Di dalam sebuah apartemen di lantai 40, di tengah kota metropolitan abad 22, tinggal lah sepasang kakak adik bernama; Samael sang Kakak laki-laki yang berumur 27 tahun, dan Isabel sang adik perempuan yang berumur 25 tahun.
Di dalam apartemen yang hanya seluas 10x15 meter persegi ini, terdapat sebuah kamar yang tidak terlalu besar dan tidak memiliki ranjang dengan dua kapsul DDVR yang ditempatkan disana.
Kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) memiliki desain yang tampak seperti kapsul inkubasi biasa, hanya saja lebih besar dengan modul-modul komputasi yang tertanam di bagian bawahnya serta terdapat di dalamnya sebuah helm penghubung untuk menghubungkan kesadaran dengan konten-konten virtual.
Saat ini keduanya sedang berbaring di dalamnya, memainkan sebuah game MMORPG yang sangat terkenal di antara game lainnya yang juga ikut mendominasi di platform yang sama. Game itu bernama; World of Fantasy, atau disingkat menjadi WoF.
Di dalam game itu, Isabel membuat dan menggunakan karakter wanita dengan spesies [Devil Empress] dan kelas [Dark Sorceress of Death] ber level 1000 yang ia beri nama Jezebel. Sementara kakak nya, Samael, membuat dan menggunakan karakter pria dengan spesies [Metatron Seraph] dan kelas [Paladin of the Divine] ber level 1000 yang ia beri nama Mikael.
Di dalam dunia sebesar bumi dengan siklus waktu yang sama, keduanya telah menghabiskan waktu setidaknya 8 tahun di dalam game tersebut. Keduanya bahkan sampai membuat diri mereka terkenal dan menjadi publik figur dan memiliki banyak konten ber sponsor di semua sosial media yang mereka miliki.
Keduanya dikenal sebagai salah satu gamer bersaudara yang terkenal paling akur dan kompak tanpa adanya gimmick dan akting yang dibuat-buat. Mereka bahkan memiliki guild yang diisi oleh diri mereka berdua saja.
Namun meski hanya berdua saja, guild mereka termasuk ke dalam peringkat top 20 dunia di antara guild terkuat lainnya. Alasan guild mereka bisa memasuki peringkat elit bukan karena kekuatan mereka saja secara pribadi, melainkan karena banyaknya NPC yang dimiliki untuk melindungi HQ guild mereka yang bahkan sulit untuk dilacak.
Sementara itu, di tengah hutan dengan pepohonan besar yang dipenuhi lumut serta diselimuti cahaya matahari yang minim, keduanya kini sedang dikepung oleh ratusan musuh yang bergerak dengan cepat dan agresif.
"Kak, ngomong-ngomong untuk liburan besok, kamu sudah mempersiapkan tiket dan semua akomodasi nya, kan?" tanya Jezebel, sedang dirinya sibuk menembakkan bola sihir yang mana tiap buah nya adalah black hole yang menghisap dan melenyapkan musuh-musuh yang ada di hadapannya, sementara dirinya sambil menoleh ke arah Mikael seakan tidak menghiraukan musuh-musuhnya yang terus lenyap.
Mikael yang berdiri memunggungi adik nya, tidak menoleh sedang ekspresi nya tampak begitu serius sembari menangkis setiap serangan musuh dengan pedang besar nya. Pedangnya tampak berat, pose nya juga mengisyaratkan akan betapa merepotkan nya musuh-musuh yang kini sedang terus menyerangnya.
Mikael terus berdiri di posisinya, ia tidak bergeser sedikitpun meski tampak kesulitan. Musuh-musuhnya yang berupa vampir yang memiliki kecepatan yang luar biasa, mampu ia tangkis dan bunuh secara bersamaan. Meski ia memiliki peran sebagai tanker, tetapi serangannya cukup sakit untuk membunuh instan musuh ber level di bawah 700.
Mikael meletakkan kaki kanannya agak ke belakang, kemudian mulai menggunakan kemampuannya yang mana membuat pedangnya bercahaya emas.
"Baiklah, jika kalian tidak mau keluar!" teriak Mikael sambil mengangkat pedangnya, memberikan gelombang kejut yang langsung mementalkan puluhan musuh yang ada di hadapannya.
Dari serangan itu, setelah puluhan vampir terbakar menjadi abu, terbentuklah kubah yang melindungi dirinya dan juga Jezebel.
Jezebel menghentikan kegiatannya sesaat lapisan kubah mulai menutupi bagian depannya, memisahkan antara dirinya dan tubuh para vampir yang mati di luar.
"Ih, aku belum selesai!" keluh Jezebel tampak cemberut sambil memasukkan tongkat sihirnya ke dalam inventaris nya. Jezebel kemudian berjalan dengan santai ke arah Mikael yang hanya berjarak empat meter sedang masih bersikap siaga. "Ada apa sih, kak? Kenapa kamu malah kesal sama NPC?"
"Matamu NPC! aku sebenarnya sudah tahu kalau kita dijebak oleh para kutu kupret itu! Mereka benar-benar merepotkan!" jawab Mikael agak meninggikan nadanya sambil menoleh ke sekitar, sedang pedangnya ia dirikan di depannya.
"Huh? Siapa memangnya—"
"Sepasang player bersaudara yang membangun guild sendirian dari nol, bisa mencapai top 20 dunia? Sungguh membuat siapapun iri hati, bukan?!" tiba-tiba suara pria terdengar dari balik pepohonan.
Sesaat Jezebel mendengar itu, ekspresi cemberut nya seketika berubah menjadi serius. "Hm, siapa kalian?"
Kemudian dengan gaya yang berlebihan dengan kedua tangannya yang membuka lebar ke atas, pria itu pun berkata dengan nada yang berayun-ayun. "Siapa? Kalian mestinya tahu siapa kami. Kalau begitu perkenalkan, bahwa kami~ adalah~ guild emissary of darkness~!"
Pria itu masih belum selesai dan lanjut membungkuk sambil tersenyum lebar. "Dan aku~ aku adalah sang ketua Guild~ Hel~ kar~!"
Pria itu bernama Helkar, seorang Vampir.
Kemudian, secara perlahan satu persatu kelompok Emissary of Darkness (EoD) pun bermunculan dengan salah satu dari mereka sengaja membuat area sekitar menjadi tampak begitu dramatis dengan efek kabut hitam yang menyebar.
Kini Jezebel berdiri bersebelahan dengan Mikael yang wajah serius nya berubah menjadi ekspresi yang dingin layaknya seorang prajurit yang sudah bertempur sejak lama. Matanya memandang jauh ke depan seakan menghiraukan kelompok EoD yang mulai berjalan mendekat ke arahnya.
"Huh, Helkar … aku ingin tahu, dengan dirimu ada disini dan bersikap mengganggu, aku yakin kamu sudah tahu dengan apa yang akan terjadi setelahnya kepada dirimu, bukan? Lalu aku ingin bertanya, apa yang akan kau lakukan dengan waktu seminggu mu itu?" kata Mikael dengan tatapan tajam dan dingin.
Helkar tersenyum miring mendengar cemoohan Mikael. Ia kembali tegak, kemudian berjalan dan kembali berhenti untuk berdiri tepat di luar kubah yang melingkari Mikael dan Jezebel, lalu merentangkan tangannya seakan menantang. "Mungkin … mungkin aku akan mati mengingat level ku masih di bawah kalian, dan harus menunggu seminggu untuk bisa kembali login sementara level ku berkurang banyak karena hukuman. Tapi itu semua worth it! Itu sangat pantas dipertaruhkan! Karena sebentar lagi, kami akan merebut peringkat kalian, kekekeke~ kahahaha~."
Pada sistem WoF, siapapun yang menyerang terlebih dulu, ialah yang akan menerima hukuman jika mengalami kekalahan, tidak peduli dengan cara apapun. Sistem yang ada di dalam game memang sudah terkenal begitu sempurna dan positif demi menjaga lingkungan komunitas agar tetap sehat.
"Heh … untuk bisa merebut peringkat guild, kalian harus menantang kami dengan dekrit penguasa yang mana harus disetujui oleh Dewa Penghakiman. Aku tidak yakin kalian memiliki itu, apalagi dengan guild kalian yang seingatku bahkan tidak berada di top 100," balas Jezebel, tersenyum miring sembari menatap rendah para anggota guild EoD.
Mikael yang juga mendengar itu dan berdiri tepat di sebelahnya pun menoleh. "Apakah kamu yakin hanya itu satu-satunya cara?"
"Hehe, entahlah … kalaupun ada, kita tinggal lawan saja mereka," balas Jezebel dengan santainya sambil mengangkat kedua bahunya.
"Hehehe, benar sekali~ kakak mu benar-benar cerdas karena sudah memikirkan kemungkinan itu, kahahahaha~. Kalau begitu, saksikanlah kekuatan artefak Dewa Hakim Kegelapan!" Helkar tiba-tiba memunculkan sebuah kubus hitam yang merupakan sebuah kelas artefak level dewa.
Terdapat bermacam kelas item di game ini, dan yang tertinggi adalah kelas artefak, sedangkan level tertinggi dari kelas item adalah level dewa. (dari [common item] sampai [god artifact]).
Artefak Dewa adalah item paling merusak yang sengaja diciptakan oleh developer untuk memberikan otoritas absurd dan hampir tak terbatas kepada para player. Hanya saja, sekali artefak dewa digunakan, maka itu akan langsung menghilang dan muncul di tempat yang acak.
Jezebel tampak bingung sambil memiringkan kepalanya sesaat melihat benda yang Helkar keluarkan, kemudian bergerak mundur ke belakang Mikael. "Aku tidak pernah melihat artefak dewa itu sebelumnya. Hmmm, sepertinya kalian hanya menggertak saja."
Mikael yang mendengar itu pun menahan tawanya sambil agak berdengus.
"Kekekeke~ dasar bodoh!" kekeh Helkar, mulai mengangkat tinggi-tinggi kubus tersebut.
Kegelapan pun tiba-tiba mulai menyelimuti area sekitar, dan bersamaan dengan itu, kubah yang melindungi Mikael dan Jezebel pun menghilang begitu saja.
Kemudian dengan cepat, area sekitar ikut mulai berubah menjadi arena yang seolah tak berlantai dan berdinding, sementara yang berada di dalamnya tampak seperti berdiri di tengah-tengah ruang angkasa.
"Kyahahaha~ bagaimana~? Dan … asal kalian tahu, aku sudah menggunakan ini lebih dari tujuh kali, dan item ini tidak pernah menghilang dari tanganku!" tawa Helkar dengan keras, lalu diikuti oleh para bawahannya. "Dan kalian adalah anggota guild pertama yang berada di top 20. Selama ini aku berpikir, kenapa memulainya dengan top 1000? kenapa tidak langsung membidik yang jauh lebih tinggi saja?! kekeke~ benar-benar percobaan yang percuma karena hanya mencobanya ke guild yang bahkan tidak masuk ke peringkat top 1000."
Mikael bersiap-siap dengan melebarkan sayapnya yang menyala keemasan. "Jadi, kalian selama ini menggunakan benda itu untuk memanjat peringkat guild, huh? Lantas, apa kalian pikir hanya dengan menggunakan benda itu sudah cukup untuk membunuh kami?"
"Kekekekek~ kyahahaha~ benda ini! benda ini … selain menembus peraturan dekrit, benda ini juga bisa meniadakan pasif high level kalian yang mana memiliki kekebalan sepenuhnya terhadap musuh di 100 level ke bawah dari kalian. Jadi … bersiap-siaplah untuk dibunuh oleh level yang lebih renda dari itu! Itu pasti akan sangat mengecewakan, bukan? Kyahahaha~." Keangkuhan Helkar terus menjadi-jadi dengan tawa dan ejekannya yang benar-benar merendahkan.
Jezebel kembali mengeluarkan tongkat sihirnya yang panjang dan dipenuhi dengan lengkungan akar putih alami. Lalu, dengan tatapan malas, Jezebel mulai menunjuk ke setiap anggota EoD satu-persatu dan menghitung jumlah mereka. "Satu … dua … tiga … sepuluh … tiga puluh … jadi kalian hanya ber-50, toh. Sedikit sekali."
Ekspresi Helkar tampak jengkel, begitu juga dengan beberapa pengikutnya yang sudah mulai bergumam sambil bersumpah serapah. Mata mereka kemudian tertuju pada kemolekan tubuh Jezebel.
"Haaa … sayangnya ini hanyalah sebuah game VR yang tidak memiliki elemen dewasa. Coba saja ini seperti di game sebelah … atau di dunia virtual, kekeke, pasti kita akan—"
Sroott!
Satu anggota EoD yang menatap dan berkomentar mesum terhadap Jezebel, tiba-tiba mati secara instan karena sabetan pedang Mikael dari jarak 10 meter. "Aku bahkan tidak akan membiarkan kalian bernafas di dalam dunia virtual yang sama dengan adikku! Jadi, jangan pernah bermimpi untuk sekadar menyentuhnya!"
"B-bagaimana bisa secepat dan sesakit itu?! Bukankah kau adalah seorang tanker?!" Helkar terkejut menyaksikan betapa besar celah antara player ber level tinggi. Ia lupa, meski nullification antar level telah ditiadakan, attack dan damage masih lah sama.
Ditambah, Mikael bukanlah Tanker biasa.
"Kalian semua bahkan belum ada yang melewati level 600, tapi sudah angkuh seperti itu." Mikael yang awalnya tampak tenang dan dingin, kini berubah menjadi tersenyum lebar dan terkesan begitu jahat.
Helkar dan para pengikutnya semakin terkejut sedang mereka langsung saling tatap satu sama lain.
Beberapa dari mereka ada yang mulai bergumam mempertanyakan bagaimana bisa sabetan pedang dari jarak jauh bisa membunuh instan mereka, serta mulai juga mempertanyakan bagaimana Mikael bisa mengetahui tentang informasi level player lain, yang padahal semua informasi tentang karakter player sangat lah rahasia.
"Tampaknya kalian adalah pemain baru," kata Jezebel agak berbisik sambil mendongak, melihat sebuah bola mata mengambang di atas nya dan hampir tembus pandang sepenuhnya. "Kamu … kapan kamu menggunakannya?" lanjutnya menoleh ke arah Mikael untuk mengkonfirmasi.
"Sejak mereka melakukan upacara palang pintu dengan kabut hitam, aku sudah menggunakan [eye of omniscience]-ku itu," jawab Mikael tampak acuh tak acuh. "Kamu bunuh mereka, gih!"
"Hah? Kenapa harus aku?"
"Kalau tidak mau, aku akan membatalkan—"
Jezebel tiba-tiba langsung mengangkat tongkat sihirnya. Kemudian, dari ujung tongkat sihirnya itu, yang mana merupakan sebuah kristal ungu, secara kilat ujungnya pun mulai memancarkan cahaya yang menyala-nyala, diikuti dengan suara memekik dan gelombang kejut yang begitu luas namun remeh menyebar ke depan, ke arah gerombolan anggota EoD.
Tak berselang sepersekian detik, seluruh anggota EoD yang belum sempat berpikir ingin melakukan apa-apa pun langsung tergeletak mati.
Setelahnya, tubuh mereka pun mulai menghilang dan diikuti dengan jatuhnya semua perlengkapan mereka berikut dengan kubus hitam yang tadi mereka gunakan.
"Mudah, kan?" ledek Mikael sambil tersenyum miring dan mengusap kepala adiknya yang langsung menunjukkan wajah cemberut nya.
Jezebel tampak merajuk sambil menyilang tangannya, mengangkat dada besar nya yang menggantung dan setengah ter umbar menjadi lebih tinggi. "Hm! Curang!"
Mikael yang awalnya menatap wajah imut Jezebel yang cemberut pun langsung memalingkan pandangannya, dan tak sengaja melihat perlengkapan para anggota EoD yang kini bergelimpangan di hadapannya mulai menarik sedikit perhatiannya.
"Wow … mereka noob sekali, sampai untuk nge-PK player lain saja tidak terpikirkan untuk mengosongkan inventaris mereka terlebih dulu. Mereka benar-benar noob." Mikael berjalan mendekat ke arah harta rampasan yang sudah tersedia di hadapannya.
Dengan dirinya yang mendekat, secara otomatis layar rampasan perang pun mulai bermunculan di sisi bawah pandangannya. Di sana terlihat banyak sekali perlengkapan dimulai dari senjata, zirah, aksesoris dan lain sebagainya. Namun satu hal yang tidak muncul adalah artefak dewa yang ikut jatuh.
Lalu karena merasa penasaran, Mikael pun jongkok dan mengambil kubus tersebut terlebih dulu.
"Hmm … kenapa ini tidak ikut muncul?" gumam Mikael yang kini berdiri, memeriksa setiap sisi dan detail dari artefak dewa yang berbentuk kubus tersebut, yang sama sekali tidak bisa dimasukkan ke dalam inventaris pribadi nya itu. "Kalau begitu, untuk berjaga-jaga, mungkin aku bisa menaruhnya di inventaris guild."
Jezebel yang menyaksikan dari belakang pun mendekat dan berdiri di sebelahnya, menatap lebih dekat ke arah kubus hitam yang Mikael genggam. "Aku belum pernah melihat benda di dalam game yang tidak bisa dimasukkan ke dalam inventaris sebelumnya. Padahal pasir saja, meski tidak terbaca di sistem inventaris ketika belum dipungut, tetaplah bisa dimasukkan, masa iya benda ini tidak bisa."
"Yah … mau bagaimana lagi. Kalau begitu, lebih baik kita amankan saja dulu."
"Oke, deh."
Dengan area gelap karena efek artefak dewa yang mulai menghilang, tanpa pikir panjang keduanya pun ber teleportasi ke HQ guild mereka.
***.
Bersambung ….
***.
Di dalam lantai ke-100 yang merupakan sebuah aula tahta di dalam menara kolosal berwarna emas bernama Tower of Babel, yang mana menara itu berdiri di atas pulau melayang yang mengambang dengan tetap di luas dan gelapnya luar angkasa, dan juga merupakan Headquarter (HQ) dari guild yang keduanya namai sebagai; Sanctuary of Heaven, keduanya kini duduk di masing-masing singgasana mereka sambil terus memperhatikan kubus hitam yang kini digenggam oleh Mikael.
"Menurut mu … ini apa?" Jezebel membuka pembicaraan, sementara mencondongkan tubuhnya agar keduanya bisa saling mendekat memeriksa kubus hitam tersebut.
"Sebuah bug … mungkin? Entahlah," balas Mikael mengangkat kedua bahu nya.
"Apa kamu mau melaporkan nya ke gm?"
"Hmmm, sebentar …," kata Mikael terhenti sambil memangku dagunya dan mulai berpikir dalam. "Mungkin … untuk saat ini … kita simpan saja dulu."
"Apa kamu yakin?" Jezebel mengangkat kedua alisnya. Ia terlihat ragu. "Kita memiliki kredibilitas yang sudah sangat diperhitungkan, loh. Coba bayangkan bagaimana jadinya jika kita ketahuan memiliki item cheat seperti ini, hm? Bukankah semua sponsor yang kita punya bisa dibatalkan? Lalu bagaimana dengan bisnis merch kita?"
Mikael berdengus sembari menatap wajah serius adiknya. "Benar juga … tapi … apakah akan sayang jika kita langsung melapor? Kita bisa mencobanya dulu tanpa ketahuan, loh. Yah, itu pun asalkan kita tidak ketahuan."
"Tunggu," kata Jezebel tampak berpikir dalam sambil menggaruk pelipis nya dengan telunjuk. "Kenapa para player yang sudah dibunuh oleh Helkar dan kelompoknya belum ada yang melapor ya?"
"Hmmm … mungkin itu karena mereka tidak tahu kalau item ini tidak akan hilang setelah digunakan. Bisa saja, kan?"
Jezebel duduk bersandar, menenangkan punggungnya yang tampak keberatan dengan dada nya yang besar. Ia menyandarkan kepalanya, memandang ke depan dan menatap ke arah 6 NPC ber level 1000, [The Battlemaidens], di hadapannya yang kini hanya berdiri dengan patuh.
"Bukankah pada akhirnya, Helkar yang sudah kita bunuh akan melaporkan kita?" gumam Jezebel bertanya-tanya.
Mikael ikut menyandarkan punggungnya di sandaran singgasana nya yang tinggi dan terlihat mewah, sambil tetap membiarkan matanya terpaku pada kubus hitam yang masih ia genggam. "Haa … baiklah wahai nona yang takut kehilang pasif income nya, hehehe."
Mikael pun mulai membuka tampilan menu dan langsung menelpon costumer service (cs) WoF.
Turrrttt … turrrttt ….
"Halo pengguna yang terhormat, apakah ada yang bisa kami bantu?" kata cs membuka pembicaraan.
"Halo … saya ingin melapor kalau ada item bug yang berupa artefak dewa yang tidak bisa menghilang meski sudah digunakan berkali-kali. Apakah saya bisa bertemu dengan GM secara langsung untuk memeriksanya lebih lanjut?" balas Mikael.
"Oh baik … tapi sebelum itu, bolehkah saya tahu nickname dan nomor id anda?"
"Mikael … 77721098AB."
"Baik, mohon tunggu sebentar."
Pembicaraan pun ter jeda dengan cs yang terdengar sedang mengetik. Sementara itu di sebelahnya, Jezebel sedang dipijat oleh salah satu NPC bernama Tiamat, seorang Naga yang saat ini sedang di wujud manusia nya.
"Master … apakah bagian di sini enak?" tanya Tiamat dengan suara yang lembut dan terdengar dewasa, sambil tangannya terus memijat bahu Jezebel dengan lembut dan terampil.
Jezebel terdengar mendesah dengan matanya agak mendelik sambil menatap langit-langit. "Hmmmnnn … ini enak … yap … yap ... ahn."
Mikael yang menyaksikan itu pun langsung berdiri dan mulai berjalan menjauh. Selagi berjalan, dirinya yang melewati 5 Battlemaiden lain pun menoleh dan berhenti sejenak. "Kalian berlima, ikutlah."
"Baik, Master," angguk kelimanya hampir bersamaan.
Sementara Jezebel sedang asik dipijat oleh Tiamat, Mikael berjalan keluar menuju balkon bersama dengan lima Battlemaiden lainnya sambil menunggu cs selesai menghubungi GM.
***.
Di atas balkon, Mikael duduk di atas kursi santai sembari menatap bintang-bintang yang terhalang oleh gelembung firmament yang melindungi HQ-nya, sedang kelima Battlemaiden berdiri di dekatnya.
Di dalam meskipun ia bisa melihat bintang-bintang dengan jelas, di dalam gelembung firmament, suasana begitu terang karena matahari sintetis yang selalu menerangi dari atas ujung menara Babel nya.
Pemandangan dari dalam HQ terlihat begitu menakjubkan. Karena dari dalam, lapisan gelembung firmament yang memiliki warna kebiruan seakan memfilter ruang angkasa yang hitam dan gelap, tetap membuatnya bisa melihat bintang-bintang di ruang angkasa yang penuh dengan warna dan kelap-kelip.
Di dalam sana, sembari bersantai, Raphaela, salah satu Battlemaiden tiba-tiba menuangkan teh dan menaruhnya di atas meja bundar kaca kecil yang ada di sebelahnya.
"Silahkan, Master. Anda bisa meminumnya," kata Raphaela dengan lembut dan sopan.
Veronica, seorang succubus dan salah satu dari Battlemaiden tiba-tiba menegur Raphaela dengan tatapan iri, "Hei, Raphaela, apa yang kamu lakukan? Master bahkan tidak—"
"Diam kau jal*ng! Kau tidak perlu—"
Mikael menoleh dan menatap tajam Raphaela yang mana langsung membuatnya terdiam. Kemudian bergantian menatap Veronica yang langsung tertunduk.
Raphaela dengan penuh penyesalan pun langsung bersimpuh dan menunduk. "Mohon maaf atas kelancangan saya master. Saya tidak sengaja berkata kasar."
"Jangan diulangi lagi," balas Mikael singkat dengan pandangannya langsung kembali melihat ke arah menu yang masih melambangkan sebuah panggilan.
'Apakah aku harus merubah setting-nya? Ia terlalu mirip dengan adik ku di kehidupan nyata. Terlalu galak kepada orang lain,' pikir Mikael yang tatapan nya semakin kosong karena menunggu.
"Baik … mohon maaf atas waktu nya, wahai pelanggan yang terhormat. Saya akan segera menyambungkan anda langsung ke GM Geralt di game, ya," kata cs dengan nada yang terdengar agak bersemangat. "Ah dan ngomong-ngomong … ahem … saya … aku adalah fans—"
Tuuuut … Mikael menutup teleponnya.
Sesaat ia menutup telepon nya, dari sistem game, dari personal chat, akun bernama Geralt-001 pun menghubungi nya dan meminta untuk dikirimkan koordinat untuk melakukan pengecekan lebih lanjut.
Tanpa pikir panjang, Mikael pun mengirimkannya koordinat.
Tak berselang lama, dengan otoritas penuh, sang GM dengan tampilan karakter sepenuhnya putih pun tiba-tiba sudah berdiri di depan nya dengan waktu yang berhenti yang ditandai dengan para NPC yang kaku terdiam.
"Oh, selamat … sore … pagi … siang … malam … kepada anda pelanggan yang terhormat, adakah yang bisa saya bantu?" tanya Geralt.
Mikael pun memberikan kubus hitam itu ke Geralt tanpa pikir panjang. "Ah … ini, item bug nya."
"Baik, saya akan mulai menganalisa nya," kata Geralt dan mulai memperhatikan kubus hitam itu dengan begitu seksama.
Sementara itu di sisi lain, Jezebel yang menyadari Tiamat ikut terdiam pun keluar menuju balkon.
"Kak, jadi bagaimana?" tanya Jezebel yang keluar dari pintu di belakang Mikael.
Mikael menoleh sesaat mendengar langkah kaki Jezebel. "Oh, ini sedang diperiksa."
Jezebel dengan anggun nya pun berjalan mendekati Mikael dan langsung memeluk sisi kirinya sambil menempelkan pipinya ke dada Mikael. Di sisi lain, Mikael yang dipeluk nya pun langsung membalasnya dengan mengusap kepalanya, kemudian merangkul nya sehingga mereka saling memeluk dan semakin dekat.
"Ahem … siblings goal nya para game, memang sudah tidak diragukan lagi, hehehe," kata Geralt berdehem dan terkekeh, sedang masih mengidentifikasi kubus hitam itu.
"Ah, maafkan kami," balas Jezebel agak tersenyum sambil menutupi mulutnya dengan tangan.
"Hahahah, tidak perlu. Karena kalau boleh jujur, saya pun adalah salah satu dari follower kalian. Konten-konten kalian di dunia virtual juga bagus-bagus untuk diikuti."
"Haha," Mikael tertawa dengan canggung nya.
Geralt tampak tersenyum sedang masih tertunduk sambil terus memperhatikan kubus hitam tersebut. "Di jaman sekarang, sangat jarang orang-orang memiliki hubungan kekeluargaan karena semua orang benar-benar berlaku sebagai individualis. Walaupun ada segelintir, mereka sama sekali tidak se akur kalian."
Mikael dan Jezebel yang mendengar itu pun saling tatap satu sama lain sambil mengingat bahwa mereka adalah hasil bayi tabung dari program pemerintah seperti mayoritas manusia di jaman ini. Dan sejatinya, keduanya tidak memiliki orang tua dan di tumbuh besarkan oleh lembaga pemerintah. Mereka bahkan bukan saudara kandung.
Kekeluargaan dan kedekatan mereka benar-benar terbentuk berawal dari hubungan di satu fasilitas yang sama. kemudian, di umur 15 tahun, Mikael membawa Jezebel yang masih berumur 13 tahun untuk kabur dan mengadu nasib di kerasnya dunia luar.
Beruntungnya, sebulan kemudian, mereka dipungut oleh keluarga yang cukup kaya raya. Dari sana, mereka pun memulai kesuksesan mereka dengan belajar dari orang tua angkat mereka.
Dan kini, Mikael dan Jezebel memilih untuk tinggal di tempat yang berbeda dengan kedua orang tua angkat mereka, sedang mereka, kedua orang tua angkat, sudah menyatu dengan mesin dan dunia virtual sedang hanya bisa mengandalkan robot untuk beraktivitas di dunia nyata.
"Benar … apalagi jaman sekarang dunia hanya dipenuhi dengan robot-robot yang dikendalikan dari balik headset DDVR," jelas Mikael ikut menanggapi. "Dan bahkan setiap kami keluar rumah, kami selalu dibuat was-was karena selalu menjadi satu-satunya dari beberapa yang keluar dengan tubuh asli mereka. Itu benar-benar menyedihkan."
"Aku harap aku seperti kalian, memiliki keluarga yang jelas dan dapat beraktivitas di dunia nyata juga," balas Geralt meski dengan tubuh virtual khusus seorang GM, wajahnya terlihat benar-benar berharap dan murung. "Tidak seperti ku … tubuhku di dunia nyata bahkan sudah tidak bisa bergerak dan sudah menyatu dengan mesin DDVR dan penopang hidup lainnya."
"Oh … aku … aku tidak bermaksud—"
"Dan itu adalah kesalahan dari kebanyakan kita. Ketika mesin mengambil alih kehidupan kita, kita malah menyerah dan manja. Akhirnya tubuh kita berhenti berfungsi dengan normal. Dan yang paling menyedihkan nya lagi, lebih dari 50 persen dari 11 miliar manusia mengalami disabilitas karena terlalu sering mengandalkan robot dan mesin lainnya untuk sekadar beraktivitas sejak lahir," potong Jezebel.
Mikael mendekatkan mulutnya ke telinga Jezebel dan mulai berbisik, "apa yang kamu katakan? Kamu akan menyakiti perasaannya--"
"Ah, sudah," potong Geralt sesaat berhenti mengecek kubus hitam tersebut, yang mana secara spontan membuat keduanya menoleh dan berdiri agak memberi jarak. "Dan dari hasil pemeriksaan, ini adalah item dengan id … yang … intinya itu memiliki banyak 0 di depan dan sebuah angka 1 di paling belakang. Dengan kata lain, ini adalah item yang paling awal. Bahkan sudah ada sebelum fondasi pertama dari game ini. Saya tidak yakin bagaimana item ini bisa ada di sini."
"Jadi, apakah item itu adalah sebuah artefak dewa?" tanya Mikael.
"Hmmm … saya rasa bukan. Ini hanya sebuah model 3D yang tidak memiliki kode fungsi apa-apa. Ini tampaknya seperti sebuah item untuk mengetes mesin game. Meskipun ada, tampaknya fungsi itu sudah lama dihapus."
"Apakah anda yakin?" tanya Mikael kembali untuk memastikan.
"Saya yakin 100 persen," balas Geralt sambil menyerahkan kembali kubus itu. "Saya sudah memeriksanya dan itu sama sekali tidak memiliki fungsi apa-apa."
'Aku padahal sengaja tidak menjelaskan fungsi tentang benda ini. Tapi tampaknya, bahkan sistem dari GM sendiri tidak bisa memeriksa benda ini. Kalau begitu syukur, deh, hehe,' pikir Mikael sambil menahan senyuman nya.
"Kalau begitu, karena semuanya sudah clear, saya izin undur diri," kata GM yang wajahnya yang terlihat murung dan langsung menghilang begitu saja, bersamaan dengan aliran waktu yang kembali berjalan dengan normal.
"Hm! Dasar manusia abad ke-22, benar-benar bermental lemah. Padahal dulu di jaman ku--"
Tuk!
Mikael sedikit memukul kepala adik nya dan langsung membuatnya terdiam. "Jaman apaan? Kamu saja lahirnya tahun 2099, satu tahun sebelum abad ke-22."
"Aw ...," keluh Jezebel sambil memegang kepala nya, meski itu tidak sakit sama sekali. "Hmm, ngomong-ngomong, mau kita apakan benda ini?" tanya Jezebel.
"Kita akan menyimpannya di inventaris guild." Mikael kemudian menoleh ke arah Jezebel sambil berkata dengan polos nya, "ngomong-ngomong tadi kata gm nya, dia suka mengikuti konten kita di dunia Virtual. Hmmmm, memangnya kita pernah buat konten di dunia virtual, ya?"
"Pfftt … hahahah." Jezebel tiba-tiba tertawa sambil membuka menu tampilan nya dan mulai mencari ke pencarian di dalam internet yang hanya bisa diakses melalui dunia virtual. "Hahaha, haduh … lucunya … lihat ini," lanjutnya sambil menunjukkan sebuah video ke Mikael.
Wajah Mikael pun memerah sesaat melihat video tersebut yang merupakan video dewasa dirinya dan Jezebel menggunakan tubuh karakter di akun WoF mereka. "K-k-kapan kita melakukan ini dan merekamnya!?? Seingat ku di game ini tidak ada hal seperti ini!!"
"Hahahahah … kamu kebanyakan kerja dan main WoF sampai-sampai tidak tahu kalau character kita ada fanart nya. Ini adalah buatan orang-orang dan pasangan AI mereka yang menggunakan skin dari merch kita," ledek Jezebel dengan tawa nya yang begitu lepas dan keras.
"Sepertinya kita harus menarik merch ini, deh," kata Mikael dengan wajah seriusnya.
"Loh, kenapa memangnya?" Jezebel kembali menutup menu nya, dan sambil tersenyum meledek ia pun menjauhkan nya dari tatapan Mikael. "Biarkan saja. Kita kan memang tidak pernah masuk dunia virtual. Dan punya DDVR pun hanya sekadar untuk memainkan game-game nya saja. Jadi, kenapa ambil pusing? hihihi."
Mikael menghela nafas panjang, sementara Jezebel langsung kembali masuk ke dalam dan berjalan memunggungi nya. Sementara itu, kelima Battlemaiden yang dengan patuh menunggu pun mulai bersuara.
"Master … apa yang baru saja terjadi?" tanya Raphaela sambil mengangkat cangkir nya yang belum sempat diminum.
Belum sempat Mikael menjawab, Eliana, salah satu dari Battlemaiden dengan imut nya berlari dan memeluk Mikael. "Abang … apakah barusan seorang konstelasi mendatangi rumah kita?"
'Oh, sepertinya aku harus benar-benar mengganti setting pada karakter mereka,' pikir Mikael.
Setelahnya, Mikael pun berjalan bersama lima Battlemaiden menuju ke ruang inventaris di dalam lantai ke-100. Di sana, di dalam sebuah ruangan yang sangat luas, terdapat ribuan item yang sangat berharga. Di antara lainnya adalah dua artefak dewa yang ditaruh di bagian terdalam inventaris.
Di sana, di antara dua artefak dewa yang berbentuk bola kristal berwarna bening dengan ukiran akar berwarna kebiruan dan yang berbentuk piramida berwarna emas dengan ukiran rune berwarna hitam, Mikael menaruh kubus hitam nya di sana.
"Huh, jadi punya tiga, deh," gumam Mikael, sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut.
Ketika pintu ditutup, ketika semua menjadi gelap, tiba-tiba reaksi antara tiga artefak dewa pun aktif dan mulai bercahaya terang. Ketiganya dengan begitu kuat dan intens mulai melayang dan secara perlahan mulai mengikat satu sama lain. Dan dengan begitu, ketiganya pun menyatu menjadi satu artefak yang membentuk sebuah terrarium yang berbentuk planar yang ditutupi oleh kubah firmament yang tampak transparan dan tipis.
****.
Bersambung ….
Jezebel, kembali bersama dengan Tiamat yang memijatnya dengan penuh keterampilan, kini sedang menunggu Mikael untuk kembali dari inventaris guild untuk menyimpan kubus hitam. Sementara lima Battlemaiden yang bersamanya kini sudah kembali dan berdiri di hadapannya sambil menunggu perintah berikutnya.
Jezebel yang bersandar dengan malas pun mengangkat tangan kanannya, memberikan isyarat kepada Tiamat untuk berhenti memijat. "Kalian, pergi lah. Aku ingin kembali ke dimensi ku dengan kakak ku."
Salah satu Battlemaiden ciptaannya yang merupakan seorang Devil bernama Lilith pun berkata, "Saya harap anda cepat kembali, master. Karena ketahuilah bahwa kami selalu mengkhawatirkan kalian, dan selalu bermimpi agar kalian selalu bersama kami selama-lamanya tanpa adanya waktu jeda tanpa kalian."
Jezebel terpaku dan agak tersentak sesaat mendengar hal itu. "Baik, aku dan kakak ku akan cepat Kembali."
'Ya, sampai jumpa minggu depan, karena aku akan berlibur selama seminggu di Raja Ampat, hehehe,' Pikirnya sementara itu, sambil menahan senyuman nya.
Terlihat keenam Battlemaiden mengangguk dengan perasaan lega. Dan dengan begitu, keenam nya pun langsung beranjak keluar dari lantai 100 menuju lantai 99.
Setelah aula tahta sepi, beberapa pelayan pun muncul.
Mereka adalah tipe NPC produksi dari spesies Antropomorfik dari berbagai macam binatang. Mereka bisa ada di lantai 100 karena Mikael yang men-summon mereka untuk sekadar melengkapi istana dan bersenang-senang saja.
Mereka juga bukanlah tipe petarung, dengan level yang hanya berada di sekitaran level 300 dengan job-class tipe produksi seperti palace maid, chef dan sebagainya. Dan mereka semua dipanggil sebagai Anthromaid.
Di sisi lain, sesaat para Anthromaid seksi mulai memasuki aula tahta, Jezebel yang tampak bosan kini menatap ke arah para Anthromaid sambil menggelengkan kepala.
"Dari sisa-sisa kristal summoning level rendah, dia malah memanggil Antromaid sebanyak ini. Aku harap dia akan menggantinya," gumam Jezebel, kemudian agak menelan ludah sambil mulai menunduk dan memegang dadanya. "Haaa … sepertinya kesukaannya dengan yang besar masih sama."
Di tengah lamunannya, ia mengingat bagaimana Mikael pertama kali memperkenalkan nya tentang game ini sekitar delapan tahun lalu. Saat itu, dia sama sekali tidak mengerti tentang game, apalagi gawai DDVR.
Sebagai seorang kakak laki-laki, Mikael benar-benar mengayomi nya dan mengajarkannya banyak hal, termasuk game.
Namun di kala itu, di saat pengetahuannya tentang game masih sedikit, Mikael lah yang membuatkan nya karakter yang kini dia gunakan sebagai Jezebel. Sedangkan dirinya hanya tinggal main saja dan mengikuti alur sang kakak yang begitu antusias.
"Dasar, dia memang sudah mulai suka dengan dada besar sejak bocah ternyata," gumam nya sambil tersenyum bernostalgia.
Di tengah lamunannya, Mikael pun tiba dan kini berdiri tepat di belakang singgasana nya.
"Ayo, seperti biasa kita ke kamar dulu untuk logout," kata Mikael.
Jezebel bangkit dari singgasana nya. "Ayo … dan jangan lupa untuk teleportasikan para NPC utama yang masih berada di luar HQ untuk kembali."
"Oh, iya, hampir lupa," angguk Mikael sambil mulai membuka tampilan menu Guild, dan sebagai ketua guild, dia bisa melakukan apapun pada menu tersebut.
Di sana, Mikael langsung memencet simbol dengan tulisan [Teleport all inhabitants into HQ] yang berada di bawahnya. Kemudian langsung mengunci HQ dengan menekan tombol yang berada tepat di sebelahnya yang bertuliskan [Forbid all residents from leaving HQ].
"Sudah," kata Mikael sambil menutup kembali tampilan menu nya.
Jezebel tersenyum, sedang ingatan nostalgia nya masih tersisa dari lamunannya. "Ayo, kita ke kamar," katanya dan mulai berjalan.
Mikael pun mulai mengikutinya dari belakang.
***.
Di dalam kamar, di dalam dimensi lantai 100 yang mana terdapat tidak hanya aula tahta, namun seluruh kompleks istana dan daratan sebesar pulau bali juga berada di dalamnya, kini Jezebel dan Mikael duduk bersebelahan di atas ranjang kings bed.
"Sebelum logout, aku ingin membicarakan sesuatu, deh," kata Jezebel membuka pembicaraan.
"Oh, tentang apa?" tanya Mikael dengan santainya.
Jezebel menurunkan pakaiannya sedikit sehingga membuat belahan nya terlihat lebih panjang. Kemudian mulai agak menyodorkan nya ke arah Mikael. "Kamu masih suka dengan yang sebesar ini, kan? Ayo mengaku! Dan itulah sebabnya kamu men-summon para Antromaid seksi itu kemarin, kan?"
Mikael terdiam untuk sesaat. Matanya seakan sedang menatap tembok. Tidak berekspresi dan berkedip dengan normal. "Ya … memang. Aku tidak hanya suka, tapi mendambakan, hehe," jawabnya dengan tawa meledek. "Aku hanya ingin meramaikan komplek istana saja sih, sebenarnya. lagipula, lantai 100 meski dimensi nya sangat besar, ini masih sangat sepi."
Jezebel menarik kembali pakaiannya, kembali menutup setengah belahan nya yang memang sudah terlihat sejak awal. "Kenapa tidak menggunakan yang versi grup saja, daripada versi perorangan? Bukankah dengan satu kristal kamu bisa memanggil banyak sekaligus."
"Yah … itu karena kalau versi grup, aku tidak bisa memodifikasi penampilan mereka, hehehe," kekeh Mikael.
Jezebel tersenyum lebar dan tampak menyindir. "Dasar … laki-laki. Memangnya, apa yang menarik dengan dada besar sih, kak? Jujur, aku sebagai perempuan merasa agak aneh dengan selera kamu."
Mikael agak memiringkan kepalanya sambil mengusap dagu nya dan menatap dada Jezebel. "Hmmm … entahlah. mungkin … karena insting seorang pria sejak purbakala? Setahu ku sih ya, kami, laki-laki, sejak purbakala memang suka mencari wanita yang paling subur untuk dikawini, dan ciri-ciri kesuburan wanita yang menonjol … ya tentu saja, adalah pada buah dada nya."
"Punya ku juga besar, kan?" tanya Jezebel tiba-tiba dengan polos nya.
"Ya … kan memang aku yang buat, hehehe," tawa Mikael dengan lepas dan bangganya.
"Bukan, bukan, bukan yang ini, tapi di dunia nyata. Besar juga, kan?" tanya Jezebel mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Mikael.
Mikael sontak memundurkan kepalanya, mencoba menjauh dari wajah Jezebel yang terus mendekat. "Ya … bagaimana, ya … menurut ku sih … itu masih terbilang—"
Plak!
Jezebel memukul kepala Mikael dengan cukup keras. "Ih, masa sih?! Dasar!" katanya sambil mulai merajuk dan menyilang tangan nya. "Lagipula, di dunia nyata mana ada dada sebesar ini, hm!?"
"Hehehe, iya iya, lagipula itu kan hanya ketertarikan ku yang aku lebih-lebihkan saja, dan ku pikir semua laki-laki juga seperti ku, suka menghiperbolakan ketertarikan mereka." Mikael tertawa lepas sambil mengelus-elus kepala adiknya. Kemudian ia mulai mengusap dagunya seakan sedang berpikir dalam. "Namun tetap, Secara realita sih aku lebih suka yang biasa-biasa saja, ya."
Spontan, Jezebel dengan mata berbinar-binar pun kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Mikael. "Serius? Jadi selama ini …." Ia kembali menurunkan pandangannya dan bersedekap dengan dua tangan nya ke bagian bawah lehernya. "Entah kenapa aku merasa lega," lanjutnya berbisik pelan.
Mikael memiringkan sebelah alisnya sambil menatap heran Jezebel. "Kita sedari tadi membicarakan apa, sih? Terlalu aneh tidak, sih? Sepasang kakak adik membicarakan hal seperti ini."
Jezebel menaikkan pandangannya sambil tersenyum miring. "Hehehe, di jaman sekarang mana ada yang dianggap aneh? Jika menikah dengan AI saja dianggap normal, kenapa membicarakan ukuran buah dada antara saudara yang bahkan tidak sedarah dianggap aneh?"
"Sebenarnya sih ini bukan tentang sedarah atau tidak. Tapi ini lebih ke arah historis kita sebagai kakak adik. Kecuali sejak awal historis kita adalah sepasang kekasih, maka mungkin itu akan normal-normal saja."
"Aku sih masa bodo dengan itu semua, hehe." Jezebel tersenyum dan menyeringai gembira. "Oh iya, besok pagi kita berangkatnya kan?"
"Mhm," angguk Mikael. Kemudian mulai mengecek waktu pada layar menu. "Oh, sudah menjelang pagi … dan … hah!!?? Oh iya, empat jam lagi pesawatnya akan—"
Boom~!
Tiba-tiba suara dentuman yang dibarengi oleh getaran terdengar dan dapat dirasakan oleh keduanya. Lalu Mikael dengan sigap pun berdiri sambil menghadap ke arah jendela yang langsung mengarah keluar.
Di sisi lain, Jezebel memegang tangan Mikael dan masih duduk dengan santainya. "Ada apa barusan? Apakah kita diserang? Haa … baru juga mau logout, kenapa harus sekarang?!"
Tatapan Mikael terus berfokus menatap keluar, sementara area di luar lapisan firmament kini sudah berubah. Kini penampakan di luar bukan lagi ribuan bintang dan galaksi yang berwarna-warni, melainkan kegelapan yang seutuhnya.
"Dimana bintang-bintang nya?" gumam Mikael, terpaku pada pemandangan di luar.
"Ada apa, kak?" tanya Jezebel sambil berdiri, sehingga pandangannya tidak terhalang oleh tinggi jendela. "Wow, apa yang sedang terjadi?!"
Dentuman kedua pun terdengar dan mulai menggetarkan seluruh HQ. kemudian diikuti dengan suara gemuruh yang sangat berisik.
Jezebel sementara itu langsung memeluk erat-erat lengan besar Mikael, sedang Mikael dengan sigap memegangi tangan Jezebel.
Mikael pun mengeluarkan skill [Eye of Omniscience] untuk mengirim bola mata sihir agar bisa melihat ke luar, dan [Share Vision] untuk membagi penglihatan dengan Jezebel.
"Mari kita lihat, apa yang sebenarnya terjadi," kata Mikael.
Mata besar yang hampir transparan yang ia keluarkan pun mulai terbang keluar, lalu langsung turun menukik. Dan dari matanya itu, Mikael dan Jezebel pun saling berbagi penglihatan.
"Apa itu?" kata Jezebel, melihat sebuah riak ruang seakan mulai menghisap seluruh HQ mereka ke bawah.
Dan dengan cepat mulai tenggelam dan melewati riak ruang yang kini berada bagian tengah HQ.
"Apakah ini perbuatan dari Artefak dewa broken lainnya?" ucap Mikael bertanya-tanya.
"Sepertinya ada yang terbang mendekat," balas Jezebel yang dapat melihat seseorang terbang mendekat dari ujung pandangannya.
Mikael yang memiliki kendali penuh atas skill nya itu pun melirik ke arah sosok yang datang. Lalu dengan matanya itu, ia memperbesar penglihatannya, dan secara bersamaan juga mulai membaca jendela status pada sosok tersebut.
"Level nya tanda tanya. Aku belum pernah melihat entitas seperti itu sebelumnya dengan skill ku ini. Siapa sosok ini sebenarnya?"
"Apa yang kamu lihat?" tanya Jezebel yang hanya bisa berbagi penglihatan normal, tidak dengan kemampuan melihat jendela status.
"Wanita elf ini level nya tanda tanya. Dan juga, job-class nya ada lebih dari tiga."
"Tampaknya elf ini adalah seorang world boss. Apakah kamu mau melawannya? Apakah menurut mu sejam cukup? Setidaknya kita bisa mengejar penerbangan dengan waktu segitu."
"Tunggu dulu," ucap Mikael. "Sepertinya dia sudah balik badan dan pergi."
Di tengah pemantauan dan perbincangan itu, perlahan suara gemuruh dan getaran hebat pun mulai berhenti sementara riak ruang yang sudah berada di atas HQ mereka juga telah menghilang tanpa jejak.
"Haa … akhirnya berhenti juga." Jezebel melepas pelukan nya, dan bersamaan dengan itu ia melepas penglihatannya pada skill milik Mikael. "Kalau dia sudah pergi, kita langsung logout saja, yuk."
Mikael menonaktifkan semua skill yang barusan ia gunakan. "Tunggu," katanya sekali lagi sambil mulai berjalan lebih dekat ke arah jendela. "Apakah kamu tidak lihat, HQ kita sekarang sudah tidak berada di tempat yang semestinya? Apa kamu tidak merasa aneh dengan ini semua?"
HQ mereka kini berada di atas langit awan dan langit biru, sedang di atas mereka adalah kegelapan dengan bintang-bintang yang tampak redup, sehingga HQ mereka tampak seperti berada di lapisan termosfer. Sementara [eye of omniscience] miliknya sempat melihat daratan salju yang luas dan menghampar tepat di bawah tempat HQ mereka kini berada.
"Kita berada di atas atmosfer saat ini, dan aku barusan juga melihat bahwa di bawah kita," ucap Mikael berhenti sejenak, "bahwa tepat di bawah kita adalah daratan es."
"Hmmm … ya aku melihatnya, dan namanya juga sebuah game. Apapun juga bisa terjadi di dalam game ini, kak, bahkan hal aneh seperti para Antromaid yang kemarin kamu summon sekalipun," balas Jezebel terdengar agak menyindir.
Mikael terus berjalan dan mulai membuka kaca jendela. "Bukan, bukan, bukan itu yang kumaksud. Tapi … entah kenapa, ini terasa lebih nyata saja. Apakah ini update baru?" tanyanya sambil menoleh menatap Jezebel.
Jezebel mengangkat kedua bahunya sambil berkata, "Entahlah, aku bahkan tidak memperhatikan kalau game ini pernah update atau tidak. Sudah yuk kak, kita logout saja."
Mikael mengangguk, kemudian langsung berjalan menuju ranjang. Setelah itu, keduanya pun mulai berbaring bersebelahan.
"Ok, sampai bertemu di dunia nyata, hehe," kekeh Jezebel dengan manisnya.
Mikael yang masih terpikirkan pun hanya bisa menatap ke atas langit-langit sambil mulai membuka jendela menu.
Namun, di luar dugaan mereka berdua, jendela menu tidak dapat keluar dan ditemukan.
"Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa jendela menu nya tidak ada?" kata Jezebel bertanya-tanya, sementara jari jemari nya terus mencoba berbagai gestur.
"Tuh, kan, apa aku bilang. Ini pasti update terbaru. Hmmm, sepertinya mereka juga mereset gestur untuk membuka jendela menu nya," balas Mikael dan mulai menggunakan gestur default untuk mencoba membuka.
Sementara itu, membutuhkan waktu sejenak untuknya sadar akan kosong nya tampilan antarmuka yang kini tampil di depan matanya. Tidak seperti sebelumnya yang memiliki kotak mini map, stats bar, dan lain-lain. Kini semuanya telah hilang.
"Aku baru sadar, kalau semua tampilan yang ada di pandangan kita ternyata hilang. Apakah aku tidak sengaja menonaktifkan semua tampilan itu?" gumam Mikael sambil sementara gestur default nya tidak berhasil membuka jendela menu. "Jendela menu juga tidak bisa dibuka dengan gestur default."
"Iya, semuanya hilang. Selain itu, sepertinya gestur nya berubah, deh, dan bukan hanya ke-reset. Kok update-nya seperti ini, sih? Semua pengaturan gestur berubah. Ugh … aku sedari tadi tidak bisa berbuat apa-apa dengan gestur ini," keluh Jezebel, masih mencoba berbagai gestur.
Mikael pun bangkit dan duduk di atas ranjang, kemudian mencoba membuka jendela menu dengan perintah suara. "Halo … Sera … tolong buka jendela menu."
Dengan waktu yang hampir bersamaan, Jezebel juga ikut bangkit dan duduk. "Halo Sera, tolong force logout kita berdua."
Keduanya kini saling tatap sesaat tidak ada reaksi apa-apa terhadap perintah suara mereka. Lalu di tengah kebingungan itu, angin menghembus dari luar dan mengenai wajah mereka berdua.
"Hmmm … aroma nya enak sekali," kata Jezebel yang sontak langsung menyadari akan sesuatu. "Aroma? Huh?"
"Loh, iya ya, kok aku bisa mencium bau?" balas Mikael sambil mengendus-endus, dan malah mulai mendekatkan hidungnya ke arah tubuh Jezebel. "Hmmm … wangi sekali."
Jezebel yang tidak sempat merespon, justru ikut mengendus bau badannya sambil mengangkat ketiak nya. "Loh … iya, tubuhku juga ikut ada wangi nya."
Kini keduanya kembali terdiam sementara saling tatap satu sama lain.
"Ini aneh … apakah mereka memutuskan untuk mengupdate rating game ini menjadi 18+ setelah 10 tahun diluncurkan?" kata Mikael, sementara matanya mulai tertuju pada dada Jezebel. "Apa aku boleh memegangnya? Aku penasaran, apakah ini benar-benar sudah di-update atau belum."
Jezebel dengan santainya justru langsung menyodorkan dadanya. "Oh, nih, pegang saja, kak."
Dan tangan Mikael pun tenggelam di dalam keempukan buah dada Jezebel yang besar, yang mana tanpa disengaja Jezebel malah berdesah sambil menahan kegelian dari sentuhan tangan Mikael.
"Hebat … bahkan kamu bisa merasakannya juga?" kata Mikael yang justru terlihat antusias sambil terus memeras milik Jezebel. "Padahal sebelumnya, area-area seksual pada tubuh tidak bisa disentuh. Jangankan disentuh, area kemaluan bahkan tidak hadir di game ini."
"B-bodoh! Hentikan!" Jezebel langsung menepis tangan Mikael sedang pipinya merah tersipu.
Mikael dengan lugu nya pun langsung berdiri sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Pembuktian terakhir … jika punya ku ada, berarti game ini sudah di-update menjadi 18+. Mari kita coba! Hiyaaat!"
Mikael melepas semua pakaiannya sampai bertelanjang bulat. Dan dari sana, tanpa sepengetahuan nya, "belalai" besar nan panjang pun tampak menggantung bebas di antara dua paha nya.
"Kyaaaah!" dan Jezebel pun berteriak menjadi jadi sambil menutupi wajahnya.
Dan di hari itu, keduanya akan segera mengetahui jika mereka bukan lagi ada di dalam sebuah game. Dan segera, kehidupan baru mereka pun akan segera dimulai di dunia yang baru dan asing ini.
***.
Bersambung ….
***.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!