Langit Paris mulai menunjukkan semburat biru muda ketika Amélie Vittoria De Laurentis melangkah keluar dari pintu apartemennya yang mewah di kawasan Avenue Montaigne, salah satu jalan paling bergengsi di kota ini. Apartemennya berada di lantai teratas gedung art-deco, dengan pemandangan langsung ke Menara Eiffel. Tempat tinggalnya memiliki segalanya: dinding kaca besar yang membiarkan sinar matahari masuk sepanjang hari, perabotan minimalis modern, serta koleksi seni mahal yang dipajang di setiap sudut ruangan. Kemewahan tampak dalam setiap detil, mulai dari marmer Carrera yang melapisi lantai hingga lukisan-lukisan abstrak dari seniman terkenal.
Amélie melangkah dengan anggun, mengenakan gaun rancangan Elie Saab, salah satu desainer favoritnya. Sepasang sepatu Christian Louboutin berwarna nude menghiasi kakinya, sementara tas kulit buaya dari Hermès menjuntai ringan di lengannya. Rambut coklat gelapnya tergerai di belakang, memancarkan kilauan lembut setiap kali ia melangkah.
Pagi ini, Amélie menuju kantornya di Tour Saint-Jacques, salah satu gedung pencakar langit yang menjulang di pusat La Défense, distrik bisnis Paris yang sibuk. Gedung itu menjadi simbol modernitas di tengah lanskap klasik Paris, dengan fasad kaca yang berkilau saat terkena cahaya matahari. Di sinilah Amélie bekerja sebagai Eksekutif Senior di sebuah perusahaan real estate internasional yang berpengaruh, Beaumont Global Investments.
Setiap pagi, Amélie duduk di belakang mobil sedan hitam Mercedes-Benz S-Class yang disopiri, melintasi jalan-jalan Paris yang penuh pesona. Perjalanan dari Avenue Montaigne ke La Défense menjadi waktu baginya untuk memeriksa jadwal harian, mengecek email penting dari klien besar, dan mempersiapkan mental untuk berbagai rapat penting yang akan ia hadapi.
Di dunia korporat, Amélie adalah sosok yang tak tertandingi. Usianya yang 37 tahun tak mengurangi kecerdasannya yang tajam dan intuisi bisnis yang luar biasa. Dengan gelar Sarjana dari University College London dan Magister dari HEC Paris, dia memiliki pendidikan terbaik yang bisa dibayangkan. Pengalaman internasionalnya mengasah kemampuan negosiasinya, menjadikannya ahli dalam menyelesaikan proyek-proyek besar dan memimpin tim lintas benua.
Amélie sangat dihormati di kalangan profesional karena kemampuannya dalam merancang strategi bisnis yang cerdas dan inovatif. Setiap keputusan yang diambilnya penuh perhitungan, dan dalam dunia yang didominasi oleh pria, dia mampu berdiri sebagai sosok yang kuat dan tidak tergoyahkan.
Setibanya di kantor, Amélie selalu disambut oleh pemandangan luas dari lantai ke-30 gedung Tour Saint-Jacques, tempat kantornya berada. Dinding kacanya memberikan pandangan panorama ke seluruh Paris, menegaskan statusnya sebagai salah satu wanita paling sukses di kota ini. Ruang kerjanya dihiasi dengan sentuhan modern dan elegan, dengan meja kayu ek yang besar dan kursi kulit hitam yang selalu rapi. Di salah satu sisi, koleksi buku bisnis dan keuangan berjajar, menambah aura intelektual di ruang tersebut.
Hari-hari Amélie di kantor biasanya dipenuhi dengan pertemuan bersama para klien besar dan investor. Pagi ini, ia akan bertemu dengan perwakilan dari Grand Horizon Developments, perusahaan konstruksi asal Timur Tengah yang sedang merencanakan pengembangan properti mewah di Prancis. Dalam ruangan rapat yang berlapis kaca, Amélie dengan tenang mempresentasikan strategi perusahaan untuk melibatkan Grand Horizon dalam salah satu proyek terbesar Beaumont Global. Dengan suara yang tegas namun lembut, ia berhasil memenangkan hati para klien dan menjamin kesepakatan bernilai miliaran euro.
Setelah serangkaian rapat yang sukses, Amélie biasanya akan makan siang di Le Cinq, restoran bintang lima yang berada di jantung Paris. Restoran ini menjadi tempat favorit para eksekutif seperti Amélie, di mana makanan haute cuisine dan suasana elegan menambah kesan prestisius. Makan siangnya tak pernah lebih dari satu jam, tetapi cukup untuk menjalin hubungan profesional dan sosial dengan kolega atau klien.
Namun, meskipun kehidupannya terlihat sempurna dari luar, ada sesuatu yang terus menghantui Amélie sejak kecil. Simbol yang tidak pernah hilang dari pikirannya, sesuatu yang dia lihat berulang kali dalam mimpinya. Simbol itu berbentuk pentagram, dengan seekor ular melilit obor yang menyala di tengahnya. Amélie tidak tahu apa arti simbol tersebut, namun bayangan itu selalu menghantuinya, bahkan saat ia duduk di ruang rapat atau bersosialisasi dengan para eksekutif papan atas.
Selama bertahun-tahun, Amélie mencoba mengabaikan mimpi itu. Namun, semakin ia menutupinya, simbol itu semakin sering muncul. Seolah ada pesan atau peringatan yang sedang menunggu untuk diungkap. Terkadang, ketika Amélie sendirian di apartemennya pada malam hari, ia merasa seolah-olah bayangan ular itu berkelebat di sudut matanya, atau obor yang menyala tampak sekilas dari jendela.
Mimpi ini semakin lama semakin mendalam, dan terkadang bahkan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya. Saat sedang berdiri di lift gedung kantornya yang megah, Amélie merasakan detak jantungnya mempercepat tanpa alasan jelas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan pandangannya mulai kabur ketika ia mengingat mimpi itu. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi sesuatu di dalam dirinya mengatakan bahwa ini bukan sekadar mimpi biasa. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menantinya.
Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaan, Amélie kembali ke apartemennya. Dia melepaskan gaun kerja dan menggantinya dengan piyama sutra lembut, berusaha untuk merilekskan diri setelah hari yang panjang. Namun, bahkan dalam kenyamanan apartemennya yang mewah, bayangan mimpi itu terus mengganggu pikirannya.
Di tengah malam, saat ia akhirnya terlelap, mimpi itu kembali datang dengan intensitas yang lebih kuat. Amélie berdiri di tengah kegelapan, dikelilingi oleh bayangan hitam. Di hadapannya, pentagram besar bercahaya, dan di tengahnya, ular melingkari obor dengan api yang membara. Kali ini, suara-suara aneh terdengar di sekelilingnya, seolah ada bisikan-bisikan yang mengundang. Obor itu menyala lebih terang dari sebelumnya, sementara ular melingkar semakin erat. Cahaya obor itu menerangi sepasang mata yang berkilauan di kegelapan, memandang langsung ke dalam jiwanya.
Ketika Amélie terbangun dengan napas tersengal-sengal, jantungnya berdetak keras. Ia berusaha mengatur napasnya dan menenangkan pikirannya, tetapi simbol itu—pentagram, obor, dan ular—terus membekas di pikirannya.
Ada sesuatu di balik simbol itu. Sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi buruk. Apa hubungan simbol ini dengan hidupnya? Dan mengapa simbol itu muncul lagi dan lagi?
Amélie tahu, dalam waktu dekat, ia harus mencari jawaban sebelum semuanya terlambat.
Amelie berlari dengan kencang. Dia merasa heran, mengapa dia selalu berlari di hutan ini? Suasana hutan yang remang remang, pepohonan tinggi menjulang terlihat seperti bayangan hitam berbentuk tangan yang nampak ingin mencengkeram jiwanya.
Amelie berlari tanpa henti hingga nafasnya terengah engah dan serasa paru parunya mau pecah. Dia bingung kemana, harus kemana? Hutan ini adalah tempat asing yang berulang kali dia masuki. Begitu seringnya mimpi ini terjadi, sehingga dalam tidur pun Amelie tahu bahwa dia sedang bermimpi. Aneh bukan?
Daun daun berguguran di area hutan itu, meninggalkan bunyi gemerisik setiap kali kakinya melangkah. Anehnya Amelie selalu mengenakan baju pengantin warna hitam setiap kali mimpi ini muncul dalam tidurnya. Baju pengantin hitam yang tampak indah, dengan Veil yang juga berwarna hitam Transparan.
Amelie merasa jantungnya berdegup lebih kencang dan nafasnya mulai susah. Tepat ketika tenaganya sudah terkuras habis karena pelarian yang entah kemana dan mengapa hal itu dia lakukan,, tiba tiba saja dia berada didepan pintu gerbang besi yang sangat besar, dengan Logo misterius itu di sana. Logo yang aneh. Seekor ular membelit sebuah obor yang sedang menyala. Pintu pagar itu tertutup, tetapi logo itu…seperti memanggil manggil dirinya untuk masuk dan membukanya.
Biasanya, mimpi itu berhenti di sini, tetapi kali ini tidak, mimpi berlanjut. Amelie berjalan menuju arah pintu pagar besi. Disentuhnya logo itu dengan takut. Dirasakannya sisik ular yang terpahat pada besi bersepuh emas itu. Dirasakannya pagar besi itu begitu dingin dan beku. Tiba tiba tanpa sengaja didorongnya pagar itu dan terbuka. Seketika Amelie melangkah masuk dan tiba tiba…wuus Amelie seperti terperosok masuk ke dalam lorong, dan….tiba tiba matanya terbuka, dia bangun dari tidur.
Tersentak kaget Amelie terduduk, nafasnya terengah engah, keringat dingin mengucur deras persis seperti gambaran dirinya dalam mimpi itu yang juga sedang berkeringat karena pelarian yang entah untuk apa. Ketakutan kembali menghantui dirinya, karena mimpi yang terus berulang dengan Skenario yang sama tetapi perlahan dan pasti memiliki alur yang maju dan bertambah setiap tahun.
Amelie telah mengalami mimpi yang aneh ini sejak usia akil balig. Dan hingga saat ini usianya sudah mencapai 32 tahun. Mimpi itu selalu hadir dengan skenario yang bertambah setiap waktu. Sungguh sebuah hal yang aneh. Apa yang diingatnya dari mimpi itu adalah pagar besi yang menjulang tinggi dengan simbol aneh yang tertempel disana. Simbol menakutkan yang selalu membayangi.
Amelie memaksa tubuhnya bangun, lalu dia mengambil air putih yang tersedia di sisi tempat tidurnya. Rasa takut dan nafas yang pendek terengah engah belum kunjung hilang darinya. Hingga beberapa saat. Setelah tenang, diteguknya air putih itu. Rasa lega pun datang menghampiri. Nafasnya kembali normal, lalu perlahan diambilnya kertas dan bolpoin, digambarnya simbol aneh yang cenderung melekat dalam ingatannya. Simbol yang berasal dari dunia mimpi. Simbol yang entahlah apa makna dan rahasia yang ingin disampaikannya.
Setelah tuntas menggambarnya, Amelie lalu meraih laptopnya dan mengetikkan beberapa kata dengan harapan akan menemukan simbol yang sama seperti yang sering muncul dalam mimpinya. Setelah mencari beberapa saat di internet. Tanpa sengaja Amelie mengKlik sebuah link yang mengenalkannya pada simbol simbol okultisme. Dan menurut link tersebut, logo yang dilihatnya adalah logo yang mengarah pada satu entitas gaib yang dipercaya oleh banyak kalangan spiritual sebagai Lucifer, The Fallen Angel.
Seketika Amelie merasa gusar dan takut, Amelie lalu mengingat masa lalunya bersama orang tuanya, dia merasa tidak ada hal dari kehidupan bersama orang tuanya yang mengarahkan dia pada keyakinan bahkan kepercayaan seputar iblis dan teman temannya. Tapi mengapa dia dihantui oleh hal ini ? Pertanyaan itu menggantung di benaknya hingga pagi menjelang.
***
Pagi itu di kantornya sedang ramai melakukan persiapan kedatangan dari CEO Induk Perusahaan mereka yang ada di Italia, yaitu Mr Lucian Beumont. Kabarnya Mr Lucian tidak menyukai hal hal yang tidak rapi. Hemm Pastilah dia orang tua yang sangat cerewet dan tidak menyenangkan. Demikianlah Amelie menggambarkan dalam benaknya tentang Lucian Beumont.
“Mengapa kita harus sesibuk ini mempersiapkan kedatangan CEO tua itu?” ujar Amelie pada rekan kerjanya.
“Yah bagaimana pun dia CEO dan sekaligus pemilik perusahaan ini. Aku kira wajar jika dia ingin tahu banyak hal tentang perusahaan ini, pasca meninggalnya tuan Alex. Tentu Tn Alex menserah terimakan Perusahaan ini pada Mr Lucian sebagai satu satunya saudaranya, dengan tidak banyak penjelasan. Tugas kita lah yang menjelaskan padanya besok,” Jawab Anna pada Amelie.
Amelie segera memasuki ruang kerjanya yang asri dan Astetik. Ruang kerja yang telah menjadi rumah keduanya selama dia tinggal dan hidup di Paris. Ada sebersit kekhawatiran Si Tua Lucian itu akan mengambil alih ruang kerjanya dan mengusirnya dari sana entah kemana. Amelie membuka buka lembar surat yang datang serta memeriksa Email yang masuk. Dia tidak terlalu mempercayai Rossie sekretarisnya dalam hal melakukan cek terhadap surat menyurat.
Setelah menggerakkan krusor nya kebawah dan ke atas, Amelie berhenti pada sebuah Email yang datang dari seseorang bernama Lita. Hemm nama yang tidak Asing, dibukanya Email tersebut. Dibacanya pelan, Ah ternyata Email tersebut dari Sahabat lamanya di perguruan tinggi dulu, ketika dia masih menempuh pendidikan di London.
“Hai Amelie, ini Lita. Teman sekamarmu di London Collage dulu. Bisakah aku sekedar menjalin kontak kembali denganmu? Jika kau tidak keberatan, mohon balas Emailku ini dan sisipkan nomer Whatsappmu agar aku bisa menghubungimu. Berikut ini adalah nomor Whatsappku (sebuah nomor ditulis di sini) Semoga kita bisa segera bertemu. Terimakasih, Salam penuh cinta dari sahabatmu, Lita.
Amelie tersenyum, segera diraihnya ponsel pribadinya dan disimpannya nomor kontak Lita. Lalu tak lama dia pun melakukan chat
“Hai, Selamat pagi. Apa kabar Lita. Aku Amelie,”kata Amelie membuka chatting pertamanya dengan Lita. Tak berapa Lama Lita pun menghubungi Amelie lewat telepon langsung.
“Hai Amelie, Apa kabarmu? Ada dimana kau sekarang? Aku ada di Paris Prancis. Kudengar kau juga ada di sini. Apakah benar?” tanya Lita.
“Hai Lita, ya benar aku ada di Paris Prancis. Hemm bagaimana jika kita melanjutkan pembicaraan dengan jumpa darat? Bagaimana jika di Le Cygne Noir yang beralamat di 12 Rue des Ombres, yang terletak di daerah Maris? Caffe ini sangat nyaman untuk berbincang santai, dengan nuansa Vintage yang kental. Cocok untuk merayakan persahabatan kita,” balas Amelie
“Ah aku tau tempat itu. Ya ya itu tempat yang Cozy untuk bersantai. Oke, aku menunggumu di sana saat makan siang ya, sekitar jam 12.00. Bagaimana?” sahut Lita kembali
“Deal, kita ketemuan di sana ya?” oke bye,” Amelie mengakhiri percakapannya.
Tepat jam 12.00 Amelie meluncur ke Caffe yang disepakati. Disana dia melihat Lita sedang duduk menyendiri di pojok ruangan. Segera dihampirinya sahabat lamanya itu.
“Hai Lita. Senang bertemu dengan mu? “ Amelie berkata sambil memeluk sahabatnya itu.
“Hai Amelie, wowo kamu terlihat sukses dan cantik,” sahut Lita membalas pelukan Amelie. Mereka lalu saling peluk dan terlibat dalam pembicaraan yang hangat dan bersahabat.
Selayaknya dua sahabat yang sudah lama tak bertemu, siang itu pun mereka isi dengan cerita cerita lama tentang kondisi mereka ketika masih menempuh pendidikan di London Collage. Sehingga sampailah pada kehidupan personal mereka. Ternyata Lita sudah menikah dan suaminya adalah seorang Profesor dalam bidang Okultisme yang mengajar di Institute Superieur de Philosophie de Paris yang beralamat di 27 Rue du Savoir Paris.
Karena itulah Amelie berani menceritakan tentang teror mimpi yang dialaminya selama bertahun tahun. Lita mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi keluhan Amelie. Sebagai seorang Psikolog yang juga mendalami Filsafat Okultisme, Lita menyarankan agar Amelie bertemu dengan suaminya dan membicarakan mimpinya agar dia memperoleh kepastian terkait apa yang menjadi makna simbol dari Logo yang dia sering temui di alam mimpinya itu. Mereka pun sepakat, untuk bertemu lagi nanti malam, sepulang Amelie dari tempat kerjanya. Lita akan datang bersama suaminya. Mereka membuat janji temu sekitar pukul 7 malam. Sebuah pertemuan yang bisa jadi akan menguak banyak hal terkait mimpi mimpi Amelie yang kelam.
Tepat pukul 3 sore, Amelie sampai di kantornya. Suasana di gedung lantai 21 itu terlihat ramai. Tak berapa lama Dora sekretaris pribadinya menghampiri lalu berkata, “ Amelie, Mr Lucian sudah datang, bersama dengan beberapa pengawal pribadi dan seorang sekretaris. Mereka semua sekarang ada di ruang CEO yang lama. Apakah kau akan menemuinya?”
“ Bagaimana yang lain?” tanya Amelie.
“ Pejabat lain sedang bersama Tuan Lucian,” jawab Dora
“Hmm baiklah,aku akan ke kamar mandi dulu,” sahut Amelie.
Bergegas dia menuju Kamar mandi. Kamar mandi kantor itu terdapat di ujung lorong Pantry. Saat melewati lorong Pantry, dia melihat seorang laki laki gagah memakai jas warna abu abu dengan perawakan tinggi tegap dan rambut coklat agak sedikit pirang. Wajah laki laki itu lumayan tampan. Laki laki itu sedang mengambil minuman dingin yang ada di Pantry. Dalam hati Amelie berkata, “ Ini pasti pengawal Tuan Lucian.”
Ketika Amelie mendekati sang pengawal, tiba tiba saja pengawal itu mendongak dan menyapa Amelie, “ Halo cantik, apa kabar?” Sontak Amelie terkejut, dan dengan pandangan penuh Amarah, dia mendekati laki laki itu dan berkata, “ Kamu pengawal Tuan Lucian bukan? Ada baiknya kamu menjaga sikap dan jangan bicara sembarangan. Apa lagi dengan wanita di gedung ini. Bersikaplah yang sopan!”
“Oh, maafkan aku Nona…..” si pengawal itu mengulurkan tangan hendak menjabat Amelie
“ Panggil saja aku Amelie, dan aku rasa kita tidak perlu sok akrab. Jaga saja tuanmu dengan baik dan juga sikapmu,” celoteh Amelie lalu beranjak meninggalkan pengawal itu.
Setelah merapikan diri di kamar mandi Amelie bergegas menuju ruang CEO lama tempat semua anggota kantor senior berkumpul.
“ Selamat siang, maaf saya agak terlambat,” sapa Amelie
Mereka semua sedang rapat dipimpin oleh sang CEO baru Tuan Lucian, yang saat ini sedang membelakangi mereka. Seketika CEO baru itu berganti posisi menghadap anggota rapat.
“Ah, namamu Amelie rupanya, kau bertanggung jawab pada masalah marketing dan pemasaran,” jawab sang CEO baru.
Amelie sangat terkejut, rupanya Tuan Lucian tidak datang dan memimpin rapat, yang sedang ada dihadapannya si pengawal brengsek yang tadi menyapanya dengan tidak sopan.
“ Mana Tn Lucian? Mengapa kau yang menggantikan dia di sini?” tanya Amelie dengan wajah ketus.
Seketika semua peserta rapat duduk kaku dan suasana ruangan jadi begitu hening. Amelie lalu memandang berkeliling dan berkata lagi,” Apa? Adakah kata kataku yang salah?”
Si Pengawal itu kemudian berdehem, lalu berkata, “ Kenalkan , saya Lucian, nona Amelie.”
Sambil mengulurkan tangan menunggu Amelie menyambut jabatan tangannya. Seketika Amelie menyambut jabatan tangan si Pengawal yang ternyata adalah Lucian, CEO baru perusahaan mereka.
“ Mmmm, maafkan saya, aku pikir Tn Lucian berumur sekitar 60 an tahun sama seperti Tn Alex lama yang berumur 65 tahun. Aku pikir karena kalian bersaudara, pasti usia tidak jauh beda, “ kata Amelie dengan suara bergetar menahan malu.
Terdengar beberapa rekannya menahan tawa. Sambil menundukkan kepala.
“ Ah ya,aku paham. Sekarang setidaknya anda sudah tau nona Amelie, bahwa saya belum berusia 60 tahun, “jawab Lucian sambil tersenyum dan mengedipkan mata nakal ke arah Amelie.
Lalu Amelie duduk dan mengikuti rapat perkenalan itu seperti yang lainnya. Pikirannya berkecamuk, “ Sialan, aku sudah salah kira. Aneh, kok Saudara almarhum Tuan Alex masih begitu muda?”
Amelie menepis suara dalam kepalanya lalu kembali berkonsentrasi mengikuti arahan Lucian.
***
Selesai Rapat, Amelie mendekati dora dan berkata dengan mendesis menahan Amarah, “Kenapa kau tidak bilang kalau Lucian itu masih muda dan gagah sekali. Aku pikir dia setua Tuan Alex.”
“Ah Amelie, bukannya aku sudah mengirim Email padamu terkait tuan Lucian? Dan tidakkah kau baca CV beliau. Seharusnya kau tau Amelie. Pimpinan yang lain tahu kok, sepertinya hanya kamu yang salah persepsi,” celoteh Dora.
Belum Sempat Amelie menjawab balik, tiba tiba Lucian memanggilnya, “Amelie, bisakah kau menemuiku sekarang di ruanganku ?”
“ Eh baik Tuan, saya segera menuju ke ruang anda.” jawab Amelie
Sesampainya di depan pintu kantor Lucian, Amelie sekali lagi melihat, nama Lucian dan fotonya telah terpampang di depan pintu menggantikan Tuan Alex.
Amelie bergumam pelan, “ Oh Tuhan, ternyata hanya aku yang konyol di kantor ini.”
Amelie mengetuk pintu perlahan, dan menunggu balasan dari Lucian untuk masuk.
Ternyata sekretaris Lucian yang membuka pintu, dan mempersilahkan dia masuk. Amelie mengambil tempat duduk tepat di depan meja kerja Lucian. Setelah itu sang sekretaris segera pergi meninggalkan mereka berdua.
“Maafkan atas ketidak tahuanku tuan, Maaf aku kurang sopan tadi bicara padamu,” kata Amelie membuka percakapan.
“Ah, That is Oke Amelie, Aku senang kamu bersikap tegas pada laki laki yang baru kau kenal. Itu menunjukkan kau punya kelas,” jawab Lucian
Amelie tertunduk malu. Namun kali ini dia bisa mengamati wajah Lucian dengan jelas. Wajahnya khas orang italia, dengan hidung mancung, mata coklat gelap. Tetapi yang membuat Amelie menahan nafas adalah badan Lucian yang tinggi besar dan kekar. Jejak dada yang bidang dan postur tubuh yang kekar jelas terlihat walau berbalut jas hitam Valentino. Sungguh seorang CEO yang ideal.
“Amelie, bisakah kau ikut denganku besok pada acara launching kompleks Real estate baru kita? Aku masih belum begitu mengenal tamu tamu yang akan datang. Alex tidak meninggalkan dokumen apapun terkait kolega kita padaku,” ujar Lucian.
Amelia terjaga dari lamunan nya tentang tubuh Lucian yang aduhai, “Be…baik, aku akan mempersiapkan semua dokumen tentang klien kita untuk kau pelajari besok pagi sebelum acara launching.”
“Baguslah kalau begitu, aku sudah melihat beberapa file perusahaan, nampaknya kau termasuk dalam jajaran pimpinan berpengaruh di sini. Aku sangat berharap kau bisa sering mendampingiku dan membantuku dalam banyak hal selama aku di Prancis,” kata Lucian.
“ Tentu, dengan senang hati Tuan Lucian,” kata Amelie
“ Panggil saja aku Lucian, aku ingin lebih akrab dan dekat denganmu Amelie,” balas Lucian
Amelie mengangguk, lalu beranjak keluar ruangan. Belum sampai dia keluar ruangan, tiba tiba Lucian mencegatnya dan berdiri di depan pintu. Jarak mereka begitu dekat. Jantung Amelie berdetak dengan keras, pipinya terasa panas memerah.
“Selamat sore Amelie, kita bertemu lagi besok,” ujar Lucian setengah berbisik.
“Selamat sore, see you tomorrow,” balas Amelie
Begitu keluar dari ruang kerja Lucian, hati Amelie melonjak kegirangan. Baru kali ini ada pria seromantis Lucian, sigap membukakan pintu, berbisik manja di telinganya. Hemm seandainya ini tanda sikap seorang Playboy sekalipun, Amelie merasa tidak keberatan. Kadang hidup perlu have fun bukan.
Setelah itu Amelie mengambil tasnya dan segera beranjak pulang, diliriknya jam tangan, woow, sudah menunjukkan pukul 18.00 dia hanya punya waktu satu jam untuk segera meluncur bertemu dengan Lita dan suaminya di Cafe yang telah disepakati.
***
Segera Amelie meluncur ke Cafe Le Cygne Noir tempat yang sudah disepakati, sampai disana Amelie terlambat 10 menit. Setelah mengucapkan permintaan maaf pada Lita dan suaminya, Amelie duduk dan memesan makanan untuk mereka. Setelah makan malam, Suami Lita, andrew, pria berkebangsaan inggris yang telah lama tinggal di Paris Prancis dan mengajar tentang Filsafat okultisme.
Setelah berbasa basi sebentar, Amelie mengeluarkan gambar Logo yang selalu saja muncul dalam mimpinya. Disodorkannya gambar itu pada Andrew.
“ Hemm dari mana kau dapatkan gambar ini Amelie? tanya Andrew
“Aku menemukannya pada sebuah website yang membahas tentang okultisme,”sahut Amelie
“Logo ini menggunakan gambar ular dan obor yang menurut filsafat okultisme yang aku pahami,simbol ini mengarah pada Lucifer. The Fallen angel yang dipercayai juga oleh kalangan Abrahamic sebagai Iblis. Ada juga yang meyakini Lucifer sebagai raja neraka. Lucifer adalah iblis yang mempunyai kelebihan sebagai The Lust Master. Dia menguasai alam materialisme, hedonisme dan sexuality, “jelas Andrew.
“Apa makna simbol ular dan obor ini?” tanya Amelie
“ Obor dengan api yang menyala adalah simbol dari pengetahuan, sementara ular adalah simbol kebijaksanaan, sekaligus tantangan dan godaan. Bisa dikatakan, ini adalah simbol pemahaman dan pengetahuan Spiritual yang tidak mudah diraih. Ada godaan dan tantangan yang akan dihadapi sebelum mencapai pencerahan. Ular ini adalah Lucifer. Dia menggoda dan menghalangi siapapun sebelum mencapai sebuah pemahaman spiritual yang tinggi. Berapa lama kau diganggu oleh mimpi ini?” tanya Andrew
“ Cukup lama, sejak aku masih kecil,” jawab Amelie
“Hemm maaf atas kelancanganku, apakah kau masih perawan Amelie?“ Andrew kembali bertanya.
“ Setidaknya sampai saat ini aku belum pernah tidur dengan lelaki manapun,”jawab Amelie.
Amelie tertunduk malu, betapa tidak, di usianya yang sudah menginjak 32 tahun, memang belum sekalipun dia pernah bercinta dengan lelaki manapun.
“ Kasusmu ini cukup unik dari sisi Spiritual. Maukah kau aku kenalkan dengan temanku seorang pengurus Temple Of Lucifer yang ada di Prancis ini. Mungkin dengan bertemu temanku itu, kau bisa mendapat jawaban yang lebih gamblang,” jelas andrew
“Sebagai profesor, di bidang Okultisme, apakah kau tidak punya analisa dan pendapat?” Lita meminta suaminya mengajukan sedikit argumen.
“Dalam beberapa tradisi, Bride of Lucifer, memang dipilih sendiri oleh Sang fallen angel dari sejak manusia itu lahir. Kasus mu ini mirip dengan kasus beberapa wanita yg mengklaim dirinya sebagai pengantin Lucifer. Tentu aku tidak ingin menghakimi mu. Itulah makanya aku ingin mempertemukanmu dengan pimpinan Temple Of Lucifer yang ada di Paris ini,” jelas Andrew kembali.
“Jika itu bisa membuka tabir apa yang terjadi padaku, tentu aku tidak keberatan,”jawab Amelie.
Diaturlah janji temu dengan Leader dari Temple of Lucifer yang ada di Paris, dimana Andrea sebagai perantaranya. Andrew berjanji akan mengantarkan Amelie ke tempat dimana Temple of Lucifer berada sesegera mungkin.
Dalam perjalanan pulang kembali ke Apartemennya, segudang pertanyaan menyeruak di benak Amelie. Mengapa aku terhubung dengan Lucifer, the Fallen Angel? Adakah sesuatu tentang masa kecilku atau keluargaku yang belum aku ketahui? Apakah benar mimpi mimpi itu tanda aku adalah calon pengantin Lucifer? Namun bagaimana bisa? Sementara aku tidak meyakini adanya iblis atau setan dalam hidup ini? Mungkinkah di era digital macam sekarang ini masih ada Iblis atau sejenisnya? Amelie hanya bisa membisu dalam ketidak tahuannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!