NovelToon NovelToon

Pria Lugu Berkekuatan Super Power

Bertemu Dengan Mbah Ananta Ajya

Kisah diawali dari seorang anak kecil yang sedang berlatih ilmu beladiri dengan temannya, dia bernama Rama, sekian lama dia berlatih ilmu beladiri namun kekuatannya tidak meningkat, bahkan sudah 4 tahun dia belajar, tapi tetap saja masih di tingkat satu sabuk hitam.

Pada cerita ini tingkatan ilmu beladiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu, Sabuk hitam, sabuk ungu dan Sabuk pelangi, sedangkan tingkat spiritual ada Sembilan tingkatan yaitu tingkat pembukaan, tingkat pengisian, tingkat pengembangan, tingkat naik gunung, tingkat naik langit, tingkat peningkatan langit, tingkat menguasai langit, tingkat langkah awal dewa, dan tingkat dewa .

Disetiap tingkatan ada tiga tahapan yang harus dikuasai agar dapat melangkah ketingkat selanjutnya.

Diatas tiga tingkatan tersebut, ada satu tingkatan khusus yang hanya dimiliki oleh segelintir orang saja yaitu kekuatan super power, biasanya dimiliki oleh seseorang yang hanya mempunyai paru-paru disebelah kanan dan memiliki ginjal ganda.

Orang yang seperti ini dia bisa mengaktifkan semua kekuatannya dalam waktu yang sangat singkat bahkan bisa mengatur pergerakan manusia, pohon dan hewan.

Salah satu orang yang mempunyai tubuh spesial ini adalah Rama, tapi dia mempunyai kelemahan karena titik kekuatannya tertutup oleh racun dan pernah dihancurkan saat dia masih balita.

Rama berkali-kali mencoba untuk membuka titik kekuatan pertama saja tidak bisa, lagi dan lagi dia harus mengkonsumsi teh daun mangga yang dia olah sendiri di dapur padepokan.

Suatu hari dia merasa ingin menyerah dan pergi dari lokasi latihan, entah kemana dia mau pergi, dianya sendiri tidak tahu

“Ah, aku keluar dari padepokan ini saja dulu, buat nyari angin segar diluar” Gumamnya.

Sambil berjalan menelusuri hutan belantara, dia selalu menggerak-gerakkan tangannya kedepan, kebelakang, kesamping, kebawah dan keatas seakan dia berjalan sambil berlatih.

Didalam hutan ada seorang dewasa yang sedang membuat jebakan untuk hewan buruan yang sedang dia incar.

“Akhirnya selesai juga jebakan ini, semoga saja buruan yang sedang aku incar cepat datang dan masuk kedalam jebakan ini”. Katanya dalam hati.

Sementara di kota kerajaan sedang terjadi pertukaran seni beladiri yang diadakan oleh raja danuarsa raja Danuarsa terlihat sedang duduk di singgasananya dengan raut wajah serius.

“Sepertinya semakin hari, ilmu beladiri di kerajaan ini semakin menurun saja, bakat yang ditampilkan semakin hari semakin tidak terlihat menarik sama sekali”. Ucap raja kepada seorang guru besar dari padepokan Singa Lanang.

“Mohon maaf raja, kekuatan fisik pada murid semakin hari semakin menurun dan lebih lemah disbanding murid-murid dari sepuluh tahun yang lalu, tapi saya yakin, salah satu dari mereka akan menjadi orang hebat yang nantinya bisa melanjutkan perjuangan ini, raja”. Jawab sang guru.

“Apakah belum ada lagi seseorang yang mempunyai kekuatan super power sepertiku?”. Tanya raja kepada sang guru.

“Selama puluhan tahun ini, saya belum menemukan kembali seorang yang mempunyai satu paru-paru disebelah kanan, sepertinya belum ada lagi penerus sang raja yang mempunyainya”. Jawab sang guru sambil membungkukkan badannya.

“Baiklah, kira-kira kali ini siapa yang akan guru ajukan sebagai pemimpin pasukan kerajaan? Dari sekian banyak murid yang telah mengikuti pertukaran ilmu beladiri ini?”. Tanya raja kembali.

“Sepertinya ada satu orang, yaitu Kulareda, dia orang yang paling terkuat diantara yang lain, memiliki fisik yang cukup tangguh, namun pada ilmu kanuragannya dia masih di tingkatan sabuk hitam tingkat empat”.  Ujar sang guru.

“Hm….., Baiklah, semoga bisa seperti yang kuharapkan nantinya”. Jawab raja.

Sementara didalam hutan Rama berjalan sambil melompat-lompat, sambil berbicara didalam hati

“Ah sudahlah, kalau memang aku tidak bisa menguasai ilmu beladiri, aku akan menjadi petani saja, agar bisa menanam tumbuh-tumbuhan untuk dimakan orang-orang dan untuk dijadikan obat nantinya”. Gumamnya

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar.

“Hai bocah, Koe lagi apa jalan sendirian ditengah hutan??, hati-hati didepanmu ada jebakan”. Ujar suara yang tak tahu darimana asalnya.

Karena kaget Rama malah berlari kedepan dan akhirnya jatuh ke lubang jebakan yang dibuat oleh pemburu hewan.

“Aduuuuh, Toloooong, Toloooong, Toloooong”. Teriak Rama  didalam lubang jebakan yang cukup dalam itu, namun tidak ada orang yang datang untuk menolongnya.

“Ah sialan, siapa yang bikin jebakan ditengah jalan seperti ini? Kurang ajar sekali”. Ia kembali bergumam.

Tiba-tiba datang seekor harimau menuju lubang tersebut, dan langsung menghadap ke Rama, Rama  yang melihat ada harimau diatasnya, dia kaget dan ketakutan seketika.

Namun tiba-tiba dari sebelah kanan dadanya mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata, membuat Rama jatuh pingsan.

Dipadepokan teman-teman rama sedang mencari keberadaan Rama  yang sudah lama tidak terlihat, ternyata rama sudah menghilang dari padepokan selama 3 hari 3 malam membuat semua anggota padepokan merasa khawatir dan mulai mencari rama didalam hutan.

“Ramaaaaa, Ramaaaaa, Ramaaaaa”. Teriak murid-murid dari padepokan Daivat Sejati.

“Kang!, lihat ada lubang didepan sana, sepertinya itu lubang jebakan, kita lihat, barangkali Rama ada disana”. Ujar salah satu murid yang bernama Ronggo.

Murid-murid langsung berlari menuju ke lubang tersebut, namun tidak ada siapapun didalam lubang itu, membuat mereka semakin panik, hari sudah mulai larut namun mereka masih belum bisa menemukan dimana Rama berada.

Karena waktu sudah malam akhirnya para murid kembali menuju ke padepokan Daivat Sejati dan melaporkan kejadian yang dialami kepada gurunya yang bernama Ki Ageng Aksatriya.

“Sudah tidak apa-apa, sepertinya aku terlalu memaksakan dia berlatih terus menerus, mungkin dia tidak tahan lagi dengan tekanan yang ku berikan”. Ucap Ki Ageng Aksatriya kepada murid-muridnya.

“Kita do’akan saja, Dia baik-baik saja dimanapun dia berada.” Lanjutnya.

“Kamu masih terlalu kecil untuk berkelana mencari pengalaman, Jika kamu paksakan saat ini, takutnya kamu akan dianiaya oleh sebagian penjahat, Ramaa, Rama, Kamu anak yang begitu lugu dan belum punya pengalaman apapun….”. Gumam Ki Ageng Aksatriya dalam hatinya.

Sementara Rama terbangun dari pingsannya, dia sedang berada di sebuah rumah kuno yang terletak diatas pegunungan yang dikelilingi dengan tanaman-tanaman spiritual tingkat dewa, dan dibelakang rumah itu terdapat sebuah danau yang berisi air spiritual tingkat dewa juga, diarea tersebut juga banyak sekali hewan-hewan buas yang berbahaya sedang berjalan kesana kemari.

“Dimana ini?, perutku lapar sekali”. Kata Rama dalam hati

Tiba-tiba masuklah seorang berambut putih panjang, alis putih namun wajahnya masih muda, dia bernama Ananta Ajya dan berkata:

“Hey kamu, sudah kuperingatkan didepanmu ada lobang, malah kamu lari dan nyemplung, dasar goblok”. Kata orang itu.

“Panjenengan siapa? Saya dimana? Perut saya lapar sekali, ada makanankah yang bisa aku makan?”. Jawab Rama.

“Huh, dasar bocah, bangun-bangun langsung minta makan, noh di belakang ada daging sapi super, makan saja dulu sana”. Jawab orang itu sambil sedikit membentak.

Tanpa basa-basi, Rama langsung lari menuju belakang, dan benar saja sudah ada daging sapi bakar yang siap santap, tanpa ragu Rama langsung melahap daging-daging yang ada disana.

“Waduh, Apakah ini benar-benar daging super yang sangat langka, aku pernah dengar dari guru bilang”. Gumamnya dalam hati sambil mengingat momen saat gurunya menerangkan tentang daging sapi super.

“daging sapi super hanya bisa ditemukan di hutan yang hewan buaspun tak berani mendekatinya, orang yang memakan daging sapi super umurnya akan bertambah paling cepat 200 tahun dan paling lama adalah keabadian, dan dapat meningkatkan kekuatan apapun, walaupun tubu fisiknya sangat lemah, setelah makan daging itu, tubuhnya akan menjadi sangat kuat dan tak terkalahkan, bahkan besi pun tak akan mampu meremukkan tulangnya, begitu juga kekuatan spiritualnya akan naik dengan sangat tidak masuk akal”. Kata Ki Agen Aksatriya dalam bayangan Rama.

“Ah, bodo amat, yang penting kenyang dulu, urusan kekuatan urusan nanti saja, yang penting perut dibuncitin dulu biar bisa tidur nyenyak lagi setelah ini”. Kata Rama lirih.

“Hey bocah, Kamu tu lapar apa doyan??, makan sampai perut membesar begitu, jangan kebanyakan makan daging itu, tubuh fisikmu belum kuat menahan fluktuasi kekuatan nantinya.” Kata Ki Ananta Ajya.

Benar saja, tiba-tiba luapan cahaya, angin, dan asap keluar dari tubuh Rama, membuat rama jadi jempalitan kaya orang kesurupan, dan berteriak-teriak sendiri kesakitan.

“Aduuuuh, ampun mbaaaaah, ampuuuun, tulangku seperti patah semua, dagingku terasa terbakaaaar”. Teriak Rama yang merasa sakit disekujur badannya.

“Lah koe, aku baru mau bilang jangan kebanyakan, langsung lari bae dan melahap semua daging itu…..”. Kata Ki Ananta sambil ketawa-ketawa.

“Asem sikakek ini, Aku lagi kesakitan malah diketawain”. Gumam Rama dalam hatinya.

“Mbah tolongiiiin, jangan malah tertawa begitu, sakiiiit, sakiiiit”. Teriak Rama masih jempalitan dengan tangan kadang memegang kepalanya, kadang perutnya, kadang dadanya, kadang wajahnya, kadang kakinya sambil guling-guling.

“Sudah, koe tenang saja, nyemplung sana ke danau belakang rumah, sudah tiga tahun koe belum mandi juga, badannya bau banget”. Kata Ki Ananta sambil menendang Rama hingga terjatuh di danau yang dipenuhi air spiritual itu.

“Siaaaaaal, kakek jancuk, lagi sakit-sakit malah ditendang”. Teriak Rama

“Wah, adem sekali disini, badanku terasa lebih entheng, dan tenagaku terasa lebih meningkat, ternyata danau ini memang danau spiritual yang kisahnya hanya buat mandi para bidadari pendamping para dewa saja”. Rama kembali bergumam dalam hatinya.

“Di nirwana terdapat sebuah danau yang airnya bisa meningkatkan spiritual yang meminumnya, bahkan jika air itu untuk mandi, maka para dewa pun akan tunduk dengannya, tapi air itu kini hanya cerita saja, dan sudah tidak ditemukan lagi, menurut cerita, danau yang ada didunia ini hanya setetes dari danau yang ada dinirwana itu.” Kata Ki Ageng Aksatriya dalam bayangan Rama.

“Jika benar danau ini adalah danau spiritual, siapa sebenarnya orang itu??, kenapa bisa mempunyai danau spiritual ini??, dan aku apakah masih benar-benar hidup?? Kan danau ini kata guru adanya dinirwana??”. Rama kembali bergumam.

“Alah mbuh, yang penting nikmatin dulu mandi didanau ini, sambil menghilangkan rasa sakit yang tinggal sedikit lagi”. Rama melanjutkan gumamannya dalam hatinya.

“Woy bocah, jangan kelamaan mandinya, nanti kulitmu jadi makin halus kaya perempuan”. Teriak Ki Ananta.

“Aduh, iya, menurut cerita, para bidadari menjadikan kecantikannya abadi dengan mandi lama di danau spiritual ini, bahkan semakin hari akan semakin cantik”. Fikir Rama.

Rama keluar dari danau dengan badan tegak dan perut yang sudah mengecil, dan merasa kekuatannya lebih meningkat dari sebelumnya.

“Wis, Koe sudah sembuh, dan punya fisik yang tak terkalahkan, koe sekarang kembali ke padepokan, terus titip salam buat Ki Aksatriya dari Ki Ananta, Koe sekarang sudah bisa langsung menembus alam nirwana sesuka hati, para dewa akan membantu koe ketika koe butuh bantuan”. Kata Ki Ananta.

“Koe adalah keturunanku ke 21, jadi koe tak bawa kesini agar bisa mendapat kekuatan sama seperti raja Danuarsa, Koe tahu tidak?? Raja Danuarsa adalah mbahmu??”. Kata Ki Ananta sambil menerangkan silsilah nasabnya.

Setelah lama bercerita kemudian Ki Ananta memanggil satu hewan peliharaannya yaitu Macan Putih tubuh Singa, yang ranah kekuatan spiritualnya sudah mencapai Beledek Awan.

“Can Macaaaan, Ini cucuku antarkan ke padepokan Daivan Sejati buat latihan lagi”. Panggil Ki Ananta.

“Dan ini bawa air ini, kasihkan kepada siapa saja yang ingin meminumnya”. Pesan Ki Ananta kepada Rama.

“Baik mbah, terima kasih sudah merawat cucumu yang kurang ajar ini selama beberapa tahun disini, Rama pamit mbah”. Kata Rama sambil menunggangi Macan putih tubuh singa itu.

Kelompok Geni Pelangi

“Kalian semua!, besok adalah waktunya menyerang padepokan Daivan Sejati , kita luluh lantahkan padepokan itu, Dan kuasai semuanya, setelah itu, kita punya padepokan sendiri, mumpung kekuatanku sudah diatas Ki Ageng Aksatriya, akan sangat mudah mengalahkan dan menghancurkan padepokan itu, Hahahahahahahahaha”. Teriak seorang yang memakai baju ninja, berbadan kekar sambil mengangkat tangannya.

“Hancurkaaan, Musnahkaaan, Hancurkaaan”. Teriak para pasukan sertentak.

Didalam kerajaan, Raja Danuarsa sedang memimpin rapat bersama para adipatinya

“Kalian sudah dengar? Ada sebuah kelompok yang bernama Geni Pelangi yang dipimpin oleh Ki Buana Abadi?”. Tanya sang raja kepada para adipatinya.

“Sudah kanjeng raja, Kelompok itu sedang merajalela ingin menguasai semua padepokan, konon katanya kelompok ini hanya salah satu kelompok kecil yang beraliran kejahatan yang bernaung disebuah kelompok besar yang bernama Aakash Semesta yang berlokasi di tempat tersembunyi”. Jawab salah satu adipati sambil menyatukan tangannya didepan dadanya.

“Jadi kelompok Geni Pelangi hanya kelompok kecil saja?”. Tanya Raja kembali

“Nggih Raja, Ada banyak kelompok kecil dengan ranah spiritual tingkat Langit dan kekuatan tingkat Sabuk Pelangi yang mungkin akan sulit dihadapi nantinya jika berurusan dengan mereka”. Jawab Adipati lainnya.

“Hm……, Jadi apa yang harus kita persiapkan sekarang??”. Raja kembali bertanya.

“Kita harus menemukan beberapa orang kuat yang bisa melindungi kerajaan ini dari serangan para kelompok itu raja, dan raja juga harus bisa menemukan seseorang yang mempunyai kekuatan super power lagi agar dapat bersama memberantas kelompok-kelompok itu”. Jawab Adipati.

“Baiklah, Undang Ki Ageng Aksatriya kesini, aku akan menugaskannya untuk mencari seorang yang mempunyai kekuatan super power itu.” Perintah raja kepada salah satu pasukan.

Keesokan harinya, pasukan dan Ki Ageng Aksatriya datang menghadap raja.

“Ki Ageng, bagaimana perkembangan padepokan panjenengan? Adakah murid yang bisa saya bawa untuk menjaga keamanan kerajaan?”. Tanya raja kepada Ki Ageng Aksatriya

“Mohon maaf raja, Saya belum menemukan satupun murid yang mempunyai kemampuan lebih, sudah beberapa tahun ini, sejak ada satu murid yang benar-benar harus dilatih secara terus-menerus datang, saya tidak fokus untuk melatih yang lainnya.” Jawab ki Ageng Aksatriya

“Murid yang butuh dilatih serius?, memangnya yang lainnya tidak dilatih seriuskah?”. Raja Danuarsa kembali bertanya

“Bukan begitu raja, ada satu murid yang titik kekuatannya tertutup racun dari kecilnya, sehingga untuk membuka titik kekuatannya saja sudah 5 tahun ini tidak bisa, makanya saya lebih serius menghadapinya terlebih dahulu, karena dia seorang anak yang dititipkan oleh teman baik saya untuk didik dan dilatih beladiri”. Ki Ageng Aksatriya kembali menjawab.

“Siapa nama anak itu?”. Tanya raja sedikit penasaran.

“Namanya Rama raja, namun sudah 3 tahun lebih dia kabur dari padepokan dan belum kembali”. Jawab Ki Ageng

“Waduh, Aku jadi penasaran sama anak itu”. Jawab raja kembali

“Bahayaaaa, Bahayaaaa”. Teriak salah satu pasukan yang lari memasuki ruangan raja dengan wajah panik

“Bahaya kenapa?!”. Tanya raja dengan sedikit membentak

“Padepokan Daivan sejati sedang diserang oleh sekelompok orang berpakaian ninja, murid-murid sudah banyak sekali yang terluka”. Pasukan tersebut menerangkan kejadian yang sedang terjadi.

“Mohon maaf raja, saya harus kembali ke padepokan dahulu”. Ki Ageng memohon pamit.

“Silahkan”. Jawab sang raja

Ki Ageng Aksatriya dengan kekuatannya terbang menuju padepokannya yang sedang diserbu oleh pasukan Geni Pelangi.

Sementara di padepokan keadaan sangat semrawut karena perkelahian antara murid padepokan dengan pasukan Geni Pelangi yang sangat kuat.

“Hey, beraninya kalian mengacak-acak padepokanku!!!”. Bentak ki Ageng Aksatriya yang sudah sampai di padepokannya.

“Hahahahaha, akhirnya keluar juga kamu Ki Ageng Aksatriya!”. Bentak salah seorang yang berpakaian ninja yang sedang menunggangi burung elang.

“Siapa kamu?”. Tanya Ki Ageng dengan mengeraskan suaranya

“Hahahaha, sudah lama kita tidak bertemu, kekuatanmu masih belum berkembang juga sampai saat ini, dasar manusia tak berguna, sok-sokan membuat padepokan yang begitu lemah ini”. Jawab orang itu.

Ki ageng sambil melipat-lipat telapak tangan dan jarinya yang mengeluarkan cahaya berwarna ungu kemudian mengarahkan cahaya tersebut ke arah orang itu dan berteriak

“Petir ungu penghancur langiiiiit”. Teriak Ki Ageng

“Hahahaha, kekuatan kecil semacam ini mana mungkin melukaiku”. Teriak orang yang memakai ninja tersebut sambil menunjuk ke arah kilatan cahaya yang menujunya, dari jari telunjukna keluar api yang begitu besar hingga menghilangkan kilatan petir ungu yang lemparkan kepadanya.

“Orang ini sangat kuat, aku tidak mungkin bisa mengalahkannya”. Gumam ki Ageng Aksatriya

“Saatnya kau akhiri cerita hidupmu Ki Ageng”. Teriak orang itu sambil kembali menunjukkan jarinya yang mengeluarkan cahaya api yang lebih besar dari sebelumnya.

Ketika api itu hampir mengenai ki Ageng Aksatriya, tiba-tiba mendadak menghilang seluruh api yang sangat besar itu.

“Siapa yang berani menghalangi jurusku??”. Tanya orang berninja itu

“Woy orang tua, kamu berani mau membunuh guruku?”. Tanya Rama yang sudah sampai dipadepokan dan masih menunggang Macan putih bertubuh singa.

“Waduh, siapa anak muda ini?, dia menunggangi hewan peliharaan para dewa, Tapi kekuatannya masih ditingkat satu?”. Gumam orang berninja didalam hatinya dengan raut wajah agak bingung.

“Anak muda…. Kalau kamu ingin mati bersama gurumu ini, akan aku permudah jalan kematianmu”. Kata orang berninja sambil melipat-lipatkan telapak tangan dan jarinya

“Api Neraka Hanguskan Semestaaaaaaaaaaaaaa”. Teriak orang itu dan keluarlah kobaran api yang sangat besar sekali didepannya yang siap diarahkan ke Rama dan Ki Ageng Aksatriya yang berada dibawahnya.

“Hancurkaaaaaaan”. Teriaknya kembali

“Ah api lampu ceplik begitu kok dibilang api neraka”. Kata rama sambil mengibaskan tangannya keatas

“Haaaaaaaaaaaaah, Apaaaaaan bocah iniiiiiiiiiiiiii, Api nerakaku dihilangkan hanya dengan kibasan tangan saja????!”. Teriak orang ninja itu sambil bola matanya keluar semua karena tidak percaya melihat kejadian ini, tidak hanya orang berninja itu yang kaget, Ki Ageng Aksatriya dan teman-teman seperguruannya juga hampir pingsan melihat kejadian itu.

“Elang!, jatuhkan orang itu!!!!”. Teriak rama

Secara sepontan si elang langsung membalikkan badannya sehingga orang berninja yang tadinya menaikinya langsung terjatuh kebawah.

“Sini kamu!!”. Teriak Rama kepada orang berninja tersebut.

Berjalanlah orang berninja itu menuju Rama yang masih menunggangi macan putih.

“Minta maaf ke Ki Ageng Aksatriya!”. Bentak Rama kepadanya.

“Maafkan saya kiii, Saya sudah melakukan kesalahan besar…., saya pantas dihukum mati…”. Kata orang berninja itu kepada Ki Ageng Aksatriya.

“Aku Tanya sekali lagi, Siapa kamu?”. Tanya ki Ageng Aksatriya mengulangi pertanyang diawal

“Saya Buana Abadi Nadi, saingan Ki Ageng saat masih muda dulu…”. Jawab orang berninja yang ternyata dulunya adalah teman seperguruan ki Ageng Aksatriya.

“Owalah koe toh Buana Abadiooooooo Buana Abadi, yasudah, jangan lakukan yang begini lagi!”. Bentak ki Ageng kepada Buana Abadi.

“ Nggih ki, maafkan saya”. Jawab Buana Abadi

“Anak muda, panjenengan namanya siapa?, Hewan apa yang ditunggangis ama panjenengan itu?” Tanya Buana Abadi kepada Rama.

Rama turun dari macan putih dan menghampiri Buana Abadi yang masih membungkuk merasa bersalah

“Namaku Rama, Ini hewan pemberian seseorang, kamu tidak perlu tahu dari siapanya dan tidak penting!”. Jawab rama ketus.

“Kalau boleh, jadikan saya menjadi ajudan tuan muda, saya akan melakukan apapun perintah dari tuan muda”. Kata Buana Abadi berharap menjadi ajudan Rama.

“Nanti saya fikirkan, saat ini saya mau ketemu sama Ki Ageng Aksatriya dulu, kamu disini saja dulu jangan kemana-mana, ada hadiah special buat kamu nanti”. Kata Rama kepada Buana Abadi.

“Baik tuan muda, saya akan setia menunggu disini”. Jawab Buana Abadi.

“Rama, kamu darimana saja selama ini?, kami disini sangat mengkhawatirkanmu”. Kata Ki Ageng sambil berjalan menuju ruangan tamu.

“Nanti kita cerita didalam saja guru”. Jawab Rama.

Setelah didalam ruangan, rama kemudian bercerita kejadian yang menimpanya itu dan berkata

“Oh iya guru, ada salam dari Mbah Ananta Ajya, dan ini saya dibawakan air ini, katanya suruh dikasihkan kepada siapapun yang ingin meminumnya”. Kata Rama sambil menunjukkan satu gentong gede Air spiritual yang disimpan di tempat penyimpanan gaibnya.

“Buseeeeeeeeeeeeeeeeet, ini beneran kamu bertemu dengan Mbah Ananta Ajya??, dia itu simbahku, aku sendiri belum pernah ditemuinya, katanya dia dialam keabadian saat ini??”.

“Wooooooooooooooow, Woooooooooooooooow, Wooooooooooooooow, Ini, Ini, Ini, Air spiritual para dewa??? Kamu dikasih ini sama simbahku????!”. Kata ki ageng lebih kaget lagi ketika mengetahui jika yang dibawa oleh Rama adalah air spiritual dewa, yang hanya tinggal cerita saja.

“Lah emangnya sekeren itukah air ini guru?”. Tanya Rama dengan wajah yang sangat lugu sekali

“Ini air yang pernah guru ceritakan padamu dahulu rama, Guru boleh meminumnya jugakan rama???”. Tanya ki Ageng sambil memasang wajah penuh harapan

“Jangankan minum guru, mandi pakai air inipun boleh guru….” Jawab Rama sambil cengegesan.

“Kamu ini, ini air diminum saja bisa meningkatkan kekuatan sampai 5 tingkat seketika, apalagi buat mandi, kata mbah Ananta air ini suruh dikasihkan ke semua orang yang ingin meminumnya kan?”. Tanya ki Ageng Aksatriya kembali.

“Iya guru”. Jawab Rama

“Baiklah, panggil semua murid, dahulukan yang terluka agar dapat mengobati lukanya”. Kata Ki ageng Aksatriya.

Berkumpulah para murid diarena latihan beladiri.

“Murid-muridku, Rama sudah kembali dan membawa air yang sangat spesial untuk kalian minum, silahkan yang terluka dahulu yang meminumnya”. Kata ki Ageng sambil mengangkat tangannya kedepan.

“Wadaw, lukaku langsung sembuh semua setelah minum air ini!!!!”. Teriak seorang murid yang kaget setelah meminum air spiritual tersebut langsung sembuh lukanya.

“Wah tidak hanya itu!!, Titik kekuatan kedua dan ketigaku juga sudah mulai terisi kekuatan!!, aku coba dulu kekuatan apa yang aku dapat, hyaaaaaaaaaaat”. Teriak murid tersebut sambil mengarahkan kepalan kesebuah pohon, tiba tiba pohon tersebut  hancur berantakan menjadi debu.

Para murid yang lain langsung gaduh dan ingin langsung ikut meminum air tersebut.

“Hey kamu, kamu kesini tiba-tiba menyerang padepokan ini memangya ada masalah apa?”. Tanya rama sambil menghampiri Buana Abadi

“Begini tuan muda, saya adalah pemimpin kelompok Geni Pelangi yang menjadi bawahan kelompok besar dinegara ini yaitu kelompok Akaash semesta, kami disuruh untuk menguasai seluruh padepokan yang berada di kerajaan Buminata ini”. Kata Buana Abadi sambil menerangkan.

“Owalah, kelompok semut tah, sudah!, suruh bawahanmu belajar disini saja, bagi yang ranahnya sudah tinggi suruh ikut melatih teman-teman seperguruan saya saja disini!”. Kata Rama sambil menyuruh Buana Abadi.

“Baik tuan muda, eh iya tuan muda, hadiah apa yang akan saya terima tuan muda?”. Kata Buana Abadi sambil melenggak lenggokkan tubuhnya.

“Nih, minum air ini, kamu yang sudah di tingkat langit kesatu, bisa naik ke langit ke tiga setelah minum ini”. Kata Rama.

“Buseeeeeeeeeeeeeeet, Air Spiritual dewaaaaaaaaaaaa? Ini beneran tuan muda??! Ini buat saya??!”.  Teriak Buana Abadi sangat kaget melihat air spiritual dewa yang diberikan secara gratis kepadanya.

“Hush!, brisik!, tak jahit cangkemmu!”. Kata rama sambil menyomot dua bibir Buana Abadi dan menariknya hingga terlihat monyong.

Setelah selesai murid-murid meminum air spiritual semua, Ki Ageng Aksatriya memanggil Rama ke ruangannya, dan menceritakan kekhawatiran raja Danuarsa saat ini.

“Tenang saja guru, guru juga termasuk paman sepupuku, jadi guru akan aku spesialkan nanti, dan raja danuarsa juga kata mbah Ananta Ajya masih termasuk mbahku juga”. Kata Rama sambil menerangkan.

“Laaaaah, kamu anaknya siapa???”. Tanya ki Ageng Aksatriya semakin penasaran

“Rama sendiri belum tahu, Rama anak siapa guru, kan dari kecil Rama sudah dirawat oleh guru disini, setahu saya ya guru adalah orang tua saya sendiri”. Jawab Rama sambil garuk-garuk kepala.

Akhirnya ki Ageng Aksatriya menceritakan perjalanan Rama dari kecil hingga kabur dari padepokan.

“Besok kita menghadap raja bersama, sepertinya raja Danuarsa juga penasaran sama kamu”. Terang ki Ageng

“Baik paman guru”. Jawab Rama.

Keesokan harinya Rama bersama Ki Ageng Aksatriya dan mengajak Ki Buana Abadi terbang menggunakan Elang yang sebelumnya ditunggangi oleh Ki Buana Abadi.

Sesampainya dikerajaan, Raja menyambut ki Ageng Aksatriya dengan penuh kebahagian karena kabar kekalahan kelompok Geni Pelangi sudah dikalahkan sudah didengar olehnya.

“Aku ikut bahagia mendengar kalau kelompok Geni Pelangi sudah dikalahkan”. Kata Raja Danuarsa

“Nggih raja, ini malah pemimpin kelompok Geni Pelangi ikut bersama kami disini”. Jawab ki Ageng Aksatriya sambil menunjuk ke Ki Buana Abadi yang sedikit malu dan menundukkan kepalanya.

“Hah??!, Kamu, Pasukaaaan”. Teriak Raja

“Tidak usah khawatir raja, dia sudah jadi pengawal saya saat ini”. Rama menghentikan teriakan raja yang sepertinya akan menyuruh pasukan untuk menangkap ki Buana Abadi.

“Apa???!, Kamu anak muda, bisa-bisanya kamu bilang begitu??!”. Kata raja sambil terheran-heran

“Iya raja, Namanya ki Buana Abadi, dia sekarang dan anak muda ini yang namanya Rama, yang kemarin saya ceritakan”. Ki Ageng Aksatriya menjelaskan kepada raja Danuarsa

“Oooo, kamu orangnya, sepertinya aku tidak salah menilai, kamu punya bakat beladiri yang sangat luar biasa sepertinya anak muda…”. Kata raja sambil menghadap ke Rama

“Hehehehe, tidak juga raja, saya hanya diranah Pembukaan awal saja..”. jawab Rama

“Itu dia masalahnya, kamu masih ditahap pembukaan awal, tapi pengawalmu mantan ketua kelompok Geni Pelangi, bagaimana bisa ini terjadi??”. Kata raja dengan sedikit bingung

“Begini raja, kekuatan api pelahap alam punya saya, dilibas hanya dengan satu libasan telapak tangan saja, dan kelompok kami dianggapnya kelompok semut saja sama dia”. Ki Buana Abadi ikut menerangkan kepada raja.

“Nah kan, Nah kan, Kamu ini punya kekuatan apa sebenarnya anak muda? Jangan-jangan kamu punya satu paru-paru dikanan atau ginjal ganda?”. Tanya raja kepada Rama yang sedang duduk didepannya

“Hehehehe, saya punya dua-duanya raja, paru-paru saya satu disebelah kanan dan ginjal saya ganda”. Jawab Rama

“Walaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, pantesan kamu punya kekuatan super power itu, bagaimana kamu bisa menghidupkan kekuatan itu anak muda?”. Tanya raja kembali yang semakin penasaran

“Saya sudah ketemu dengan leluhur kita raja, mbah Ananta Ajya di gunung”. Jawab Rama.

“Apa??!, kamu bertemu dengan mbah Ananta Ajya?? Trus kamu disuruh  minum air spiritual dewakah? Atau apakah?”. Tanya raja dengan semakin penasaran

“Tidak Cuma air spiritual yang saya minum, bahkan saya mandi di danau air spiritual yang ada di belakang rumahnya mbah Ananta, juga disuruh makan daging sapi super bakar yang wenak sekali, raja”. Jawab Rama sambil cengengas cengeges dan garuk-garuk kepalanya.

“Edyaaaaan, Edyan, kamu masih muda sudah dikasih asupan seperti itu???!, memangnya tubuh fisikmu kuat menahan fluktuasi kekuatan daging sapi super itu?”. Kembali raja menanyakan dan lebih penasaran lagi dari sebelumnya

“Tadinya rasanya tubuh saya akan terbakar semua raja, tapi tiba-tiba mbah Ananta menendang saya sampai saya terlempar ke danau spiritual itu dan langsung disuruh mandi, katanya badan saya bau banget sudah bertahun-tahun tidak mandi”. Jawab Rama sambil bercerita awal kejadian hingga akhirnya dia disuruh kembali dan bertemu dengan ki Buana Abadi yang sekarang menjadi pengawalnya.

Setelah lama bercerita akhirnya raja menyuruh Rama untuk tinggal dikerajaan menjadi jendral perang kerajaan namun Rama menolak karena dia merasa masih harus mencari pengalaman yang lebih banyak lagi kedepannya.

Akhirnya rajapun memaklumi dan menyerahkan semuanya kepada Rama, setelah itu Ki Ageng Aksatriya dan yang lainnya berpamitan untuk kembali menuju ke padepokan Daivan Sejati.

Diperjalanan, ki Buana Abadi menceritakan jika Kelompok Akaash Semesta punya banyak kelompok-kelompok kecil diantaranya kelompok Macan Ngamuk yang rata-rata tingkatan spiritual pengikutnya sudah diranah Kekuatan sejati yang pastinya lebih hebat dibanding dengan kekuatan dari kelompok Geni Pelangi.

Kelompok ini anggotanya lebih sedikit dari kelompok Geni Pelangi, hanya sekitar 100 orang saja, namun tingkatan terendahnya adalah kekuatan sejati.

“Apakah tuan muda mampu menghadapi mereka nantinya?”. Tanya ki Buana Abadi kepada Rama

“Bisaaa, bisaaa, kalau kerepotan ya panggil saja para dewa, gampang kan?”. Jawab rama sambil cengengesan

“Apa apaan manusia ini? Memanggil dewa??”. Gumam ki Buana Abadi didalam hatinya.

“Kamu bingung?? Apa saya panggil satu dewa sekarang?!”. Tanya Rama sambil menantang.

“Ja… Jangan tuan muda, nanti seluruh kerajaan ini akan menjadi buta kalau melihat kedatangan dewa”. Jawab ki Buana Abadi dengan wajah ketakutan

“Baiklah, tidak usah takut begitu, nanti kalau dibutuhkan akan aku buktikan omonganku ini”. Kata Rama

“Nggih tuan muda”. Jawab ki Buana Abadi sambil menyuuruh Elangnya turun karena sudah sampai dipadepokan Daivan Sejati.

Dikerajaan kini mulai terasa nyaman dan tenteram kembali, raja dan para bawahannya sedang musyawarah mendiskusikan hasil panen masyarakat ditahun ini yang cukup melimpah, sehingga selama dua tahun kedepan tidak akan kekurangan pasokan pangan.

“Kita harus bersyukur, karena tahun ini hasil panen dari masyarakat sangat melimpah, sehingga tidak usah khawatir untuk pasokan pangan selama dua tahun kedepan nanti”. Kata raja danuarsa sambil memegang jenggotnya.

“Nggih raja, tapi ada kabar dari seorang peramal, yang mengatakan kalau di tahun ini akan ada bencana besar yang menimpa kerajaan ini, raja”. Kata seorang adipati kepada raja.

“Siapa peramal itu?, apakah peramal itu orang yang bisa dipercaya? Apakah dia orang sakti?”. Tanya raja kepada adipati yang sebelumnya bercerita mengenai ramalan.

“Nggih raja, ramalan orang itu jarang sekali meleset, dan sering menjadi kenyataan”. Tuturnya

Di Padepokan, Rama berpamitan kepada Ki Ageng Aksatriya untuk pergi mencari pengalaman dan berkelana mengelilingi dunia ini.

“Paman guru, Rama pamitan dulu untuk mencari pengalaman diluar”. Kata Rama sambil berpamitan

“Baiklah, hati-hati, apakah Ki Buana Abadi akan ikut bersamamu?”. Tanya Ki Ageng Aksatriya

“Nggih paman guru, tapi bawahan-bawahannya sudah disuruh untuk ikut melatih murid-murid padepokan Daivan sejati ini, guru”. Jawab Rama.

“oooo begitu, baiklah, apakah akan pergi sekarang juga?”. Tanya Ki Ageng Kembali.

“Iya paman guru, saat ini Ki Buana Abadi sudah menunggu di luar”. Jawab rama kembali

Kemudian Rama keluar dari ruangan Ki Ageng Aksatriya menuju Ki Buana Abadi yang sudah berada diatas burung elangnya yang besar dan bersiap untuk terbang.

“Kita akan pergi kemana tuan muda?”. Tanya Ki Buana Abadi.

“Kita akan pergi ke kerajaan Singo Ngaung terlebih dahulu, aku punya seorang teman disana”. Jawab Rama.

“Baiklah, Kerajaan tersebut tidak begitu jauh dari sini, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari saja untuk dapat sampai disana”. Kata Ki Buana.

“Tiga hari tu lama coooook”. Kata Rama sampil menabok kepalanya Ki Buana Abadi yang sekarang terlihat lebih culun dari Rama.

Kelompok Macan Ngamuk

Kelompok ini di ketuai oleh seorang kakek gemuk yang berjenggot putih, dia terkenal sangat kejam kepada siapapun, bahkan murid-murid yang gagal menjalankan perintah darinya, langsung dikasih hukuman dengan diserap seluruh kekuatan dan jiwanya.

“Ki Buana sudah berkhianat!, Target kita kali ini adalah memberi hukuman kepada ki Buana Abadi, cari dia!, jangan kasih ampun!, Bagi yang bisa membawanya kehadapanku, Akan ku beri hadiah pil peningkatan kekuatan spiritual tingkat peningkatan langit yang bisa membantu kalian untuk menembus ranah Peningkatan langit dengan cepat!”. Bentak seorang tua gemuk berjenggot putih yang bernama Mbah Kebo Nyungkur.

“Baik Tuan, Baik Tuan, Baik Tuan”. Suara suara  yang dikeluarkan oleh para pasukan Kelompok macan ngamuk yang rata rata sudah di tingkatan awal langit itu.

Satu persatu dari pasukan Kelompok macan ngamuk mulai meninggalkan gua pertemuan itu, ada yang terbang, ada yang berubah menjadi asap lalu menghilang, ada yang masuk kedalam tanah lalu menghilang, ada yang berjalan dan ada yang berlari dengan sangat cepat.

“Kali ini aku harus bisa membuat Kepala Kelompok Akaash Semesta memandangku, aku harus mendapatkan muka didepannya, Gara-gara Si kurus Jenggot Bledek”. Gumam Mbah Kebo Nyungkur sambil membayangkan masa lalu.

Dimasa lalu dimana Mbah Kebo Nyungkur sedang melaporkan didepan Kepala kelompok Akaash Semesta mengenai tugas yang sudah mereka jalankan.

“Lapor kepala kelompok!, Tugas yang panjenengan berikan sudah saya selesaikan semua”. Kata Jenggot Bledek sambil melapor dan sedikit melirik sinis kepada Mbah Kebo Nyungkur.

“Saya juga akan melaporkan kejadian yang terjadi saat Saya akan menyelesaikan tugas yang panjengan kasihkan tuan”. Kata mbah Kebo Nyungkur.

“Saat saya sedang bertarung dengan siluman Harimau dan serigala yang sangat banyak, dan hampir saja saya akan membunuh raja dari harimau tersebut, tiba-tiba Jenggot bledek datang dan menghalangi serangan saya, sehingga siluman harimau itu bisa melarikan diri”. Lanjut mbah Kebo Nyungkur

“Siapa yang menghalangimu mbah? Saat itu aku sedang terlempar karena terkena pukulan dari Siluman singa yang membuatku terjatuh tepat didepanmu saat itu, bahkan saat itu kau pun hampir saja membunuhku dengan kekuatanmu itu”. Jawab Jenggot Bledek

“Anda saja saat itu kau tidak jatuh tepat didepanku, aku sudah membunuh siluman Harimau itu, bagaimana mungkin aku tidak marah dan ingin sekali membunuhmu, usaha yang sudah ku lakukan kau gagalkan hanya dengan jatuhmu itu saja!”. Bentak mbah Kebo Nyungkur

“Bagaimana kau bisa mengalahkan siluman singa itu Jenggot bledek?” Tanya kepala kelompok Akaash Semesta yang masih juga belum terlihat bentuk mukanya.

“Setelah saya terjatuh tepat didepan mbah Kebo Nyungkur, saya ditendang olehnya dan terlempar kembali kehadapan Siluman singa yang terlihat sudah terluka parah karena mendapatkan serangan dari saya sebelumnya, sehingga saya bisa menghabisinya dengan mudah”. Ki Jenggot Bledek menerangkan.

“Baiklah, Aku sudah berkali-kali mengatakan, siapapun yang berhasil membawa inti aura siluman dia yang akan aku beri kekuatan, dan siapa yang gagal akan aku hukum”. Kata kepala kelompok Akaash Semesta dengan sedikit menengok kebelakang.

Kembali kesaat ini, mbah Kebo Nyungkur terlihat garang dan ingin sekali membalas dendam kepada Ki Jenggot Bledek gara-gara kejadian tersebut, yang membuat mbah Kebo Nyungkur diasingkan didalam goa dan diharuskan membuat kelompok kecil.

“kruyuuuk, Kruyuuuk”. Terdengar suara dari perut Ki Buana abadi

“Kamu laparkah ki?”.

“iiii, iya tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi

“Baiklah, kita turun dulu untuk makan di bawah, kali saja ada sesuatu yang menarik juga dibawah sana”. Kata Rama

Sesampainya disebuah kedai makanan, Rama dan Ki Buana Abadi memesan makanan, dan diebelah meja makannya ada beberapa orang yang sedang menggosip.

“Gara-gara kelompok Geni Pelangi dikalahkan, sekarang dunia semakin tidak tentu.” Kata salah seorang

“Benar, sekarang kelompok Macan ngamuk sudah memerintahkan tujuh anggota terkuatnya untuk mencari pemimpin kelompok Geni Pelangi yang kabarnya bergabung dengan pihak kerajaan”. Lanjut yang lainnya.

“Katanya yang mengalahkan ketua kelompok Geni Pelangi anak muda yang titik kekuatan pertamanya saja belum terbuka?, anda saja aku bisa bertemu dengannya, Anakku akan ku kawinkan dengannya, dia pasti orang yang luar biasa hebatnya”. Jawab yang lain lagi

“Benar, mungkin saking hebatnya dia, dia bisa menyembunyikan kekuatan aslinya itu”.

Rama yang mendengarkan gosipan dari meja sebelah bertanya

“Ketujuh orang yang diutus tingkatannya sudah diranah apa ki?”

“Ada empat orang yang sudah di ranah penguasaan Langit, dua orang di tingkat peningkatan langit, dan satu orang sedang ditahap tingkat langkah awal dewa, tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi

“Oooo, keahlian mereka apa saja?”

“Dua orang ahli dipenguasaan Guntur langir, satu orang di penguasaan bayangan dengan kecepatan yang luar biasa, dua orang sangat ahli dalam pengendalian racun, satu orang punya kekuatan yang bisa menghancurkan gunung dengan pukulan bogem raksasanya dan satu lagi yang sudah di tahap langkah awal dewa dia sangat ahli membuat ilusi”. Kata Ki Buana Abadi.

“Oooo, Baiklah”

“Kamu!, perempuan desa tak tahu diri!, sudah mencuri tidak mau mengaku!”. Terdengar teriakan seseorang dari luar kedai.

Rama langsung keluar melihat suasanya yang terjadi diluar kedai.

“Ada apa paman?, kenapa gadis kecil ini diikat?”.

“Dia makan di kedaiku banyak sekali dan tidak mau membayar, dasar sampah!.” Bentaknya

“Sebentar paman, berapa yang harus dibayarkan?”.

“sepuluh keping emas”. Jawabnya

“Hah?, makan sebanyak itukah?”. Tanya rama sambil kaget

“Ini ambil sebelas keping emas, lepaskan gadis kecil itu sekarang!” lanjut Rama

“Terima kasih tuan muda, hidup saya sekarang sudah ditangan anda”. Kata gadis kecil tersebut yang bernama Purwati

“Masuklah bersamaku, kita makan didalam, kebetulan pesanan kita juga belum disiapkan”. Rama menawarkan.

“Te… Terima kasih banyak tuan muda”. Jawab Purwati kembali

Mereka akhirnya masuk kedalam kedai dan makan hidangan yang sudah disiapkan.

“Nama kamu siapa gadis kecil?”. Tanya Rama kepada gadis itu

“Purwati, tuan muda”.

“Ayah dan ibumu dimana?, kenapa kamu pergi sendirian ditengah kota yang ramai seperti ini?”. Tanya Rama kembali

“Ayahku seorang petani di desa, Ibuku sudah tiada saat aku masih bayi, dan aku ingin mencari pengalaman hidup, akhirnya aku pergi kesini, ternyata hidup disini begitu merepotkan”. Jawab Purwati.

“Hahahaha, kamu masih terlalu kecil, nanti ikut saja denganku, sambil melihat dunia yang sangat luas ini”. Rama menawarkan

“Baik tuan muda”

“Jangan panggil aku tuan muda!, panggil saja kakak, namaku Rama”. Lanjut Rama.

Setelah mereka kenyang, lalu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan burung Elang besarnya ki Buana Abadi.

“Kak Rama, Aku baru pertama kali melihat suasana kota dari ketinggian, ternyata sungguh indah sekali kak”.

“Kamu pernah belajar beladirikah?” Tanya Rama

“Aku pernah kak, tapi karena aku sangat lemah, jadi lagi-lagi aku dikeluarkan dari padepokan”. Jawab Purwati

“Kenapa kamu sangat lemah?”.

“Aku hanya bisa membuka titik kekuatan awal saja, dan tidak bisa berkembang lagi”. Jawabnya

“Hahahaha, kamu masih mending, kakakmu ini bahkan titik kekuatan pertamapun tak mampu membukanya sampai sekarang, Hahahahaha”. Jawab Rama sambil tertawa.

“Ah, kak Rama bohong!”.

“Aku orang yang tak pandai berbohong adikku”.

“Jangan-jangan dia juga punya satu paru-paru disebelah kanan dan ginjal ganda?”. Gumam Rama dalam hati.

“Apa baiknya aku tanyakan ke mbah Ananta saja ya?.” Lanjutnya dalam gumamannya.

Rama kemudian duduk sila diatas punggung Elang itu dan memejamkan matanya.

“Mbah, Rama ketemu sama seorang gadis kecil, dia tidak mampu membuka titik kekuatan keduanya, apakah dia juga termasuk orang yang spesial juga?”. Tanya rama dalam teletabisnya (Telepati maksudnya)

“Woy bocah, Koe tau tidak, kakekmu ini lagi istirahat, malah dibangunin Cuma buat ditanyain masalah sepele begitu”. Jawab mbah ananta diteletabisnya

“Waduh mbah, maaf mbah, silahkan dilanjutkan istirahatnya”. Jawab rama dengan wajah yang merasa tidak enak hati.

“Siapa nama gadis kecil itu?”. Tanya mbah Ananta

“Namanya Purwati mbah, dia dari desa gunung lor, anak seorang petani”. Jawab Rama

“Baiklah, Kamu turun dulu di bukit yang ada didepanmu, aku kesana sekarang”. Jawab ki Ananta

“Ki Buana, kita istirahat dulu di bukit itu”. Kata Rama sambil menunjuk ke sebuah bukit yang ada didepannya

“Baik tuan muda”. Jawab ki Buana Abadi.

Lima jam kemudian, datanglah mbah Ananta menemui Rama yang sedang bermeditasi dan langsung memukul kepalanya.

“Hey bocah, Aku sudah datang, kenapa tidak menyambutku”. Kata mbah Ananta

Dengan wajah kaget, Rama membuka matanya dan langsung menyambut mbah Ananta, Ki Buana abadi dan Purwati terlihat sedang tidur.

“Gadis kecil inikah yang kau bilang itu?”. Tanya mbah Ananta

“Nggih mbah”.

“Hm……., Gadis ini mempunyai dua paru-paru, tapi kenapa dia tidak bisa membuka kekuatan keduanya ya, hah?, ini lebih aneh darimu Rama, paru-parunya normal tapi dia punya ginjal ganda, jika dia memakan daging sapi super maka di dunia ini bahkan dialam manapun tidak akan ada yang dapat mengalahkannya nanti”. Jawab mbah Ananta

“Terus bagaimana selanjutnya mbah?, apa gadis kecil ini harus dibawa ke rumah simbah?”. Tanya Rama

“Belum waktunya, nanti saja, ketika waktunya tepat, anak ini akan datang sendiri ke gunung dan menemuiku, untuk saat ini aku titipkan buah ini biar dia makan”. Kata mbah Ananta sambil mengambil buah yang bentuknya mirip anggur.

“Baik mbah”.

“Kamu, duduk, aku akan membukakan titik kekuatan pertamamu, agar nantinya kamu bisa membuka titik kekuatan yang lainnya, jika titik pertama sudah kebuka, maka efek kekuatan dari air spiritual dan daging sapi yang pernah kau makan akan lebih besar nantinya”. Kata mbah Ananta Ajya

“Nggih mbah”.

Rama duduk bersila sambil memejamkan matanya, dan mbah ananta menempelkan telunjuknya di kening Rama, keluarlah cahaya terang yang membuat rama sedikit merasa kesakitan di bagian kanan bawah perutnya, dan membuat purwati terbangun dari tidurnya.

“Kak Rama, apakah kamu baik-baik saja?”. Tanya purwati.

Rama tidak menggubris pertanyaan dari Purwati, dan tetap fokus sambil menahan rasa sakit ditubuhnya itu.

Tak lama kemudian, proses pembukaan titik kekuatan pertama selesai dan mbah Ananta langsung menemui Purwati.

“Gadis kecil, sepertinya kamu juga masih garis keturunanku, perlihatkan bagian kepalamu itu”. Kata mbah Ananta

Purwati menurut dan membalikkan badannya lalu menyibakkan rambutnya keatas, mbah Ananta menempelkan telapak tangannya tepat dibawah kepala bagian belakangnya.

“Sudah, kamu memang gadis keturunanku, pantas saja kamu mempunyai keanehan, kamu jangan kaget, mulai besok kamu sudah bisa melihat tingkat kekuatan orang lain, kecuali tingkat kekuatannya Rama saja”. Kata mbah Ananta kembali.

“Begitukah mbah?, terus kalau sudah tahu kekuatan lawannya Purwati harus ngapain mbah?”. Tanya purwati sambil garuk-garuk kepala.

“Ya nanti simbahmu ini ajarin kamu seni beladiri pedang ya”. Kata mbah Ananta

“Asiiik, Kak Rama, Purwati mau diajarin seni beladiri pedang sama simbah”. Kata Purwati manja dihadapan rama.

“Ya, tapi nanti ya, untuk saat ini temani kak Rama keliling dunia dulu ya”. Kata Rama sambil mengelus-elus kepala Purwati.

“Gadis kecil, Ini ada pil untuk ayahmu, kasihkan kedia, dan suruh diminum sehari lima kali, agar titik kekuatan yang sudah rusak kembali normal, dan bilang kedia, kata simbah ayahnya harus menanam tanaman-tanaman herbal”. Kata mbah Ananta

“Nggih mbah”.

Mbah anantapun terbang kembali kegunung, tiba tiba terdengar suara minta tolong dari jalan yang tidak jauh dari lokasi Rama, Ki Buana Abadi dan Purwati beristirahat.

“Purwati, ayuk ikut dengan kak rama lihat ada apa dijalan itu, sekalian bangunkan ki Buana Abadi itu, tidur udah mengalahkan kebo”. Kata Rama

“Baik kak Rama”

Tibalah mereka bertiga di depan para begal hutan yang sedang merampok sekawanan orang yang membawa kereta panggul.

“Hey, kalian lagi pada ngapain?”. Tanya Rama.

“Bocah, kamu tidak usah ikut campur, ini urusan orang dewasa!”. Bentak salah seorang begal itu.

“Purwati, coba gunakan matamu untuk menditeksi kekuatan orang-orang ini”. Bisik Rama kepada Purwati.

Purwati langsung menutup matanya dan membukanya kembali, tiba-tiba mata Purwati berubah menjadi warna hijau dan mampu melihat tingkat kekuatan orang-orang yang disekitarnya, hanya kekuatan Rama saja yang tidak terlihat sama sekali.

“Kak Rama, Orang yang memegang pedang besar itu tingkat spiritualnya sudah diranah menaiki langit dan tingkat kekuatan fisiknya sudah di Sabuk pelangi tahap satu, orang yang memegang kapak, tingkat kekuatannya di tingkat pengembangan tapi kekuatan fisiknya sudah di sabuk putih tingkat tiga, yang lain masih di tingkatan Sabuk ungu dan tingkat spiritualnya masih ditingkatan pengembangan semua”. Jawab Purwati.

“Ooo, baiklah, Ki, Habisi mereka semua, kekuatanmu akan sangat entheng untuk menghabisi mereka semua” Suruh Rama.

“Baik tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi

“Kalian, serang mereka!”. Teriak orang yang membawa pedang besar kepada pasukannya.

Merekapun langsung maju menyerang Ki Buana Abadi, tapi cukup dengan menggerakkan satu tangannya saja, mereka semua terlempar sangat jauh.

“Hey orang tua!, Kau berani menghabisi anak buahku, terimalah seranganku ini!”. Kata orang yang membawa Kapak sambil mengangkat kapaknya keatas kepalanya, kekuatan energi spiritual yang sangat luar biasa keluar dari kapaknya membentuk cahaya emas yang berbentuk kapak yang sangat besar diatasnya.

“Matilah Kaliaaaan”. Teriaknya sambil mengayunkan kapaknya kehadapan Ki Buana Abadi, dengan tenangnya Ki Buana Abadi menangkap kapak yang jatuh tepat diatas kepalanya hanya dengan dua jarinya saja dan melemparnya kesamping membuat orang yang memegang kapak ikut terpental dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya.

“Kakak, aku tak mampu melawan orang tua ini!”. Katanya sambil jongkok menahan sakit.

“Baiklah, kini giliranku melawanmu orang tua!”. Teriak orang yang membawa pedang besa sambil mencabut pedangnya dari wadahnya.

“Pedang Langit membelah bumi, Hancurkan!”. Teriak orang itu sambil memegang pedang tersebut didepan wajahnya dan keluarkan ribuan pedang-pedang kecil berwarna merah yang mengarah langsung ke Ki Buana Abadi, Ki Buana Abadi membuat penghalang untuk orang-orang yang ada dibelakangnya, dan dia menepis semua pedang yang menghampirinya hanya dengan satu tangannya saja.

“Hey bocah, Ilmu murahan seperti ini kau pamerkan didepanku?”. Kata Ki Buana Abadi sambil meremehkan.

“Kak Rama, Sebenarnya siapa Orang tua ini kak?”. Tanya Purwati

“Dia mantan ketua kelompok Geni Pelangi”.

“Hah!?, pantas saja kekuatannya sudah ditingkat langit pertama”. Kata Purwati.

Ki Buana abad mengangkat satu telunjuknya dan langsung diarahkan ke orang yang memegang pedang besar itu.

“Lihat Kekuatanku ini!, Lihat baik-baik bocaaaah”. Teriak Ki Buana Abadi.

Wuushh, kilatan petir ungu meluncur kedepan orang yang memegang pedang besar itu dan mengenai tepat didadanya yang membuatnya terpental kebelakang.

“Orang tua, jika kamu berani membunuhku, maka kamu akan berhadapan dengan kelompok Geni Pelangi!”. Kata orang yang memegang pedang besar itu sambil memuntahkan banyak sekali cairan merah dari mulutnya.

“Apa kau bilang!?, Kelompok Geni Pelangi tidak punya bawahan seperti kalian!”. Bentak Ki Buana Abadi yang merasa kelompoknya sudah dilecehkan.

“Kalian Pantas mati!”. Lanjutnya

Ki Buana Abadi menjetikkan jarinya yang mengeluarkan petir kecil yang sangat tajam dan menghunus langsung keulu hati orang yang memegang pedang besar dan kapak itu dan tewas seketika.

“Sudah beres tuan muda”. Kata Ki Buana Abadi.

Tiba-tiba keluarlah seorang wanita yang sangat cantik dari dalam kereta memakai baju yang mewah, seperti seorang putrid kerajaan.

“Tuan muda, Pak tua, Gadis kecil, siapakah kalian dan darimana kalian?”. Tanya wanita itu.

“A, a, Aku Rama, dan ini pengawalku Ki Buana, ini adikku Purwati, kami hanya pengelana yang ingin ke kerajaan Singo Ngaung, mau menemui teman saya disana”. Jawab Rama sambil memperkenalkan

“Kebetulan sekali, kami juga akan kesana, bisakah kami bersama kalian berjalan menuju ke kerajaan Singo Ngaung?”. Kata wanita itu.

“Ba, Ba, Baiklah”. Jawab Rama.

“Pengawal, siapkan tiga kuda untuk mereka!”. Teriak wanita itu

“Baik tuan puteri”. Jawab pasukan tersebut.

“Tuan puteri?”. Gumam Rama dalam hatinya.

“Kalau boleh tahu, siapakah nama mbak yang cantik ini? Dan darimanakah mbaknya ini?”. Tanya rama dengan pipi yang memerah

“Namaku Pelangi Wulan, aku juga dari kerajaan Singo Ngaung”. Jawabnya

“Apa jangan-jangan dia puteri kerajaan Singo Ngaung???”. Rama makin penasaran.

Berjalanlah mereka semua menuju kerajaan Singo Ngaung, setibanya digerbang kerajaan singo ngaung, Purwati bertanya kembali

“Kak Rama, Apakah ini kerajaan Singo Ngaung yang terkenal sangat makmur itu?”

“Iya adekkuuuuh yang imuuud”. Jawab Rama

“ Kerajaan ini memang sangat makmur, karena orang-orang terkuat di kekaisaran ini hampir semuanya dari kerajaan ini, jadi tidak akan ada yang berani mengusik kerajaan ini”.  Lanjut Ki Buana Abadi menerangkan

“Ooo begitu ya, kak Rama bolehkah aku ikut belajar ilmu beladiri disini sebentar?”. Tanya Purwati kembali

“Yaaa, meneketehe, kan ini bukan kerajaan kakakmu ini”. Jawab rama sambil memasang muka judes

“Ki, Kamu bisa menguasai ilmu pedangkan?”. Tanya Rama kepada Ki Buana Abadi

“Hanya sedikit tuan muda, memangnya kenapa?”. Jawab Ki Buana Abadi

“Ini, Purwati kamu latih lah ilmu pedangmu itu”.

“Baik tuan muda”

Rama melemparkan sebuah kantung kepada Ki Buana Abadi.

“Buseeeeeeeeeeeeet, ini tanaman-tanaman langka!”. Mata Ki Buana Abadi kembali melotot keluar, kaget melihat isi dari kantung yang dilemparkan kepadanya

“Manfaatkan sebaik-baiknya!”. Bentak rama

“Ba, Baik tuan muda, Terima kasih banyak”. Jawabnya

Ditengah kota sedang ada perkelahian dua pemuda kekar yang masing masing sudah diranah Penguasaan Langit, salah satu dari pemuda itu sedang mengeluarkan cahaya besar berbentuk macan yang sangat besar dibelakangnya dan yang satunya lagi mengeluarkan cahaya berbentuk ular yang sangat berwarna biru.

Terlihat mereka berdua sama-sama kuatnya dan tidak ada yang mau kalah.

“Mereka berdua adalah murid dari padepokan Petir Nirwana”. Kata Sang putri

“Wah hebat, masih muda sudah diranah penguasaan langit”. Kata Ki Buana Abadi.

“Nanti kita akan beristirahat di padepokan Petir Nirwana, setelah itu terserah kalian, mau ikut bersama kami ke kerajaan atau mau melanjutkan perjalanan kalian lagi” lanjut sang Putri

“Baiklah, yang penting isi perut dulu, cacing sudah pada demo iniiiiiiiiiiiiii”. Kata Rama

Sang putri tersenyum.

Sesampainya di padepokan Petir Nirwana, mereka langsung disambut dengan sangat hangat oleh ketua padepokan dan diberikan pelayanan yang sangat mewah.

“Tuan putri memang sangat cantik ya”. Kata salah satu murid padepokan itu

“Andai saja aku bisa menjadi pengawalnya, aku akan sangat bahagia karna selalu berada disamping tuan putri”. Kata murid yang lain

“Siapa anak muda, gadis kecil dan orang tua itu ya? Perasaan tuan putri tidak pernah membawa orang-orang it?”. Tanya salah seorang murid kepada murid yang lain.

“Ah tak tahulah aku”.

“Eh iya, kabarnya Tuan muda Wicaksana sudah ditingkatan Langkah awal dewa tahap kedua ya?”. Tanya murid itu.

“Kabarnya begitu, memang luar biasa tuan muda Wicaksana, umurnya masih muda tapi sudah mempunyai tingkatan dewa”. Jawab yang lain.

“Apakah wicaksana adalah temanku saat masih kecil di padepokan Daivan Sejati itu?” Gumam Rama

“Ah, mana mungkin itu adalah dia, dia kan orang bodoh yang tak tahu malu”. Lanjut gumaman Rama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!