NovelToon NovelToon

Sakitnya Di MADU

Bab 1 : Awal Sakit Hati

Kepada Yolanda Fox.

Aku menulis surat ini dengan hati yang berat, tetapi aku merasa tidak ada lagi jalan lain agar kamu tahu. Namaku Nikita Burg, dan aku adalah istri kedua suamimu Mikel Smit. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyadari betapa sulitnya kondisi ini bagimu. Aku ingin bicara empat mata denganku secara langsung agar kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik.

Aku berniat mundur jika memang ini menyakitimu, tanpa aku berucap pun sudah pasti menyakitimu. Aku terpaksa.

Nikita Burg

Setelah membaca surat itu, Yolanda merasa seolah olah tanah di bawah kakinya telah digeser. Semula suasana pagi yang tenang dan damai tiba tiba berubah menjadi kekacauan yang mengerikan. Mikel, suaminya, telah menikah lagi? Dan dengan wanita yang tidak dikenal? Rasa sakit itu seperti pisau tajam yang menembus jantungnya, membuatnya kesulitan bernapas.

Dengan tangan bergetar, Yolanda menempatkan surat itu kembali ke amplop dan berusaha menenangkan diri. Dia tidak pernah membayangkan hari seperti ini akan datang. Mikel selalu tampak seperti pria yang penuh perhatian dan penuh kasih sayang. Mereka telah menjalani biduk rumah tangga hingga 5 tahun ada kebahagiaan, kebersamaan, kehangatan, kasih sayang, dan Yolanda merasa sangat terkejut dan dikhianati.

Dia merasa terjebak antara amarah dan kebingungan. Yolanda tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mungkin Mikel bisa melakukan hal seperti ini padanya? Mereka telah memiliki rencana untuk masa depan, dan semua itu seolah hancur dalam sekejap. Rasa sakit ini lebih dari sekadar kekecewaan ini adalah pengkhianatan yang sangat mendalam.

"Jam berapa ini?" lirih Yolanda yang telah menyeka air matanya. Keluar begitu saja pagi ini dengan deras, terlebih sudah beberapa hari Mikel tidak kembali dengan alasan di luar kota.

Matanya melihat ke jam dinding di kamarnya.

"Jam 8, oh tidak aku harus ke kantor!" ucapnya yang mau tidak mau bergegas menuju tempat kerjanya.

Hari ini Yolanda tetap harus profesional dalam bekerja, hatinya yang sakit harus dia tutup rapat rapat. Bukan tidak ingin menghubungi suaminya, namun takut hatinya rapuh dan akan di ketahui di sekitarnya. Banyak pekerjaan yang sudah menunggunya, tidak sampai hati jika harus izin mendadak. Walau sakit hatinya nyatanya kewajiban di atas segalanya.

"Ola! Kamu baik baik saja?" tanya Alex CEO yang baru saja tiba di perusahaan. Sebagai atasan dan Ola yang menjadi sekretarisnya otomatis sering berhubungan. Bahkan ruangan Alex harus melewati tempatnya lebih dulu, sudah pasti akan tampak jelas terlihat.

Ola menghirup udara untuk menjawabnya.

"Iya, Alex! Aku aman!" ucapnya yang tersenyum simpul terpaksa di buatnya.

"Oh, baiklah. Laporkan apa saja yang harus aku lakukan pagi ini," pintanya yang lalu masuk ke ruangannya.

"Bohongmu tampak jelas," lirih Alex yang menutup pintunya dan melirik kembali ke arah Yolanda yang sedang menyeka air matanya yang terjatuh.

Ck! Tolong air mataku ini berhentilah!!!! Mikel belum memastikan hal ini, bisa jadi itu hanya wanita yang mengharapkannya. Ayolah masa serapuh ini hatiku! Secinta itukah aku pada Mikel. Batin Yolanda.

Hingga sore tiba, semua pekerjaan sudah di rapihkannya dan segera pulang. Namun nyatanya tidak mendapatkan suaminya di rumah kembali.

"Dia belum kembali," ucapnya yang masuk ke rumah sendirian yang gelap gulita pertanda tidak ada yang penghuninya disana.

"Ola!" suara mertuanya di telp.

"Iya, Ma. Kenapa?" Tanya Ola.

"Malam ini datang ke rumah Mama, ada hal penting! Jangan terlambat!" ucap Syakila yang menutup telp tanpa menunggu jawaban Ola.

"Huf, seperti biasanya. Apa salahku?" ucap Ola yang menatap hpnya.

Lima tahun ini, aku sudah berusaha menjadi istri yang terbaik dan selalu ada untukmu. Apa salahku yang belum bisa memberikan keturunan padamu???

Tapi pikiran yang kacau dan berkecamuk di dalam hatinya seolah terus menggerogotinya semakin dalam sejak pagi ini membaca surat itu. Di tambah telp mertuanya yang meminta datang di kediamannya.

"Apakah benar surat itu, Mikel? Apakah ini akhir cinta kita?" lirihnya yang sudah siap dengan pakaiannya.

Dengan mengendarainya sendiri menuju rumah mertuanya. Seolah alam menemaninya jalan sudah tampak sepi malam ini membuat Ola lebih cepat sampai. Pintu utama tidak tertutup. Jelas ramai di ruang tamu kediaman mertuanya.

"Malam, Ma, Pa," sapa Ola.

"Ya, duduklah!" pinta Marsel Smit.

Mikel duduk bersebelahan dengan wanita yang asing bagi Ola dan tampak mesra.

Deg!!

Apakah benar!!! Batin Ola.

"Ola!" panggil Mikel yang menyadarkan lamunannya.

"Aku telah menikah lagi, kenalkan dia istri keduaku. Nikita Burg, aku harap kalian bisa akur dan hidup bersama!" kata Mikel.

Deg!!!

Dunia seolah runtuh dan hilang semua impian, harapan dan cita cita keduanya dulu. Ola diam di tempat, baru saja duduk namun tidak lama sudah mendengar berita yang sangat menyakitkan ini.

Ola berusaha mengontrol emosi dan air matanya agar tidak jatuh disana. Menarik nafasnya untuk bisa mengeluarkan suaranya.

"Salah kamu yang tidak kasih kami cucu!" ucap Syakila.

"Ma," tegur Marcel.

"Memang benarkan! Kamu mandul bilang! Jangan terus mengelak dan mencari alasan. Jangan terus mau dibutakan oleh atas nama cinta, Mikel!" kesal Syakila.

Bangkit sudah Ola dari duduknya yang tidak tahan dengan kata yang selalu menyakitkan hatinya. Namun tidak menyurutkan Syakila terus menekan dan menyalahkannya.

"Jangan sok sedih dan tersakiti, Ola! Kai yang jauh lebih sakit menanti cucu yang tidak kunjung kamu berikan! Sudah bagus Mikel tidak menceraikanmu karena masih mencintaimu! Aku lebih berharap kami di ceraikannya!" lanjut emosi Syakila.

Air matanya sudah luluh saat ini juga kata yang menyakitkan hatinya terlalu dalam. Namun saat ingin keluar dari ruangan itu tangannya di tahan oleh Mikel.

"Tunggu, Ola! Aku tidak menceraikanmu, aku hanya ingin anak. Aku terpaksa melakukan ini! Ola kamu tolong pahami ini! Mau sampai kapan menunggu mengandung?" ucap Mikel yang seolah tidak mau disalahkan.

"Lalu salahku yang belum bisa hamil, Hah!" ucapnya yang menyeka air matanya.

"Lalu mau salah siapa?" bentak Syakila.

"Aku bisa adil, Ola. Aku harap kamu menerima Nikita," ucap Mikel.

Lalu di hempaskan tangan Mikel oleh Ola, keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.

"Mama terlalu!" ucap Marsel yang tidak setuju sikap istrinya.

Sementara Ola sudah masuk kembali ke dalam mobilnya dan memukul stir di depannya.

"Aaaaaaakkkkkhhhhhh!!!!" teriaknya.

"KAMU TEGA!!!!" luluh sudah air matanya yang keluar deras saat ini. Bahkan menyalakan mobilnya agar bisa bernafas lega tidak sesak di dalam sana.

Dengan mengendarai mobil menuju rumahnya tanpa berhenti air matanya mengalir.

"Aku tidak sudi!!! Aku harus membalas ini!!!" teriaknya di mobil sepanjang jalan.

...****************...

Hai semuanya!!!!

Semoga kalian suka karya mommy ini ya....

Like, komentar, subscribe dan vote yang masih punya ya.

Bab 2: Konflik Mertua dan Kegilaan Mikel

Hari hari berlalu dengan lambat bagi Ola. Kesedihan yang menyelimuti hatinya tampaknya tak pernah berkurang. Ketidakpastian masa depan dan rasa sakit hati yang mendalam menyisakan bekas yang sulit untuk disembuhkan. Di waktu libur ketika Yolanda sedang berusaha untuk merapikan rumah dan menenangkan pikirannya, ketukan di pintu membuatnya terjaga dari lamunannya.

Dia membuka pintu dan melihat Marsel dan Syakila Smit, orang tua Mikel, berdiri di depan pintu dengan ekspresi cemas. Ola merasa jantungnya berdebar. Pertemuan ini, yang sepertinya tidak dapat dihindari, membuatnya merasa tegang. Dia mengundang mereka masuk, berusaha untuk tetap tenang.

Selama pertemuan terkahir di rumah mertuanya itu pula suaminya belum kunjung pulang ke rumah ini. Membuatnya semakin yakin kedatangan mereka ada maksudnya.

“Terima kasih telah menerima kami, Yolanda,” kata Marsel dengan nada serius saat mereka duduk di ruang tamu. Syakila duduk di sebelah suaminya, menatap Ola dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Kami tahu ini adalah waktu yang sangat sulit bagimu, tapi kami ingin berbicara tentang situasi ini.”

Yolanda mengangguk, merasakan gelombang rasa sakit yang semakin mendalam. “Tentu, apa yang ingin kalian bicarakan?” berusaha tidak mengeluarkan air matanya di depan mereka.

Syakila menyelipkan tangan di atas meja, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku harap kamu bisa menerima Nikita dan mau berbagi suami dengannya. Kami datang kesini bukan semata mengemis padamu, ini semuanya demi cucu yang kami inginkan."

Marsel melanjutkan, “Kami tahu Mikel mungkin salah dalam banyak hal, tetapi sebagai orang tua, kami juga merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kamu menangani situasi ini. Kadang-kadang, dalam pernikahan, masalah seperti ini dapat berasal dari kedua belah pihak.”

Syakila mendengus kesal suaminya tidak seperti yang di harapkan. "Pa, bukan seperti itu! Jangan mengacau jika memang tidak bisa membuat Yolanda paham maksud kita!"

Membentak suaminya yang terbilang ada di rumah Ola.

"Ma, kamu yang inginkan bukan aku!" protes Marsel.

Yolanda merasa marah mendengar pernyataan itu dan perdebatan yang membuatnya merasa aneh. “Apa maksud kalian dengan itu? Apakah kalian pikir aku juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi?”

Syakila tampak terkejut. "Kami minta kamu harus merelakan Mikel mempunyai istri lagi yaitu Nikita! Kami ingin cucu! Kamu sudah lima tahun belum juga bisa bukan!"

"Ini sumuanya ada tanggung jawabmu yang belum bisa di wujudkan, cucu untuk kami! Aku pertegas lagi, kami ingin cucu! Kamu jangan buat menambah masalah di kemudian hari kecuali kamu bisa memberikan cucu," lanjut Syakila yang menekan Ola.

Ola hanya bisa diam menahan amarah dan Ola merasa tertekan oleh pendapat orang tuanya yang mencoba mencari cari kesalahan di pihaknya. Belum lagi selalu di minta cucu, semuanya bukan kuasanya.

“Mikel memutuskan untuk menikah lagi tanpa mau berunding terlebih dahulu dengan ku,” kata Ola dengan suara bergetar. “Bagaimana mungkin kalian berpikir ini adalah kesalahan aku semata? Aku merasa dikhianati dan hancur. Aku tidak pernah membayangkan mereka akan menganggap ini salahku. Yang bisa aku pastikan disini untuk Mikel aku telah membebaskannya dariku untuk bertanggung jawab padaku!”

Marsel menghela napas, tampak frustasi. “Yolanda, kami hanya ingin semua ini berakhir dengan baik. Kami ingin tahu apa yang bisa kami lakukan untuk membantu menyelesaikan masalah ini, bukan memperburuknya.”

Syakila menambahkan, “Kami juga ingin Mikel dan Nikita bahagia, Aku harap kamu tidak mengganggu mereka seperti apa yang kamu ucapkan barusan! Kami pegang janjimu!"

Ola semakin terlihat kesal dan marah karena ucapan mertuanya, "Aku tidak akan ingkar janjiku, tapi satu hal yang aku minta jangan pernah Nikita masuk ke dalam rumah ini dan sampaikan juga pada Mikel!"

Marsel tampak terkejut oleh kemarahan Yolanda, sementara Syakila mencoba meredakan ketegangan. “Kami tahu ini semua sangat sulit, Yolanda. Tapi kami juga merasa terjepit dalam situasi ini. Kami hanya ingin melihat semua orang bahagia dan tidak tertekan.”

Ola semakin di buat kesal dan amarahnya sampai di atas ubun ubun, tapi dia berusaha sadar jika mereka lebih tua darinya, "Sudah tidak ada jalan untuk masalah ini hanya ada satu jalan turuti keinginanku atau menceraikanku!" senyum smirk di bibirnya.

Ola kembali mengatakan, "Maafkan aku jika memang tidak bisa memberikan apa yang kalian inginkan. Maafkan aku yang tidak sopan sebaiknya kalian kembali karena aku butuh sendiri saat ini!"

Dari pada memarahi mereka atau bahkan membuatnya semakin buruk keadaan disini mau tidak mau Ola mengusirnya secara halus.

Ketika mereka pergi, Ola merasa kelelahan. Dia merenung tentang bagaimana situasi ini telah mempengaruhi dirinya secara emosional dan bagaimana hubungan dengan keluarga Mikel menjadi semakin rumit. Kekecewaan dan kesedihan menyelimuti dirinya. Bagaimana mungkin orang orang yang seharusnya memberikan dukungan justru menambah rasa sakitnya?

Ola tidak merasakan hari liburnya tenang kali ini, jadi tidak mood untuk merapihkan rumahnya itu. Hanya tiduran di atas tempat tidur hingga dirinya lelah dengan air mata yang mengalir.

Di kantor keesokan harinya, Yolanda berusaha keras untuk fokus pada pekerjaannya sebagai sekretaris Axel Cloe di Cloe Corp. Perusahaan besar itu seringkali menjadi tempat pelarian dari kenyataan pahit di rumahnya. Axel Cloe, bosnya, adalah seorang pria yang penuh karisma dan profesional. Namun, di balik sikap profesionalnya, Axel menyimpan perasaan yang dalam terhadap Ola namun tidak di ketahui olehnya, sangat pandai Axel menyimpannya.

Saat Axel mendekati mejanya, dia bisa merasakan suasana hati Ola yang suram. “Ola, kamu kenapa? Apa ada masalah?,” tanya Axel dengan nada lembut.

Ola memaksakan senyum dan menjawab, “Aku baik, Axel. Masih bisa aku atasi."

Acel hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Jangan sungkan padaku jika memang membutuhkannya."

Di waktu jam kerjanya ternyata Mikel datang ke kantor tempat kerja Ola dan tepat di jam istirahatnya.

"Ola," sapa Mikel.

"Ada apa?" tanya Ola yang sudah mati rasa cintanya, terlebih di belakangnya ternyata ada Nikita disana.

"Kita makan bersama dan bicara bertiga," pinta Mikel.

"Baiklah! Kalian jalan saja duluan, katakan saja dimana tempatnya. Aku tidak mau disini tahu masalah ini!" ucap Ola.

"Restoran biasa di VVIP 1 aku sudah reservasi disana," ucap Nikita kali ini.

"Ck! Bangganya menjadi yang kedua!" kesal dan marah Ola setelah keduanya pergi dari sana.

"Kamu mengumpat siapa Ola?" bariton suara Axel yang keluar dari ruangannya.

"Hanya kucing yang suka kawin!" asal ucap saja Ola.

"Mau makan siang denganku? Kebetulan jam 2 kita akan meeting bukan?" tanya Axel.

"Maaf Axel. Kali ini ada urusan penting yang harus aku urus dulu. Kabari aku nanti pasti aku menyusul sebelum meeting tiba," tolak Ola.

Setelah itu Ola peegi menuju restoran yang biasanya.

Ola tidak bernafsu untuk makan walau semuanya sudah tersedia sesuai dengan keinginannya, "makan dulu baru bicara!" pinta Mikel.

"Kalian saja, aku tidak!" tolak Ola walau lapar tapi hati dan jiwanya sakit.

Sementara Nikita asyik menyantap makanan disana.

"Ola, aku harap kau cabut permintaan jika Nikita tidak bisa masuk ke dalam rumah kita," ucap Mikel.

"Hah!!! Tidak salah Mikel!! Itu rumahku, rumah aku beli sebelum denganmu!!" tidak habis pikir Ola.

"Lalu kami akan tinggal dimana?" tanya Nikita seolah biasa saja masalah ini.

"Terserah kalian!" masa bodoh Ola.

...****************...

Terima kasih atas dukungan kalian semuanya.

Like dan komentarnya di tunggu ya.

Bab 3: Pertemuan dengan Nikita yang Menyakitkan

Ola meninggalkan restoran itu dan kembali ke kantornya.

"Ck! Aku tidak sudi dan akan aku balas dengan hal yamg tidak akan kamu duga! Aku akan ikuti permainan ini, tapi jangan harap istri keduamu bisa masuk ke rumahku!!!" kesal Ola.

Untung saja di kantor itu saat ini jam istirahat sudah pasti kosong. Bahkan dia melewatkan jam makan siangnya dan menyusul Axel untuk meeting. Sangat pandai Ola menyimpan masalahnya sendiri dan tidak ada yang mengetahuinya.

***

Setelah beberapa hari berlalu, Ola masih tetap sakit hati dan sedih jika dia sendiri di rumahnya. Tapi mau kemana dia selain pulang kerumah? Walau punya sahabat, dia tidak ingin membebani masalah rumit dirinya.

Malam hari pulang kerja Ola mendapatkan sebuah undangan yang di selipkan di dalam pintu rumahnya.

Deg!

"Jangan bilang mereka ingin memeriahkannya!" tersenyum smirk Ola. Namun saat membukanya ternyata pesta perayaan ulang tahun pernikahan Marsel dan Syakila, sebuah perayaan besar yang mengundang semua kerabat dekat dan teman teman.

"Malas sekali harua bertemu dengan mereka! Tapi bagaimana jika Nikita yang akan mempunyai peran menantunya disana? Baiklah!!! Aku akan datang tapi tidak dengan kesedihan lagi!!! Aku harus bisa tutupi luka ini dulu, demi membuat mereka terkejut!" ucap Ola.

Ola berusaha merias dan memakai pakaian yang sangat mewah kali ini dia menggunakan jasa salon dan para ahli di bidangnya. Akan membuktikan jika dia tidak bisa disalahkan dan disepelekan oleh keluarga suaminya.

Ketika Yolanda tiba di rumah orang tua Mikel, suasana megah dengan dekorasi warna warni dan lampu lampu berkilauan menyambutnya. Panggung utama dihiasi dengan bunga dan tirai sutra yang elegan, menciptakan suasana glamor yang kontras dengan kegelisahan hati Ola namun harus bisa di sembunyikan. Setiap detik di acara ini terasa semakin berat baginya, seperti mengikatnya dalam jaring ketidaknyamanan dan kesedihan, pantang menyerah sebelum membalaskan sakit hatinya itu.

Saat Ola melangkah masuk, dia bisa merasakan tatapan tatapan penasaran dari para tamu, wanita cantik berbalut gaun hitam tanpa lengan dengan sepatu yang senada dan tas hitam kecil di tangannya. Tawa dan percakapan ringan di sekelilingnya terasa hampa dan tidak berarti dibandingkan dengan beban emosional yang dia rasakan. Syakila, dengan senyum ceria yang tidak sepenuhnya tulus, menyambutnya di pintu.

“Selamat datang, Yolanda,” sapa Syakila, berusaha menampilkan keramahan yang tampaknya tidak mencerminkan ketegangan di dalam hatinya. “Kami senang kamu bisa datang dan jangan mengacau, aku mengundangmu demi Mikel.”

Yolanda memaksakan senyum dan membalas, “Terima kasih, Ma. Aku juga senang bisa hadir.”

Di ruang utama, Ola melihat Mikel berdiri di samping Nikita, yang tampil memukau dalam gaun merah menyala yang membuatnya tampak seperti pusat perhatian di awal, namun tidak setelah Ola datang. Mikel, meskipun terlihat canggung namun tampak terperangah akan kecantikan istrinya yang baru saja datang, berusaha untuk tetap sopan, sementara Nikita tampak penuh percaya diri. Interaksi mereka menunjukkan betapa mudahnya mereka beradaptasi dengan situasi baru mereka, sementara Ola merasakan setiap sentuhan rasa sakit dan kemarahan.

Lihat saja, malam ini adalah awal aku akan membalasnya! Tidak akan aku biarkan terus dihina dan menyalahkanku terus! Batin Ola.

Ketika Ola mendekati mereka, Mikel menyambutnya dengan nada formal. “Ola, Terima kasih telah datang.”

Ola mengangguk dengan dingin. “Ya, Mikel. Nikita.”

Nikita menoleh dengan senyum kaku. “Ola. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.”

Ola menatap tajam pada Nikita, "jangan panggil aku Ola, aku rasa kita tidak sedekat itu!"

Tersentak Nikita yang langsung menciut dan memegang tangan Mikel, "Iya, Yolanda."

Mikel tidak terima dengan apa yang dilakukan Ola, "Kenapa kamu mempermasalahkan ini. Bukannya wajar!"

Ola mendekat pada Mikel, "wajar bagimu Mikel, tapi tidak denganku. Urusi saja dia dengan baik! Ajarkan padanya jika aku istri pertamamu! Harus s o p a n!"

Ola langsung pergi dari sana, dan memilih untuk diarea taman samping rumah mertuanya kali ini. Tampak sunyi dan damai seorang diri dengan membawa gelas minum di tangannya.

Lihat saja aku yang kalian kira lemah, akan aku buktikan itu salah! Batin Ola.

Di dalam sana tampak ramai ketika musik memainkan lagu romantis dan para tamu berdansa, Ola malah menikmati waktunya sendiri disana. Lebih nyaman dengan keheningan dan kesunyian dari pada kebisingan dan kegembiraan yang nyatanya itu melukainya.

“Bolehkah aku duduk di sini?” tanya Nikita dengan nada lembut yang datang menghampiri Ola.

Ola tanpa menjawab bahkan lebih banyak diamnya. Nikita duduk di sampingnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk berbicara seolah tidak peduli boleh atau tidaknya disana.

“Yolanda, aku tahu ini tidak mudah bagimu,” ucap Nikita.

“tapi aku merasa penting untuk berbicara denganmu.” lanjutnya.

“Berbicara tentang apa?” Ola menatap Nikita dengan tatapan penuh kebencian.

Nikita menarik napas dalam dalam sebelum memulainya seperti apa yang diminta Mikel.

“Aku tahu kamu sangat terluka. Aku tidak bermaksud untuk memperburuk keadaan, tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin membuatmu merasa lebih buruk.” ucapnya yang seolah tidak mau disalahkan.

Ola merasakan amarah yang membara.

“Kamu sudah mengambil segalanya dariku, Nikita. Apa lagi yang bisa kamu katakan untuk membuat semuanya lebih baik? Ini semuanya sudah terjadi bukan! Jangan beranggapan kamu tidak bersalah atau apalah seperti korban!” tunjuk Ola dengan mata yang sangat tajam menusuk.

Nikita menundukkan kepala, tampak tertekan oleh kata kata Yolanda, bingung mau menjawab apa.

“Aku tidak pernah berniat untuk membuat hidupmu lebih sulit. Aku hanya ingin mencari cara untuk berbaur dengan keluarga ini, walaupun aku tahu itu tidak akan mengubah masa lalu.” belanya lagi.

Ola semakin menjadi emosi dan amarah yang berusaha dia tahan. Tampaknya Nikita ini pandai bermain muslihat.

"Sudahlah! Tidak ada gunanya kamu bicara denganku sekarang karena kamu sudah menjadi maduku. Harusnya ini kamu lakukan sebelum Mikel menikahimu!" bentak Ola.

Ada keheningan yang mencekam di antara mereka. Ola merasa perasaannya campur aduk antara kemarahan dan emosi yang semakin naik. Walau dia tahu bahwa Nikita bukan satu satunya yang bertanggung jawab atas rasa sakitnya. Mikel juga merupakan bagian dari masalah ini bahkan mertuanya pun ikut andil.

“Aku hanya ingin kamu tahu,” kata Ola akhirnya, “bahwa aku membutuhkan waktu untuk mengatasi semua ini. Aku mungkin tidak bisa segera menerima situasi ini, tetapi aku berusaha untuk bergerak maju. Yang aku minta sudah aku ucapkan! Patuh lah atau kamu akan merasakan seperti ini terus saat bertemu denganku!"

"Lahirkan saja anak sebanyak mungkin yang kamu bisa! Buat mertuaku senang! Baru setelah itu bujuklah Mikel untuk menceraikanku! Agar kamu senang!" senyum smirk Ola yang meninggalkannya sendiri disana.

...****************...

Terima kasih atas dukungan kalian semuanya.

Like dan komentarnya di tunggu ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!