NovelToon NovelToon

Senyuman Iblis Di Balik Topeng Cinta

Takut Dosa

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Masih terdiam dalam perpustakaan, tangannya bergerak cepat di atas laptop tua miliknya.

Menghela napas kasar, kala hendak bangkit, suara setan terdengar. Bukan suara setan biasa, jika suara kuntilanak tertawa kencang, dan genderuwo terkekeh aneh. Maka ini berbeda.

"Setan..." Fiona menghela napas kasar, sedikit mengintip dari celah rak. Benar-benar seperti setan kedua makhluk ini.

Seorang wanita masih memakai pakaian lengkap, tapi dengan kancing kemeja terbuka total. Rok yang tersingkap, serta seorang pria berpakaian lengkap juga. Dengan resleting celana panjang terbuka.

Mengerti bukan? Suara setan apa yang dimaksud? Dan apa yang dilakukan kedua setan tersebut. Pastinya bukan main sepak bola atau baseball. Karena sudah pasti kekurangan orang.

Pria paling berpengaruh di sekolah ini. Anak pemilik yayasan, itulah Derio, serta mahasiswi paling populer di kampus ini, Almira.

Menelan ludah kasar, entah kenapa gadis alay ini begitu iseng. Dirinya merekam bagaimana cara manusia berkembang biak di perpustakaan.

Suara desis bagaikan ular, suara uh, bagaikan sigung kawin, suara ah seperti monyet yang sedang minum kelapa. Segalanya didengar oleh Fiona yang merekam. Wajahnya memerah, dirinya anak perawan, tapi melihat adegan ini membuat dirinya mengeluarkan keringat dingin.

Bagaimana rasanya, apa enak? Entahlah. Jantungnya berdegup cepat, melihat ke arah sekitar. Tidak ada orang kecuali mereka bertiga dalam perpustakaan.

Entah kenapa dirinya menelan ludah.

'Ih Abang jahat! Aku tuh cinta berat, sini dong dekat-dekat. Ku pegang erat-erat...'

Suara handphone Fiona berbunyi, membuat wanita itu gelagapan. Dengan cepat mematikan panggilan dari ibunya.

"Siapa!?" Bentak Derio, dengan cepat kembali memasukkan 'itu'nya. Kemudian memasang resleting.

Sedangkan Almira juga terlihat gelagapan, merapikan pakaiannya.

"Mampus! Mampus! Mampus!" Batin Fiona, berjalan dengan cepat. Tidak ingin meninggalkan jejak perbuatan isengnya.

Melangkah pergi dengan kekuatan bulan, juga ketakutan akan kematian. Bagaimana tidak, Derio merupakan mahasiswa paling berkuasa di kampus ini. Siapa yang berani mengganggu anak pemilik yayasan?

Tampan, kaya, pintar, itulah Derio dan gengnya. Bagaimana mengatakannya ya? Seperti kelompok pria penguasa kampus.

Napas Fiona terengah-engah, bagaimana jika dirinya ketahuan? Maka seluruh kampus akan membullynya, seperti yang terjadi pada beberapa mahasiswa.

"Kenapa aku iseng..." Batinnya, berlari meraih mimpi. Eh salah berlari meraih cinta. Typo lagi, berlari meraih kata selamat.

Suara langkah dua orang, Fiona yakin Derio atau Almira mengejarnya.

"Ya Tuhan, selamatkan hamba-Mu ini, jika hamba selamat. Hamba berjanji tidak akan merekam perbuatan ekhem... ekhem...lagi." Doanya dalam hati bersungguh-sungguh.

Hingga pangeran penyelamat hidupnya ditemukan olehnya. Seorang pria yang duduk di pos security sembari menikmati kopi dengan lambang st*rb*ck. Minuman yang cukup mahal untuk seorang security bukan?

Tapi entahlah, hanya ini kesempatannya untuk hidup.

"Kak! Boleh kenalan?" Tanya Fiona duduk di bangku panjang pos security, melekat pada lengan sang petugas.

Bagaimana bayangan Fiona? Pasti pria paruh baya berkumis bukan? Tapi tidak! Keajaiban Tuhan, dirinya langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya sendiri menyaksikan betapa agung keajaiban Tuhan.

Bahkan artis idol remaja kalah dengan seorang security. Wajah rupawan bersih bak porselen, tanpa kumis, alis tegas, bibirnya, bahkan segalanya, mengalahkan wajah seorang Derio, pemimpin kelompok mahasiswa paling berkuasa di kampus ini.

"Gila..." Fiona tertegun sesaat. Sementara sang security menatap dingin padanya. Dengan cepat Fiona menggeleng, mengembalikan kesadarannya sendiri.

"Kak security, bisa minta tolong. Aku sudah melakukan dosa besar. Melihat tikus kawin, nah mereka mengejar ku mau menghajarku. Bi...bisa pura-pura jika aku berada di sini sejak tadi?" Tanya Fiona menelan ludah kasar.

Ryu Dean (sang security) mengangkat salah satu alisnya, wajahnya tersenyum picik."Bisa saja, tapi ada syaratnya."

"Apa saja...akan aku kabulkan." Fiona gelagapan menyadari Derio semakin mendekat. Mungkin mencurigai nya sebagai orang yang berada di perpustakaan.

"Baik..." Sang security kembali meminum kopi hangat miliknya.

Dan benar saja, sosok itu mendekati mereka. Menepuk bahu Fiona."Kamu yang ada di perpustakaan kan?" Mengeluarkan aura dingin yang mendominasi. Siapa yang tidak akan ketakutan pada sosok Derio.

"Bukan, pacarku (Fiona) ada di sini bersamaku sejak sore." Jawab sang security, benar-benar tersenyum. Bagaikan tidak terjadi apapun.

Fiona menjulurkan lidahnya pada Derio, benar-benar tengil gadis ini. Kembali menempel pada lengan sang security.

"Tidak! Warna bajunya mirip dengan orang yang baru keluar dari perpustakaan!" Bentak Derio menarik tangan Fiona secara paksa.

"Lepas! Aku berada di sini bersama pacarku dari tadi." Fiona berusaha melepaskan dirinya. Tapi tidak berhasil, Derio kembali berusaha menariknya.

Taukah kalian bagaimana insting untuk bertahan hidup? Ada yang namanya rantai makanan. Dan pemangsa yang berada di puncak merupakan yang paling ditakuti.

Sang security tersenyum menatap ke arah Derio."Anak kecil, lepaskan tangannya." Kalimat lembut, tapi aura dominasi menusuk.

Apa yang terjadi? Derio juga tidak mengerti sama sekali. Bagaikan membayangkan sekilas, bagaimana jika sang security murka. Sepertinya lebih buruk daripada amukan rektor.

Mungkin seperti itulah ketika seekor singa menatap mata naga. Seketika ciut menjadi anak kucing. Walaupun sang naga tidak melakukan apapun.

"Ka...kali ini aku akan melepaskanmu! Anggap saja aku salah orang!" Derio mempertahankan harga dirinya. Segera pergi merasakan firasat tidak mengenakan.

Sedangkan Fiona tidak menyadari segalanya. Karena dari tadi fokus untuk melepaskan tangannya dari Derio. Matanya baru kembali menatap ke arah sang security.

Tapi anehnya, sang security kembali terlihat normal, menikmati kopinya sembari menghela napas kasar.

"Terimakasih...jadi apa syaratnya? Jangan bilang kak security ingin jadi pacarku?" Tanya Fiona mengedipkan matanya beberapa kali, menyelipkan rambutnya sendiri pada daun telinga.

"Tidak, kamu tau mahasiswi yang bernama Almira? Aku menyukainya sejak lama. Aku ingin kamu membantuku mendekatinya." Jawab sang security penuh senyuman.

Bagaikan tragedi, banjir, tsunami, bencana besar melanda. Gila saja, dirinya kembali harus berhadapan dengan Derio. Mengingat kekasih Almira saat ini adalah Derio.

"Ta...tapi Almira sudah punya pacar!" Ucap Fiona gelagapan.

"Aku sudah membantumu, kamu bilang untuk mengabulkan apapun keinginanku. Apa kamu mau ingkar janji?" Tanya sang security mengangkat salah satu alisnya.

"Bu...bukan begitu..." Fiona menghela napas kasar."Derio, dia pacar Almira."

"Tidak peduli! Tidak ada yang dapat mengalahkanku di kampus ini." Ryu Dean tersenyum, benar-benar kopi yang terasa nikmat. Apalagi kala setiap hari menatap wajah tunangannya dari jauh.

Tunggu dulu! Tunangan? Sebuah perjodohan yang diatur ketika dirinya berusia 10 tahun. Selama ini, Ryu Dean selalu menganggap Almira adalah tujuan hidupnya. Hingga pada akhirnya menyamar sebagai security, terlalu canggung untuk mendekati mengingat mereka belasan tahun tidak bertemu.

Selain itu dirinya ingin mendekati tunangannya pelan-pelan. Almira memiliki pacar? Itu tidak apa-apa baginya. Asalkan tidak berhubungan badan dengan pacarnya, Ryu akan merebutnya kembali. Mendapatkan kasih sayang tulus darinya.

"Kak sama aku saja ya? Aku mau kok." Fiona merayu, mengingat dirinya jomblo sejati.

"Tidak! Aku tipikal pria yang setia. Menyukaimu? Tidak ada dalam kamusku."

Tekad

Ryu Dean, kini mengenakan pakaian security dengan name tag Yudha. Mengapa? 13 tahun tidak bertemu dengan tunangannya, Almira. Itulah penyebabnya.

Selama ini Ryu Dean tinggal di luar negeri mengikuti kedua orang tuanya. Pembangunan cabang perusahaan baru yang lebih menguntungkan, karena itulah dirinya tinggal di luar negeri dengan kedua orang tuanya selama ini.

Menghela napas kasar, foto Almira yang dikirimkan ibu wanita itu masih menjadi wallpaper handphonenya.

Terlalu canggung untuk bertemu secara langsung, mengingat 13 tahun lalu dirinya lah yang merengek pada kedua orang tuanya untuk dijodohkan dengan gadis kecil paling cantik di acara ulang tahunnya.

Apa Almira menyukainya? Atau setidaknya mengingat pertunangan mereka?

Walaupun begitu, untuk membeli kesetiaan Almira, orang tua Ryu Dean selalu mengirim uang bulanan dalam jumlah yang tidak sedikit pada orang tua Almira.

"Iiih! Jadi bucin nanti tau rasa!" Geram Fiona yang duduk di sampingnya.

"Impossible." Ryu, atau kita sebut saja Yudha kembali meminum."Jadi kamu mau membantuku?"

"Aku tidak akan ingkar janji. Tapi kak security juga harus melindungiku dari Derio. Aku sudah ditandai olehnya, sebagai mahasiswi korban bullying berikutnya." Fiona bergidik ngeri, mengingat bagaimana watak Derio.

"Derio? Memang sehebat apa bocah itu?" Yudha menghela napas, sejatinya enggan membicarakan makhluk sejenis cumi-cumi.

"Pernah menonton drama Korea atau Cina tentang mahasiswa atau siswa paling populer di kampus atau sekolah? Itulah mereka di dunia nyata. Derio, orang tuanya pemilik yayasan kampus. Wajah rupawan dengan bentuk tubuh menggoda, ditambah lancar berbahasa inggris. Tidak hanya itu, sebuah pusat perbelanjaan juga merupakan milik keluarganya!" Celoteh Fiona membayangkan Derio yang dilayani banyak pelayan hanya untuk mengganti pakaiannya. Dalam rumah mewah yang keren.

"Oh..." Satu kata yang terucap dari mulut Yudha, membayangkan seekor cumi-cumi berenang di lautan.

"Ada lagi, Gretel dia salah satu teman Derio. Memiliki kemapuan beladiri. Pemegang sabuk hitam, orang tuanya memiliki sebuah hotel ternama." Kalimat antusias dari Fiona, yang hanya figuran.

"Wah..." Gumam Yudha membayangkan cumi-cumi memiliki teman ubur-ubur.

"Tidak kalah dari juga, ada juga Dio, dia kakak kandung Derio. Seorang artis sekaligus musisi. Memiliki aset pribadi yang pastinya berjumlah besar." Fiona membayangkan betapa rupawan sosok Dio yang sempat berebut cinta Almira dengan adiknya Derio.

"Gila..." Lagi-lagi Yudha hanya mengucapkan satu kata. Membayangkan cumi-cumi juga memiliki kakak seekor cumi-cumi, rupanya.

"Ada lagi." Seru Fiona.

"Ada lagi?" Tanya Yudha.

"Jerrel, dia memiliki senyuman menawan, semanis malaikat. Memiliki kemapuan fotografi yang hebat, beberapa kali memenangkan penghargaan. Orang tuanya memiliki agensi artis." Sebuah penjelasan singkat dari Fiona. Kembali membayangkan wajah malaikat Jerrel.

Sedangkan Yudha, meminum kopinya, kembali membayangkan seekor cumi-cumi memiliki teman udang.

Wajah penuh harap dari seorang Fiona. Masih berimajinasi dari pemuda yang paling populer.

"Jadi, kamu penggemar siapa dari keempat orang tadi?" Tanya Yudha pada Fiona.

"Kak security, habis lebih ganteng ditambah lebih realistis. Kalau yang lainnya mustahil dijangkau..." Fiona terkekeh sendiri, mencolek lengan Yudha genit.

"Sudah aku bilang, aku tipikal pria yang fokus pada satu tujuan. Jadi besok bantu aku mendekati Almira." Tegas Yudha berusaha tersenyum pada gadis yang tidak bisa diajak bicara bahasa manusia ini.

"Kak security tidak dengar? Nama pacarnya itu Derio! Anak pemilik yayasan. Salah-salah satu kampus bisa membully ku." Komat-kamit mulut itu mengomel.

"Kamu tidak akan mengerti. Bagiku kamu hanya pinguin, sedangkan Derio anak singa. Sedangkan aku...N.A.G.A. Naga..." Kalimat penuh senyuman dari sang security.

Hal yang membuat Fiona mengangkat salah satu alisnya. Kemudian mulai tertawa, memang pada dasarnya ada beberapa orang yang tidak tahu diri."Naga? Kamu dapat diinjak bagaikan semut oleh Derio."

"Intinya mau membantuku?" Tanya Yudha lagi.

"Mau, hanya sebagai teman. Kita mulai dari awal. Perkenalkan namaku Fiona, umurku 19 tahun." Fiona mengulurkan tangannya.

Sang pemuda hendak membalas uluran tangan Fiona. Tapi dengan cepat Fiona menariknya."Aku tau! Dari name tag nya namamu Yudha."

"Iya, Yudha." Ryu Dean yang menyembunyikan identitasnya. Tujuannya hanya satu, tidak ingin orang tua Almira memaksakan kehendak pada Almira untuk tersenyum di hadapannya saat pertemuan pertama mereka nanti. Ingin rasa cinta yang tumbuh perlahan, mungkin hanya itulah yang ada di benak putra tunggal konglomerat tersebut.

"Nah! Sekarang kita ke tukang bakso depan! Biar aku yang traktir. Kebetulan anak pemilik kedai baksonya kenalanku." Suara cempreng super ceria dari Fiona yang menarik tangannya.

"Dasar!" Batinnya, tidak ada wanita yang sekurang ajar ini padanya. Kala tinggal di luar negeri, pelayan akan memberi hormat padanya. Anak dari rekan bisnis sang ayah akan tersipu-sipu malu di hadapannya. Wanita murahan akan membuka pakaian di hadapannya.

Tapi, dengan satu kata kesetiaan, dirinya tidak pernah menggubris satu wanita pun.

*

Keesokan harinya.

Fiona kembali bertingkah konyol, merayap bagaikan cicak di dinding. Menelan ludah kasar, kala beberapa siswi merekam ke arah mobil yang baru datang. Mobil-mobil dari anak-anak paling populer di kampus ini.

Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada mereka. Sedangkan di mobil sport paling akhir, Almira keluar bersama Derio. Sungguh pasangan paling serasi di kampus ini.

Sedangkan dirinya? Fiona hanyalah figuran yang berusaha mendekatkan sang security dan Almira. Gila bukan? Derio, sudah pasti akan menginjak pinguin yang berjalan lambat sepertinya.

"Bagaimana..." Batin Fiona mengigit kukunya sendiri, saat melihat seorang mahasiswa mengalami pembullyan karena ketahuan menyukai Almira diam-diam.

Gila saja, bukan hanya dipukul, tapi juga dilempari tepung, telur, bahkan disiram air. Tinggal digoreng jadilah pisang goreng, eh salah. Maksudnya jadilah pembullyan kejam.

Tapi dirinya harus berusaha lebih keras lagi. Demi kak security yang sudah menyelamatkan nyawanya.

Bagaikan detektif, Fiona memicingkan matanya, duduk di meja dekat dengan Almira, ketika berada dalam ruang kelas. Gila! Benar-benar cantik tanpa celah wanita ini, bahkan begitu populer.

"Tas ini? Tunanganku yang mengirimkannya. Produk baru dari H*rmes, edisi terbatas. Bahkan jika kamu punya uang pun, kamu tidak akan bisa membelinya. Karena ini hanya dapat dibeli member khusus dengan jumlah pembelian produk lain tertentu." Celoteh Almira penuh senyuman menjelaskan darimana dirinya mendapatkan tas secantik ini.

"Wah! Kuntilanak cantik sudah punya tunangan..." Batin Fiona mendengarkan sembari berpura-pura membaca buku, tepat di belakang Almira duduk.

"Tunangan? Bukannya pacarmu adalah Derio ya?" Tanya Mirad (teman Almira).

"Iya, perjodohan yang sudah lama. Tapi aku bermaksud untuk membatalkannya. Orang tuaku saja yang nyolot, kolot, keras kepala." Almira menghela napas kasar. Menatap ke arah kuku-kuku indahnya yang baru kemarin mendapatkan perawatan, bahkan ditempeli dengan berlian kecil.

"Tapi memang benar sih! Begitu kamu memperkenalkan Derio sebagai kekasihmu, kedua orang tuamu akan takluk. Segera merestui mu." Mirad tertawa kecil, tapi memang begitu bukan. Tampan, dari keluarga kaya, pintar, apa yang kurang dari sosok Derio.

"Memang...dia pria idaman sejuta umat." Gumam Almira, tidak mengetahui bagaimana sosok tunangannya. Anak gemuk 13 tahun lalu yang sembarangan menunjuk ke arahnya untuk dijodohkan.

Dirinya bahkan terpaksa, ditarik untuk berkenalan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana anak gemuk itu saat ini, pasti menjadi lebih gemuk bukan?

Sedangkan Fiona menghela napas kasar, melirik ke arah tas H*rmes milik Almira. Begitu berat saingan kak security, Derio saja sudah cukup sulit. Bahkan mustahil.

Matanya melirik ke arah jendela. Tangannya melambai ke arah security tampan yang berada di lapangan basket.

'Kamu hanya figuran! Jangan bermimpi!' Pesan yang dikirimkan pada Yudha setelah bertukar nomor sehari sebelumnya.

'Aku tidak bermimpi. Aku realistis. Informasi apa saja yang kamu dapatkan?' Dengan secepat kilat, security yang berada di lapangan basket itu membalas pesannya.

'Almira, dia mempunyai tunangan.'

'Informasi lainnya? Jangan bilang seharian ini kamu cuma mendapatkan satu informasi?'

'Dia suka spaghetti, hobi menari ballet, akun tiktok dan Facebooknya nanti aku kirimkan. Kak, tidak mau berubah fikiran, mau sama aku saja? Daripada mengejar cinta yang mustahil.'

'Tidak! Hanya Almira seorang yang ada di hati.'

Fiona menghela napas setelah beberapa kali berbalas pesan dengan Yudha. Ada orang yang ditakdirkan laku, bahkan berebut.

Ada juga orang yang sudah disodorkan gratis pun, tidak ada yang mau, seperti dirinya.

Fiona terdiam sejenak, apa sebaiknya mengejar anak pemilik kedai bakso depan kampus saja ya?

Pinguin nakal yang sedang mencari jati diri. Tidak sadar tengah berteman dengan seekor naga.

Langganan

Istilah lainnya, maju kena, mundur juga kena. Fiona sudah terlanjur berjanji pada sang security. Tapi di sisi lain dirinya juga takut pada sosok Derio.

Siswa-siswa paling populer di kampus, kini duduk di bangku cafetaria. Tentunya hanya Almira satu-satunya wanita di sana, selaku pacar Derio.

Masih mengikuti sang primadona kampus. Dirinya kini duduk satu meja dengan sang security dalam cafetaria kampus.

"Mereka kelompok paling populer di kampus ini?" Tanya Ryu, atau kita sebut saja dengan Yudha.

"Benar! Derio adalah pacar Almira. Sedangkan yang memakaikan jaket pada Almira merupakan kakak Derio, namanya Dio. Sudah bukan rahasia umum lagi, Derio dan Dio sempat memperebutkan Almira. Tapi pada akhirnya Dio mengalah pada adiknya." Jelas Fiona panjang lebar.

"Wajar banyak yang menyukainya, dia (Almira) begitu cantik." Yudha menghela napas kasar. Pada akhirnya dapat satu ruangan dengan tunangannya. Calon mantan, eh salah calon pendamping hidupnya.

"Cantik... perawatan." Fiona mengangkatnya salah satu alisnya."Kalau aku perawatan pasti juga cantik."

"Benar-benar di level yang berbeda." Keluh Yudha membandingkan daging murah di pasar dengan daging sapi Wagyu. Mungkin itulah perbandingan Fiona dan Almira.

"Begini-begini aku pernah menang lomba fashion show waktu TK!" Ucap Fiona dengan bangganya.

"Memang aku peduli." Yudha kembali menyedot minumannya, mendengarkan pinguin ini mengoceh. Tentang seberapa luas kutub selatan, bahkan luasnya melebihi benua Asia. Benar-benar pinguin s*nting.

Tapi tidak ada teman bicara di tempat ini. Tidak ada juga orang yang dapat diandalkannya untuk mendekati Almira pelan-pelan.

"Yah... terserah! Lowongan hatiku juga cuma terbuka untuk sementara. Cepat atau lambat pendaftaran akan ditutup. Setelah aku menemukan pangeran idaman sesungguhnya." Tegas Fiona.

"Itu artinya kamu tidak setia, gampang untuk jatuh cinta. Berbeda dengan Almira yang hanya setia pada Derio. Karena itu aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku. Memiliki istri yang setia adalah tujuanku." Senyuman yang hangat bak malaikat. Tapi terkadang terlihat benar-benar misterius. Tampan, benar-benar tampan kan security ini.

Hingga tidak sengaja Fiona yang tertegun meneteskan liur."Maaf!" ucapnya mengambil tissue.

"Kak! Kak security sepertinya tidak paham dengan konsep kesetiaan. Begini, saat masa memilih, jomblo sepertiku ini, aku akan melirik ke kiri. Ke arah pak dosen ganteng. Kembali melirik ke arah kanan, ke arah anak-anak basket yang keren. Tapi, ketika aku menemukan cinta sejati diantara mereka, dalam hal ini pacaran. Aku akan setia, tidak akan jelalatan lagi. Fokus pada pacar! Mengerti!" Tegas Fiona.

"Terserah! Yang terpenting aku ingin hasil. Jadi bagaimana caranya dapat berkenalan dengan Fiona!?" Tanya Yudha antusias.

"Kak security mempunyai modal tampang! Almira juga beberapa kali mencuri pandang ke meja kita. Jadi, pesankan minuman untuk Almira. Bilang saja itu dari penggemarnya." Sebuah usulan dari sang gadis centil.

Yudha yang pada akhirnya memesan minuman dengan harga yang paling mahal di cafetaria kampus. Matanya sedikit melirik ke arah Almira. Wanita yang terlihat menengok ke kanan dan ke kiri setelah pesanan Yudha tiba. Mungkin mencari sosok yang dikatakan sebagai penggemarnya.

"Dia merespon! Apa sudah jatuh cinta?" Tanya Yudha dengan kepercayaan diri tingkat tinggi.

"Belum! Aku tidak dapat menjamin kak security dapat mengalahkan Derio. Tapi aku akan berusaha seusai janjiku." Tegas Fiona penuh tekad."Tapi, pinjam uang 10.000..." Lanjutnya cengengesan mengingat uang jajannya yang habis untuk membeli kuota internet.

"Kamu tidak punya uang?" Tanya Yudha mengambil dompet di sakunya.

"Ada tapi kurang, sudah! Pinjam 10.000 keluhannya minta ampun. Sama calon istri sendiri tidak boleh pelit-pelit!" Komat-kamit mulut Fiona dengan lancar mengomel.

Yudha baru saja membuka dompetnya. Tapi bagaikan istri yang selalu diberi jatah uang belanja sedikit oleh suaminya. Tangan Fiona mengambil selembar uang 10.000 dengan cepat."Makasih ya! Besok aku kembalikan."

Benar-benar tengil kelakuan wanita ini. Tapa disadari oleh Ryu, wajahnya yang biasanya terkesan dingin tersenyum tulus menatap ke arah punggung Fiona.

Tapi hanya sejenak, kembali menggeleng. Mungkin inilah teman pertama seorang Ryu Dean di negara ini. Seorang gadis yang lucunya bak pinguin.

*

Tapi apa benar selucu pinguin? Saat siang hari pekerjaan lain diambilnya mengingat kehidupan di kota besar begitu keras. Ojek online? Itulah pekerjaan sampingan seorang Fiona.

Yang penting bisa makan dan kuliah, itulah prinsipnya. Walaupun terkadang jelalatan melihat pria tampan. Bukankah hal yang manusiawi jika kesulitan mengalihkan pandangan dari objek yang indah.

Hari ini dirinya menerima order di depan sebuah lapangan basket, daerah apartemen elite. Menghentikan motornya merasa ada yang aneh, sebuah firasat buruk nyata.

Derio berdiri di sana. Tepat di sebelah mobilnya dengan ban yang terlihat kempes.

"Aku mohon jangan! Aku mohon jangan!" Batin Fiona kala Derio memegang handphone menoleh dengan tatapan iblis padanya.

"Pa ...pak Supri?" Tanya Fiona memastikan nama pemesan.

"Iya! Itu nama supirku. Dia memesan ojek?" Tanya Derio berusaha keras untuk tersenyum, mengingat ban mobilnya kempes.

"Oh! Aku mungkin salah---" Kalimat Fiona terhenti kala Derio mengambil helm penumpang. Kemudian duduk di belakang Fiona.

"Ini darurat! Bawa aku ke area taman dalam waktu 3 menit! Mengerti!" Bentak Derio, memeluk pinggang Fiona dari belakang.

"Mengerti!" Fiona mengikuti perintah. Entah mimpi apa dirinya semalam bisa memiliki penumpang makhluk ajaib.

Posisi yang aneh untuk berboncengan. Derio sedikit menunduk mengingat tinggi badannya memegang pinggang Fiona erat. Sedangkan Fiona yang memiliki tubuh tidak begitu besar menaiki motor matic nya dengan kecepatan tinggi.

"Br*ngsek! Cepat! Ini pertaruhan antara hidup dan mati!" Tegas Derio, memukul-mukul bahu Fiona.

"Ah...uh ... sabar! Pelan-pelan!" Ucap Fiona.

Jarak yang tidak begitu jauh, segera setelah sampai Derio tidak melepaskan helmnya."Kamu tunggu disini!" bentak pria itu lagi, segera berlari ke dalam toilet umum, tanpa melepaskan helmnya.

"S*nting! Pesan ojek cuma untuk ke toilet umum..." Fiona, menggelengkan kepalanya heran. Kemudian kembali mengeluarkan handphonenya dengan foto kak security yang diambilnya diam-diam sebagai wallpaper nya.

Mencium layar handphone penuh penghayatan. Dirinya berdoa dalam hati, sebuah doa busuk."Jadikan dia bucin mampus, ya Tuhan..."

"Kamu sedang apa?" Tanya Derio tiba-tiba. Pemuda yang baru bisa buang air besar, setelah mengetahui kenyataan. Toilet dekat tempatnya bermain basket rusak. Bahkan yang lebih parahnya lagi ban mobilnya kempes.

"Berdoa, supaya security depan kampus tetap sayang dan setia pada Fiona seorang." Celoteh Fiona, bersamaan dengan itu Derio mengeluarkan uang sebesar tiga ratus ribu.

"Mayan (lumayan)!" Fiona memasukkan uang ke dalam sakunya.

"Kamu memang kebalikan dari Almira ya? Dia akan menolak bahkan marah-marah jika aku berikan uang." Derio menggeleng, kembali naik ke atas motor matic milik gadis itu.

Motor matic mulai melaju. Barulah Fiona menjawab."Ini buat modal mendekati kak security depan kampus. Cinta perlu modal..."

"Yang modal itu biasanya pria! Dasar murahan."

"Murahan!?"

"Apa!? Mau marah!"

"Maaf, Derio yang paling ganteng sejagat raya. Aku memang murahan, karena itu juga kakak security dan kang bakso depan kampus menolakku."

"Kamu jelek! Omong-ngomong apa benar bukan kamu yang ada di perpustakaan."

"Benar! Sumpah! Aku baru habis ciuman dengan kak security saat itu."

Benar-benar percakapan absurb di atas motor. Setidaknya Derio berusaha menghilangkan bebannya. Mengingat Dio, sang kakak yang masih mencintai Almira.

Perhatian? Segalanya begitu terlihat. Terkadang membuat Derio frustasi, mengingat Almira tidak dapat menjaga batasan dengan Dio.

"Aku percaya! Sekarang antar aku ke kampus, aku mau nongkrong dengan kalian!" Ucap Derio ingin melarikan diri sejenak menghilangkan penatnya.

Berkelahi? Itulah yang terjadi di lapangan basket. Antara dirinya dan Dio, sama-sama menyukai Almira. Sebelum pada akhirnya Dio pergi. Dan dirinya sakit perut, kesulitan menemukan toilet umum.

Namun, melarikan diri? Kembali memeluk pinggang Fiona. Menyandarkan dagunya pada bahu kecil ini. Mungkin dirinya akan sering-sering memesan jasa ojek online mahasiswi ini. Hanya untuk melarikan diri dari masalah dan kenyataan.

Begitu bebas rasanya.

"Aku tidak mau ke kampus! Nanti kamu mengganguku PDKT."

"Ke kampus! Nanti aku belikan kopi mahal! Kamu tidak mau mengikuti perintah seorang Derio."

"Siap boss!"

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!