NovelToon NovelToon

Pernikahan Paksa Anak SMA

Episode 01 : Kodok dan Keong

Tokoh Utama :

Mozea Cantika atau Zea (18 tahun)

Alzio Ray atau Zio (18 tahun)

***

"Zio, Zio, Zio ..."

"Ayo Zio ..."

"Semangat Zio ..."

Beberapa siswi centil dengan semangat meneriaki nama Zio tak kala pertandingan basket antara SMA 25 dan SMA 15 tengah berlangsung sengit di lapangan basket SMA 25.

"Zio pasti menang ..."

"Semangat tim basket SMA 25 ..."

Teriak cewek-cewek centil itu lagi. Di lihat dari skor sementara, tim basket SMA 25 yang diketuai oleh Alzio Ray memang lebih unggul, dan waktu tersisa 15 menit lagi.

"Tim basket SMA 25 pasti bisa ..."

Dari arah tribun, diantara para penonton pertandingan, terlihat seorang siswi berhijab tengah cemberut karena tim basket SMA 25 akan memenangkan pertandingan. Cewek ini bukan murid dari SMA lawan, hanya saja dia tidak suka melihat tim Zio menang. Namanya Mozea atau biasa dipanggil Zea. Dia dan Zio adalah musuh bebuyutan. Di sekolah mereka selalu bertengkar bagai tikus dan kucing.

"Astaga Zea, Zio ganteng banget. Tim basket sekolah kita pasti menang. Gue yakin," ucap Nina, teman baik Zea. Kalau bukan demi Nina, Zea tidak akan naik ke tribun melihat pertandingan basket ini.

"Aduh Nina, kuping gue kayanya sebentar lagi bakal budek karena dengerin tuh cewek-cewek centil teriak. Lagian apa sih kelebihan si kodok itu sampai tuh cewek-cewek kegatelan banget," kata Zea kesal.

"Hellow, Zea, Zio itu banyak kelebihannya. Dia ganteng, ketua OSIS, ketua tim basket, rengking 1 terus, kaya, kurang hebat apa coba?" puji Nina.

"Muka kaya kodok gitu Lo bilang ganteng?"

"Mending Lo ngaca deh, Lo panggil dia kodok, tapi muka Lo sendiri kaya keong. Pantas Zio and the gangs manggil Lo dengan sebutan keong," jawab Nina sambil tertawa.

"Nina, Lo bela mereka? Di hadapan gue? Gue temen Lo," kesal Zea.

"Aduh Zea. Bukan maksud gue gitu. Gue gak ngerti aja sama Lo, kok Lo bisa sebenci itu sama Zio? Kok kalian sejak masuk SMA gak pernah akur? Aneh," jawab Nina.

"Gue benci aja sama dia. Tuh kodok pantas untuk dibenci," jawab Zea dengan ketus. Jawaban itu membuat Nina geleng-geleng kepala.

Nina tidak tau bahwa Zea memiliki alasan kuat kenapa membenci Zio. Semua bermula sejak mereka kelas 1 SMP. Di pesta ulang tahun Zea ke-13, orangtua Zea dan orangtua Zio sepakat menjodohkan anak-anak mereka agar persahabatan mereka semakin erat. Zea senang di jodohkan dengan Zio, namun Zio menolak dengan alasan bahwa Zea jelek. Memang sih dulu Zea jelek, hitam, kurus, bau ketek, tak terawat dan oon. Namun, penghinaan Zio kepadanya membuat Zea berubah.

Zea berubah jadi cantik, langsing tapi berisi, putih, wangi dan yang terpenting menyaingi kecerdasan Zio. Sayangnya, Zio berpikir perubahan Zea hanya untuk menarik perhatiannya dan Zio meminta Zea untuk berhenti mengejarnya. Hal itulah yang membuat Zea semakin membenci Zio, padahal dia berubah bukan demi Zio tapi demi dirinya sendiri agar tidak di hina.

Sampai mereka masuk SMA, semua teman-teman mereka tidak tau kalau si musuh bebuyutan ini sudah dijodohkan sejak kecil. Mereka taunya Zea dan Zio tidak pernah akur setiap kali bertemu.

"Ye ... tim basket SMA 25 menang ..." teriak Nina.

"Zio ... Zio ... Zio ... Kamu hebat Zio ..." teriak Nina.

"Aduh Nina, bisa gak jangan teriak di sebelah kuping gue. Kuping gue sakit dengernya," titah Zea.

"Jangan marah-marah terus Zea, nanti cepat tua. Gue ke bawah dulu minta tanda tangan ayang Zio. Lo tunggu di sini kalau Lo gak mau ikut," kata Nina. Kemudian Nina langsung turun dari tribun. Sambil berjalan dia mengeluarkan pulpen dan sapu tangan dari tasnya untuk ditanda tangani Zio.

"Selamat Zio, Lo hebat banget, SMA kita Menang lagi dalam pertandingan persahabatan antar SMA se-kabupaten. Boleh gak gue minta tanda tangan?" tanya Nina.

"Boleh," jawab Zio.

Sambil menandatangani sapu tangan milik Nina, mata Zio tidak sengaja menangkap sosok Zea diatas tribun. Zio menatap Zea sambil tersenyum samar.

"Tuh cewek gak bosan apa ngejar-ngejar gue mulu? Malu dong, dimulut bilang benci, tapi dihati aslinya cinta. Susah jadi Alzio Ray. Banyak yang suka. Dia aja gak bisa move on dari gue. Pasti dia udah ngebayangin banget jadi istri gue. Dia aja selalu ada disaat gue tanding. Zea ... Zea ..." batin Zio.

"Ih, alay, lebay, jijik banget gue. Sok ngartis, sok ganteng. Kalau bukan dipaksa Nina, gak bakal gue ikut ke sini, mending gue di rumah hari Minggu gini. Tidur atau gak ngedrakor," batin Zea.

####

Untuk para pembaca tercinta, untuk mendukung karya Aku, biar Author semangat up cerita yang menarik, boleh dong Author minta karya ini di like setiap episode, di subscribe dan kalau bisa juga di komen🙏 Terima kasih untuk para pembaca semua atas pengertiannya🥰🙏

Episode 02 : Pernikahan Dipercepat

Bruk

Kakek Zio, Adi Ray, tiba-tiba pingsan di depan kamarnya. Untunglah kepala pelayan melihat dan segera memerintahkan para pelayan mengangkat majikan mereka ke atas ranjang. Kepala pelayan juga menghubungi dokter keluarga Ray serta orangtua Ray.

"Papi ... Aduh Pi gawat, Papa kamu pingsan lagi," kata Olivia, ibu Ray.

"Apa, Mi? Kalau begitu kita pulang sekarang ke Jakarta," jawab Rangga Ray, ayah Zio.

"Oke, Pi. Mami hubungi dulu pilot pribadi kita buat jemput kita di Singapur," kata Olivia lagi. Kemudian dia segera menelepon pilot pesawat pribadi mereka.

Sementara itu di tempat lagi. Ayah Zea yang sedang duduk manis sambil menikmati secangkir kopi hitam di terai rumah tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan keluarga Ray. Dia meminta ayah Zea dan ibu Zea, Hafiz dan Murni, untuk datang ke kediaman utama keluarga Ray, karena ada hal penting yang ingin di sampaikan Adi Ray.

"Murni ..." panggil Hafiz dengan suara lantang.

"Apaan sih bang?" jawab Murni, keluar dari dalam rumah.

"Ayo kita ke rumah Om Adi, kepala pelayannya tadi telepon," kata Hafiz pada istrinya.

"Om Adi kenapa lagi, Bang? Dia pingsan lagi?"

"Katanya sih gitu."

"Apa dia nyuruh kita ke sana buat mempercepat pernikahan Zea dan Zio, Bang?" tebak Murni dengan mata berbinar.

"Aduh Murni, Zea dan Zio masih SMA, masih 18 tahun. Masa mau dinikahin? Yang ada mereka belum siap."

"Belum siap apa sih Bang? Duit banyak, selama duit banyak rumah tangga itu selalu damai. Suami istri kan sering bertengkar gara-gara duit? Biarpun Zio belum kerja, uang dia banyak, warisannya aja banyak, perusahaan kakeknya kan bakal diwariskan ke papanya, akhirnya di wariskan ke mantu kita juga nanti," jawab Murni dengan semangat.

"Ya elah Murni, Zea anak kita satu-satunya. Ngebet banget sih nikahin dia yang masih muda."

"Justru karena Zea masih muda Bang, dia masih cantik, berhak memilih calon terbaik. Zio kan banyak duit. Itu sudah yang terbaik. Anak kita bakal bahagia Bang. Lagian kan Abang juga yang setuju menjodohkan Zea dengan anak sahabat Abang."

"Iya sih, tapi jangan terlalu muda juga nikahnya. Kalau bisa sih waktu lulus kuliah baru nikah."

"Nunggu lulus kuliah kelamaan Bang, keburu Zio digaet cewek lain. Ya udah Bang, Murni males debat sama Abang. Murni mau siap-siap dulu. Murni kan harus dandan cantik ketemu calon besan. Biar kata kita keluarga sederhana, jangan mau kalah sama keluarga konglomerat."

"Iya, iya, terserah Kamu."

Murni pun masuk ke dalam untuk bersiap-siap. Dia mengenakan pakaian terbaiknya.

Setelah selesai bersiap-siap, Hafiz dan Murni pun berangkat ke kediaman utama keluarganya Ray, menaiki motor matic mereka. Keluarga Zea adalah keluarga sederhana. Mereka punya usaha peternakan ayam, dan kemana-mana orangtua Zea selalu pakai motor. Mereka tidak punya mobil dan hanya punya pickup, itupun untuk mengantar ayam dan telor ayam yang akan mereka jual di pasar maupun dilangganan mereka.

Sementara itu keluarga Zio adalah keluarga kaya raya dan punya perusahaan besar. Kakek Zio dan kakek Zea sudah lama bersahabat. Katanya perusahaan kakek Zio sebesar sekarang berkat bantuan kakek Zea. Persahabatan kakek-kakek mereka pun menurun ke ayah-ayah mereka. Hafiz pernah ditawarkan ayah Zio untuk mengelola anak perusahaan milik keluarga Ray namun dia menolak karena lebih suka beternak ayam, mewarisi peternakan ayam mendiang ayahnya. Rangga menghormati keputusan temannya.

Kebetulan sekali anak-anak mereka lahir dengan jenis kelamin berbeda. Kakek Zio dan ayah-ayah mereka senang, dan memutuskan menjodohkan mereka sejak kecil. Namun mereka benar-benar diberi tahu akan perjodohan itu saat Zea menginjak 13 tahun alias kelas 1 SMP.

Zio dan Zea tidak bisa menolak perjodohan. Jika Zio berani menolak, ayahnya tidak akan mewariskan perusahaan mereka pada Zio. Tentu saja Zio tidak ingin hal itu terjadi. Menjadi CEO perusahaan adalah impian Zio sejak lama. Zio pun menerima perjodohan ini walau terpaksa.

Zea menerima perjodohan juga karena gertakan ibunya. Ibunya akan mengancam mogok makan sampai mati jika Zea menolak perjodohan, terpaksa Zea setuju. Murni tau kalau anaknya sangat menyayanginya, Zea tidak ingin ibunya menderita. Murni memanfaatkan hal itu untuk mendapat persetujuan Zea. Menurut Murni, sebagai ibu dia harus realistis. Menantu idaman di depan mata, jadi jangan sampai lepas dari genggaman. Toh Zea tidak akan rugi menikah dengan Zio.

***

"Bagaimana, apa kalian setuju pernikahan Zio dan Zea dipercepat?" usul Adi Ray.

"Kami setuju, Papa," jawab Rangga. Olivia mengangguk.

"Kami juga, Om Ray," jawab Murni. "Ya kan Bang?" Murni menatap mata Hafiz, meminta Hafiz mengiyakan perkataannya.

"Iya, Om. Tapi apa Zio dan Zea tidak keberatan?" ucap Hafiz.

"Mereka pasti mau. Kita lebih tua dari mereka. Kita tidak boleh kalah oleh mereka. Ray group hanya boleh dimiliki oleh mereka. Bagaimanapun juga, Ray group ada karena kerja keras ku dan mendiang kakek Zea. Sudah seharusnya yang pantas menikmati Ray group adalah mereka berdua," kata Adi Ray. "Lagi pula aku sudah tua. Jika cicitku sudah lahir, aku tidak punya penyesalan lagi meninggalkan dunia ini," tambah Adi Ray.

"Papa harus panjang umur. Papa pasti sehat dan secepatnya menimang cicit," jawab Rangga.

"Iya Om. Teknologi dan pengobatan zaman sekarang semakin maju. Om Ray pasti panjang umur dan sehat selalu," jawab Murni.

"Aku beruntung memiliki kalian, semoga keluarga kita selalu harmonis seperti ini," jawab Adi Ray.

"Aamiin," jawab Hafiz.

"Ya sudah Pa, biar Aku aja menelepon Zio. Dia ada pertandingan basket hari ini, pasti Zea juga di sana menonton Zio tanding. Aku akan menyuruh mereka datang kemari sekarang," kata Olivia.

"Iya, Jeng, cepat hubungi mereka," jawab Murni. Olivia pun segera menghubungi Zio dan Zea.

Episode 03 : Malu Tapi Mau

"Hei Keong," panggil Zio pada Zea yang baru keluar dari toilet perempuan.

"Mata Lo rabun? Ini toilet cewek, kalau kebelet, sana! Ke toilet cowok!" jawab Zea dengan ketus.

"Lo gak usah sok caper sama gue. Kalau Lo suka ya tinggal bilang. Lagian Lo cewek paling beruntung yang pernah ada. Tanpa bersusah payah, di masa depan Lo bakal jadi istri gue," kata Zio.

"Gue caper? Gak akan. Percaya diri banget Lo." Zea malas meladeni sikap Zio. Dia pun hendak pergi. Namun Zio menahan tubuh Zea. Membuat Zea semakin mundur ke belakang, sampai mendekati dinding. Zio mendekatkan wajahnya ke wajah Zea. Hingga bibir mereka hanya berjarak beberapa senti.

Zio tersenyum. Tapi senyuman itu tak membuat Zea terkecoh. Zea tau Zio hanya mempermainkan dirinya. Karena dulu Zio sudah jelas mengatakan bahwa Zio tidak akan menaruh hati pada cewek jelek seperti Zea.

Melihat bibir merah alami Zea, ingin sekali rasanya Zio mencicipinya. Tanpa sadar Zio perlahan merapatkan bibir mereka. Merasakan hal itu akan terjadi, sontak Zea langsung memukul kepala Zio memakai kepalanya.

"Au," lirih Zio kesakitan, sambil memegang kepalanya. "Itu kepala atau kelapa sih? Keras banget," kesal Zio.

"Dasar mesum. Lo mau ngapain? Jangan mimpi cium bibir gue!"

"Gue gak ngapa-ngapain, Lo aja yang kegeeran dan salah paham. Siapa juga yang mau cium bibir Lo yang kekeringan itu. Makanya jadi cewek make up dikit. Dasar keong jelek," hina Zio. "Gue kenapa sih? Kok tadi gue mau nyosor duluan? Jangan sampai niat gue ketahuan. Bisa jatuh harga diri gue," batin Zio.

"Dasar kodok ngeselin," umpat Zea.

Tiba-tiba ponsel Zio berdering. Yang menelepon adalah ibunya. Zio pun langsung mengangkat panggilan ibunya.

"Ada apa, Mi?" tanya Zio to the point.

"Sayang Kamu sekarang sama Zea?" tanya Olivia.

"Iya, Mi, kenapa?"

"Kakek Kamu pingsan lagi. Dia mau Kamu dan Zea ke rumah kita sekarang."

"Apa, Mi? Iya, Mi, Zio dan Zea pulang sekarang juga."

"Oh ya Sayang, orangtua Zea juga ada di sini, kasih tau Zea."

"Iya, Mi."

"Kalian hati-hati di jalan ya?"

"Pasti, Mi," jawab Zio lagi, kemudian mengakhiri panggilan telepon.

"Kenapa Lo bawa-bawa nama gue waktu Mami Lo nelepon?" tanya Zea.

"Kakek pingsan lagi. Orangtua gue sama orangtua Lo sekarang ada di rumah gue. Mereka mau kita ke sana sekarang," jawab Zio.

"Kenapa kakek bisa pingsan lagi?" Zea terkejut.

"Mana gue tau. Ayo ikut gue kalau Lo penasaran."

"Tapi gue ke sini dibonceng sama Nina. Terus Nina gimana?"

"Biarin aja dia pulang sendiri. Gak bakal juga dia nyasar. Lo ikut naik motor gue."

"Tapi?"

"Ayo!" tarik Zio paksa. Tangan Zea langsung dia tarik mengikutinya.

Motor sport besar dengan merk mahal, berwarna merah, adalah motor terkeren yang pernah ada. Di antara siswa laki-laki SMA-SMA se Jakarta cuma Zio yang memiliki motor keren ini. Motor Zio sebelumnya juga tidak pernah di duduki wanita manapun. Zea untuk pertama kalinya menduduki motor itu dibelakang Zio.

Zio melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, untuk membelah jalanan ibukota, agar mereka cepat sampai. Karena takut jatuh, terpaksa Zea memeluk erat pinggang Zio, membuat Zio semakin salah paham padanya.

"Hebat juga dia, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan," batin Zio. Zio tersenyum dibalik helm nya karena Zea memeluk erat pinggangnya.

"Dasar kodok sialan, pasti dia sengaja ngebut gini. Aduh, bisa-bisa badan gue meriang. Rasanya badan gue udah masuk angin," batin Zea.

Karena mereka mengebut, akhirnya mereka tiba dengan cepat di rumah Zio.

"Zio, Lo sengaja kan ngebut gitu biar gue masuk angin?" kesal Zea.

"Tapi Lo suka kan?" jawab Zio dengan percaya diri. Zio pun langsung masuk ke dalam.

"Najis," jawab Zea kesal. Zea mengikuti langkah Zio ke dalam sambil menggerutu.

Sesampai di dalam, kekesalan Zea semakin memuncak, betapa tidak, baru saja mereka tiba, kedua orangtua mereka sudah memberitahu mereka kabar buruk, bahwa pernikahan mereka akan dipercepat menjadi minggu depan.

"Mampus, mimpi apa gue semalam bakal nikah Minggu depan sama Lo," kata Zio pada Zea di depan kakek dan orangtua mereka.

"Lo pikir gue mau nikah secepat ini sama Lo. Gue yang rugi," jawab Zea, yang juga tidak terima.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!