin meminta bantuan pada anda untuk membantu mencari Puteri sebelum Ayahnya Raja Vin kembali dari peperangan”

“Ah, ternyata kalian yang memasang iklan pekerjaan di Guildnya si tua Gill. Aku sudah melihatnya tadi, dan aku tidak tertarik” ujar Dominic.

“Bagaimana bisa seorang Puteri Raja menghilang? apa tidak ada pengawalan dari pihak Kerajaan?” tanya Dominic sedikit aneh dengan kejadiannya.

“Semua penjagaan sangat ketat, tapi kami juga tidak tahu bagaimana dia bisa menghilang. Tolonglah bantu kami tuan Dom, jika kami tidak bisa menemukan Puteri Elisa maka kemungkinan kami akan dihukum setelah Raja Vin kembali ke Istana”

“Apa kalian sudah berusaha mencarinya?”

“Ya, bahkan hampir setiap hari di semua wilayah sudah kami sisir untuk mencarinya, tapi hasilnya nihil”

“Hm…” Dominic menghela nafas kemudian memajukan tubuhnya ke meja, “Begini Tuan, sebenarnya kami ini pasukan bayaran untuk berperang bukan untuk mencari orang hilang. Mungkin kalian bisa mencari orang yang lebih tepat untuk tugas ini. Carilah petualang di Gulid yang bersedia dengan pekerjaan ini” jelas Dominic.

“Tolonglah Tuan. Kami tahu kalian pasukan perang, tapi kami tidak menemukan siapapun yang lebih cocok untuk tugas ini selain anda dan pasukan anda. Petinggi Kerajaan akhirnya sepakat untuk meminta bantuan anda”

Dominic kembali bersandar pada sandaran kursi. “Baiklah. Tapi untuk bayaran kami, disamakan dengan bayaran untuk berperang, bagaimana?”

“Itu tidak masalah, bahkan bisa kami lebihkan, Tuan”

“Baik, sepakat!. Bagaimana ciri-ciri gadis nakal itu?” selidik Dominic.

“Puteri memiliki rambut coklat terang, matanya biru seperti batu safir. Usianya belum genap dua puluh. Lalu dipunggung belakangnya ada cap Kerajaan yang diberikan ketika dia kecil, jadi stempel itu tidak akan hilang”

“Apa tidak ada dari kalian yang bisa ikut kami untuk menunjukan wajah Puteri itu. Bagaimana kami bisa tahu wajahnya?” tanya Dominic lagi.

“Maaf, Tuan. Tapi kebanyakan dari kami memang tidak pernah melihat wajah Puteri Elisa, karena kami hanya prajurit dan tidak diperkenankan untuk melihat wajah Puteri Kerajaan. Yang bisa melihat hanya pelayan wanita dan pengawal di dalam kastil”

“Menyusahkan saja. Hm, baiklah kalau begitu. Kau boleh pulang sekarang, dan bawa kawanmu yang mabuk itu. Aku rasa baru kali ini dia bersenang-senang” Dominic tersenyum lebar melihat utusan Kerajaan yang masih mabuk tadi.

* * *

Siang itu, di pusat kota Curtburgh. Dominic dan beberapa pasukannya sudah siap untuk mencari si Puteri yang menghilang.

Pasukannya di kerahkan untuk mencari semua gadis yang memiliki ciri yang disebutkan olah utusan kemarin. Pencarian dilakukan di semua wilayah Curtburgh, wilayah tetangga bahkan ke arah timur dekat Kerajaan Franca.

Lima hari pencarian tidak membuahkan hasil. Mereka beristirahat dan bermalam di sebuah desa dekat perbatasan Franca dan sungai Bunco.

“Tuan, Bagaimana ini? Waktu kita tinggal beberapa pekan lagi sampai Raja itu pulang” tanya Axon, pria kekar berambut panjang yang selalu di kuncir dan terlihat bagian bawah kepalanya yang cepak dan memiliki tatoo di lehernya.

“Berisik!. Aku tahu!” Dominic terlihat lelah dengan pencarian itu. Ia menenggak air segar dari wadah minuman yang berada di pinggangnya.

“Awas saja jika kutemukan gadis nakal itu, akan kutendang pantatnya!. Menyusahkan orang saja!” gerutu Dominic gemas.

“Ayo kita turun ke desa, kita cari makanan dulu disana” perintah Dominic.

Mereka memasuki sebuah kedai sederhana di tengah desa. Ketika Dominic tengah menikmati roti lapis selai, tiba-tiba salah satu anak buah Dominic menghampirinya dengan terengah-engah.

“Tuan Dom!, aku lihat di toko pakaian sebrang kedai ini!, ada gadis dengan ciri-ciri sama se-” …

Dominic tanpa basa-basi dan belum rampung menghabiskan makanannya kemudian berdiri, keluar kedai lalu menghampiri gadis yang di maksud anak buahnya tadi.

“Maaf Nona, boleh aku melihat punggungmu?” karena sudah sangat lelah dengan pencarian itu, Dominic tanpa basa-basi memegang baju gadis itu.

Sontak si gadis berteriak minta tolong. Dominic yang kaget dengan teriakan itu berusaha menenangkan si gadis. “Shh!, jangan berteriak!. aku tidak bermaksud jahat!”

Dominic menurunkan pundaknya, kemudian memutar bola matanya malas ketika melihat di hadapannya sudah banyak pria yang tengah marah dengan kelakuan Dominic dan siap menghajar dirinya.

“Hey!, aku tidak bermaksud jahat pada gadis ini, aku hanya-”

“Hajar dia!” salah satu pria yang memegang sebuah balok berteriak sambil melangkah maju siap memukul Dominic.

BAB 3

Mencari.

Dengan santai Dominic menangkap balok di tangan pria tadi hanya dengan satu tangan. Kemudian menghempaskan tubuh si pria dengan satu kali hempasan. Pria itu terjungkil jatuh ke tanah.

Beberapa pria menyusul akan menghajar Dominic, tapi tak satupun yang bisa memukul pria kuat itu.

Anak buah Dominic hanya menonton dengan santai di kursi pinggir kedai. Ada yang melipat tangannya di dada, ada yang tertawa, bahkan ada yang masih menikmati makanannya sambil melihat tontonan seru antara pemimpinnya dengan para warga yang marah.

Tujuh orang pria terkapar di tanah sambil meringis kesakitan. Dominic menghampiri gadis yang akan kabur itu.

“Nona!, Hey! aku hanya ingin melihat apakah ada tanda di punggungmu!” tanya Dominic sedikit marah pada gadis itu yang hampir kabur.

“T-tidak ada Tuan” jawab si gadis sambil menurunkan sedikit pakaiannya untuk menunjukan bahwa ia tidak memiliki tanda itu.

Dominic menendang tanah dengan kesal, hingga hempasannya menimbulkan debu yang berterbangan. “Akh! Sial. Kenapa aku ambil pekerjaan menyebalkan ini!”

“Hoy! Kita pulang!. Kita hentikan saja pencarian bodoh ini. Menyusahkan saja!” perintah Dominic pada pasukannya yang masih berada di dalam kedai.

Akhirnya mereka akan melakukan perjalanan untuk pulang ke Curtburgh. Dominic memang tidak cocok dan tidak sabar untuk pekerjaan seperti itu. Ia lebih memilih bertarung dengan kekuatan fisiknya daripada menunggu sesuatu yang membuatnya jenuh.

Di tengah perjalanan di tengah desa, mereka - Dominic dan beberapa pasukannya agak merendahkan langkah mereka ketika sekerumunan orang tengah melihat sesuatu di depan sana.

“Ada apa disana?” tanya satu anak buah Dominic pada salah satu pria setengah tua disana.

“Itu, si gadis penjual buah Bit berambut merah baru keluar lagi. Dia adalah gadis paling cantik dan selalu menjadi pusat perhatian dari beberapa pekan yang lalu”

Tiba-tiba saja semua anak buah Dominic yang penasaran menghampiri kerumunan dan mendapati seorang gadis cantik berambut merah tengah menawarkan buah Bit yang dijualnya.

“Tuan! Ayo silahkan buah Bit-nya. Silahkan Nyonya, buahnya masih segar!” teriak gadis berambut merah si penjual buah.

Ternyata kerumunan itu bukan sekedar membeli buah Bit yang dijual si gadis, tapi kebanyak mereka ingin melihat kecantikan dan rambut merah cerah yang unik dan belum pernah ada di desa mereka sebelumnya.

“Tuan, aku ingin membeli buah Bit!’ ujar salah satu anak buah Dominic.

“Aku juga Tuan Dom. Apa kau mau mencoba, biar aku belikan” kali ini Axon yang bertampang sangar ikut menuju ke kerumunan.

Dominic spontan memukul kepala Axon dengan ujung sarung belatinya. “Sejak kapan kau suka buah Bit?” ucap Dominic setengah kesal.

“Sejak hari ini Tuan” Axon segera menuju ke penjual buah.

“Ayo Tuan, silahkan mau berapa?” tanya si gadis yang memang berbeda dari yang lainnya.

Dominic menghela nafas kasar melihat kelakuan anak buahnya. Dominic menghampiri kerumunan tersebut.

“Hey! Anak-anak bodoh! Apa yang kalian lihat? Sudah! Ayo pulang” omel Dominic pada anak buahnya yang seolah tersihir oleh pesona kecantikan gadis berambut merah.

“Tapi Tuan, dia cantik” - “Iya Tuan Dom, biarkan kami melihat makhluk langka” - “Sebentar lagi Tuan” - “Itu, buah Bit …” - ocehan anak buah Dominic sama sekali tidak di gubris oleh pria itu.

“Dasar bodoh!. Bukan dia gadis yang kita cari!”

“Tuan, lihat dulu Tuan. Dia seperti boneka” kali ini Axon terlihat tertarik dengan si gadis berambut merah.

“Axon-” tegur Dominic.

“Tapi Tuan, matanya biru seperti batu safir”

Mendengar kalimat Axon, Dominic langsung teringat perkataan utusan Kerajaan tentang ciri Puteri yang hilang. Dominic akhirnya berusaha melihat si gadis dengan jelas dari sela-sela kerumunan.

Ketika Dominic memandang mata gadis itu, tanpa sengaja manik indah si gadis juga menatap wajah Dominic. Keduanya sempat membatu beberapa saat.

“Ah, tapi rambutnya berwarna merah, Putri nakal itu berambut kecoklatan. Sudahlah, ayo kita kembali!” Dominic langsung membalik badan dan akan meninggalkan kerumunan tersebut.

Tapi bawahan Dominic seolah tidak mendengar perintah pimpinannya.

“Pasukan bodoh!. mau ikut atau mau ku tebas leher kalian!” teriakan Dominic sontak membuat semua yang ada disana tercengang dan diam seketika.

Satu persatu anak buah Dominic sudah berkumpul keluar dari kerumunan dan mengekor Dominic melangkah pergi.

“Dasar bodoh!. Buah Bit-buah Bit!” gerutu Dominic kesal.

Tak berapa lama dari langkah mereka pergi, serombongan pasukan Kerajaan datang menyerbu desa. Entah pasukan Kerajaan darimana, tapi mereka seolah mengintimidasi penduduk desa. Seluruh penduduk desa di kepung dan di paksa berkumpul di lapangan luas.

Teriakan dan penolakan dari penduduk desa membuat beberapa orang terpaksa menerima tebasan pedang milik prajurit kerajaan yang tengah menunggang kuda hitam dengan angkuhnya.

“Kumpulkan semua warga desa!” teriak pria diatas kuda hitam. Dominic dan anak buahnya yang akan pergi dari desa itu juga mendapat perlakuan kasar dari para prajurit Kerajaan. Mereka juga dipaksa berkumpul dengan penduduk desa.

“Hey!, kami bukan pend-” salah satu prajurit kerajaan mendorong Axon yang baru mau menyanggah penangkapan tersebut.

Axon melirik pada Tuannya. Seolah berkata - Ayo kita lawan Tuan! - tapi Dominic mengisyaratkan untuk tetap tenang dan menuruti mereka.

Seolah ada rencana di benak Dominic.

Akhirnya Dominic dan anak buahnya tidak melawan dan mengikuti perintah pasukan Kerajaan tersebut.

“Tuan, kenapa kita tidak melawan?” bisik salah satu anak buah Dominic.

“Ssh, diam! Kita lihat apa tujuan mereka” balas Dominic dengan suara tertahan.

“Kumpulkan para wanita. Ikat mereka!” perintah pria yang terlihat pemimpin pasukan Kerajaan.

Ketika si pemimpin melihat gadis berambut merah yang ikut dikumpulkan bersama warga desa. Pria yang masih berada di atas kudanya itu menyodorkan ujung pedangnya kearah si gadis. Ujung pedangnya menyentuh dagu gadis berambut merah lalu mengangkat wajahnya agar mendongak dan melihat wajah pemimpin pasukan tersebut. “Pisahkan dia, kurung didalam kereta karavan” perintah pria itu diatas kudanya.

Si gadis rambut merah! - para pria berbadan besar anak buah Dominic hampir berbarengan melotot melihat pemandangan di depannya.

Ketika si gadis dipaksa berdiri oleh prajurit Kerajaan. Beberapa anak buah Dominic melirik kearah tuannya, seolah meminta persetujuan untuk melawan.

Dominic yang mengerti kegundahan anak buahnya langsung berdiri.

Prajurit kerajaan yang melihat Dominic berdiri langsung memaksanya untuk berlutut lagi di tanah.

Dengan kekuatan seorang Dominic, pria itu menghajar salah satu prajurit yang berani memegang pundaknya yang memaksanya untuk berlutut.

Spontan semua anak buah Dominic ikut berdiri dan melawan. Alhasil terjadi pertempuran kecil antara prajurit Kerajaan dengan pasukan Dominic. Para penduduk hanya bisa melihat dengan ketakutan.

Pertarungan singkat yang tentu saja di menangkan Dominic dan anak buahnya, membuat penduduk desa berterimakasih pada mereka.

Axon langsung mendekati si gadis berambut merah. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Axon yang sepertinya mulai ada rasa pada gadis itu.

“Ya, aku tidak apa-apa. Terimakasih telah menyelamatkan kami” ucap si gadis.

Setelah semua selesai. Pasukan kerajaan sudah berlalu dari sana. Keadaan mulai normal kembali.

Beberapa saat kemudian, pasukan Dominic akan melanjutkan perjalanan pulangnya, tapi langkah mereka di cegah oleh gadis si rambut merah.

“Tuan! Tunggu!. Apa aku bisa ikut bersama kalian?” tanya gadis berambut merah.

Sontak anak buah Dominic menyetujuinya, tetapi …

“Tidak” jawab Dominic tegas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!