"Haaaa... Sudah berapa lama aku terjebak di sini, mungkin ribuan, ratusan, jutaan atau milyaran tahun?" desah seorang pria yang mengeluh dengan keadaannya.
Dengan muka yang penuh bercak darah, rambut yang acak-acakan, matanya yang terlihat lelah, pakaian yang compang-camping dan penuh darah, dia terlihat sangat suram.
"Aku tidak tau sudah berapa lama aku di sini, aku berhenti menghitung setelah mencapai seratus tahun." Ia berbicara sambil menatap ke atas, pandangan matanya terlihat kosong dan hampa.
"Aku sudah mencoba mencari jalan keluar dari alam hampa ini. Segala cara sudah kulakukan, tapi tetap saja tidak ada jalan keluar, haaaa...."
"Sejauh apa yang kulihat hanya kegelapan, kekosongan dan kehampaan yang tiada akhir," ia memegangi kepalanya dan mengacak-acak rambutnya, dia terlihat stres.
"Di tempat ini, hanya ada monster yang sangat mengerikan pada awalnya, saat aku melihatnya untuk pertama kalinya," di alam hampa, terdapat banyak sekali monster yang sangat kuat, yang ntah kenapa mereka ada di tempat ini.
"Tapi sekarang mereka tidak semenakutkan dulu, aku bahkan bisa membunuhnya dengan jentikan jari saja. Tidak, dengan bersinku saja sudah cukup untuk membinasakan mereka semua," ia sudah bertarung dengan monster-monster yang ada di alam ini, selepas dia menginjakkan kakinya, untuk pertama kalinya ke alam hampa ini.
Berapakali pun dia menebas, membakar, menghancurkannya sampai berkeping-keping, monster-monster ini akan terus bermunculan. Dan jumlahnya bisa sampai sekitar ribuan atau ratusan mungkin juga jutaan.
"Jika saja ada sebuah harapan untuk keluar, walaupun kemungkinannya kecil. Aku akan berusaha semaksimal mungkin dan menggunakan segala macam cara untuk bisa keluar, aku akan mengambil kesempatan dan kemungkinan sekecil apapun itu."
Dengan mata yang bersinar penuh semangat, ia mengeluarkan kata-kata untuk menyemangati dirinya sendiri.
"Haaa... Aku berharap terlalu tinggi, mungkin aku akan terjabak di sini selamanya," tapi, semua semangat yang bergejolak itu dipatahkan sekali lagi, dia putus asa untuk ke sekian kalinya.
"Jika bukan karena keinginan yang sangat kuat, untuk bisa keluar dari alam hampa ini, mungkin aku sudah gila. Tidak, AKU MEMANG SUDAH GILA SEKARANG HAHAHA....!!" dia tertawa dengan sangat mengerikan.
"Haaa... Bahkan aku tidak tau siapa namaku? Aku lupa wajah keluargaku, teman-temanku, saudara-saudariku, seperti apa rupa mereka? Bahkan aku lupa seperti apa rupa wajahku sendiri."
keputus asaannya semakin menjadi-jadi, dia bahkan mempunyai teman dari halusinasinya sendiri.
Dia sudah mencoba segala cara untuk mati, Tapi, di alam hampa ini dia tidak bisa mati, sampai hancur berkeping-keping pun dia tetap hidup kembali, semuanya utuh kembali, seperti tidak terjadi apa-apa.
Dia sudah tidak merasakan sakit lagi, sudah tidak merasakan apa-apa lagi, hanya ada kebosanan, amarah dan kebencian di dalam dirinya.
Dan sampai pada suatu ketika, tiba-tiba....
[DING!]
Sebuah hologram muncul didepannya dan suara-suara aneh dibenaknya.
"A-APA INI? Apa seperti yang aku pikirkan atau hanya sebuah halusinasiku lagi?" Ia bingung melihat hologram berbentuk persegi didepannya.
[Halo Tuan!] Muncul suara misterius dibenaknya.
"Siapa kau?" Ia bertanya dengan gelagat kebingungan.
[Perkenalkan aku Tiny Tuan, sistem yang akan selalu membantu anda.]
"Sistem kah? Kau sangat telat sekali munculnya, aku sempat bertanya-tanya, mana jari emas yang akan membantuku. KEMANA SAJA KAU SELAMA INI, HAH!" Bukannya senang dengan kemunculan sistemnya, dia malah kesal dan marah-marah.
[Tenangkan diri anda dulu Tuan, dan saya akan menjawab semua pertanyaan anda.] ujar si sistem.
"B-bajingan ini! Huuu... Baiklah, aku akan bertanya. Kenapa kau baru muncul sekarang sistem?" tanya si pria.
[Itu karena Tuan tidak pernah memanggil saya] jawab sistem.
"HAAA!! B-BAJINGAN KEPARAT INI... Hufff haaaaa... Sabar, tenanglah tenang!" Ia berhasil menahan amarahnya yang akan membludak.
"Satu pertanyaan lagi dan ini yang paling penting sistem! Apakah aku bisa keluar dari tempat ini?"
[Bisa Tuan!] jawab sistem.
"Be-benarkah? Akhirnya ada harapan untuk bisa keluar" setelah mendengar jawaban sistemnya, dia sangat amat senang.
"Baiklah sistem, bagaimana cara aku bisa keluar dari neraka ini?" Ia bertanya dengan antusias dan sangat bersemangat sekali.
[Itu mudah Tuan. Tapi, sangat beresiko, dan akan ada sebab dan akibatnya.] jawab sistem dengan nada peringatan.
"Tidak peduli sebesar apapun resikonya, dan persetan dengan sebab dan akibatnya! Akan aku lakukan." dia tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi kedepannya, karena dia sudah tidak tahan lagi, dia ingin cepat keluar dari alam hampa ini.
[Baiklah jika itu mau anda Tuan, hanya ada satu cara. Yaitu, dengan menebas alam hampa ini, sekuat tenaga yang Tuan miliki.] jawaban sistem ini seketika membuat suasana menjadi hening.
"HA... HAHAHAHAHA... BAJINGAAAN!!!" mendengar jawaban sistem. Membuatnya seketika marah besar, dan mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya, ia mengutuk sistemnya, dia tertawa dengan sangat mengerikan terpampang diwajahnya.
[HIIIKK!!!] sistem yang melihat tawa mengerikannya itu, dia mulai merinding ketakutan.
Di barengi dengan tawa jahatnya itu, muncullah segerombolan monster, yang menjadi sasaran empuk untuk meluapkan amarahnya yang tak terbendung.
'JRIINNGGG!'
"HAHAHA... Pas sekali kalian muncul bajingan!" Para monster yang baru muncul pun langsung merinding, karena muncul di saat yang tidak tepat.
Dia langsung melompat dan menghunuskan pedangnya, menebas monster-monster itu dengan membabi buta, dengan senyuman jahat yang terpampang di wajahnya dan percikan darah ke mukanya, dia sangat menikmatinya.
Setelah beberapa saat kemudian, yang di mana dia berdiri di atas tumpukan bangkai dari para monster itu, sambil menatap ke atas dan merentangkan kedua tangannya, untuk kesekian kalinya, pandangannya terlihat kosong lagi.
[T-tuan!] sistem memanggilnya dengan nada takut.
"...." pria itu hanya diam dan menghiraukan panggilan sistem.
[T-tuan lihat di belakang anda!] sistem seperti ingin menunjukkan sesuatu padanya.
"APA?" bentak pria itu, setelah itu dia menoleh kebelakang dan ekspresi wajahnya langsung berubah.
[Anda berhasil Tuan, dengan tebasan terakhir Tuan. anda bisa membuat sebuah retakan dimensi]
"A-aku berhasil! Apakah ini nyata? Apa benar akhirnya aku bisa keluar dari neraka ini!" dia masih bertanya-tanya dengan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Dia mendekati retakan itu, dan bertanya. "Kemana ini akan membawaku pergi sistem?"
[Anda bisa request Tuan, kemana anda ingin pergi?]
Lagi-lagi dia tersenyum jahat, "Apa kamu bisa membawaku ke tempat para dewa tinggal?"
[Bisa saja Tuan! Kalo boleh tau, apa yang ingin anda lakukan di sana?]
"Tentu saja! apalagi jika bukan untuk balas dendam!"
"Haha! Tunggu saja kalian para dewa. Aku akan membalas rasa sakit, dan semua penderitaan yang telahku rasakan berkali-kali lipat pada kalian!"
Karena kebencian yang menyelimuti dirinya, dengan apa yang di lakukan para dewa padanya dulu, yang telah membuatnya sampai mengalami semua penderitaan.
Bersambung....
Di sebuah gedung besar yang menjulang tinggi, dari negara M. Yaitu, lebih tepatnya perusahaan VR corporation, yang sangat maju dan terkenal pada saat ini di tahun 20xx. Perusahaan yang berkecimpung di dunia gamer, dan juga mengembangkan teknologi virtual reality.
Saya adalah salah satu karyawan di sini, yang mengerjakan sebuah game virtual reality, dan besok adalah hari peluncuran game MMORPG FANTASY WORLD.
FANTASY WORLD adalah sebuah game virtual, yang sangat mengutamakan kebebasan penuh untuk para pemainnya.
"Rendy!" Seseorang memanggil dan menepuk pundaknya.
"AHH... Ruri kau mengagetkanku tau!" ucap Rendy dengan nada menegur Ruri.
Ruri dengan parasnya yang cantik, suaranya yang imut, badannya yang bagus, dengan rambut pirangnya, dia adalah wanita idaman para lelaki.
Dia juga salah satu wanita cantik di perusahaan VR corporation, dia termasuk dalam pembuatan game FANTASY WORLD, dan satu tim dengan Rendy, juga orang yang paling dia suka.
"M-maaf Ren! aku tidak bermaksud mengagetkanmu," Ruri dengan panik dia minta maaf.
"Ti-tidak apa, akunya saja yang terlalu fokus pada pekerjaanku hehe..." dengan malu-malu Rendy berbicara pada Ruri.
"Mukamu memerah Ren! Apa kamu sakit?" tanya Ruri dengan menyentuh dahinya.
"AAA... A... AA! Tidak ko aku hanya sedikit cape saja, ya... ya pasti begitu haha...." Dengan Ruri yang menyentuh dahinya, dia terkejut dan langsung menarik kepalanya ke belakang.
"Mooo! Bekerja keras itu bagus, tapi ingat dengan kesehatan dong! Pulang dan istirahat lah besok ada hari yang penting, jangan sampe sakit!" Ruri memarahinya, tapi itu marah, itu sebuah perhatian pada Rendy.
"Haha... Iyaa iya maaf, ini sebentar lagi ko selesai hehe..." Rendy dengan malu dia menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.
"Baiklah jika begitu, aku duluan ya! ingat istirahat, besok ada hari penting!" ucap Ruri sambil beranjak pergi meninggalkan Rendy.
"Fuaahhh! Itu gila sekali, Haa... Kapan ya aku berani mengungkapkan perasaanku ini, hufff... Sudahlah." Rendy duduk kembali dan mulai menyelesaikan pekerjaan yang tadi terhambat.
Beberapa saat kemudian....
"HA... akhirnya selesai juga!" ucap Rendy dengan rasa puas, ia sambil merenggangkan kedua tangannya setelah kerja di depan komputer seharian.
"Besok hari perilisan FANTASY WORLD, semoga aja tidak ada masalah," setelah berbicara, Rendy meneguk secangkir kopinya, untuk menghilangkan sedikit rasa kantuk.
"Wahh... Tidak berasa hari sudah tengah malam saja ya, baiklah waktunya pulang," Rendy merapikan barangnya, dan ia lekas pulang.
"Benar kata Ruri, istirahat juga penting untuk persiapan besok."
Rendy pulang dengan menaiki mobilnya ke rumah, di sepanjang jalan semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai, ada sebuah truk dengan pengemudinya yang sedang mabuk.
Truk itu menyetir dengan ugal-ugalan, "BRAAAK!!!" mobil Rendy ditabrak dari belakang dengan kecepatan penuh, "Sial! Apa-apaan truk itu!"
Rendy kehilangan kendali atas mobilnya, bertepatan dengan itu, terdapat seorang pemuda yang sedang menyebrang jalan, "TIINNNNN!"
pemuda itu memakai headset dan sambil melihat handphone, "TIIIINNNN" Kelakson terdengar keras berulang dari mobil.
Pemuda itu tidak mendengar kelakson yang di bunyikan Rendy, dia malah terus berjalan ke tengah tanpa mempedulikan sekitar, sedangkan orang-orang disekitarnya terus memanggil-manggilnya.
"Hmm?"
"SIAAAL!!" seketika pemuda itu menengok, semuanya sudah terlambat.
"KRIIEEETT! BRUKK!" Pemuda itu tertabrak mobil Rendy, dan terpental jauh.
Setelah menerbangkan pemuda yang lewat tadi, mobil Rendy menabrak tiang.
"Ugh! A-apa... Begini cara aku m-mati," ujar sang pemuda.
"A-aku bahkan belum sempat, membaca semua novel dan komik yang baru aku beli," dalam keadaannya yang sekarat, ia masih memikirkan hal yang tidak berguna.
Pemuda itu hanya bisa mendengar suara-suara bising para warga sekitar, "Beginikah rasanya mati? I-ini sangat dingin"
Ia seperti tenggelam di dalam air, "Haa... Menyedihkan."
bahkan di saat-saat terakhirnya, tidak ada satupun flashback tentang dirinya yang bahagia.
Setelah terombang-ambing dengan perasaannya, ia membuka matanya dan terbangun di sebuah tempat yang sangat terang, "Argh... Dimana aku? tempat apa ini?"
Namaku adalah Zane orang yang tertabrak mobil, dan terlempar jauh beberapa meter, aku tidak menyadari akan mengalami hal mengerikan seperti ini.
Aku hanya seorang pelajar, hobiku bermain game, membaca komik dan novel, tidak suka keramaian, tidak pandai bersosialisasi, dan teman-teman di kampus memanggilku kutu buku, introvert dan hal buruk lainnya.
"Zane!" Suara halus nan indah terdengar memanggilnya.
"S-siapa kau?" ia bingung karena tidak ada seseorang pun di sana.
Tidak lama setelah itu, muncullah sebuah cahaya terang didepannya, "WOSSSH" dari dalam cahaya itu, keluar sesosok wanita yang sangat cantik.
Dia memakai pakaian yang serba putih, rambutnya pirang warna kuning, pupil matanya berwarna kuning beserta alisnya juga, dan ada lingkaran cahaya di atas kepalanya, dia sudah seperti malaikat.
"WAAHHH... A-apa kau malaikat? Apa ini di surga?" Zane sangat terpesona dengan apa yang di lihatnya, dia melihat sesosok yang anggun dengan 7 sayap, sosok itu memiliki paras yang cantik.
"Saya adalah Dewi Cahaya, selamat kamu telah terpilih menjadi pahlawan di dunia Arcadia." ucap dewi dengan lembut, sambil merentangkan sayap dan kedua lengannya.
"Pahlawan? Apa aku akan di pindahkan ke dunia lain?" tanya Zane dengan wajah yang antusias.
"Benar sekali pahlawanku! Kau akan menjadi kesatria suci cahayaku." jawab dewi dengan suara lembutnya.
"Biarkan aku melihat statusmu dulu Zane, apa boleh?" tanya dewi.
"Silahkan dewi!" Zane menunduk di hadapan dewi cahaya.
"Hmm... Baiklah mari kita lihat!" Dewi mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala Zane, "WOSSHH!"
Keluar cahaya terang di atas kepala Zane, dan keluar status tentang Zane.
Status
Nama : Zane
Ras : Manusia
Job : (Tidak Ada)
Statistik
Kekuatan : 0,-1
Kecepatan : 0,0
Kecerdasan : 7
keberuntungan : 5
Ketahanan : 0,1
'Apa-apaan dengan statusnya yang sangat-sangat rendah ini, dia lebih dari sampah!' gerutu sang dewi setelah melihat status Zane yang sangat buruk.
"Bagaimana dewi? A-apakah aku sangat kuat atau... Atau mempunyai skill tersembunyi," Zane sangat bersemangat sekali ingin mengetahui hasilnya.
Tapi, dewi cahaya meliriknya dengan rasa jijik, "Apanya yang sangat kuat dan apanya yang skill tersembunyi! Kau lebih buruk dari sampah tau!" Seketika sikap dewi pada Zane berubah sangat cepat, dia malah mengejek Zane.
'A-apa-apaan dengan sikapnya yang tiba-tiba itu?' ucap Zane dalam hatinya.
"A-APA maksud anda dewi?" Zane memberanikan diri untuk bertanya.
"Cuih! Sampah sepertimu berani berbicara dengan dewi cahaya yang agung!" bukannya mendapatkan jawaban, Zane di ludahi mukanya.
'A-aku diludahi? Ada apa dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah ini?'
'kenpa? apa yang dia lihat?' gerutu Zane dalam hatinya, dia bertanya-tanya sambil mengelap ludah yang ada di wajahnya.
"Dasar sampah! Tidak berguna!" Dewi itu entah karena alasan apa, dia melemparkan Zane, ke antah berantah, dia membuangnya ke retakan dimensi.
"AAARGGHHH!!!"
"DEWI JALANG!!! SIALAN KAUUU!"
Zane terus berputar-putar di dalam retakan, ia jatuh semakin dalam, semakin... Semakin dalam lagi.
'Kesalahan apa yang sudahku perbuat pada dewi itu, dan di buang ke mana aku ini?' Zane trus memikirkan apa kesalahan yang sudah dia perbuat, dimana letak kesalahannya.
"argh...." Zane membuka matanya, dia terbaring di tempat yang sangat asing baginya.
"Dimana aku? Kenapa begitu gelap di sini?" Zane menengok ke kanan dan ke kirinya, "Aku tidak bisa melihat apapun, semuanya gelap."
Sepanjang apa yang dia lihat hanya ada kegelapan.
"argh...." Sambil berbaring dia memegang kepalanya.
"Ke-kepalaku! sakit sekali," tiba-tiba saja dia mendapati sakit kepala yang luar biasa, dia mengerang dan menjerit kesakitan.
Untuk beberapa saat dia tidak sadarkan diri, setelah rasa sakit di kepalanya sedikit mereda, Zane mencoba bangun, mencoba untuk berdiri sambil memegangi kepalanya.
Dengan terhuyung-huyung, dia berhasil berdiri dengan susah payah.
Zane mencoba untuk memahami, mencoba untuk mengerti, tempat apa yang begitu gelap ini, tempat apa? Yang begitu sunyi dan kosong ini.
"RRRRRRR!"
"Su-suara apa itu?"
Ternyata tempat itu tidak sesunyi dan sekosong yang Zane pikirkan, dia tidak sendiri.
Bersambung....
"RRRRRRR!"
"Su-suara apa itu? Eraman yang begitu mengerikan." Eraman itu membuat bulu kuduknya berdiri.
Cahaya merah terpancar, itu mengarah ke Zane, "A-apa itu?"
"RAAAAAAAAAAA!!!!!!" Auman dari sosok tinggi besar itu membuat Zane ketakutan.
'Ma-mahkluk apa itu? A... A-aku tidak bisa menggerakkan tubuhku!' tubuh Zane tiba-tiba membeku saking takutnya, bahkan dia tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun.
Sebelum bisa bereaksi, ia langsung mati tanpa tau sebab dari kematiannya.
"AAARRRGHHH!"
Zane terbangun dengan posisi terbaring, seperti pertama kali dia datang ke tempat ini.
"Huff... Huff..." dia terbangun dengan nafas yang terengah-engah.
"A-apa aku bermimpi? Tapi itu sangat nyata untuk di sebut mimpi," Zane kebingungan, sambil melihati kedua tangannya.
"Ya... Yaa! Ini pasti mimpi, uufffhaaa... Tenang Zane tenaaaannngg." Dia berusaha menenangkan dirinya, dengan menarik nafas dan hembuskan. Tapi, tiba-tiba....
"RRRRRR!!"
Eraman itu muncul kembali, "HA! Su-suara ini!" Zane sangat panik mendengarnya, dia langsung reflek menengok ke kanan dan kirinya.
"RRRAAAA!!" Auman keras kembali terdengar dan....
"HAAAAA... Apa barusan itu? a-apa yang baru saja terjadi?" Zane kembali terbangun lagi dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Dia bingung dengan apa yang terjadi, kejadian itu terus berulang-ulang.
Setelah eraman dan auman keras, Zane akan terbangun kembali seperti sebelumnya, kejadian ini menyiksa pikiran Zane, merusak mentalnya.
Dia terus bertanya-tanya, "A-apa yang terjadi padaku? Setelah eraman dan auman, aku akan terbangun kembali, dengan posisi yang sama dan tidak berubah!"
kejadiannya terus berulang-ulang lagi dan lagi, diselimuti dengan ketakutan akan gelap, di tambah dengan suara yang akan membuatnya kembali.
Pikiran Zane semakin... Semakin kacau, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan, dia mencoba menggunakan akal sehatnya, untuk bisa mengerti dengan apa yang sedang ia alami.
"A-apa yang terjadi sebenarnya? Setelah eraman dan auman... Aku akan kembali ke posisi awal...." Zane mengigiti jari kukunya, meringkuk ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran.
"Apa ini? Kenapa? Dimana ini? kenapa aku?Dan suara-suara apa itu," begitulah yang ada di kepalanya, Zane terus bertanya-tanya, dan terus bertanya-tanya.
mental dan pikiran dia semakin rusak, ia terus mengalami pengulangan yang tiada akhir, sampai pada suatu ketika....
"A-aku... Bisa melihat... Ya, aku bisa melihatnya! Hehe... Sumber eraman itu."
Setelah pengulangan tiada akhir itu, sampai si Zane. Terbiasa dengan gelapnya tempat ini, tubuhnya mulai beradaptasi.
Walaupun sedikit, bisa melihat dalam kegelapan, "eraman itu dari mahkluk berkaki empat, ekornya sangat panjang dan besar... Aku melihatnya, sungguh!"
"Si-sial! Dia seperti Godzilla!" setelah mengetahui sesosok dibalik eraman dan auman yang membuatnya, melakukan pengulangan terus menerus.
Rasa penasaran pun terjawab. Tapi, apa dengan mengetahui siapa dalangnya, apa membuat semuanya berakhir? Tentunya tidak, itu mungkin awal dari penderitaan Zane.
"RAAAAA!!!"
Zane kembali mendengar raungan itu lagi. Tapi sekarang, dia tidak langsung kembali.
"AAARRGGHHH!!" Zane menjerit kesakitan, keluar darah dari telinganya, 'i-ini sakit sekali... Gendang telingaku... sepertinya pecah.'
Zane yang memegangi kepalanya yang sakit, tanpa dia sadari, monster itu melancarkan serangan dan mencabik-cabiknya, 'argh... Sial!'
Zane kembali lagi ke awal, "AAHHH... Huff... Huff... Ra-rasa sakitnya hilang!" sekali lagi Zane bangun dengan kebingungan.
"Se-semuanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa padaku? Kenapa ini?" keanehan di tempat ini membuat Zane bingung, penuh pertnyaan, dan tempat apa sebenarnya ini.
Kejadiannya kembali lagi berulang dan terus berulang-ulang, sampai di titik dimana Zane sudah tidak merasakan sakit lagi.
"RAAAAAA!!" Sampai lagi di momen raungan yang membuat Zane melakukan pengulangan tiada akhir. Tapi, sekarang berbeda, dia bisa menahannya.
"Raungan ini, walaupun sudah terbiasa mendengarnya, tetap saja. tekanannya sangat mengerikan." ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"Setelah raungan, dia akan menyerang! dengan cakarnya." Zane sudah menghafal pola serangannya, dia segera bersiap untuk menghindar.
"Kali ini aku harus menghindar!" dengan tekad yang kuat dan senyum diwajahnya dia berhasil menghindari serangan cakar dari monster itu.
Tapi, apakah itu sudah berakhir, "yess berhasil... uh? Sial... AAAARRRGHHHH!!!" tentu saja itu belum berakhir, monster itu menyemburkan api dari mulutnya, membakar Zane tanpa tersisa, "AAARRGGHHH!!!!"
Untuk kesekian kalinya lagi, Zane kembali ke awal, "A-aku masih bisa merasakan rasa sakit di bakar hidup-hidup!" rasa terbakar hidup-hidup masih bisa terasa walaupun dia di kembalikan ke awal lagi.
"Sudahku duga! setelah aku mati, aku akan kembali ke awal, dengan tubuh yang utuh tanpa luka."
"Pengulangan ini membuatku gila, sungguh."
Sekarang setelah pengulangan yang terus menerus, Zane menyadari bahwa. Jika dia mati di sini, maka dia akan kembali ke awal lagi tanpa luka.
Dan itu terus berlanjut, rasa sakit demi rasa sakit, penderitaan demi penderitaan, berapapun Zane hancur berkeping-keping, terkoyak-koyak, terbakar hidup-hidup, dia akan terus hidup kembali.
Kejadian berulang-ulang itu terus terjadi, mati dan hidup kembali, mati dan terus hidup kembali. Zane sudah tidak merasakan sakit sedikit pun lagi, dia sudah kebal dengan rasa sakit.
"HAAAA... DASAR MONSTER SIALAN!" Zane sudah tidak menghindar-hindar lagi sekarang, dia lebih memilih untuk menyerang balik.
"HAAAA! BUK!" Zane berhasil mendaratkan pukulan untuk pertama kalinya tapi, "Cih, tidak ada rasanya sama sekali, sial... AARRGGHH!"
"Aku akan kembali bajingan! Tunggu saja! HAHAHA...."
Zane tau seberapa kali pun dia mati dia akan hidup kembali, jadi dari pada terus mencoba menghindari dan terus kabur dari serangan monster, ia lebih baik untuk menyerangnya.
Karena pertahanan yang baik adalah menyerang, walaupun pada akhirnya tetap saja gagal. Tapi, dia akan terus mencoba lagi dan lagi.
Terus menyerang dengan membabi buta, amarahnya bergejolak dengan keinginan kuat untuk menang.
Zane tau semua pola serangannya, jadi dia bisa menghindar dan menyerang, terus menghindar dan menyerang.
Entah karena suatu keberuntungan atau karena tekadnya untuk menang, dan keinginan untuk mencabik-cabik sang monster itu.
"HAAAAAA... TERIMA INIIII KEPARAAATT!!!" Pukulan terakhirnya berhasil mendarat pada titik lemah sangat monster.
"BUUGG! DUAAAR!!!" Monster itu pada akhirnya meledak dengan satu pukulannya.
"YOOOSSSAAHHHH!" Zane menarik satu lengannya dengan gembira dan penuh rasa puas, akhirnya dia bisa lepas dari penderitaan dan rasa sakit yang tiada akhir itu.
"Huhuhu...." Zane menangis terharu, bisa lepas dari genggaman monster yang selama ini menyiksanya.
Tapi, apakah itu akhirnya....
"RAAAAAAAA!!!
"AAARRRGGHH... Sial? Apa dia hidup kembali sepertiku?" setelah melepas dari menutup kedua telinganya, Zane melihat sekitarnya dan apa yang di lihatnya membuat dia terkejut setengah mati.
"A-apa-apaan semua ini! HA... HAHA... HAHA!"
Zane terkejut melihat banyak sekali monster yang sama, seperti monster yang tadi dia lawan sebelumnya. Mungkin ada sekitar seribu atau ratusan mungkin jutaaan, melihat itu seketika Zane menjadi gila.
Zane mengira dia sudah lolos dari lubang buaya. Tapi, dia malah masuk kandang harimau.
"AAARRRRGGGG!" Sekali lagi, Zane mati di bakar oleh semburan api dari ribuan monster, dan kembali melakukan pengulangan demi pengulangan tanpa akhir.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!